SKRIPSI
Oleh:
NIM: P3.73.34.2.15.027
2019
PERBEDAAN HASIL HITUNG JENIS LEUKOSIT METODE
SKRIPSI
Oleh:
NIM: P3.73.34.2.15.027
2019
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
v
ikhlas, kakak tersayang Teh Dea yang telah mendoakan,menyemangati dan
mendengarkan keluh kesah penulis. Serta Kakak-kakakku, Teh Wulan, A Adi
dan A Irfan yang telah membantu menyemangati dan memberikan dukungan
materil.
7. Para sahabat Asiyah, Kiki, Sefty yang selalu memberikan saran, motivasi,doa,
dan mendengarkan keluh kesah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tim
penelitian RS AL, Hamidah dan Naomi terima kasih telah membantu penulis
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini, berbagi jurnal dan buku-buku untuk
referensi, tanpa kalian mungkin penulis akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Sri Yati, selaku teknisi laboratorium Rumah Sakit TNI AL dr.
Mintohardjo, yang sudah bersedia membimbing penulis dan bersedia untuk
direpotkan saat penelitian berlangsung, terima kasih atas bimbingannya saat
penelitian berlangsung, Dr. Agus selaku penanggungjawab laboratorium
Rumah Sakit TNI AL dr. Mintohardjo yang telah memberikan penulis
kesempatan untuk melakukan penelitian, meminjamkan sarana dan prasarana
untuk dipakai penelitian, dan memberikan arahan serta saran kepada penulis.
9. Adik-adik asuhku, Naafi, Panji dan Melania, terima kasih sudah membantu,
memotivasi, dan mendengarkan keluh-kesah penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan sehingga
dapat menyempurnakan skripsi ini.
Bekasi, Juli 2019
Penulis
vi
ABSTRAK
Adilah, Nida Kurnia. 2019. Perbedaan Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatisasi
Flowcytometry dengan Hitung Manual Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) pada
Sampel Leukositosis. Skripsi, Program Studi Diploma IV Teknologi Laboratorium
Medis Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
Dewi Astuti,S.Si.,M.Biomed, Eva Ayu Maharani,S.Si.,M.Biomed.
Pemeriksaan hitung jenis leukosit merupakan salah satu dari tes laboratorium
yang dilakukan untuk menghasilkan informasi yang relevan secara klinis tentang
kesehatan dan penyakit. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit dapat dilakukan
dengan metode otomatisasi dan manual. Metode otomatisasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah otomatisasi flowcytometry, dan metode manual dengan teknik
pembacaan Battlement. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan bermakna hasil pemeriksaan hitung jenis leukosit antara
metode otomatisasi dengan metode manual Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)
menggunakan sampel leukositosis. Pembuatan SADT dilakukan menggunakan
alat otomatisasi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan
desain studi cross sectional terhadap 42 pasien laboratorium RS TNI AL dr.
Mintohardjo. Proses pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling
pada kurun waktu tertentu sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.
Hasil uji statistik non parametrik Wilcoxon diperoleh nilai p-value > 0.05
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada hitung sel basofil (0,833),
eosinofil (0,226), netrofil (0,084), dan limfosit (0,916). Nilai p-value < 0,05
menunjukkan ada perbedaan bermakna pada monosit (0.020). Kesimpulan
penelitian ini adalah tidak ada perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan
hitung sel basofil, eosinofil, netrofil dan limfosit metode otomatisasi dan manual,
serta ada perbedaan yang bermakna hasil pemeriksaan hitung sel monosit antara
metode otomatisasi dengan manual SADT pada sampel leukositosis. Faktor
utama yang mempengaruhi perbedaan pada kedua metode adalah pola persebaran
sel monosit di SADT.
Kata kunci: Hitung jenis leukosit, SADT, Battlement
vii
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 17
A. Definisi Operasional............................................................................. 17
B. Definisi Operasional Penelitian............................................................ 17
C. Rancangan Penelitian ........................................................................... 18
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 18
E. Populasi dan Sampel ............................................................................ 19
F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ................................................................ 20
G. Prosedur Penelitian............................................................................... 21
H. Teknik Penyajian Data ......................................................................... 24
I. Teknik Pengolahan dan Analisa Data .................................................. 24
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ....................................................... 17
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Morfologi Sel Basofil dengan perbesaran mikroskop 1000x ....... 7
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Penulis ......................................................... 37
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
deteksi adanya kelainan klinis (Keohane EM, Larry JS, Jeanine MW,
2016).
