Anda di halaman 1dari 8

PERSEPSI REMAJA TENTANG PERNIKAHAN DINI

DI KABUPATEN KERINCI

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:
ATIK MARIA
(N1A118003)
4A

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persepsi sebagai sebuah konstruk psikologis akan sulit


diartikan secara utuh atau di jabarkan dengan tepat dalam
sebuah rumusan, namun dari pendapat beberapa ahli di atas
dapat penulis simpulkan bahwa persepsi merupakan
tanggapan atau penilaian seseorang terhadap
rangsangan(stimulus) yang di terima melalui alat indera nya,
dimana rangsangan itu dapat berupa fenomena, benda mati,
maupun individu lain.(Winda, 2018).
Berdasarkan undang-undang No.1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1)
menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai umur 19 dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, usulan
perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1), perkawinan dapat dilakukan jika
pihak laki-laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, ayat (2) untuk
melangsungkan pernikahan masing-masing calon mempelai yang belum
mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua (Judiasih,
Suparto, Afriana, & Yuanitasari, 2017).
Menurut BKKBN (2012) pernikahan di usia muda adalah pernikahan
yang dilakukan oleh pasangan ataupun salah satu pasangannya masih
dikategorikan remaja yang berusia kurang dari 19 tahun atau pernikahan yang
dilakukan sebelum usia 20 tahun (Tyas & Herawati, 2017)
Pemerintah melalui BKKBN telah berupaya untuk
meningkatkan usia kawin pertama sejak tahun 1982 melalui
program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP). Program PUP
pada setiap periode mengalami peningkatan batas usia yang
diperbolehkan untuk menikah, dalam Peraturan Kepala BKKBN
Nomor:55/HK-010/B5/2010 batas usia menikah yang
ditetapkan dalam program adalah minimal wanita berusia 20
tahun dan minimal pria berusia 25 tahun. Batasan usia ini
dianggap telah siapbaikperkembangan emosional untuk
menghadapi kehidupan berkeluargamaupundipandang darisisi
kesehatan terutama kesiapan bagi perempuan.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan
pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi
daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29
tahun. Ditinjau dari organ reproduksi perempuan, kondisi fisik,
serta psikis belum siap untuk menopang kehidupan keluarga
dan melindungi baik secara psikis, emosional, ekonomi, dan
sosial (Manuaba, 2009). Indonesia termasuk negara yang berada di
peringkatke 7 dari 10 negara dengan persentase pernikahan usia muda tinggi
di dunia (UNICEF,2016) sebelumnya, Indonesia menurutUnited Nations
Development Economic and Social Affairs (UNDESA, 2010), Indonesia
termasuk Negara posisike-37. Posisi ini merupakan yang tertinggi kedua di
ASEAN setelah Kamboja. Pada kenyataan nya menurut data UNICEF
melaporkan bahwa kurang lebih 1.349.000
perempuanmenikahdinisebelumberumur 18 tahun. Sekitar 300.000 dari
mereka menikah sebelum usia 16 tahun dan yang lebih mengejut kan lagi
setelah beberapa deka mengalami penurunan yang stabil, rata-rata angka
pernikahan anak kembali meningkat 25% antaratahun 2010-2013 (Grijns &
Horii, 2018).
Badan Peradilan Agama mencatat sebanyak 11.774
anak Indonesia melakukan pernikahan dini pada tahun 2014.
Penyebab utamanya adalah hamil di luar nikah. Angka
tersebut masih dinilai tinggi oleh para aktivis perempuan dan
anak. Tren pernikahan dini terus naik, begitu juga dengan
angka perceraian. Pada 2014, ada 254.951 gugat cerai dan
106.608 cerai talak. Menurut riset yang dilakukan ditemukan
fakta bahwa mereka yang menikah di usia dini rentan
mengalami perceraian(Judiasih et al., 2017).
Berdasarkan data United Nations Development Economic and Social
Affairs(UNDESA), disebutkan bahwa di Indonesia merupakan salah satu
Negara dengan kejadian pernikahan dini yang tergolong tinggi yaitu sebesar
34%. Indonesia menempati urutan ke 37 dari 158 negara di dunia tentang
pernikahan usia dini, sedang kan pada urutan Association of South East Asia
Nations (ASEAN), Indonesia menempati urutan ke dua setelah Negara
Kamboja. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), menyebutkan
bahwa kasus pernikahan usia dini di Indonesia telah mencapai 50 juta
penduduk. Provinsi di Indonesia yang memiliki persentase perempuan
menikah usia dini yang tergolong tinggi yaitu Jawa Timur sebesar 39,43%,
Kalimantan Selatan sebesar 35,48%, Jambi sebesar 30,63% danJawa Barat
sebesar 36% (Intan,Ira, 2017).
Di Indonesia penyebab perkawinan di bawah umur
sangat bervariasi, karena masalah ekonomi, rendahnya
pendidikan, pemahaman budaya dan nilai-nilai agama
tertentu, hamil diluar nikah (married by accident), dan lain-
lain. Selain menimbulkan masalah sosial, perkawinan di
bawah umur dapat menimbulkan masalah hukum (Judiasih et
al., 2017). Menurut Kumandasari (2012) penyebab lain pernikahan usia dini
sangat beragam antara lain pemaksaan dari orang tua, pergaulan bebas, rasa
keingintahuan tentang perilaku seks, faktor lingkungan maupun teman sebaya,
rendahnya pendidikan, serta faktor ekonomi. Pada pernikahan usia dini factor
ekonomi dapat menjadi alasan terjadinya perceraian(Madinah et al., 2017).
Sedikit banyak peran orang tua sangat menentukan remaja untuk mengambil
keputusan menjalani pernikahan di usia muda serta memiliki peran dalam
pendewasaan usia pernikahan anaknya (Wulanuari et al., 2017).
Pada pandangan lain, orang tua terkadang enggan karena tidak tahu
cara menyampaikan masalah seksual khususnya berkaitan dengan kesehatan
reproduksi sehingga risiko yang timbul akibat hubungan seksual pada usia
dini, kehamilan pada usia muda, daninfeksi penyakit menular seksual. Hal lain
yang perlu diperhatikan yaitu kasus drop out sekolah tinggi,
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), lama
sekolah rendah, dan hak kesehatan reproduksi rendah,risiko
komplikasi yang terjadi di saat kehamilan dan saat persalinan pada usia muda,
sehingga berperan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi, Sementara itu
kenyataan yang ditemui dalam masyarakat masih banyak terjadi perkawinan
pada usia yang relative muda dan bahkan masih di batas usia minimum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari data penunjang diatas, maka masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Persepsi Remaja tentang
Pernikahan Dini di KABUPATEN KERINCI ?”

