Anda di halaman 1dari 71

PERBEDAAN HASIL HITUNG JENIS LEUKOSIT METODE

OTOMATISASI FLOWCYTOMETRY DENGAN HITUNG MANUAL

SEDIAAN APUS DARAH TEPI (SADT) PADA SAMPEL LEUKOSITOSIS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

Nida Kurnia Adilah

NIM: P3.73.34.2.15.027

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III

2019
PERBEDAAN HASIL HITUNG JENIS LEUKOSIT METODE

OTOMATISASI FLOWCYTOMETRY DENGAN HITUNG MANUAL

SEDIAAN APUS DARAH TEPI (SADT) PADA SAMPEL LEUKOSITOSIS

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Meraih Gelar Sarjana Sains Terapan

Oleh:

Nida Kurnia Adilah

NIM: P3.73.34.2.15.027

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA III

2019

ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa


Ta‟ala yang telah memberikan kesehatan, nikmat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam beserta keluarganya, sahabatnya, dan juga umatnya hingga akhir jaman.
Skripsi ini berjudul “Perbedaan Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatisasi
Flowcytometry dengan Hitung Manual Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) pada
Sampel Leukositosis”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar
Sarjana Sains Terapan Pendidikan Diploma IV Teknologi Laboratorium Medis di
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III.
Penulisan Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibu Yupi Supartini, S.Kp, M.Sc selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta
III yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menimba ilmu di
Poltekkes Kemenkes Jakarta III dengan segala dukungan sarana dan
prasarana yang ada.
2. Ibu Dra. Mega Mirawati, M.Biomed. selaku Ketua Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Bapak Husjain Djajaningrat, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Diploma IV Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
4. Ibu Dewi Astuti, S.Si, M.Biomed. selaku pembimbing akademik dan dosen
pembimbing materi yang telah meluangkan waktunya untuk memberi saran
dan arahan selama pembuatan skripsi ini.
5. Ibu Eva Ayu Maharani, S.Si.,M.Biomed selaku dosen pembimbing teknis
yang telah meluangkan waktu dan membantu dalam mengoreksi, memberi
saran dan arahan dalam menyusun skripsi ini.
6. Kedua orang tua, Ibu dan Abi yang telah memberikan dukungan moral dan
materil,terima kasih atas kesabarannya selalu mendoakan dengan tulus dan

v
ikhlas, kakak tersayang Teh Dea yang telah mendoakan,menyemangati dan
mendengarkan keluh kesah penulis. Serta Kakak-kakakku, Teh Wulan, A Adi
dan A Irfan yang telah membantu menyemangati dan memberikan dukungan
materil.
7. Para sahabat Asiyah, Kiki, Sefty yang selalu memberikan saran, motivasi,doa,
dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tim
penelitian RS AL, Hamidah dan Naomi terima kasih telah membantu penulis
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini, berbagi jurnal dan buku-buku untuk
referensi, tanpa kalian mungkin penulis akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Sri Yati, selaku teknisi laboratorium Rumah Sakit TNI AL dr.
Mintohardjo, yang sudah bersedia membimbing penulis dan bersedia untuk
direpotkan saat penelitian berlangsung, terima kasih atas bimbingannya saat
penelitian berlangsung, Dr. Agus selaku penanggungjawab laboratorium
Rumah Sakit TNI AL dr. Mintohardjo yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk melakukan penelitian, meminjamkan sarana dan prasarana
untuk dipakai penelitian, dan memberikan arahan serta saran kepada penulis.
9. Adik-adik asuhku, Naafi, Panji dan Melania, terima kasih sudah membantu,
memotivasi, dan mendengarkan keluh-kesah penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan sehingga
dapat menyempurnakan skripsi ini.
Bekasi, Juli 2019
Penulis

vi
ABSTRAK

Adilah, Nida Kurnia. 2019. Perbedaan Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatisasi
Flowcytometry dengan Hitung Manual Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) pada
Sampel Leukositosis. Skripsi, Program Studi Diploma IV Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Dewi Astuti,S.Si.,M.Biomed, Eva Ayu Maharani,S.Si.,M.Biomed.
Pemeriksaan hitung jenis leukosit merupakan salah satu dari tes laboratorium
yang dilakukan untuk menghasilkan informasi yang relevan secara klinis tentang
kesehatan dan penyakit. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit dapat dilakukan
dengan metode otomatisasi dan manual. Metode otomatisasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah otomatisasi flowcytometry, dan metode manual dengan teknik
pembacaan Battlement. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan bermakna hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit antara
metode otomatisasi dengan metode manual Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)
menggunakan sampel leukositosis. Pembuatan SADT dilakukan menggunakan
alat otomatisasi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan
desain studi cross sectional terhadap 42 pasien laboratorium RS TNI AL dr.
Mintohardjo. Proses pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling
pada kurun waktu tertentu sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.
Hasil uji statistik non parametrik Wilcoxon diperoleh nilai p-value > 0.05
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada hitung sel basofil (0,833),
eosinofil (0,226), netrofil (0,084), dan limfosit (0,916). Nilai p-value < 0,05
menunjukkan ada perbedaan bermakna pada monosit (0.020). Kesimpulan
penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan
hitung sel basofil, eosinofil, netrofil dan limfosit metode otomatisasi dan manual,
serta ada perbedaan yang bermakna hasil pemeriksaan hitung sel monosit antara
metode otomatisasi dengan manual SADT pada sampel leukositosis. Faktor
utama yang mempengaruhi perbedaan pada kedua metode adalah pola persebaran
sel monosit di SADT.
Kata kunci: Hitung jenis leukosit, SADT, Battlement

vii
ABSTRACT

Adilah, Nida Kurnia. 2019. The Difference Result of Differential Leukocyte


Count in Flowcytometry Automation Method to Manual Peripheral Blood Film
(PBF) Count in leukocytosis samples. Thesis, Department of Medical Laboratory
Technology Diploma IV. Health Polytechnic Jakarta III.
Dewi Astuti, S.Si., M.Biomed, Eva Ayu Maharani, S.Si., M.Biomed.
Differential of leukocyte counts are one of the laboratory tests conducted to give
differential clinically relevant information about health and disease. Examination
of leukocyte count can be done by automation and manual methods. The
automation method used in this study is flowcytometry automation, and the
manual method with Battlement examination technique. This research was
conducted to find out whether there were significant differences in the results of
the differential leukocyte count test results between the automation method and
the manual method of Peripheral Blood Film (PBF) using leukocytosis samples.
PBF was done using an automation slide maker and stainer. This research is a
comparative analytic study with a cross sectional study design of 42 laboratory
patients at the Navy Hospital Dr. Mintohardjo. The sampling process was carried
out by purposive sampling over a certain period of time according to the study
inclusion criteria. Wilcoxon non parametric statistical test results obtained p-value
> 0.05 showed no significant difference in basophils cell counts (0.833),
eosinophils (0.226), neutrophils (0.084), and lymphocytes (0.916). The p-value <
0.05 indicates there was a significant difference in monocytes (0.020). The
conclusion of this study there was no significant difference between the results of
the examination of basophils, eosinophils, neutrophils and lymphocytes count of
automation and manual methods, and there were significant differences in the
results of monocyte cell counts between automation methods and PBF manuals on
leukocytosis samples. The main factor influencing differences in the two methods
is the pattern of monocyte cell dispersion in PBF.
Keywords: Differential Leukocyte Count, Peripheral Blood Film, Battlement

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ...................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM .................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 6


A. Kerangka Teori ..................................................................................... 6
1. Leukositosis.................................................................................... 6
a. Basofilia ......................................................................................... 6
b. Eosinofilia ...................................................................................... 7
c. Netrofilia ........................................................................................ 8
d. Limfositosis .................................................................................... 9
e. Monositosis .................................................................................... 10
2. Hitung Leukosit .............................................................................. 11
a. Pemeriksaan menggunakan Hematology Analyzer dengan
flowcytometry ................................................................................ 11
b. Pemeriksaan Sediaan Apus Darat Tepi (SADT) ............................ 13
B. Kerangka Konsep ................................................................................. 16
C. Hipotesis ............................................................................................... 16

ix
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 17
A. Definisi Operasional............................................................................. 17
B. Definisi Operasional Penelitian............................................................ 17
C. Rancangan Penelitian ........................................................................... 18
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 18
E. Populasi dan Sampel ............................................................................ 19
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................ 20
G. Prosedur Penelitian............................................................................... 21
H. Teknik Penyajian Data ......................................................................... 24
I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................................. 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 25


A. Hasil Penelitian .................................................................................... 25
B. Pembahasan .......................................................................................... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 33


A. Kesimpulan .......................................................................................... 33
B. Saran..................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 35


LAMPIRAN ............................................................................................... 37

x
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 17

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit


---pada alat otomatis dan manual SADT ............................................. 26
Tabel 4.2 Pemeriksaan Hitung Jenis Leukosit
---pada alat otomatis dan manual SADT .............................................. 26
Tabel 4.3 Hasil Uji Nonparametrik Wilcoxon ................................................. 29