1
2
leukosit di kaca objek. Pada saat sampel darah dibuat apusan, maka sel
leukosit akan tersebar berdasarkan perbedaan ukuran dan berat jenis sel
mikroskopik.
B. Rumusan Masalah
leukositosis ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
SADT
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Akademisi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Leukositosis
nilai normal. Hal ini disebabkan adanya respon infeksi kronis seperti
(Wijayanti F, 2017).
Jenis sel leukosit, terdiri atas: basofil, eosinofil, netrofil, limfosit, dan
monosit. Jika terjadi peningkatan pada salah satu jenis sel leukosit, maka
netrofilia, serta penyebutan lain tanpa akhiran „lia‟ seperti limfositosis dan
a. Basofilia
Basofilia terjadi jika jumlah basofil >50/mm3 atau > 0.05 × 109/L.
6
7
Marshall D, 2009 h.77). Ciri morfologi basofil yaitu, ukuran 10-14 µm,
sitoplasma berwarna ungu tua dengan granula kasar, serta nukleus yang
biasanya terdiri dari 2 lobus yang terhubung filamen tipis (Rodak BF,
Jacqueline HC., 2016 h.75). Sel basofil secara mikroskopik dapat dilihat
b. Eosinofilia
Eosinofilia terjadi jika jumlah eosinofil > 5% atau > 500 sel/mm3
kronik, polisitemia vera dan penyakit kulit kronik, serta terjadi pada
kemerahan, serta nukleus yang terdiri dari 2-3 lobus yang terhubung
filamen tipis (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016 h.73). Sel eosinofil
c. Netrofilia
Sel netrofil terdiri atas netrofil batang dan segmen. Netrofil batang
ditandai dengan inti sel membentuk lobus yang bersegmen dan antar
Netrofilia terjadi jika jumlah sel netrofil lebih dari 7,0 × 109/L.
vera, dan leukimia mieloid serta dapat terjadi saat inflamasi, infeksi
(a) (b)
d. Limfositosis
Limfositosis terjadi jika jumlah sel limfosit > 40% atau >4000/mm3
atau > 4.0 × 109/L. Limfositosis terjadi pada pasien dengan penyakit
e. Monositosis
Monositosis terjadi jika jumlah sel monosit >10% atau >500 sel/mm3
atau >0.5 × 109/L. Monositosis terjadi pada pasien dengan infeksi bakteri
h.78;Wijayanti F, 2017).
nukelus bervariasi (bulat, tapal kuda) (Rodak BF, Jacqueline HC., 2016
h.61). Sel monosit secara mikroskopik dapat dilihat pada Gambar 2.5.
(a) (b)
Metode untuk hitung jenis leukosit terdiri atas metode manual dan
mikroskopik.
sinyal laser dan 1 sudut sinyal fluoresens untuk diferensiasi jenis sel dan
Pada saat sel leukosit mengalir melalui sheath fluid, maka sinar laser
ditembakkan menembus sel leukosit, dan sinar laser yang diteruskan akan
karena ukuran sel limfosit yang kecil, serta kandungan asam nukleat
yang rendah, maka pola persebaran sel pada grafik berada di posisi
yang memiliki ukuran dan kandungan asam nukleat yang lebih besar,
dan membentuk pola sebaran yang lebih kuat. Pada perhitungan sel
asam nukleat yang lebih rendah, maka pola persebaran sel pada
grafik terletak lebih rendah, dengan sisi sebaran yang lebih kuat.
6800, 2016).
2016).
2016).
sel yang bersifat alkalis akan bereaksi dengan ion pewarna eosin Y
B. Kerangka Konsep
Sampel Leukositosis
C. Hipotesis
METODE PENELITIAN
A. Definisi Operasional
17
18
C. Rancangan Penelitian
bersamaan.