C. Pertanyaan Penelitian
Apakah faktor-faktor terjadinya perkawinan dan bahaya kehamilan di usia
muda?
Alasan apa seseorang melakukan pernikahan dini?

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran persepsi remaja tentang
pernikahan dini di KABUPATEN KERINCI
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui persepsi remaja tentang
pernikahandini
b. Untuk mengetahui factor-faktor dari pernikahan dini
c. Untuk mengetahui dampak pernikahan dini

3. Manfaat Penelitian
1. Bagi Informan
Menambah pengetahuan informan tentang pernikahan dini dan
hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi masyarakat dalam kasus pernikahan dini.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah sumber bacaan dan informasi berkaitan pernikahan dini
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kepustakaan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa di Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama di perkuliahankhususnya tentang “Persepsi Remaja
tentang Pernikahan Dini di KABUPATEN KERINCI
DAFTAR PUSTAKA

Winda Desi Arianti. (2018). Persepsi remaja tentang


pernikahan dini di SMA Pesantren Guppi Samata
Kecamatan SombaOpu Kabupaten Gowa. [ skripsi ilmiah
].Makassar :Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Judiasih, S. D., Suparto, S., Afriana, A., &Yuanitasari, D. (2017). Dispensasi


Pengadilan : Telaah Penetapan Pengadilan Atas Permohonan
Perkawinan di BawahUmur, 3(2), 193.

Tyas, F. P. S., & Herawati, T. (2017). Kualitas Pernikahan dan


Kesejahteraan Keluarga Menentukan Kualitas Lingkungan
Pengasuhan Anak pada Pasangan yang Menikah Usia Muda, 10(1),
1–12.

Grijns, M., & Horii, H. (2018). Child Marriage in a Village in West Java
(Indonesia): Compromises between Legal Obligations and Religious
Concerns. Cambridge University. https://doi.org/10.1017/als.2018.9
Intan A. & Ira N. (2017). Analisis pengetahuan perempuan terhadap perilaku
melakukan pernikahan usia dini di Kecamatan wonosari Kabupaten
Bondowoso, 12(2), 249-262.

Madinah, S., Rahfiludin, M. Z., &Nugraheni, S. A. (2017). Pengaruh


Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Tingkat Pengetahuan
tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (StudipadaRemaja di SMP NU
06 Kedung suren Kabupaten Kandal). Kebidanan Dan Keperawatan,
5, 332–340.

Wulanuari, K. A., Napida A, A., &Suparman. (2017). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Wanita. Kebidanan Dan
Keperawatan, 5(1), 68–75. Fakultas Ilmu kesehatan: Universitas Alma
Ata Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai