Anda di halaman 1dari 33

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Tutorial Klinik

FAKULTAS KEDOKTERAN Februari 2019


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

LOW BACK PAIN (LBP)

Oleh:
Chyci Dwiyanti, S.Ked
Desy Winanda, S.Ked
Alfian Umar, S.Ked
St. Hadrianti Hasmawi, S.Ked
Khairul Waldi, S.Ked
Nila Ardilla, S.Ked

Pembimbing :

dr. H. Anwar Umar, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa :


Nama / NIM : 1. Chyci Dwiyanti, S.Ked
2. Desy Winanda, S.Ked
3. Alfian Umar, S.Ked
4. St. Hadrianti Hasmawi, S.Ked
5. Khairul Waldi, S.Ked
6. Nila Ardilla, S.Ked
Judul : Low Back Pain (LBP)

Telah menyelesaikan tugas Tutorial Klinik dalam rangka kepaniteraan klinik


pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 9 Februari 2019

PEMBIMBING

dr. H. Anwar Umar, M.Kes

2
BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan


upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.Sedangkan pengertian
secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri.

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Pengistilahan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang menyebutnya Hygene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3,
dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.

Kesehatan Kerja Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu


kondisi fisik, mental dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau
gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan dan pekerjaannya.Paradigma baru dalam aspek kesehatan
mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan bukan sekadar mengobati,
merawat, atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau penyakit.Oleh karenanya,
perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap
kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal
mungkin.

LBP adalah nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung


bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis suatu penyakit
namun merupakan istilah yang digunakan untuk nyeri yang dirasakan di
areaanatomi yant terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeriS. Nyeri
punggung bawah dapat mengikuti cedera atau trauma punggung, tapi rasa sakit
juga dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif seperti penyakit artritis,

3
osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan
cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang.Obesitas, merokok,
berat badan saat hamil, stres, kondisi fisik yang buruk, postur yang tidak sesuai
untuk kegiatan yang dilakukan, dan posisi tidur yang buruk juga dapat
menyebabkan nyeri punggung bawah.Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri)
Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) melakukan penelitian
pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukkan
bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan),
1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%)
adalah penderita LBP.

Prevalensi nyeri musculoskeletal termasuk LBP, dideskripsikan sebagai


sebuah epidemik. Sekitar 80% dari populasi pernah menderita nyeri punggung
bawah paling tidak sekali dalam hidupnya. Prevalensi penyakit musculoskeletal di
Indonesia berdasarkan yang pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Akibat Kerja


1. Definisi
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made
disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko
untuk mendapatkan gangguan kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan
oleh penyakit tersebut. Oleh karena itu, penyakit akibat kerja adalah
penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja.
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (International Labour
Organization) di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut PAK
sebagai berikut:
a. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease .
Penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi
yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab yang sudah diakui.
b. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related
Disease .
Penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana
faktor pekerjaan memegang peranan bersama dengan faktor risiko
lainnya dalam berkembangnya penyakit yang mempunyai etiologi
kompleks.
c. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting
Working Populations.
Penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya
agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi
pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.
Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be
defined simply as one that is caused , or made worse , by exposure

5
at work.. Di sini menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu
yang disebabkan , atau diperburuk , oleh pajanan di tempat kerja .
Atau , “ An occupational disease is health problem caused by
exposure to a workplace hazard ” (Workplace Safety and Insurance
Board, 2005), Sedangkan dari definisi kedua tersebut, penyakit
akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan yang disebabkan oleh
pajanan berbahaya di tempat kerja.
Berikut ini beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
Penyakit Akibat Kerja :
a. Golongan fisik:
1) Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada
pendengaran sampai dengan.
2) Non-induced hearing loss.
3) Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkankelainan
darah dan kulit.
4) Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke,
heat cramps, atauhyperpyrexia. Sedangkan suhu udara
yang rendah dapat mengakibatkanfrostbite, trenchfoot
atauhypothermia.
5) Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkancaison
disease
6) Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan
kelahan mata. Pencahayaan yang tinggi dapat
mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
b. Golongan kimia
1) Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis. Debu
diudara (airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat
diudara. Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan yang
berkaitan dengan gerinda, pemboran dan penghancuran
pada proses pemecahan bahan-bahan padat.Ukuran
besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi mulai
yang dapat dilihat oleh mata telanjang (> 1/20 mm)
sampai pada tidak kelihatan. Debu yang tidak kelihatan

6
berada diudara untuk jangka waktu tertentu dan hal ini
membahayakan karena bisa masuk menembus kedalam
paru-paru
2) Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis
dan keracunan.
3) Gas adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon
dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal,
dapat dirubah bentuknya hanyadengan kombinasi
penurunan suhu dan penambahan tekanan;
4) Larutan dapat mengakibatkan dermatitis;
5) Insektisida dapat mengakibatkan keracunan;
6) Asap adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi
bahan-bahan dari bentuk uap. Asap ini biasanya
berhubungan dengan logam di mana uap dari logam
terkondensasi menjadi butiran-butiran padat di dalam
ruangan logam cair tersebut. Asap juga ditemui pada sisa
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang
mengandung karbon, karbon ini mempunyai ukuran lebih
kecil dari 0,5(micron).
c. Golongan biologis: Bakteri, virus atau jamur.
d. Golongan fisiologis/ Ergonomi
Dapat disebabkan oleh kesalahan kontruksi, mesin,sikap
badan yang kurang baik, salah cara melakukan suatu pekerjaan
yang dapat mengakibatkan kelelahan fisik bahkan lambat laun
dapat menyebabkan perubahan fisik padatubuh pekerja.
e. Golongan Psikososial:
Stress psikis, monotoni kerja, tuntutan pekerjaan.
Menurut Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal
27 Februari 1993, Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja
adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau
lingkungan kerja (pasal 1). Keputusan Presiden tersebut
melampirkan Daftar Penyakit yang diantaranya berkaitan
dengan pulmonologi termasuk pneumokoniosis dan

7
silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu
logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu
kapas, vals, henep dan sisal (bissinosis), asma akibat kerja, dan
alveolitis alergika.
Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa
mereka yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan
kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja. Keputusan
Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3
tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1
nya menyatakan bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan
yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk
penyakit yg timbul karena hub kerja, demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju
tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yg biasa atau
wajar dilalui.
2. Klasifikasi penyakit akibat kerja
Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau
sekelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit
akibat kerja. WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja,
yaitu:
a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
b. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik.
c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
d. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah
ada sebelumnya, misalnya asma.
3. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu
perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan dan menginterpretasinya secara tepat.
Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi 7 langkah yang dapat

8
digunakan sebagai pedoman:
a. Menentukan diagnosis klinis
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama
ini.Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit
dengan pekerjaannya.
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk
dapat mengakibatkan penyakit tersebut.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh
pekerjaannya.

9
4. Penyakit Akibat Kerja.
Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
a. Penyakit Saluran Pernafasan.
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis.Akut
misalnya asma akibat kerja.Sering didiagnosis sebagai
tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis, missal: asbestosis.
Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD).Edema paru akut.Dapat disebabkan oleh bahan kimia
seperti nitrogen oksida.

b. Penyakit Kulit.
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, kadang sembuh sendiri.Dermatitis kontak yang dilaporkan,
90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang
merupakan penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
c. Kerusakan Pendengaran.
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap
orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang
pencegahan terjadinya hilangnya pendengaran.
d. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada
punggung yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan.Penentuan kemungkinan bergantung
pada riwayat pekerjaan.Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh
gerakan berulang yang tidak wajar.
e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja.Bukti bahwa bahan di tempat
kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis individu dari

10
pada studi epidemiologi.Pada Kanker pajanan untuk terjadinya
karsinogen mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
f. Coronary Artery DiseaseOleh karena stres atau Carbon Monoksida
dan bahan kimia lain di tempat kerja.
g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol.Penting riwayat tentang pekerjaan, serta
bahan toksik yang ada.
h. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja
sering diabaikan.Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet,
pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP
oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri.Kelakuan
yang tidak baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang
berhubungan dengan pekerjaan.Lebih dari 100 bahan kimia (a.I
solven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin
(termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat
menyebabkan neuropati perifer.Carbon disulfide dapat menyebabkan
gejala seperti psikosis.
i. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan
kimia atau lingkungan.Sick building syndrome.Multiple Chemical
Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate petroleum, rokok.
5. Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman
akibat kerja terhadap pekerjaannya. Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
a. Melakukan pencegahan terhadaptimbulnya penyakit
b. Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
c. Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial
tenaga kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
d. Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah
satu pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah
PAK, diantaranya:

11
1) Pakailah APD secara benar dan teratur
Alat keselamatan kerja adalah sebagai cara terakhir bila teknik-
teknik pengamanan, dan usaha-usaha rekayasa (engineering) tidak
berhasil dilaksanakan. Alat keselamatan ini belum sepenuhnya
menjamain seseorang untuk tidak celaka, karena fungsi alat
keselamatan hanyalah mengurangi akaibat dari kecelakaan.
a) Alat pelindung pernapasan
Alat pelindung pernapasan ini dapat memberikan proteksi
pernapasan dalam keadaan darurat terhadap berbagai jenis bahan
pengotoran udara (misalnya debu,bahan- bahan kimia,uap/gas- gas
beracun lainnya). Alat pelindung pernapasan ini tidak boleh
digunakan apabila konsetrasi oxygen kurang dari 19,5%. Dalam
pemakaiaan/penggunaan alat pelindung pernapasan ini
harusdisesuaikan dengan jenis bahan pengotorannya atau uap/gas-
gas apa yang terkontamina di atmosfir.
b) Sarung tangan.
Sarung tangan dipakai guna melindungi jari - jari tangan dan
telapak tangan dari kontak dengan bahan kimia berbahaya.
c) Kaca mata
Kaca mata tipe goggle ini lensanya berwarna putih bening,
sehingga cocok untuk pekerjaan yang menimbulkan debu,
pekerjaan- pekerjaan yang ada hubungannya dengan bahan kimia
serta dipakai pada pekerjaan mengetok/memukul yang
menimbulkan partikel beterbangan
d) Penutup Kepala.
e) Sepatu pelindung
Seperti sepatu biasa, tapi dari terbuat dari bahan kulit dilapisi metal
dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berkegunaan untuk
mengelakkan kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertiban
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.
2) Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
3) Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang
berkelanjutan.

12
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat
ditempuh agar bekerja bukan menjadi lahan untuk menuai
penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit
Akibat Kerja, diantaranya:
1) Pencegahan Primer – Health Promotion
2) Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
3) Pencegahan Tersier

6. Perawatan dan pengobatan


Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja,
dapat dilakukan dua macam terapi, yaitu:
a) Terapi medikamentosa yaitu terapi dengan obat obatan.
b) Terapi okupasia.
B. Low Back pain (LBP)
a. Definisi
Low Back pain adalah suatu sensasi nyeri di daerah
lumbosakraldan sakroiliakal, umumnya pada daerah L4-L5 dan L5-S1,
nyeri inisering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki.4
LBP juga didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler
atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah sampai lipat
bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering
disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.5
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), yang
termasuk dalam low back pain terdiri dari :
a) Lumbar Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi:
Superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung prosesus
spinosus dari vertebra thorakal terakhir, inferior oleh garis transversal
imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus dari vertebra sakralis
pertama dan lateral oleh garis vertikal tangensial terhadap batas lateral
spina lumbalis.
b) Sacral Spinal Pain, nyeri di daerah yang dibatasi superior oleh garis
transversal imajiner yang melalui ujung prosesus spinosus vertebra

13
sakralis pertama, inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui
sendi sakrokoksigeal posterior dan lateral oleh garis imajiner melalui spina
iliaka superior posterior dan inferior.
c) Lumbosacral Pain, nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain
dan 1/3 atas daerah sacral spinal pain. Lumbosacral Pain, nyeri di daerah
1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan 1/3 atas daerah sacral spinal
pain.

b. Etiologi
Menurut Fauci et al (2008) LBP dapat disebabkan olehberbagai
kelainan yang terjadi pada tulang belakang, otot, diskus intervertebralis,
sendi, maupun struktur lain yang menyokong tulangbelakang. Kelainan
tersebut antara lain kelainan congenital atau kelainan perkembangan
yang terdiri dari spondilosis dan spondilolistesis, kiposkoliosis, spina
bifida, gangguan korda spinalis, trauma minor yaitu regangan dan cedera
whiplash, fraktur atau traumatik yaitu jatuh, kecelakaan kendaraan
bermotor, traumatik yaitu osteoporosis, infiltrasi neoplastik, steroid
eksogen, herniasi diskus intervertebral, degeneratif yaitu kompleks
diskus-osteofit, gangguan diskus internal, stenosis spinalis dengan
klaudikasio neurogenik, gangguan sendi vertebral, gangguan sendi
atlantoaksial (misalnya arthritis rheumatoid), arthritis seperti :
spondilosis, artropati facet atau sakroiliaka, autoimun (misalnya
ankylosing spondilitis, sindrom reiter), neoplasma : metastasis,
hematologic, tumor tulang primer, infeksi/inflamasi: osteomyelitis
vertebral, abses epidural, sepsis diskus, meningitis, arachnoiditis
lumbalis, metabolik : osteoporosis, hiperparatiroid, imobilitas,
osteosklerosis, vascular : aunerisma aorta abdominal, diseksi arteri
vertebral, dan lainnya seperti nyeri alih dari gangguan visceral, sikap
tubuh, psikiatrik, pura-pura sakit serta sindrom nyeri kronik.6

14
c. Prevalensi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama dinegara-
negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah
mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya
bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence rata-rata 30%. Data
epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% pendudukJawa Tengah berusia di atas 65 tahun pernah
menderita nyeri punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada
wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasienke beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.8

d. Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis
yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik
tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang
belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal
pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan
tulang belakang.Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan
struktur pendukung ini.
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang
thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai
tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung
tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralisakan mengalami perubahan sifat ketika
usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas

15
fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress
mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset
akan mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

e. Gambaran klinis
Gejala LBP bermacam-macam dan berbeda antara satu denganyang
lain. Kebanyakan orang menganggap berbaring akan meningkatkan nyeri
yang datang tiap episode, tapi ada juga yang mampu tidur tanpa rasa
nyeri. Kebanyakan orang merasakan nyeri ketika mereka membungkuk
atau mengambil sesuatu, yang lain merasa nyeri bila melengkungkan
tubuh ke belakang. Nyeri pada kaki juga merupakan bagian dari
masalah. Nyeri kebanyakan pada punggung atau samping luar paha dan
kemudian menjalar ke kaki. Nyeri yang menjalar pada kaki disebut
sciaticakarena nyeri berasal dari perangsangan pada nervus ischiadikus,
perangsangan pada nervus ischiadikus sering menjadi lebih nyeri bila
bersin atau batuk. Pada episode akut, LBP dapat menjadi sangat akut
untuk beberapa hari atau seminggu dan akan lebih meningkat. Pada 2-4
minggu kemudian penderita akan merasa lebih baik. Episode panjangnya
waktu nyeri berbagai macam pada tiap penderita, begitu juga dengan
intensitas tiap episode nyeri dan seberapa mampu penderita dapat
menahan nyerinya.9

f. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya Low Back Pain adalah sebagai berikut :
 Usia
Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada
umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada
kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan
beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur
yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang

16
berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade
kelima.Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin
meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
 Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
 Faktor Indeks Massa Tubuh
Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.
 Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan
beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.
 Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban
berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu,
misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya
setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan
memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.
 Aktivitas atau Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi

17
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi
berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak
menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada
tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari
posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi
yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu.
 Faktor Risiko Lain
kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis
degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi
badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan
mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi
tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik
beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.
Merokok dikatakan dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri pinggang
bawah pada usia muda dengan odds ratio 2,4 95% CI 1,3-6,0.

g. Penatalaksanaan Low Back Pain


Biasanya low back pain hilang secara spontan.Kekambuhan sering
terjadi karena aktivitas yang disertai pembebanan tertentu.Penderita yang
sering mengalami kekambuhan harus diteliti untuk menyingkirkan
kelainan neurologik yang mungkin tidak jelas sumbernya. Berbagai telaah
yang dilakukan untuk melihat perjalanan penyakit menunjukkan bahwa
proporsi pasien yang masih menderita low back pain selama 12 bulan
adalah sebesar 62% (kisaran 42 % - 75 %), agak bertentangan dengan
pendapat umum bahwa 90% gejala low back pain akan hilang dalam 1
bulan.12
Penanganan terbaik terhadap penderita LBP adalah dengan
menghilangkan penyebabnya (kausal) walaupun tentu saja pasien pasti
lebih memilih untuk menghilangkan rasa sakitnya terlebih dahulu
(simptomatis).Jadi perlu digunakan kombinasi antara pengobatan kausal

18
dan simptomatis. Secara kausal, penyebab nyeri akan diatasi sesuai kasus
penyebabnya. Misalnya untuk penderita yang kekurangan vitamin saraf
akan diberikan vitamin tambahan. Para perokok dan pecandu alkohol yang
menderita LBP akan disarankan untuk mengurangi konsumsinya.
Golongan obat yang lain (seperti obat-obatan antidepresan atau obat-
obatan anti kejang) juga dapat berguna mengurangi sensasi nyeri dan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
Apabila dengan pengobatan biasa tidak berhasil, mungkin diperlukan
tindakan fisioterapi dengan alat-alat khusus maupun dengan traksi
(penarikan tulangbelakang). Tindakan operasi mungkin diperlukan apabila
pengobatan denganfisioterapi ini tidak berhasil misalnya pada kasus HNP
atau pada pengapuran yangberat.Jadi, penatalaksanaan LBP ini memang
cukup kompleks. Di samping berobatpada spesialis penyakit saraf
(neurolog), mungkin juga diperlukan berobat kespesialis penyakit dalam
(internist), bedah saraf, bedah orthopedic bahkan mungkinperlu konsultasi
pada psikiater atau psikolog. Dalam beberapa kasus, masih banyakkasus
dokter menyarankan istirahat total untuk penyembuhan kasus low back
pain,padahal penelitian baru menyatakan bahwa aktivitas yang kurang
tidak akanmengurangi gejala low back pain.11

C. Ergonomi
a. Definisi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja dan
nomos yang artinya peraturan atau hukum, sehingga secara harfiah dapat
diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan kerja, termasuk
sikap kerja. Seirama dengan perkembangan kesehatan kerja ini maka hal-
hal yang mengatur antara manusia sebagai tenaga kerja dan peralatan
kerja atau mesin juga berkembang menjadi cabang ilmu tersendiri.13

b. Faktor Resiko Kesalahan Ergonomi


Kecelakaan kerja masih sering terjadi yang disebabkan karena pihak
manajemen masih belum mempertimbangkan segi ergonomi. Kondisi ini
menimbukan cedera pada pekerja. Ada beberapa faktor resiko yang dapat
menimbulkan kesalahan ergonomi, sebagai berikut:14

19
a. Pengulangan yang banyak, yaitu menjalankan gerakan yang sama
berulang-ulang
b. Beban berat, yaitu beban fisik yang berlebihan selama bekerja
c. Postur yang kaku, yaitu menekuk atau memutar bagian tubuh
d. Beban statis, yaitu bertahan lama pada satu postus sehingga
menyebabkan kontraksi otot
e. Tekanan, yaitu tubuh tertekan pada suatu permukaan Getaran, yaitu
menggunakan peralatan yang bergetar.

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Umur (tahun) : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pengangkut Sampah
Tanggal periksa : Rabu, 06 Februari 2019
B. Anamnesis (Autoanamnesis)
1. Keluhan Utama
Nyeri punggung bawah
2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Seorang laki-laki 52 tahun datang dengan keluhan nyeri punggung bawah
dadn tungkai bawah. Keluhan ini dirasakan sejak ± 4 bulan terakhir.
Keluhan ini dirasakan hilang timbul, nyeri memberat ketika bekerja
terlalu lama atau ketika mengangkat beban yang berat. Nyeri dirasakan
menjalar ke tungkai bawah. Riwayat trauma tidak ada. Riwayat DM dan

20
hipertensi disangkal. Pasien belum pernah berobat.BAB biasa dan BAK
normal. Keluhan lain (-).
3. Anamnesis Okupasi
a. Uraian Tugas/Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai pengangkut sampah dan sisa material
bangunan. Pasien telah bekerja kurang lebih selama 4 tahun. Pasien
bekerja dari hari senin sampai sabtu (jam kerja 48 jam/minggu),
sejak pukul 08.00 sampai pukul 17.00 WITA (8 jam kerja dalam
sehari). Hampir setiap hari pasien mengangkat beban berat berupa
sampah dan material bangunan di mana pekerjaan ini dilakukan
terus-menerus hamper setiap hari dalam jangka waktu yang lama.
b. Potensial Hazard

Bahaya Tempat Lama


Masalah Kesehatan
Potensial Kerja Kerja

Fisiologi  Tertimpa material bangunan Pekerja ±8


(Ergonomi)  Posisi membungkuk dalam waktu konstrusi jam/hari
lama bangunan

c. Hubungan pekerjaan dengan penyakit yang dialami


Pekerjaan utama pasien adalah dibagian lapangan sebagai
pengangkut sampah dan sisa material bangunan.Pada bagian kerja
lapangan khususnya tukang sampah dan pengangkutan sisa material
bangunan memang mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah
mengangkat barang yang berat serta posisi membungkuk dalam
waktu lama. Posisi mengangkat beban yang salah dan beban yang
terlalu berat yang dilakukan terlalu lama selama bertahun-tahun
membuat pasien merasakan nyeri pada punggung bawah ditambah
dengan kurangnya waktu istirahat, di mana istirahat hanya 1 jam
untuk makan dan sholat.
4. Riwayat Pekerjaan
Pasien sudah bekerja selama 4 tahun

21
5. Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada riwayat keluarga yang mengalami keluhan yang sama
 Riwayat penyakit keluarga tidak diketahui
6. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
7. Riwayat Alergi
Tidak ada

C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,7oC
BB : 63 kg
TB : 164 cm
IMT : 23,42 kg/m2
Status Gizi : Baik (normal)
a. Kepala
Bentuk : Tidak ada kelainan
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva pucat (-/-)
Telinga : Liang lapang (+/+), serumen (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir lembab, sianosis (-)
b. Leher
Bentuk : Simetris
Trakhea : Di tengah
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB
JVP : Tidak meningkat
c. Thorax
Paru

22
Inspeksi : Bentuk normal, pergerakan napas simetris kanan
dan kiri
Palpasi : Vocal fremitus simestris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordisss tidak terlihat
Palpasi : Iktus Kordis teraba di sela iga V linea
midklavikularis kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bunyi Jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, simetris, eritema (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Peristaktik (+) normal
e. Ekstremitas
Superior : Tidak ada kelainan
Inferior : Sensibilitas (+/+), parestesi (-/-)
2. Status Lokalis
Punggung bawah
Inspeksi : Tanda – tanda radang (-)
Palpasi : nyeri tekan (+)
Tes Lasegue :-
Tes Patrick : +/-
Tes Kontra-patrick :-/-
D. Diagnosis Kerja
Low Back Pain
E. Diagnosis Banding
 Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
 Spondilosis Lumbalis
 Osteoporosis

23
 Ischialgia

F. Terapi
Asam Mefenamat 500 mg tab 3 x 1
Vitamin B Complex 2x1 tab
G. Edukasi
1. Biasakan lakukan peregangan (stretching) 15 menit tiap pagi sebelum
memulai pekerjaan
2. Setiap bekerja diusahakan untuk meluangkan waktu untuk peregangan
3. Bila berdiri dalam waktu lama, selingi dengan periode duduk sebentar
4. Bila berjalan, berjalan dengan posisi tegak dan rileks dan jangan tergesa-
gesa
5. Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk tetapi menekuk
lutut terlebih dahulu
6. Bila duduk, kursi jangan terlalu pendek sehingga kaki tidak tertekuk dan
bisa rileks
7. Memperbaiki posisi dudukyaitu duduk tegak jangan bungkuk
8. Bila tidur dengan punggung mendatar, alas tidur sebaiknya yang keras
9. Saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua kaki terlebih dahulu,
kemudian badan dimiringkan dan kedua kaki terlebih dahulu turun dari
tempat tidur kemudian diikuti badan
10. Istirahat yang cukup
H. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di salah satu Lokasi


konstruksi di Makassar oleh “PT. Wijaya Karya”, dilakukan pemeriksaan secara
acak kepada 16 pekerja, didapatkan berturut- turut dengan diagnosis Low Back
Pain 5 orang, 3 orang dengan ISPA, 3 orang dengan sefalgia, 2 dengan hipertensi,
2 orang dengan gastritis dan sisanya tidak ada keluhan 1 orang. Berkaitan
banyaknya Low Back Pain yang dialami oleh pekerja, terutama pada bagian
pekerja lapangan, yang memang mayoritas pekerjaan yang dilakukan adalah
mengangkat material bagunan serta duduk dan membungkuk yang lama, maka
diambil sampel observasi yaitu pekerja dengan diagnosa Low Back Pain.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, pasien
didiagnosa Low Back Pain dan ditemukan adanya penyakit lain yaitu ISPA. Dari
anamnesis, pasien diketahui mengalami keluhan nyeri punggung bawah. Keluhan
ini dirasakan sejak ± 4 bulan terakhir. Keluhan ini dirasakan hilang timbul, nyeri
memberat pada saat bekerja terutama saat mengangkat beban berat dan posisi
membungkuk. Nyeri dirasakan menjalar ke tungkai bawah. Riwayat trauma tidak
ada. Pasien telah bekerja selama kurang lebih 4 tahun. Pasien bekerja dari hari
senin sampai sabtu (jam kerja 48 jam/minggu), sejak pukul 08.00 sampai pukul
17.00 WITA (8 jam kerja dalam sehari). Setiap hari pasien mengangkat sampah
dan material bangunan yang berat dan sering bekerja dengan posisi membungkuk
serta duduk yang dilakukan hampir setiap hari selama 8 jam. Diantara 16 orang
karyawan tersebut, 5 diantaranya mengeluh keluhan yang sama dan didiagnosis
Low Back Pain.
Factor fisik dan lingkungan kerja dapat menjadi pendorong resiko
terjadinya Low Back Pain. Pada pasien ini dapat ditemukan sebab terjadinya
penyakit akibat kerja adalah ergonomis akibat Unsafe Action pada pasien ini yaitu
posisi dan durasi dalam bekerja. Factor fisik tersebut juga di antaranya
mengangkat beban berat dalam jangka waktu yang lama dan dilakukan berulang
kali hampir setiap hari. Mengangkat beban dengan posisi yang salah, secara
otomatis tubuh akan mengadaptasinya secara maksimal dan bila tidak berhasil
maka akan timbul efek yang membahayakan. Pekerjaan atau aktivitas yang
menggunakan tenaga yang besar akan memberikan beban mekanik yang besar

25
terhadap otot, tendon, ligament, dan sendi. Waktu istirahat yang kurang dan
pekerjaan yang monoton seperti posisi duduk lama dapat meningkatkan resiko
terjadinya low back pain.

Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk dan menyamping


menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakan thorakal
dan lumbal, sehingga pada saat face joint lepas dan disertai tarikan dari samping,
terjadi gesekan pada kedua permukaan face joint menyebabkan ketegangan otot
pada daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gerakan pada
tulang belakang.

Pasien juga sering merasakan nyeri pada pinggang dan menyebar sampai
pada tungkai bawah. Hal ini dikarenakan diskus bawah L4-L5 dan L5-S1,
menderita stress mekanik paling berat dan perubahan degenerasi terberat.
Penonjolan faset akan mengakibattkan penekanan pada akar saraf ketika keluar
dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

Pada pasien ini, dengan usia di atas 40 tahun dapat menjadi foktor resiko
terjadinya gangguan mineralisasi tulang. Adanya faktor usia dimana paling
banyak menyerang usia 35-55 tahun seiring bertambahnya usia, kekuatan tulang
dan elastisitas otot cenderung menurun. Discus intervertebral mulai kehilangan
cairan dan fleksibilitas, yang mengurangi kemampuan sebagai bantalan. Banyak
faktor yang bisa menyebabkan nyeri punggung belakang di tempat kerja yaitu
ketegangan otot, spasme atau kejang otot, trauma dan gangguan mekanik.
Patofisiologi nyeri pinggang bawah juga terjadi karena biomekanik vertebra
lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi
tubuh dan akan menimbulkan nyeri Keterangan (strain) otot dan keregangan
(sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu pemnyebab utama
LBP. Kifosis lumbal selain menyebabkan peregangan ligamentum longitudinalis
posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis
sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus
posteriordan penekanan pada nukleus pulposus.

Terapi yang dilakukan untuk pasien menjadi medikamentosa dan non


medikamentosa. Terapi medikamentosa diberikan Asam Mefenamat 500 mg 3x1

26
dan vitamin B complex 2x1 tab. Terapi nonmedikamentosa yang dilakukan adalah
diberikan edukasi yaitu bila mengangkat beban berat dari posisi yang lebih
rendah, jangan membungkuk tetapi menekuk lutut terlebih dahulu, bila berdiri
dalam waktu lama selingi dengan periode duduk sebentar, kursi jangan terlalu
pendek sehingga kaki tidak tertekuk dan bisa rileks, memperbaiki posisi duduk
yaitu duduk tegak jangan bungkuk, bila tidur dengan punggung mendatar, alas
tidur sebaiknya yang keras, saat akan bangun tidur dengan cara melipat kedua
kaki terlebih dahulu, kemudian badan dimiringkan dan kedua kaki terlebih dahulu
turun dari tempat tidur kemudian diikuti badan, istirahat yang cukup dan biasakan
lakukan peregangan (stretching) 15 menit tiap pagi sebelum memulai pekerjaan.
Peregangan (stretching) yang disarankan untuk pekerja adalah
sebagaiberikut:
Pelvic Tilts
Berbaring telentang dengan lutut ditekuk,
tumit diatas lantai, dan berat badan
bertumpu pada tumit. Tekan punggung
kecil menghadap lantai, kerutkan bokong
(angkat sekitar setengah inci dari lantai),
dan kerutkan otot perut. Tahan posisi ini
untuk hitungan 10. ulangi 20 kali.
Abdominal Curls
Berbaring telentang dengan lutut ditekuk
dan kaki diatas lantai. Letakkan tangan
melintani dada. Mengkerutkan otot perut,
secara perlahan mengangkat bahu 10 inci
dari lantai sambil menjaga kepala belakang
(dagu seharusnya tidak menyentuh dada).
Kemudian mepaskan otot perut, secara
perlahan merendahkan bahu. lakukan 3
kali 10