1. Populasi
2. Sampel
leukosit, hasil hitung leukosit di atas nilai normal (lebih dari 10.000
a. Besar Sampel
dibulatkan menjadi 38
Keterangan :
d = presisi
n=
1. Kriteria Inklusi
Jumlah hitung jenis sel leukosit lebih dari 10.000 sel/µL dan SADT
2. Kriteria Eksklusi
Jumlah hitung jenis sel leukosit kurang dari atau sama dengan 10.000
G. Prosedur Penelitian
koneksi keyboard dan printer berada pada posisi yang tepat. Kemudian
nyalakan dengan menekan tombol “Switch” yang ada di sisi kiri alat
hijau. Kemudian alat akan melakukan self test dan menginisiasi sistem
EDTA yang telah di barcode kemudian di scan, lalu alat akan otomatis
sampel leukositosis akan dicetak dan digunakan untuk data primer dan
8000, yang terdiri dari 2 unit BC-6800 dan 1 unit SC-120. Untuk
kaca objek dimasukkan ke dalam rak khusus, kemudian rak yang berisi
kaca objek akan dikeluarkan melalui pintu output dan siap untuk
leukosit (Kiswari,2014).
24
uji statistik. Data yang sudah diperoleh dilakukan uji normalitas data
p pada hasil uji normalitas data lebih dari nilai α maka data terdistribusi
normal, sedangkan jika nilai p kurang dari nilai α maka data terdistribusi
mengacu pada hipotesis yang telah ditentukan. Hipotesis untuk uji t beda
1. H0 diterima jika nilai p > α (0,05), yaitu tidak ada perbedaan yang
A. Hasil Penelitian
berdasarkan nilai absolut sel leukosit per 10 9/L. Sampel yang digunakan
adalah sampel yang mempunyai ciri leukositosis, yaitu jumlah sel lekosit
di atas nilai normal. Nilai normal, yaitu basofil 0,02- 0,05 x 109/L ,
Selain itu, dilakukan juga penghitungan nilai rataan, standar deviasi (SD),
berdasarkan nilai normal, pada hitung sel basofil, didapat hasil yang sama
kriteria normal, dan 7 sampel (16,7%) kriteria basofilia (di atas nilai
normal). Hitung sel eosinofil menunjukkan hasil yang juga sama antara
kedua metode, yaitu 41 sampel (97,6%) kriteria normal, dan satu sampel
(2,4%) kriteria eosinofilia (di atas nilai normal). Hitung sel netrofil
metode. Pada metode otomatisasi, dua sampel (4,8%) kriteria normal, dan
25
26
Tabel 4.1 Pengelompokan hasil hitung jenis leukosit metode otomatisasi dan manual berdasarkan nilai normal
Jenis dan Klinis Sel
Frekuensi Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit*
Normal Basofilia Normal Eosinofilia Normal Netrofilia Limfopenia Normal Limfositosis Normal Monositosis
Otomatisasi 35 7 41 1 2 40 15 26 1 10 32
(83,3%) (16,7%) (97,6%) (2,4%) (4,8%) (95,2%) (35,7%) (61,9%) (2,4%) (23,8%) (76,2%)
Manual 35 7 41 1 3 39 14 25 3 22 20
(83,3%) (16,7%) (97,6%) (2,4%) (7,1%) (92,9%) (33,3%) (59,5%) (7,1%) (52,4%) (47,6%)
Keterangan :
Tabel 4.2 Nilai rataan, SD, dan rentang hitung jenis leukosit metode otomatisasi dan manual (Nilai dalam satuan 109/L)
Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual Otomatisasi Manual
Rataan 0,019 0,019 0,174 0,198 11,904 11,965 2,010 2,063 0,774 0,621
Std. 0,043 0,044 0,205 0,229 6,420 6,357 1,177 1,288 0,366 0,439
Deviasi
(SD)
Rentang 0,00 – 0,14 0,00 – 0,00 – 0,95 0,00 – 3,47 – 37,97 4,28 – 0,33 – 7,17 0,33 – 0,16 – 1,70 0,00 –
0,14 0,95 37,97 6,71 2,27
27
pada -metode manual, tiga sampel (7,1%) kriteria normal, dan 39 sampel
(92,9%) kriteria netrofilia (di atas nilai normal). Begitu juga dengan hitung
normal, dan satu sampel (2,4%) kriteria limfositosis (di atas nilai normal),
bawah nilai normal), 25 sampel (59,5%) kriteria normal, dan tiga sampel
(7,1%) kriteria limfositosis (diatas nilai normal). Hitung sel monosit juga