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Morfologi Sel Basofil dengan perbesaran mikroskop 1000x ....... 7

Gambar 2.2 Morfologi Sel Eosinofil dengan perbesaran mikroskop 1000x.... 8

Gambar 2.3 a. Morfologi Sel Netrofil Batang ......................................... 9


Gambar 2.3 b. Morfologi Sel Netrofil Segmen ......................................... 9

Gambar 2.4 Morfologi Sel Limfosit dengan perbesaran mikroskop 1000x..... 9

Gambar 2.5 a. Morfologi Sel Monosit tanpa vakuola ...................................... 10


Gambar 2.3 b. Morfologi Sel Monosit dengan vakuola ................................... 10

Gambar 2.6 Cara Kerja Laser flowcytometry Hematology Analyzer ............... 11

Gambar 2.7 Cara Kerja SF cube flowcytometry ......................................... 12

Gambar 2.8 Teknik Pembacaan dan Hitung Metode Battlement .................... 15

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Penulis ......................................................... 37

Lampiran 2 Penjelasan Sebelum Penelitian ..................................................... 38

Lampiran 3 Formulir Informed Consent .......................................................... 40

Lampiran 4 Pernyataan telah melakukan Informed Concent ........................... 41

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian...................................................................... 42

Lampiran 6 Surat Balasan Izin Penelitian ........................................................ 43

Lampiran 7 Surat Tanda Selesai Penelitian (Etik) ........................................... 44

Lampiran 8 Surat Pernyataan Kesediaan Untuk Dimuat Dalam Jurnal ........... 45

Lampiran 9 Alur Kerja Pembuatan SADT dengan alat otomatisasi ................ 46

Lampiran 9 Rumus hitung jenis leukosit menjadi Nilai Absolut ..................... 47

Lampiran 10 Data Hasil Penelitian .................................................................. 48

Lampiran 11 Dokumentasi ............................................................................... 52

Lampiran 12 Lembar Bimbingan Skripsi ......................................................... 55

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hitung jenis leukosit yang terdiri atas basofil, eosinofil, netrofil,

limfosit dan monosit merupakan jenis pemeriksaan yang rutin dilakukan

(Kiswari, 2014). Pemeriksaan ini mempunyai fungsi utama sebagai

deteksi jenis infeksi di dalam tubuh. Sebagai contoh jumlah eosinofil

meningkat merupakan pertanda kemungkinan adanya infeksi parasit,

dan reaksi alergi (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016;Wijayanti F, 2017).

Hitung jenis leukosit dapat dilakukan dengan metode otomatisasi

menggunakan hematology analyzer dan manual sediaan apus darah tepi

(SADT). Awalnya, metode hitung jenis leukosit yang direkomendasikan

Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI) adalah manual

SADT. Seiring dengan perkembangan teknologi hematology analyzer

yang dapat mengidentifikasi 5-6 jenis sel leukosit, maka metode

otomatisasi dengan hematology analyzer tersebut dapat diterima untuk

deteksi adanya kelainan klinis (Keohane EM, Larry JS, Jeanine MW,

2016).

Pada metode manual SADT, hitung jenis leukosit dihitung secara

mikroskopik dari sediaan apus darah tepi (SADT). Berdasarkan literatur,

terdapat tiga teknik penghitungan jenis leukosit mikroskopik, yaitu

1
2

longitudinal, transversal dan battlement (Alemu Y, Alemayehu A,

Zewdneh S, 2006). Dari ketiga teknik tersebut, teknik battlement

direkomendasikan oleh National Comittee for Clinical Laboratory

Standart (NCCLS) (Bain BJ, 2016;Rodak BF, Jacqueline HC., 2016).

Pada metode otomatiasi yaitu hitung jenis leukosit berdasarkan

teknologi flowcytometry menghitung sel berdasarkan ukuran, bentuk,

dan komposisi biokimiawi sel (Kotkke-Marchant K., Bruce HD, 2012).

Saat ini, walaupun hitung jenis leukosit sudah banyak

menggunakan alat hematology analyzer, namun pada beberapa

laboratorium klinik masih melakukan penghitungan manual untuk

pemeriksaan konfirmasi, khususnya pada kasus peningkatan jumlah

leukosit (leukositosis) (Adewoyin AS, Nwogoh., 2014). Secara teori,

hitung jenis leukosit manual sangat dipengaruhi oleh penyebaran

leukosit di kaca objek. Pada saat sampel darah dibuat apusan, maka sel

leukosit akan tersebar berdasarkan perbedaan ukuran dan berat jenis sel

leukosit. Sel monosit, eosinofil, netrofil umumnya berada pada area

pinggir dan ekor SADT, sementara sel limfosit mendominasi di bagian

tengah SADT (Kottke-Marchant K, Bruce HD, 2012;Bain BJ, Imelda

B,Michael AL, 2017). Hal tersebut bisa saja mengakibatkan perbedaan

hasil hitung jenis leukosit antara metode otomatisasi dan manual

mikroskopik.

Selain pola penyebaran leukosit, faktor lain yang dapat

mempengaruhi hitung jenis leukosit manual adalah teknik pembuatan


3

SADT. Pembuatan SADT sebaiknya dilakukan oleh petugas

laboratorium yang terlatih, sehingga pada SADT terdapat area hitung

yang mencukupi (Adewoyin AS, Nwogoh., 2014). Untuk mengatasi

permasalahan pada pembuatan SADT, saat ini sudah digunakan alat

otomatis pembuat SADT, sehingga hasil pembuatan SADT seragam dan

terstandarisasi. Pada alat pembuat SADT otomatis, sampel darah dalam

volume tertentu diteteskan ke kaca objek, selanjutnya alat akan

melakukan pembuatan SADT menggunakan apusan yang terbuat dari

sapphire glass. Kemudian kaca objek dihangatkan agar apusan yang

terbentuk kering sempurna. Setelah kaca objek dihangatkan, kaca objek

difiksasi menggunakan metanol dalam waktu tertentu dan diwarnai

dengan pewarnaan Wright-Giemsa (Mindray International Manual

Guide SC-120, 2016)

Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan hitung jenis

leukosit (basofil, eosinofil, netrofil, limfosit dan monosit) antara metode

otomatisasi laser light scattering-flowcytometry dengan metode manual

SADT pada sampel dengan jumlah leukosit di atas nilai normal

(leukositosis). SADT dibuat dengan alat otomatisasi untuk

meminimalisir variasi persebaran sel pada proses pembuatan SADT,

sehingga bentuk SADT terstandarisasi.


4

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan hasil hitung jenis leukosit metode

otomatisasi flowcytometry dengan perhitungan manual SADT pada sampel

leukositosis ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil hitung

jenis leukosit metode otomatisasi flowcytometry dengan

perhitungan manual SADT pada sampel leukositosis.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hasil rata-rata sel: basofil, eosinofil,

netrofil, limfosit, dan monosit dengan metode otomatisasi.

b. Untuk mengetahui hasil rata-rata sel: basofil, eosinofil,

netrofil, limfosit, dan monosit dengan perhitungan manual

SADT

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Rumah Sakit

Mengetahui kinerja alat pembuat SADT otomatis melalui

perbandingan hasil hitung jenis leukosit metode manual SADT dengan

metode otomatisasi flowcytometry.


5

2. Bagi Akademisi

1. Menambah pemahaman mengenai perbedaan hasil hitung jenis

leukosit metode otomatisasi flowcytometry dengan perhitungan

manual SADT pada sampel leukositosis.

2. Menambah wawasan mengenai prinsip dasar pembuatan SADT

metode otomatisasi flowcytometry dan pengaruhnya terhadap

sebaran sel leukosit di kaca objek.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Leukositosis

Leukositosis adalah keadaan jumlah sel darah putih (leukosit) di atas

nilai normal. Hal ini disebabkan adanya respon infeksi kronis seperti

typus, TBC, reaksi toksik, peradangan, kanker payudara, ginjal, paru-paru,

karsinoma metastatik (Hiru,2013). Leukositosis dapat terjadi pada suatu

respon normal, sebagai contoh setelah gangguan emosi, setelah menjalani

anestesia atau berolahraga, dan selama kehamilan. Leukositosis pada

kondisi patologis, seperti keganasan dan gangguan sumsum tulang

(Wijayanti F, 2017).

Jenis sel leukosit, terdiri atas: basofil, eosinofil, netrofil, limfosit, dan

monosit. Jika terjadi peningkatan pada salah satu jenis sel leukosit, maka

penyebutan diberi akhiran „lia‟, sebagai contoh basofilia, eosinofilia, dan

netrofilia, serta penyebutan lain tanpa akhiran „lia‟ seperti limfositosis dan

monositosis (Fischbach F, Marshall D, 2009 h.68).

a. Basofilia

Basofilia terjadi jika jumlah basofil >50/mm3 atau > 0.05 × 109/L.

Basofilia terjadi pada jenis penyakit leukemia basofilik akut, mieloid

metaplasia, mieloproliferatif dan penyakit Hodgkin (Fischbach F,

6
7

Marshall D, 2009 h.77). Ciri morfologi basofil yaitu, ukuran 10-14 µm,

sitoplasma berwarna ungu tua dengan granula kasar, serta nukleus yang

biasanya terdiri dari 2 lobus yang terhubung filamen tipis (Rodak BF,

Jacqueline HC., 2016 h.75). Sel basofil secara mikroskopik dapat dilihat

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Morfologi sel basofil dilihat dengan perbesaran mikroskop


1000x (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016 h.75)

b. Eosinofilia

Eosinofilia terjadi jika jumlah eosinofil > 5% atau > 500 sel/mm3

atau > 0.5 × 109/L (Fischbach F, Marshall D, 2009 h.76). Eosinofilia

terjadi pada jenis penyakit Hodgkin, mieloproliferatif , leukemia mieloid

kronik, polisitemia vera dan penyakit kulit kronik, serta terjadi pada

reaksi hipersensitivitas karena alergi dan obat-obatan (Fischbach F,

Marshall D, 2009 h.76;Wijayanti F, 2017). Ciri morfologi eosinofil,

yaitu berukuran 12-17µm, sitoplasma bergranula kasar berwarna orange-

kemerahan, serta nukleus yang terdiri dari 2-3 lobus yang terhubung

filamen tipis (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016 h.73). Sel eosinofil

secara mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.2.


8

Gambar 2.2 Morfologi sel eosinofil dilihat dengan perbesaran mikroskop


1000x (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016 h.73)

c. Netrofilia

Sel netrofil terdiri atas netrofil batang dan segmen. Netrofil batang

merupakan netrofil yang nukleusnya membentuk pola seperti batang,

dan belum membentuk lobus yang bersegmen. Sel netrofil segmen

merupakan tahapan lanjut dari proses pematangan netrofil batang, yang

ditandai dengan inti sel membentuk lobus yang bersegmen dan antar

lobus dihubungkan oleh filamen (Fischbach F, Marshall D, 2009 h.72).

Netrofilia terjadi jika jumlah sel netrofil lebih dari 7,0 × 109/L.

Netrofilia terjadi pada jenis penyakit anemia hemolitik, polisitemia

vera, dan leukimia mieloid serta dapat terjadi saat inflamasi, infeksi

yang disebabkan bakteri, kondisi keracunan logam berat (timbal dan

merkuri) (Fischbach F, Marshall D, 2009 h.72). Sel netrofil secara

mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.3.


9

(a) (b)

Gambar 2.3 a.Morfologi sel netrofil batang b. Morfologi sel netrofil


segmen perbesaran mikroskop 1000x (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016
h.51-53)

d. Limfositosis

Limfositosis terjadi jika jumlah sel limfosit > 40% atau >4000/mm3

atau > 4.0 × 109/L. Limfositosis terjadi pada pasien dengan penyakit

leukemia, infeksi pertusis, infeksi mononukleosis atau infeksi

cytomegalovirus, infeksi virus pernapasan, infeksi akut HIV dan

penyakit hepatitis menular (Fischbach F, Marshall D, 2009 h.80). Ciri

morfologi limfosit yaitu berukuan 7-18 µm, sitoplasma berwarna biru

langit-keunguan, serta nukleus berbentuk bulat atau oval (Rodak BF,

Jacqueline HC., 2016 h.83). Sel limfosit secara mikroskopik dapat

dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Morfologi sel limfosit


(Rodak BF, Jacqueline HC., 2016 h.83)
10

e. Monositosis

Monositosis terjadi jika jumlah sel monosit >10% atau >500 sel/mm3

atau >0.5 × 109/L. Monositosis terjadi pada pasien dengan infeksi bakteri

(tuberkulosis, brucellosis), infeksi lain (sifilis, protozoa, riketsia). Selain

itu, dapat terjadi pada penyakit keganasan seperti leukemia kronis

myelomonositik, leukemia monositik, penyakit Hodgkin, dan gangguan

mieloproliferatif, karsinoma metastasis, kanker paru-paru dan neoplasma

ganas lainnya. Monositosis juga dapat terjadi pada penyakit autoimun

dan vaskulitis (lupus eritematosus sistemik, rheumatoid arthritis, kolitis

ulseratif, dan penyakit inflamasi usus) (Fischbach F, Marshall D, 2009

h.78;Wijayanti F, 2017).

Ciri morfologi monosit, yaitu berukuran 12-20 µm, sitoplasma

berwarna biru-keabuan terkadang terlihat pseudopodia, serta bentuk

nukelus bervariasi (bulat, tapal kuda) (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016

h.61). Sel monosit secara mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.5.

(a) (b)

Gambar 2.5 a. Morfologi sel monosit normal tanpa vakuola b.


Morfologi sel monosit normal (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016
h.61).
11

2. Hitung Jenis Leukosit

Metode untuk hitung jenis leukosit terdiri atas metode manual dan

otomatisasi. Pada metode otomatisasi, menggunakan alat hematology

analyzer dengan teknologi impedansi dan flowsitometri, dan metode

manual menggunakan sediaan apus darah tepi (SADT) yang dibaca

mikroskopik.

a. Hematology analyzer dengan flowcytometry

Pemeriksaan menggunakan hematology analyzer dengan teknologi

flowcytometry yaitu menganalisis jenis sel lekosit berdasarkan 2 sudut

sinyal laser dan 1 sudut sinyal fluoresens untuk diferensiasi jenis sel dan

perhitungan sel (Mindray International Manual Guide BC-6800, 2016).

Pada saat sel leukosit mengalir melalui sheath fluid, maka sinar laser

ditembakkan menembus sel leukosit, dan sinar laser yang diteruskan akan

membentuk warna fluoresensi dari inti sel, kemudian perhitungan sel

dilakukan berdasarkan warna fluoresensi inti sel yang terbentuk seperti

terlihat pada Gambar 2.6 dan 2.7.

Gambar 2.6 Cara kerja laser flowcytometry Hematology Analyzer Mindray


BC-6800 (Mindray International Manual Guide BC-6800, 2016)
12

Gambar 2.7 Cara kerja SF Cube flowcytometry Mindray BC-6800 (Mindray


International Manual Guide BC-6800, 2016)

Perhitungan dan diferensiasi sel pada alat otomatisasi dilakukan

di dalam saluran DIFF pada sampel yang telah dicampur dengan

pelisis DIFF dan pewarna fluoresens. Pada saluran DIFF, dilakukan

perhitungan dan diferensiasi sel leukosit untuk membedakan sel

limfosit, monosit, netrofil, eosinofil, dan basofil serta

mengidentifikasi dan menandai sel-sel abnormal seperti granulosit

yang belum matang, limfosit abnormal, dan sel blast.

Identifikasi jenis sel leukosit dikategorikan berdasarkan ukuran

dan kompleksitas asam nukleat yang terkandung di dalam sel.

Interpretasi hasil pemeriksaan berupa persentase, nilai absolut, dan

pola persebaran sel pada grafik. Untuk perhitungan sel limfosit,

karena ukuran sel limfosit yang kecil, serta kandungan asam nukleat

yang rendah, maka pola persebaran sel pada grafik berada di posisi

paling bawah dengan sebaran ke samping. Perhitungan sel monosit

yang memiliki ukuran dan kandungan asam nukleat yang lebih besar,

digambarkan pada grafik berada di posisi lebih tinggi dari limfosit,


13

dan membentuk pola sebaran yang lebih kuat. Pada perhitungan sel

netrofil dan basofil yang memiliki ukuran besar tetapi kandungan

asam nukleat yang lebih rendah, maka pola persebaran sel pada

grafik terletak lebih rendah, dengan sisi sebaran yang lebih kuat.

Karakteristik eosinofil mirip dengan neutrofil, tetapi mengandung

banyak basa, sehingga pola persebaran terlihat lebih kuat dengan

warna yang lebih pekat (Mindray International Manual Guide BC-

6800, 2016).

b. Pemeriksaan Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)

SADT dapat dibuat manual atau dengan alat otomatisasi.

Untuk meminimalisir variasi persebaran sel pada proses pembuatan

sediaan dan menstandarisasi bentuk SADT, maka SADT dibuat

dengan alat pembuat SADT otomatisasi. Prinsip dasar yang

diterapkan alat otomatisasi SADT sama dengan prinsip pembuatan

SADT manual, yaitu dengan wedge-spread technique (Bain BJ,

2016).

Tahapan pembuatan SADT otomatisasi disertai dengan

pewarnaan SADT. Pada pembuatan SADT, sampel darah dalam

volume tertentu diteteskan ke slide khusus, selanjutnya dilakukan

pembuatan apusan menggunakan spreader yang terbuat dari

sapphire glass. Pengaturan sudut penggeseran untuk membuat

SADT ditentukan berdasarkan viskositas sampel, semakin kental

sampel darah maka semakin besar sudut yang digunakan untuk


14

membuat SADT (Mindray International Manual Guide SC-120,

2016).

Mode pewarnaan yang didukung pada alat otomatisasi ada 6

macam, yaitu : Pewarnaan Wright, Pewarnaan Wright dengan Pra-

fiksasi Metanol, Pewarnaan Wright-Giemsa, Pewarnaan Wright-

Giemsa dengan Pra-fiksasi Metanol, Pewarnaan May-Giemsa, dan

Pewarnaan May-Grunwald Giemsa dengan Pra-fiksasi Metanol.

Pewarnaan untuk SADT hitung jenis leukosit yang

direkomendasikan oleh National Comittee for Clinical Laboratory

Standart (NCCLS) adalah pewarnaan dengan prinsip

Romanowsky. Prinsip pewarnaan Romanowsky adalah komponen

sel yang bersifat alkalis akan bereaksi dengan ion pewarna eosin Y

yang bermuatan negatif sehingga memberikan warna jingga hingga

kemerahan. Sementara komponen sel yang bersifat asam akan

bereaksi dengan ion pewarna metilen blue atau azure B sehingga

membentuk warna jingga dan biru. Ikatan eosin Y pada azure B

yang beragregasi menimbulkan warna ungu, dikenal dengan efek

Romanowsky (Al Aswad, Mohammed, Aida., 2008;Pratiwi DT,

2009;Mindray International Manual Guide SC-120, 2016).

Pada pembacaan metode manual SADT secara mikroskopik,

diketahui terdapat tiga teknik pembacaan, yaitu transversal,

longitudinal dan battlement, dari ketiga teknik pembacaan ini, yang

direkomendasikan oleh National Comittee for Clinical Laboratory


15

Standart (NCCLS) adalah teknik pembacaan battlement (Alemu Y,

Alemayehu A, Zewdneh S, 2006;Bain BJ, 2016;Rodak BF,

Jacqueline HC., 2016). Teknik penghitungan pada metode

battlement yaitu pembacaan dimulai pada bagian badan menuju

ekor SADT secara meng-ular, sehingga menghindari jumlah hitung

yang berulang pada sel leukosit (Elsevier, 2007;Rodak BF,

Jacqueline HC., 2016). Keutamaan hitung jenis leukosit dengan

teknik ini adalah menghitung di area dengan persebaran leukosit

yang merata sehingga penghitungan lebih akurat dan tidak

berulang. Contoh teknik pembacaan dan hitung metode Battlement

dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Teknik Pembacaan dan Hitung Metode Battlement


(Bain BJ, 2006)
16

B. Kerangka Konsep

Sampel Leukositosis

Hitung Jumlah Sel Leukosit

Metode Otomatisasi Metode Manual

Haematology Analyzer Sediaan Apus Darah (SAD)

Menghitung sel berdasarkan ukuran, Menghitung sel secara mikroskopik


bentuk, dan komposisi biokimiawi dengan perbesaran 1000x, yang
sel dipengaruhi oleh teknik pembuatan
dan pembacaan SADT, serta
persebaran sel pada sampel
Leukositosis

Perbandingan hasil hitung jenis leukosit

C. Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan hitung

nijenis-leukosit metode otomatisasi dengan hitung jenis manual Sediaan

niApus Darah Tepi (SADT) pada sampel leukositosis.

Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan hitung

nijenis leukosit metode otomatisasi dengan hitung jenis manual Sediaan

niApus Darah Tepi (SADT) pada sampel leukositosis.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini metode hitung

jenis leukosit otomatisasi dan metode manual SADT.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hitung

jenis leukosit sampel pasien leukositosis.

B. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

Jenis Skala Satuan


Definisi Kriteria dan Kategori Alat ukur
Variabel Ukur Hasil
Hitung Hitung jenis Alat terkalibrasi dengan Mindray Rasio 109/L
jenis leukosit baik, dan hasil Quality Hematology
leukosit secara control pada alat sesuai. Analyzer 5-
metode otomatis differential
otomatisasi menggunakan Nilai normal absolut: counting
alat Mindray - Basofil 0,02- 0,05 x BC6800
BC6800 109/L
metode - Eosinofil 0- 0,7 x
flowcytometry 109/L
dimana sel - Netrofil 3- 7 x
dibedakan 109/L
dan dihitung - Limfosit 1,5- 4,0 x
berdasarkan 109/L
ukuran, dan - Monosit 0,1- 0,5 x
struktur 109/L(Fischbach F,
dalam sel. Marshall D, 2009
h.72-80).

17
18

Jenis Skala Satuan


Definisi Kriteria dan Kategori Alat ukur
Variabel Ukur Hasil
Hitung Hitung jenis SADT sampel leukositosis Mikroskop Rasio 109/L
jenis leukosit yang dengan pewarnaan baik cahaya
leukosit dilakukan yang ditunjukkan dengan dengan
metode pada SADT warna inti sel dan perbesaran
manual yang dibuat sitoplasma sesuai dengan 1000x
SADT dengan alat kriteria.
otomatis, dan
penghitungan Nilai normal absolut:
dilakukan - Basofil 0,02- 0,05 x
dengan teknik 109/L
battlement , - Eosinofil 0- 0,7 x
yaitu 109/L
pembacaan - Netrofil 3- 7 x
dengan 109/L
memulai pada - Limfosit 1,5- 4,0 x
bagian ekor 109/L
menuju badan - Monosit 0,1- 0,5 x
SADT meng- 109/L(Fischbach F,
ular. Marshall D, 2009
h.72-80).

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah analitik komparatif yaitu

membandingkan hasil hitung jenis leukosit metode otomatisasi dengan

hitung manual SADT pada sampel leukositosis. Desain penelitian cross

sectional yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu secara

bersamaan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Pemeriksaan hitung jenis leukosit pada hematology analyzer dan

pembuatan SADT dengan alat otomatisasi, dilakukan di Rumah Sakit

Angkatan Laut (RSAL) Dr. Mintohardjo. Hitung jenis leukosit metode

manual SADT dilakukan di Laboratorium Hematologi Jurusan Teknologi


19

Laboratorium Medis Poltekkes Jakarta III. Penelitian dilaksanakan dari

bulan Desember 2018 sampai dengan April 2019.

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah sampel darah EDTA yang

berasal dari pasien yang melakukan pemeriksaan hitung jenis leukosit

di RSAL Dr. Mintohardjo.

2. Sampel

Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah sampel darah

EDTA yang berasal dari pasien untuk pemeriksaan hitung jenis

leukosit, hasil hitung leukosit di atas nilai normal (lebih dari 10.000

sel/µL) yang memenuhi kriteria inklusi yaitu sebanyak 42 sampel.

a. Besar Sampel

----Jumlah sampel yang dibutuhkan dihitung menggunakan rumus

Lemeshow sebagai berikut.

dibulatkan menjadi 38

Keterangan :

n = jumlah sampel minimal

Z 1-α / 2 = Alpha / derajat kemaknaan


20

p = proporsi berdasarkan data sampel pemeriksaan hitung jenis

leukosit pasien leukositosis di RSAL Dr. Mintohardjo rata-rata

sebesar 32% tiap bulannya.

d = presisi

Jumlah sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan

rumus adalah 38 sampel. Namun untuk mengantisipasi adanya

sampel yang kurang memenuhi kriteria maka ditambahkan 10%

total populasi sampel dengan perhitungan:

n=

= 3,8 dibulatkan menjadi 4


n = 38 + 4
= 42 sampel
b. Teknik pengambilan sampel

----Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

purposive sample yaitu pengambilan sampel pada kurun waktu

tertentu, sesuai dengan kriteria inklusi.

F. Kriteria Eksklusi dan Inklusi

1. Kriteria Inklusi

Jumlah hitung jenis sel leukosit lebih dari 10.000 sel/µL dan SADT

dengan panjang apusan 3/4 dari panjang slide.

2. Kriteria Eksklusi

Jumlah hitung jenis sel leukosit kurang dari atau sama dengan 10.000

sel/µL dan sampel dengan adanya sel immatur (sel muda).


21

G. Prosedur Penelitian

1. Pemeriksaan hitung jenis leukosit pada alat otomatisasi

Pemeriksaan hitung jenis leukosit dilakukan dengan alat

otomatisasi Mindray BC-6800. Pastikan kabel listrik, selang reagen,

koneksi keyboard dan printer berada pada posisi yang tepat. Kemudian

nyalakan dengan menekan tombol “Switch” yang ada di sisi kiri alat

dan di belakang unit pneumatic, setelah itu tekan “Power” untuk

menyalakan alat. Lampu indikator akan berubah warna dari oranye ke

hijau. Kemudian alat akan melakukan self test dan menginisiasi sistem

selama ± 5 menit. Setelah proses tersebut, akan muncul kotak dialog

untuk login dengan memasukan username dan password kemudian

klik “OK”. Sebelum melakukan pemeriksaan sampel, dilakukan proses

quality control (QC) terlebih dahulu. Kontrol menggunakan 3 jenis

kontrol yaitu rendah, normal dan tinggi. Pemeriksaan QC dilakukan

dengan masuk ke menu “QC”.

Untuk memulai pemeriksaan, klik menu “Count” kemudian pilih

“Mode”, kemudian pilih mode “AL-WB” untuk melakukan mode

otomatis autoloader, klik “Automatically scan sample ID” dan

“Automatically scan rack No” selanjutnya pilih pemeriksaan sesuai

pemeriksaan “CBC+DIFF” kemudian tekan “OK”. Sampel darah

EDTA yang telah di barcode dimasukkan ke dalam rak khusus sesuai

dengan urutan, kemudian letakkan di tray autoloader. Kemudian alat

akan otomatis menggeser rak, dan memulai scanning pada rak


22

sehingga rak memasuki zona analitik alat. Masing-masing dari tabung

EDTA yang telah di barcode kemudian di scan, lalu alat akan otomatis

mengangkat tiap 2 tabung EDTA untuk dilakukan homogenisasi

sebanyak 10 kali. Untuk pemeriksaan “CBC+DIFF” dengan mode

“AL-WB”, sampel darah dihisap sebanyak 200 µL. Hasil pemeriksaan

akan dilakukan selama ± 50 detik per sampel darah. Data hasil

pemeriksaan dan sampel darah EDTA akan dipilah berdasarkan

kebutuhan penelitian, yaitu sampel leukositosis. Dimana data dari

sampel leukositosis akan dicetak dan digunakan untuk data primer dan

sampel leukositosis akan dilanjutkan untuk pembuatan SADT dengan

alat otomatis (Mindray International Manual Guide BC-6800, 2016).

2. Pembuatan SADT otomatis

Pembuatan SADT otomatis menggunakan alat Mindray SC-120.

Mindray SC-120 merupakan salah satu unit kesatuan dari Mindray

8000, yang terdiri dari 2 unit BC-6800 dan 1 unit SC-120. Untuk

pembuatan SADT, alat akan otomatis mencetak barcode di bagian

ujung kaca objek. Kemudian sampel darah dalam volume tertentu

diteteskan ke kaca objek khusus (besarnya sampel ditentukan

berdasarkan konsistensi darah), selanjutnya alat akan melakukan

pembuatan SADT menggunakan apusan yang terbuat dari sapphire

glass. Kemudian kaca objek dihangatkan agar apusan yang terbentuk

kering sempurna. Setelah kaca objek dihangatkan, kaca objek difiksasi

menggunakan metanol dalam waktu tertentu dan diwarnai dengan


23

pewarnaan Wright-Giemsa. Kaca objek yang telah diwarnai

dihangatkan agar kering sempurna dan untuk meminimalisir risiko

kontaminasi bagi ATLM. Setelah proses pewarnaan dan pengeringan,

kaca objek dimasukkan ke dalam rak khusus, kemudian rak yang berisi

kaca objek akan dikeluarkan melalui pintu output dan siap untuk

diamati (Mindray International Manual Guide SC-120, 2016).

3. Hitung jenis leukosit metode manual

Sebelum melakukan evaluasi untuk hitung jenis leukosit pada

SADT, diperlukan pemeriksaan SADT dengan mikroskop cahaya

dengan perbesaran bertahap, yaitu pemeriksaan 400x (perbesaran kuat)

dan pemeriksaan 1000x (dengan minyak imersi). Pada pemeriksaan

40x dilakukan pengecekan tebal-tipisnya apusan yang terbentuk. Pada

pemeriksaan 100x dilakukan untuk melihat taksiran jumlah leukosit

(antara 25-40 sel/lapang pandang) dan untuk melihat sebaran leukoit

pada SADT. Pada pemeriksaan 400x dilakukan untuk melihat taksiran

jumlah leukosit (antara 10-15 sel/lapang pandang) dan pada perbesaran

ini dapat memulai hitung jenis leukosit. Selanjutnya pemeriksaan

perbesaran 1000x dilakukan untuk mempertegas dari perbesaran 400x,

melihat kualitas pewarnaan, pemeriksaan hitung jenis leukosit, dan

pemeriksaan morfologi leukosit. Jenis leukosit secara sistematis

dihitung pada setiap lapang pandang dengan menggunakan automated

differential cell counter atau dicatat hingga ditemukan sejumlah 100

leukosit (Kiswari,2014).
24

H. Teknik Penyajian Data

Data pada penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan

dijelaskan dalam bentuk narasi.

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Perbedaan hasil hitung jenis leukosit metode otomatisasi dengan

hitung leukosit manual SADT pada sampel leukositosis dianalisis dengan

uji statistik. Data yang sudah diperoleh dilakukan uji normalitas data

terlebih dahulu menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan ketentuan jika nilai

p pada hasil uji normalitas data lebih dari nilai α maka data terdistribusi

normal, sedangkan jika nilai p kurang dari nilai α maka data terdistribusi

tidak normal. Analisis data dilanjutkan menggunakan uji beda rata-rata 2

kelompok sampel berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji

mengacu pada hipotesis yang telah ditentukan. Hipotesis untuk uji t beda

rata-rata 2 kelompok sampel di atas adalah.

1. H0 diterima jika nilai p > α (0,05), yaitu tidak ada perbedaan yang

bermakna antara hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit metode

otomatisasi dengan hitung jenis manual Sediaan Apus Darah Tepi

(SADT) pada sampel leukositosis.

2. H0 ditolak jika nilai p < α (0,05), yaitu terdapat perbedaan yang

bermakna antara hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit metode

otomatisasi dengan hitung jenis manual Sediaan Apus Darah Tepi

(SADT) pada sampel leukositosis.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data pemeriksaan hitung jenis leukosit yang dilakukan, dihitung

berdasarkan nilai absolut sel leukosit per 10 9/L. Sampel yang digunakan

adalah sampel yang mempunyai ciri leukositosis, yaitu jumlah sel lekosit

di atas nilai normal. Nilai normal, yaitu basofil 0,02- 0,05 x 109/L ,

eosinofil 0 - 0,7 x 109/L , netrofil 3- 7 x 109/L, limfosit 1,5- 4,0 x 109/L

dan monosit 0,1- 0,5 x 109/L (Fischbach F, Marshall D, 2009 h.72-80).

Selain itu, dilakukan juga penghitungan nilai rataan, standar deviasi (SD),

dan rentang yang terlihat pada Tabel 4.2.

Berdasarkan Tabel 4.1 pengelompokan hasil hitung jenis leukosit

berdasarkan nilai normal, pada hitung sel basofil, didapat hasil yang sama

antara metode otomatisasi dengan manual, yaitu 35 sampel (83,3%)

kriteria normal, dan 7 sampel (16,7%) kriteria basofilia (di atas nilai

normal). Hitung sel eosinofil menunjukkan hasil yang juga sama antara

kedua metode, yaitu 41 sampel (97,6%) kriteria normal, dan satu sampel

(2,4%) kriteria eosinofilia (di atas nilai normal). Hitung sel netrofil

menunjukkan adanya perbedaan jumlah pada kriteria hasil antara kedua

metode. Pada metode otomatisasi, dua sampel (4,8%) kriteria normal, dan

25
26

Tabel 4.1 Pengelompokan hasil hitung jenis leukosit metode otomatisasi dan manual berdasarkan nilai normal
Jenis dan Klinis Sel
Frekuensi Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit*
Normal Basofilia Normal Eosinofilia Normal Netrofilia Limfopenia Normal Limfositosis Normal Monositosis
Otomatisasi 35 7 41 1 2 40 15 26 1 10 32
(83,3%) (16,7%) (97,6%) (2,4%) (4,8%) (95,2%) (35,7%) (61,9%) (2,4%) (23,8%) (76,2%)
Manual 35 7 41 1 3 39 14 25 3 22 20
(83,3%) (16,7%) (97,6%) (2,4%) (7,1%) (92,9%) (33,3%) (59,5%) (7,1%) (52,4%) (47,6%)
Keterangan :

1. Basofilia : > 0,05 x 109/L


Eosinofilia : > 0,7 x 109/L
Netrofilia : > 7 x 109/L
Limfopenia : < 1,5 x 109/L
Limfositosis : > 4,0 x 109/L
Monositosis : > 0,5 x 109/L
2. (*) menunjukkan nilai dengan perbedaan yang bermakna

Tabel 4.2 Nilai rataan, SD, dan rentang hitung jenis leukosit metode otomatisasi dan manual (Nilai dalam satuan 109/L)
Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual
Rataan 0,019 0,019 0,174 0,198 11,904 11,965 2,010 2,063 0,774 0,621
Std. 0,043 0,044 0,205 0,229 6,420 6,357 1,177 1,288 0,366 0,439
Deviasi
(SD)
Rentang 0,00 – 0,14 0,00 – 0,00 – 0,95 0,00 – 3,47 – 37,97 4,28 – 0,33 – 7,17 0,33 – 0,16 – 1,70 0,00 –
0,14 0,95 37,97 6,71 2,27
27

40 sampel (95,2%) kriteria netrofilia (di atas -nilai -normal), sementara

pada -metode manual, tiga sampel (7,1%) kriteria normal, dan 39 sampel

(92,9%) kriteria netrofilia (di atas nilai normal). Begitu juga dengan hitung

sel limfosit yang menunjukkan adanya perbedaan jumlah pada kriteria

hasil antara kedua metode. Pada metode otomatisasi, 15 sampel (35,7%)

kriteria limfopenia (di bawah nilai normal), 26 sampel (61,9%) kriteria

normal, dan satu sampel (2,4%) kriteria limfositosis (di atas nilai normal),

sementara pada metode manual 14 sampel (7,1%) kriteria limfopenia (di

bawah nilai normal), 25 sampel (59,5%) kriteria normal, dan tiga sampel

(7,1%) kriteria limfositosis (diatas nilai normal). Hitung sel monosit juga

menunjukkan adanya perbedaan jumlah kriteria pada hasil antara kedua

metode. Pada metode otomatisasi, 10 sampel (23,8%) kriteria normal, dan

32 sampel (76,2%) kriteria monositosis (di atas nilai normal), sementara

pada metode manual 22 sampel (52,4%) kriteria normal, dan 20 sampel

(47,6%) kriteria monositosis (di atas nilai normal).

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat dari 42 sampel, nilai rataan dan

rentang pada sel basofil mempunyai hasil yang sama antar kedua metode,

yaitu 0,019, dan 0,00 – 0,14, sedangkan nilai SD hanya berbeda sedikit,

yaitu metode otomatisasi 0,043 dan metode manual 0,044.

Pada hitung sel eosinofil, didapat nilai rataan metode otomatisasi

0,174 dan rataan metode manual 0,198, nilai SD metode otomatisasi

0,205 dan metode manual 0,229 serta nilai rentang yang sama antara

kedua metode yaitu 0.00 – 0.95. Pada hitung sel netrofil didapat nilai
28

rataan metode otomatisasi 11,904 dan rataan metode manual 11,965, nilai

SD metode otomatisasi 6,420 dan SD metode manual 6,357 serta nilai

rentang pada metode otomatisasi 3,47 – 37,97 dan nilai rentang metode

manual 4,28 – 37,97.

Hitung sel limfosit pada kedua metode menunjukkan nilai rataan

metode otomatisasi 2,010 dan metode manual 2,063, begitu juga dengan

nilai SD pada metode otomatisasi 1,177 dan metode manual 1,288 serta

nilai rentang pada metode otomatisasi 0,33 – 7,17 dan nilai rentang

metode manual 0,33 – 6,71. Pada hitung sel monosit juga didapat nilai

yang berbeda, nilai rataan metode otomatisasi 0,774 dan metode manual

0,621, nilai SD metode otomatisasi 0,366 dan metode manual 0,439 serta

nilai rentang pada metode otomatisasi 0,16 – 1,70 dan metode manual 0,00

– 2,27.

Uji beda bermakna dilakukan pada kedua metode, yaitu metode

manual dan otomatisasi. Penentuan uji tersebut berdasarkan hasil uji

normalitas data Shapiro-Wilk. Ketentuan hasil uji yaitu, jika nilai

probabilitas (p) < α (0,05) maka data berdistribusi tidak normal dan jika

nilai probabilitas (p) > α (0,05) maka distribusi data normal. Hasil uji

normalitas data menunjukkan keseluruhan hasil hitung jenis leukosit

mempunyai nilai p 0,000, hal ini menunjukkan keseluruhan data

berdistribusi tidak normal.

Berdasarkan uji normalitas data, yaitu sebaran data tidak normal,

maka jenis uji yang dilakukan adalah uji nonparametrik Wilcoxon.


29

Ketentuan hasil uji yaitu, jika nilai p value (2 tailed) < α (0,05) maka Ha

diterima, yang berarti ada perbedaan hasil. Jika nilai p value (2 tailed) > α

(0,05) maka Ha ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan hasil. Hasil uji

nonparametrik Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Uji Nonparametrik Wilcoxon

Jenis Sel P (value)


Basofil 0,833
Eosinofil 0,226
Netrofil 0,084
Limfosit 0,916
Monosit 0,020

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil uji beda bermakna nonparametrik

Wilcoxon, diperoleh nilai p kedua metode pada hitung sel basofil,

eosinofil, netrofil, dan limfosit masing-masing 0,833, 0,226, 0,084, dan

0,916. Nilai tersebut menunjukkan nilai p lebih dari nilai α (0,05), yang

berarti tidak ada perbedaan bermakna antara hitung jenis sel

basofil,eosinofil, netrofil dan limfosit metode otomatisasi dengan manual.

Nilai p pada hitung monosit yaitu 0,020. Nilai tersebut kurang dari nilai α

(0,05), yang berarti ada perbedaan bermakna hitung jenis sel monosit

antara metode otomatisasi dengan manual.

B. Pembahasan

Pemeriksaan hitung jenis leukosit pada penelitian ini dilakukan

dengan metode otomatisasi dan manual. Pemeriksaan hitung jenis

leukosit metode otomatisasi menggunakan hematology analyzer dengan

teknologi laser light scattering-flowcytometry dan metode manual


30

menggunakan sediaan apus darah tepi (SADT) yang dibuat dengan alat

otomatisasi. Hitung jenis leukosit metode manual dilakukan menggunakan

mikroskop perbesaran 1000 kali.

Kriteria sampel pada penelitian ini adalah leukositosis, yaitu

mempunyai jumlah leukosit lebih dari nilai normal. Hitung jumlah lekosit

lebih dari nilai normal, bukan berarti hitung jenis leukosit juga di luar nilai

normal. Hal ini dibuktikan ada beberapa sampel pada penelitian ini dengan

hitung jenis leukosit normal, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. Hasil

hitung leukosit yang melebihi nilai normal dapat disebabkan karena

adanya reaksi infeksi dan peradangan.

Pada Tabel 4.2 dapat diketahui nilai rata-rata tiap jenis leukosit

bervariasi, pada kedua metode ada yang berada di kisaran nilai normal,

yaitu sel basofil, eosinofil dan limfosit serta nilai rataan di atas nilai

normal yaitu sel netrofil dan monosit. Rataan nilai absolut sel netrofil

menunjukkan nilai di atas normal, hal ini dapat mengindikasikan pasien

dengan kondisi infeksi dan peradangan. Rataan nilai absolut sel monosit

pada kedua metode juga menunjukkan nilai di atas normal, hal ini dapat

menunjukkan kondisi infeksi (tuberkulosis, brucellosis, sifilis, protozoa,

riketsia) dan keganasan seperti leukemia (Fischbach F, Marshall D, 2009).

Perhitungan standar deviasi (SD) pada tiap jenis sel dengan kedua

metode didapatkan hasil yang bervariasi. Nilai SD menunjukkan analisis

sebaran data. Semakin kecil perbedaan antara nilai SD dengan nilai rataan,

maka menunjukkan variasi yang kecil atau nilai terletak dekat dari nilai
31

rataan. Semakin besar perbedaan antara nilai SD dengan nilai rataan, maka

menunjukkan variasi yang lebih besar atau nilai terletak jauh dari rataan

(Hermawanto, 2010).

Pada penelitian ini, nilai SD pada metode manual umumnya lebih

besar dibandingkan metode otomatisasi, kecuali nilai SD pada hitung jenis

netrofil (Tabel 4.2). Hal ini menunjukkan variasi data metode manual lebih

besar dibandingkan metode otomatisasi. Pada metode manual hasil hitung

jenis leukosit dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

variasi hasil seperti teknik pembuatan dan pembacaan SADT, persebaran

sel serta ketrampilan petugas dalam menentukan jenis leukosit. Pada

metode otomatisasi, analisis sel leukosit lebih stabil dengan presisi dan

akurasi yang baik karena terdapat proses kontrol kualitas dan kalibrasi alat

otomatisasi (Bain BJ, 2016).

Hasil uji berbeda bermakna menunjukkan perbedaan yang

signifikan pada hitung sel monosit (Tabel 4.3). Hal ini terjadi karena

besarnya selisih SD antara metode manual dan otomatisasi. Penelitian

lainnya juga menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hitung jenis sel

monosit antara metode otomatisasi dan manual. Hal ini dapat terjadi

karena pada pembacaan manual, sebaran sel monosit pada SADT tidak

homogen, karena sel akan terdistribusi di SADT berdasarkan berat

jenisnya. Sel monosit cenderung berada pada bagian pinggir SADT, yang

memungkinkan sel monosit tidak terhitung dengan pembacaan manual

teknik battlement (Brown W, M Kenney, BD Hedley,2013).


32

Teknik battlement merupakan metode manual yang

direkomendasikan untuk hitung jenis leukosit khususnya pada sampel

leukositosis (Bain BJ, 2016;Rodak BF, Jacqueline HC., 2016). Namun

demikian pada penelitian ini, terdapat perbedaan hasil hitung monosit

metode otomatisasi dengan metode manual. Mengingat hitung jenis

leukosit metode manual lebih banyak dipengaruhi oleh faktor teknis

dibandingkan metode otomatisasi, maka juga harus mempertimbangkan

kriteria sampel sebagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan.
33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemeriksaan perbedaan hasil hitung jenis

leukosit metode otomatisasi dengan hitung manual SADT pada sampel

leukositosis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan

hitung sel basofil, eosinofil, netrofil, dan limfosit metode otomatisasi

dengan manual SADT pada sampel leukositosis.

2. Terdapat perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan hitung sel

monosit metode otomatisasi dengan manual SADT pada sampel

leukositosis.

3. Nilai rata-rata sel leukosit pada metode otomatisasi yaitu sel basofil

0,019 x 109/L, eosinofil 0,174 x 109/L, netrofil 11,904 x 109/L, limfosit

2,010 x 109/L dan monosit 0,774 x 109/L.

4. Nilai rata-rata sel leukosit pada metode manual SADT yaitu sel basofil

0,019 x 109/L, eosinofil 0,198 x 109/L, netrofil 11,965 x 109/L, limfosit

2,063 x 109/L dan monosit 0,621 x 109/L.


34

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan perbandingan kedua metode

hitung jenis leukosit dengan kategori yang lebih spesifik, contohnya

sampel dengan kriteria netrofilia.


35

DAFTAR PUSTAKA

Adewoyin AS, B Nwogoh., 2014. Peripheral Blood Film. A Review. Page Med
2014 Vol-12 No 2. University of Benin Teacjing Hospital. P: 71-79
Al Aswad, Mohammed, Aida., 2008. Practical of Clinical Hematology. Medical
Technology Departement Islamic University. Gaza.
Alemu Y, Alemayehu A, Zewdneh S, 2006. Hematology: Lecture Notes for
Medical Laboratory Student. Ethiphia Public Health Training Initiative.
Jimma University. P: 122-135
Bain BJ, 2016. Blood Cells a Practical Guide Fifth Edition. Oxford : Wiley
Blackwell Publishing. P:23-25
Bain BJ, Imelda B,Michael AL, 2017. Dacie and Lewis Practical Haematology
Twelfth Edition.China : Elsevier. P: 25-27
Brown W, M Kenney, BD Hedley, 2013. Initial performance evaluation of the
UniCel DxH slide maker/stainer Coulter cellular analysis system.
International Journal of Laboratory Hematology 2013 No 36. P: 172-183.
Elsevier, 2007. Saunders Comprehensive Veterinary Dictionary, 3rd Edition.
United States of America. P:22
Fischbach F, Marshall D, 2009. A Manual of Laboratory and Diagnostic Test 8th
Edition. USA : Lippincott Williams&Wilkins. P: 70-80
Gandasoebrata, 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. P: 30
Hermawanto, H, 2010, Biostatistika Dasar, Trans Info Media, Jakarta, p:93
Hiru KD, 2013. Live Blood Analysis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. P: 51-54
Keohane EM, Larry JS, Jeanine MW, 2016. Rodak’s Hematology Clinical
Principles and Applications Fifth Edition. Missouri : Elsevier. P: 227
Kiswari R, 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga. P: 5, 227-231
Kotkke-Marchant K., Bruce HD, 2012. Laboratory Hematology Practice. Oxford
: Wiley Blackwell Publishing. P: 33
Mathur A, Ardhendu ST, Manohar Kuse., 2013. Scalable system for
classification of white blood cells from Leishman stained blood stain
images. Symposium Original Research. Department of Computer Science,
The LNM Institute of Information Technology, Jaipur, India. J Pathol
Inform Ed: 2013
Mindray International Manual GuideBC-6800, 2016. P: 63-66
Mindray International Manual GuideSC-120, 2016. P: 51-54
36

Momodu I, 2016. Determination of Platelet and White Blood Cell Counts from
Peripheral Blood Smear: An Indispensable Method in Under-resource
Laboratories. Department of Haematology Aminu Kano Teaching
Hospital, Kano State, Nigeria. International Blood Research & Reviews
5(2). 2016. P: 1-7
Pratiwi DT, 2009. Perbandingan Hitung Jenis Leukosit Metode Transversal dan
Longitudinal. Undergraduate Thesis. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang.
Prinsloo T, 2001. The evaluation of a new Haematologycal cell counter, the CELL
– DYN 3500,one canine leukocyte differential counts. Faculty of
Veternary, University of Pretoria. P: 2, 84-93.
Riley LK, Jedda Rupert, 2015. Evaluation of Patients with Leukocytosis.
American Academy of Family Physicians. P: 1004-1011
Rodak BF, Jacqueline HC., 2016. Clinical Haematology Atlas. United States of
America : Elsevier. P: 70-85
Wahid A., Wahyu P, 2015. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis
Leukosit menggunakan Metode Manual dengan laser based flowcytometry.
Jurnal Kesehatan STIKes Rajawali. Edisi Oktober 2015.
Wijayanti F, 2017. Kejadian Leukositosis pada Ibu Nifas (Studi deskriptif di
RSUD Tugurejo Semarang. Undergraduate Thesis. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang.
37
38

Lampiran 2 Penjelasan Sebelum Penelitian

PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN

Judul Penelitian : Perbedaan Hasil Hitung Jenis Leukosit Metode


Otomatisasi dengan Hitung Manual Sediaan Apus Darah
Tepi (SADT) Pada Sampel Leukositosis
Peneliti : Nida Kurnia Adilah
NIM : P3.73.34.2.15.027
No. Telepon : 081297789692

Saya Nida Kurnia Adilah, mahasiswi Jurusan D-IV Teknologi


Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III yang beralamat di Jalan
Arteri JORR Jatiwarna Pondok Melati Bekasi, bermaksud mengadakan penelitian
untuk mengetahui Perbedaan Hasil Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatisasi
Flowcytometry dengan Hitung Manual Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) pada
Sampel Leukositosis.
Data penelitian ini diambil dengan cara mengambil data primer yaitu
pemeriksaan hitung jenis leukosit dengan alat otomatisasi. Anda adalah petugas di
bagian Laboratorium Hematologi RSAL Dr. Mintohardjo. Anda akan diminta ikut
serta dalam penelitian ini sebagai penyedia sampel penelitian. Jika Anda bersedia
untuk ikut serta dalam penelitian ini merupakan partisipasi aktif dalam
mengembangkan ilmu dan pengetahuan dalam bidang hematologi.
Terkait pemeriksaan dan pengambilan data hasil pemeriksaan, maka saya
akan memenuhi segala ketentuan dan prosedur yang ada di RSAL Dr.
Mintohardjo. Hasil penelitian ini akan diinformasikan kepada institusi tempat
peneliti berasal dan institusi terkait penelitian ini.
Jika masih ada hal-hal terkait penelitian yang ingin ditanyakan lebih
lanjut, dapat menghubungi Nida Kurnia Adilah (Nida) melalui nomor
39

081297789692. Demikian penjelasan saya. Atas kesediaan partisipasinya, peneliti


mengucapkan terima kasih.
Bekasi, April 2019
Peneliti

Nida Kurnia Adilah


40

Lampiran 3 Formulir Informed Consent (Lembar Persetujuan)


41

Lampiran 4 Pernyataan Telah Melaksanakan Informed Consent

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nida Kurnia Adilah

NIM : P3.73.34.2.15.027

Program Studi : D IV Teknologi Laboratorium Medis

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian

sesuai dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan

kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.