27
Knee-to-Chest Stretch
Berbaring pada punggung dengan lutut
ditekuk dan kedua tumit pada lantai.
Ketika menjaga lutut ditekuki, letakkan
kedua tangan dibelakang salah satu lutut
dan arahkan kedada. Tahan untuk hitungan
ke 10. Secara perlahan rendahkan kaki dan
ulangi dengan kaki yang lain. Lakukan
latihan ini 10 kali.
Hip and Quadriceps Stretch
Berdiri dengan salah satu kaki diatas lantai
dan lutut pada kaki yang lain ditekuk kira-
kira bersudut 90º. Genggam didepan
pergelangan kaki pada kaki yang ditekuk
dengan tangan pada sisi yang sama.
(tangan yang lainnya kemungkinan
diletakkan di belakang bangku atau pada
dinding untuk keseimbangan). Menjaga
lutut bersamaan, menekan kaki berlawanan
dengan tangan dan menjauh dari tubuh.
Tahan untuk hitungan ke 10. Ulangi
dengan kaki yang lain. Lakukan olahraga
ini 10 kali.

28
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja
dalam hubungan dengan kerja, baik factor resiko karena kondisi tempat
kerja, peralatan kerja, material yang dipakai, proses produksi, cara kerja,
limbah perusahaan, dan hasil produksi.
2. Low Back Pain nyeri punggung bawah, nyeri yang dirasakan di punggung
bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk satu
penyakit, namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area
anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri.
3. Penyakit akibat kerja pada pasien ini terjadi akibat unsafe action.

B. SARAN
1. Untuk Pekerja
Mengangkat beban dengan cara yang benar, sesuai dengan prosedur dan
protap yang ada dan selingi pekerjaan dengan istirahat beberapa kali
sebelum melanjutkan lagi, melakukan beberapa gerakan peregangan, rajin
berolahraga, menjaga pola makan, serta tidak memaksakan diri untuk
mnyelesaikan pekerjaan terlalu cepat.
2. Untuk Perusahaan
Penyediaan peralatan kerja yang menerapkan ergonomi sebagai perbaikan
dan pencegahan terhadap peralatan kerja yang tidak nyaman dan
berpotensi menimbulkan keluhan muskuloskeletal. Menerapkan kegiatan
peregangan (stretching) sebelum melakukan pekerjaan dan setiap beberapa
jam.

3. Untuk Puskesmas
Melakukan penyuluhan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja
pada tempat kerja minimal 1 kali per tiga bulan serta melakukan
penyuluhan terhadap pekerja yang mengalami LBP secara berkala agar
dapat dilakukan upaya pencegahan untuk mengurangi angka kesakitan.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 tentang Penyakit


yang Timbul Karena Hubungan Kerja. Presiden Republik Indonesia: Jakarta;
1993

2. Jeyaratnam J. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC; 2009.

3. Suaeb A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Gunadarma;


2013

4. Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Edisi 8. Jakarta : Erlangga

5. Harianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta. 2008.

6. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik,


Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba
JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.

7. Rumawas RT. Nyeri Pinggang Bawah (Pandangan umum). Kumpulan


makalah lengkap Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Saraf Indonesia
(PERDOSSI). Palembang, 8-12 Desember 1996

8. Depkes RI. 2008. Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta.

9. Riskesdas. Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta; 2013.
10. Notoatmodjo S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta

11. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri Punggung Bawah. dalam: Nyeri Neuropatik,
Patofisioloogi dan Penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba
JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167

12. WHO. Low back pain: Bulletin of the World Health Organization 2003; 81:
671-6.

30
13. WHO. Low back pain: Priority medicines for Europe and the world 2013
update 2013; 1.

31
LAMPIRAN

Gambar 1. Kunjungan ke proyek PT. WIKA Beton (proyek pembangunan apartemen)

Gambar 2. Kegiatan pemeriksaan kesehatan pekerja proyek PT. WIKA

32
Gambar 3. Kegiatan pemeriksaan kesehatan pekerja proyek PT. WIKA

Gambar 4. Kegiatan pemeriksaan kesehatan pekerja proyek PT. WIKA

33

Anda mungkin juga menyukai