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat dari 42 sampel, nilai rataan dan
rentang pada sel basofil mempunyai hasil yang sama antar kedua metode,
yaitu 0,019, dan 0,00 – 0,14, sedangkan nilai SD hanya berbeda sedikit,
0,205 dan metode manual 0,229 serta nilai rentang yang sama antara
kedua metode yaitu 0.00 – 0.95. Pada hitung sel netrofil didapat nilai
28
rataan metode otomatisasi 11,904 dan rataan metode manual 11,965, nilai
rentang pada metode otomatisasi 3,47 – 37,97 dan nilai rentang metode
metode otomatisasi 2,010 dan metode manual 2,063, begitu juga dengan
nilai SD pada metode otomatisasi 1,177 dan metode manual 1,288 serta
nilai rentang pada metode otomatisasi 0,33 – 7,17 dan nilai rentang
metode manual 0,33 – 6,71. Pada hitung sel monosit juga didapat nilai
yang berbeda, nilai rataan metode otomatisasi 0,774 dan metode manual
0,621, nilai SD metode otomatisasi 0,366 dan metode manual 0,439 serta
nilai rentang pada metode otomatisasi 0,16 – 1,70 dan metode manual 0,00
– 2,27.
probabilitas (p) < α (0,05) maka data berdistribusi tidak normal dan jika
nilai probabilitas (p) > α (0,05) maka distribusi data normal. Hasil uji
Ketentuan hasil uji yaitu, jika nilai p value (2 tailed) < α (0,05) maka Ha
diterima, yang berarti ada perbedaan hasil. Jika nilai p value (2 tailed) > α
(0,05) maka Ha ditolak, yang berarti tidak ada perbedaan hasil. Hasil uji
0,916. Nilai tersebut menunjukkan nilai p lebih dari nilai α (0,05), yang
Nilai p pada hitung monosit yaitu 0,020. Nilai tersebut kurang dari nilai α
(0,05), yang berarti ada perbedaan bermakna hitung jenis sel monosit
B. Pembahasan
menggunakan sediaan apus darah tepi (SADT) yang dibuat dengan alat
mempunyai jumlah leukosit lebih dari nilai normal. Hitung jumlah lekosit
lebih dari nilai normal, bukan berarti hitung jenis leukosit juga di luar nilai
normal. Hal ini dibuktikan ada beberapa sampel pada penelitian ini dengan
hitung jenis leukosit normal, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. Hasil
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui nilai rata-rata tiap jenis leukosit
bervariasi, pada kedua metode ada yang berada di kisaran nilai normal,
yaitu sel basofil, eosinofil dan limfosit serta nilai rataan di atas nilai
normal yaitu sel netrofil dan monosit. Rataan nilai absolut sel netrofil
dengan kondisi infeksi dan peradangan. Rataan nilai absolut sel monosit
pada kedua metode juga menunjukkan nilai di atas normal, hal ini dapat
Perhitungan standar deviasi (SD) pada tiap jenis sel dengan kedua
sebaran data. Semakin kecil perbedaan antara nilai SD dengan nilai rataan,
maka menunjukkan variasi yang kecil atau nilai terletak dekat dari nilai
31
rataan. Semakin besar perbedaan antara nilai SD dengan nilai rataan, maka
menunjukkan variasi yang lebih besar atau nilai terletak jauh dari rataan
(Hermawanto, 2010).
netrofil (Tabel 4.2). Hal ini menunjukkan variasi data metode manual lebih
metode otomatisasi, analisis sel leukosit lebih stabil dengan presisi dan
akurasi yang baik karena terdapat proses kontrol kualitas dan kalibrasi alat
signifikan pada hitung sel monosit (Tabel 4.3). Hal ini terjadi karena
lainnya juga menunjukkan perbedaan yang signifikan pada hitung jenis sel
monosit antara metode otomatisasi dan manual. Hal ini dapat terjadi
karena pada pembacaan manual, sebaran sel monosit pada SADT tidak
jenisnya. Sel monosit cenderung berada pada bagian pinggir SADT, yang
pemeriksaan.
33
BAB V
A. Kesimpulan
leukositosis.
3. Nilai rata-rata sel leukosit pada metode otomatisasi yaitu sel basofil
4. Nilai rata-rata sel leukosit pada metode manual SADT yaitu sel basofil
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adewoyin AS, B Nwogoh., 2014. Peripheral Blood Film. A Review. Page Med
2014 Vol-12 No 2. University of Benin Teacjing Hospital. P: 71-79
Al Aswad, Mohammed, Aida., 2008. Practical of Clinical Hematology. Medical
Technology Departement Islamic University. Gaza.
Alemu Y, Alemayehu A, Zewdneh S, 2006. Hematology: Lecture Notes for
Medical Laboratory Student. Ethiphia Public Health Training Initiative.
Jimma University. P: 122-135
Bain BJ, 2016. Blood Cells a Practical Guide Fifth Edition. Oxford : Wiley
Blackwell Publishing. P:23-25
Bain BJ, Imelda B,Michael AL, 2017. Dacie and Lewis Practical Haematology
Twelfth Edition.China : Elsevier. P: 25-27
Brown W, M Kenney, BD Hedley, 2013. Initial performance evaluation of the
UniCel DxH slide maker/stainer Coulter cellular analysis system.
International Journal of Laboratory Hematology 2013 No 36. P: 172-183.
Elsevier, 2007. Saunders Comprehensive Veterinary Dictionary, 3rd Edition.
United States of America. P:22
Fischbach F, Marshall D, 2009. A Manual of Laboratory and Diagnostic Test 8th
Edition. USA : Lippincott Williams&Wilkins. P: 70-80
Gandasoebrata, 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat. P: 30
Hermawanto, H, 2010, Biostatistika Dasar, Trans Info Media, Jakarta, p:93
Hiru KD, 2013. Live Blood Analysis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. P: 51-54
Keohane EM, Larry JS, Jeanine MW, 2016. Rodak’s Hematology Clinical
Principles and Applications Fifth Edition. Missouri : Elsevier. P: 227
Kiswari R, 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga. P: 5, 227-231
Kotkke-Marchant K., Bruce HD, 2012. Laboratory Hematology Practice. Oxford
: Wiley Blackwell Publishing. P: 33
Mathur A, Ardhendu ST, Manohar Kuse., 2013. Scalable system for
classification of white blood cells from Leishman stained blood stain
images. Symposium Original Research. Department of Computer Science,
The LNM Institute of Information Technology, Jaipur, India. J Pathol
Inform Ed: 2013
Mindray International Manual GuideBC-6800, 2016. P: 63-66
Mindray International Manual GuideSC-120, 2016. P: 51-54
36
Momodu I, 2016. Determination of Platelet and White Blood Cell Counts from
Peripheral Blood Smear: An Indispensable Method in Under-resource
Laboratories. Department of Haematology Aminu Kano Teaching
Hospital, Kano State, Nigeria. International Blood Research & Reviews
5(2). 2016. P: 1-7
Pratiwi DT, 2009. Perbandingan Hitung Jenis Leukosit Metode Transversal dan
Longitudinal. Undergraduate Thesis. Universitas Muhammadiyah
Semarang. Semarang.
Prinsloo T, 2001. The evaluation of a new Haematologycal cell counter, the CELL
– DYN 3500,one canine leukocyte differential counts. Faculty of
Veternary, University of Pretoria. P: 2, 84-93.
Riley LK, Jedda Rupert, 2015. Evaluation of Patients with Leukocytosis.
American Academy of Family Physicians. P: 1004-1011
Rodak BF, Jacqueline HC., 2016. Clinical Haematology Atlas. United States of
America : Elsevier. P: 70-85
Wahid A., Wahyu P, 2015. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hitung Jenis
Leukosit menggunakan Metode Manual dengan laser based flowcytometry.
Jurnal Kesehatan STIKes Rajawali. Edisi Oktober 2015.
Wijayanti F, 2017. Kejadian Leukositosis pada Ibu Nifas (Studi deskriptif di
RSUD Tugurejo Semarang. Undergraduate Thesis. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang.