Mengetahui Bekasi, 11 April 2019

Pembimbing 1 Yang Membuat Pernyataan

(Dewi Astuti, S.Si, M. Biomed.) (Nida Kurnia Adilah)


NIP. 198312172006042001 NIM P3.73.34.2.15.036
42

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian


43

Lampiran 6 Surat Balasan Izin Penelitian


44

Lampiran 7 Surat Tanda Selesai Penelitian (Telah melaksanakan Etik)


45
46

Lampiran 9 Alur Kerja Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) alat
Otomatis

(Mindray International Manual GuideSC-120, 2016. h: 52)


Keterangan :
 Alur kerja dengan latar belakang berwarna merah muda, menggambarkan
prosedur persiapan sampel.
 Alur kerja dengan latar belakang berwarna biru, menggambarkan prosedur
pembuatan SADT
47

Lampiran 10 Rumus Hitung Jenis Leukosit menjadi Nilai Absolut

= Nilai Absolut Jenis Sel (109/L)

(Fischbach F, Marshall D, 2009, h70)


*WBC, jumlah hitung jenis leukosit
48

Lampiran 11 Data Hasil Penelitian

Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Persentase (%)

Kode Otomatis (%) Manual SADT (%)


Sampel WBC Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
L1 19350 0 1 83 12 4 0 0 86 8 6
L2 10210 1 2 69 22 7 0 4 70 20 6
L3 15530 0 0 87 11 2 0 2 87 9 2
L4 15340 0 1 76 17 6 0 0 78 12 10
L5 15450 0 1 80 8 11 0 1 86 10 3
L6 11350 1 5 71 18 6 1 6 68 18 7
L7 11410 0 1 71 23 5 0 2 74 22 2
L8 12070 0 0 91 7 2 0 0 91 7 2
L9 11220 0 1 72 23 4 0 0 77 19 4
L10 11840 1 2 64 28 6 0 5 68 25 2
L11 14080 1 3 69 21 7 0 2 75 19 4
L12 28340 0 0 89 5 6 0 0 85 7 8
L13 11400 0 2 80 14 4 0 2 85 8 5
L14 40830 0 0 93 5 2 0 0 93 7 0
L15 12810 0 0 76 20 4 0 0 78 18 4
L16 11420 0 1 85 6 8 0 0 78 11 11
L17 12050 0 2 77 16 5 0 2 80 12 6
L18 10710 0 1 72 21 6 1 1 73 17 8
L19 10580 0 9 60 25 6 0 9 64 23 4
49

Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Persentase (%)
Kode Otomatis (%) Manual SADT (%)
Sampel WBC Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
L20 18310 0 1 87 6 6 0 0 85 7 8
L21 15270 0 2 75 20 3 0 2 80 15 3
L22 15870 0 0 78 13 9 0 1 82 11 6
L23 12990 0 2 84 9 5 0 3 90 5 2
L24 11570 0 2 30 62 6 0 2 37 58 3
L24 11100 0 0 93 3 4 0 0 91 6 3
L26 15410 0 0 91 6 3 0 0 92 6 2
L27 11430 0 5 68 23 4 0 5 71 21 3
L28 10560 1 1 68 24 7 1 1 68 27 3
L29 13800 0 2 64 28 6 1 3 62 30 4
L30 15840 0 0 89 6 5 0 0 90 7 3
L31 13490 0 5 69 18 8 1 5 69 20 5
L32 10260 1 2 83 7 8 1 3 83 6 7
L33 11630 0 2 71 21 6 0 1 72 25 2
L34 13040 0 1 80 11 8 0 1 78 15 6
L35 12300 1 1 78 15 6 1 2 75 18 4
L36 33740 0 0 93 3 4 0 0 92 4 4
L37 16450 0 0 96 3 1 0 0 97 2 1
L38 12370 0 1 75 18 6 0 2 46 49 3
L39 15340 0 0 95 3 2 0 1 91 3 5
L40 10710 0 1 78 15 6 0 1 80 15 4
L41 22620 0 0 80 13 7 0 0 82 15 3
L42 14350 0 0 83 10 7 0 0 85 12 3
50

Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Nilai Absolut ( x 109/L)

Kode Otomatis( x 109/L) Manual SADT ( x 109/L)


Sampel WBC Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
L1 19350 0.00 0.19 16.06 2.32 0.77 0.00 0.00 16.64 1.55 1.16
L2 10210 0.10 0.20 7.04 2.25 0.71 0.00 0.41 7.15 2.04 0.61
L3 15530 0.00 0.00 13.51 1.71 0.31 0.00 0.31 13.51 1.40 0.31
L4 15340 0.00 0.15 11.66 2.61 0.92 0.00 0.00 11.97 1.84 1.53
L5 15450 0.00 0.15 12.36 1.24 1.70 0.00 0.15 13.29 1.55 0.46
L6 11350 0.11 0.57 8.06 2.04 0.68 0.11 0.68 7.72 2.04 0.79
L7 11410 0.00 0.11 8.10 2.62 0.57 0.00 0.23 8.44 2.51 0.23
L8 12070 0.00 0.00 10.98 0.84 0.24 0.00 0.00 10.98 0.84 0.24
L9 11220 0.00 0.11 8.08 2.58 0.45 0.00 0.00 8.64 2.13 0.45
L10 11840 0.12 0.24 7.58 3.32 0.71 0.00 0.59 8.05 2.96 0.24
L11 14080 0.14 0.42 9.72 2.96 0.99 0.00 0.28 10.56 2.68 0.56
L12 28340 0.00 0.00 25.22 1.42 1.70 0.00 0.00 24.09 1.98 2.27
L13 11400 0.00 0.23 9.12 1.60 0.46 0.00 0.23 9.69 0.91 0.57
L14 40830 0.00 0.00 37.97 2.04 0.82 0.00 0.00 37.97 2.86 0.00
L15 12810 0.00 0.00 9.74 2.56 0.51 0.00 0.00 9.99 2.31 0.51
L16 11420 0.00 0.11 9.71 0.69 0.91 0.00 0.00 8.91 1.26 1.26
L17 12050 0.00 0.24 9.28 1.93 0.60 0.00 0.24 9.64 1.45 0.72
L18 10710 0.00 0.11 7.71 2.25 0.64 0.11 0.11 7.82 1.82 0.86
L19 10580 0.00 0.95 6.35 2.65 0.63 0.00 0.95 6.77 2.43 0.42
L20 18310 0.00 0.18 15.93 1.10 1.10 0.00 0.00 15.56 1.28 1.46
L21 15270 0.00 0.31 11.45 3.05 0.46 0.00 0.31 12.22 2.29 0.46
L22 15870 0.00 0.00 12.38 2.06 1.43 0.00 0.16 13.01 1.75 0.95
L23 12990 0.00 0.26 10.91 1.17 0.65 0.00 0.39 11.69 0.65 0.26
L24 11570 0.00 0.23 3.47 7.17 0.69 0.00 0.23 4.28 6.71 0.35
51

Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Persentase ( x 109/L)
Kode Otomatis( x 109/L) Manual SADT ( x 109/L)
Sampel WBC Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
L24 11100 0.00 0.00 10.32 0.33 0.44 0.00 0.00 10.10 0.67 0.33
L26 15410 0.00 0.00 14.02 0.92 0.46 0.00 0.00 14.18 0.92 0.31
L27 11430 0.00 0.57 7.77 2.63 0.46 0.00 0.57 8.12 2.40 0.34
L28 10560 0.11 0.11 7.18 2.53 0.74 0.11 0.11 7.18 2.85 0.32
L29 13800 0.00 0.28 8.83 3.86 0.83 0.14 0.41 8.56 4.14 0.55
L30 15840 0.00 0.00 14.10 0.95 0.79 0.00 0.00 14.26 1.11 0.48
L31 13490 0.00 0.67 9.31 2.43 1.08 0.13 0.67 9.31 2.70 0.67
L32 10260 0.10 0.21 8.41 0.72 0.82 0.10 0.31 8.52 0.62 0.72
L33 11630 0.00 0.23 8.26 2.44 0.70 0.00 0.12 8.37 2.91 0.23
L34 13040 0.00 0.13 10.43 1.43 1.04 0.00 0.13 10.17 1.96 0.78
L35 12300 0.12 0.12 9.59 1.85 0.74 0.12 0.25 9.23 2.21 0.49
L36 33740 0.00 0.00 31.38 1.01 1.35 0.00 0.00 31.04 1.35 1.35
L37 16450 0.00 0.00 15.79 0.49 0.16 0.00 0.00 15.96 0.33 0.16
L38 12370 0.00 0.12 9.28 2.23 0.74 0.00 0.25 5.69 6.06 0.37
L39 15340 0.00 0.00 14.57 0.46 0.31 0.00 0.15 13.96 0.46 0.77
L40 10710 0.00 0.11 8.35 1.61 0.64 0.00 0.11 8.57 1.61 0.43
L41 22620 0.00 0.00 18.10 2.94 1.58 0.00 0.00 18.55 3.39 0.68
L42 14350 0.00 0.00 11.91 1.44 1.00 0.00 0.00 12.20 1.72 0.43
52

Lampiran 12 Dokumentasi

a. Mindray CAL 8000 Series (BC 6800 dan SC 120)

b. Reagen kontrol alat Mindray BC 6800

c. Dokumentasi peneliti melakukan operasional alat otomatisasi


53

d. Dokumentasi peneliti melakukan pengamatan SADT


54

e. Gambar hasil pengamatan mikroskop dengan perbesaran 100


55

Lampiran 13 Lembar Bimbingan Skripsi


56
57
58

Anda mungkin juga menyukai