37
38
NIM : P3.73.34.2.15.027
Lampiran 9 Alur Kerja Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) alat
Otomatis
Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Persentase (%)
Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Persentase (%)
Kode Otomatis (%) Manual SADT (%)
Sampel WBC Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
L20 18310 0 1 87 6 6 0 0 85 7 8
L21 15270 0 2 75 20 3 0 2 80 15 3
L22 15870 0 0 78 13 9 0 1 82 11 6
L23 12990 0 2 84 9 5 0 3 90 5 2
L24 11570 0 2 30 62 6 0 2 37 58 3
L24 11100 0 0 93 3 4 0 0 91 6 3
L26 15410 0 0 91 6 3 0 0 92 6 2
L27 11430 0 5 68 23 4 0 5 71 21 3
L28 10560 1 1 68 24 7 1 1 68 27 3
L29 13800 0 2 64 28 6 1 3 62 30 4
L30 15840 0 0 89 6 5 0 0 90 7 3
L31 13490 0 5 69 18 8 1 5 69 20 5
L32 10260 1 2 83 7 8 1 3 83 6 7
L33 11630 0 2 71 21 6 0 1 72 25 2
L34 13040 0 1 80 11 8 0 1 78 15 6
L35 12300 1 1 78 15 6 1 2 75 18 4
L36 33740 0 0 93 3 4 0 0 92 4 4
L37 16450 0 0 96 3 1 0 0 97 2 1
L38 12370 0 1 75 18 6 0 2 46 49 3
L39 15340 0 0 95 3 2 0 1 91 3 5
L40 10710 0 1 78 15 6 0 1 80 15 4
L41 22620 0 0 80 13 7 0 0 82 15 3
L42 14350 0 0 83 10 7 0 0 85 12 3
50
Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Nilai Absolut ( x 109/L)
Tabel Hitung Jenis Leukosit Metode Otomatis dan Metode manual SADT dengan Persentase ( x 109/L)
Kode Otomatis( x 109/L) Manual SADT ( x 109/L)
Sampel WBC Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit Basofil Eosinofil Netrofil Limfosit Monosit
L24 11100 0.00 0.00 10.32 0.33 0.44 0.00 0.00 10.10 0.67 0.33
L26 15410 0.00 0.00 14.02 0.92 0.46 0.00 0.00 14.18 0.92 0.31
L27 11430 0.00 0.57 7.77 2.63 0.46 0.00 0.57 8.12 2.40 0.34
L28 10560 0.11 0.11 7.18 2.53 0.74 0.11 0.11 7.18 2.85 0.32
L29 13800 0.00 0.28 8.83 3.86 0.83 0.14 0.41 8.56 4.14 0.55
L30 15840 0.00 0.00 14.10 0.95 0.79 0.00 0.00 14.26 1.11 0.48
L31 13490 0.00 0.67 9.31 2.43 1.08 0.13 0.67 9.31 2.70 0.67
L32 10260 0.10 0.21 8.41 0.72 0.82 0.10 0.31 8.52 0.62 0.72
L33 11630 0.00 0.23 8.26 2.44 0.70 0.00 0.12 8.37 2.91 0.23
L34 13040 0.00 0.13 10.43 1.43 1.04 0.00 0.13 10.17 1.96 0.78
L35 12300 0.12 0.12 9.59 1.85 0.74 0.12 0.25 9.23 2.21 0.49
L36 33740 0.00 0.00 31.38 1.01 1.35 0.00 0.00 31.04 1.35 1.35
L37 16450 0.00 0.00 15.79 0.49 0.16 0.00 0.00 15.96 0.33 0.16
L38 12370 0.00 0.12 9.28 2.23 0.74 0.00 0.25 5.69 6.06 0.37
L39 15340 0.00 0.00 14.57 0.46 0.31 0.00 0.15 13.96 0.46 0.77
L40 10710 0.00 0.11 8.35 1.61 0.64 0.00 0.11 8.57 1.61 0.43
L41 22620 0.00 0.00 18.10 2.94 1.58 0.00 0.00 18.55 3.39 0.68
L42 14350 0.00 0.00 11.91 1.44 1.00 0.00 0.00 12.20 1.72 0.43
52
Lampiran 12 Dokumentasi