02
*) Email : anggun.widiatri@gmail.com
ABSTRACT
The scheme of development planning in chasing the growth economy by urban development such as Mamminasata
city obviously influencing social change into local community. The purposes of this study were to explain and
analyze the development impact of Mamminasata into socio-economic, sosio-culture and sosio-ecological on
local community. This study used a qualitative approach supported by quantitative approach. The results of
this study showed that (1) land conversion and other transaction and the composition in taking occupancy in
the urban by local community of Samata and Borongraukang have been increasing respectively. (2) Local
community of Samata is more effected by the existence of urban population more than Borongraukang, which
could bring the declination of collectivity between local community. (3) Socio-ecological change due to land
conversion, the disturbance of water irrigation’s channeling and dry process of gabah (paddy) are the form of
alienation towards local community (4) Dependency on the other hand has led the underdevelopment country
into social distinction, emergence of individual community (gesselschaft), diffusion of urban institution and
dependency of capital access on urban area.
Kata kunci: ketergantungan, mamminasata, masyarakat setempat, pembangunan, perubahan sosial, reproduksi
ketergantungan
Paradigma yang muncul dalam program pembangunan Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di
saat ini sangat khas dengan paradigma neoliberal dimana atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
tidak mengarahkan pandangannya pada problem-problem
struktural yang ada di masyarakat. Pada pemerintahan 1. Menjelaskan proses perubahan sosial (struktur sosial
Orde Baru, otoritas terkutub pada pemerintah pusat dan dan kebudayaan) yang terjadi pada aspek sosial,
proses pembangunan dibangun dalam logika top-down. ekonomi dan ekologi masyarakat lokal yang berada
Pemerintah Orde Baru mengkorporatisasi pemerintah desa pada wilayah pembangunan kawasan Mamminasata
dengan logika birokratik-politis, sehingga dalam struktur
pemerintah desa era Orde Baru, posisi pemerintah desa 2. Menganalisis bentuk marjinalisasi dari pembangunan
adalah posisi birokrasi alat negara. Mamminasata pada masyarakat lokal.
104 | Widiarti, Rimarty Anggun. et. al. Pengaruh Pembangunan Mamminasata terhadap perubahan Sosial Ekonomi dan Ekologi pada
Masyarakat Lokal
Perubahan sosial tentunya tidak lepas dari apa yang yang membangun wilayahnya pada negara jajahan di
berubah. Perubahan sosial akan menimbulkan perubahan Dunia Ketiga dalam rangka menyerap surplus ekonomi
identitas berupa struktur sosial, pola perilaku sosial, untuk disalurkan kepada negara maju yang merupakan
interaksi sosial, norma, nilai, fenomena kultural, laju metropolis, sementara negara-negara Dunia Ketiga inilah
teknologi dan lingkungan. Perubahan yang berlangsung yang disebut sebagai satelit. Hubungan satelit-metropolis
dimana-mana menjadi perhatian bagi masyarakat dan bukan hanya diperuntukkan bagi antar negara, namun juga
terdapat juga komitmen untuk berubah yang tidak dapat berlaku pada hubungan lokal-regional yang berlangsung
dipungkiri untuk dicegah. Elemen-elemen yang kemudian di dalam negara Dunia Ketiga tersebut secara beruntun
dianalisis adalah apa yang berubah, seberapa dalam dengan tujuan untuk mengambil surplus ekonomi. Negara
dan seberapa cepat perubahan tersebut terjadi serta tipe tergantung mengalami penyedotan surplus ekonomi
perubahan yang mencakup sumber perubahan, besaran yang menyebabkan stagnasi pada pasar dalam negeri dan
dan arah perubahan itu sendiri serta bagaimana pola dari justru memindahkan keuntungan pertumbuhan ke negara
perubahan sosial yang terjadi. Adanya perubahan tentunya dominan (Roxborough 1986).
tidak terlepas dari reaksi yang ditimbulkan. Oleh sebab itu
akan dianalisis bagaimana reaksi dari perubahan tersebut, Kerangka Pemikiran
apakah reaksinya mendorong perubahan atau justru
menghambat perubahan itu sendiri (Vago 1980). Pembangunan proyek pembangunan Mamminasata
membutuhkan anggaran negara yang tidak sedikit, sehingga
Konsep Ketergantungan dan Keterbelakangan untuk mewujudkannya pemerintah tetap melanggengkan
kontrak kerjasama dengan korporasi asing (JICA) yang
Secara lahiriah, modernisasi yang berlangsung di negara merupakan bentuk korporasi manifestasi dari ODA (Official
berkembang membawa kemajuan di segala aspek Development Assistance) Jepang. Kerjasama yang terbina
dalam sudut pandang pembangunan infrastruktur dan oleh Negara sentral terhadap negara pinggiran mewujudkan
pertumbuhan ekonomi. Namun pada kenyataannya pemindahan surplus ekonomi dari dalam negeri kepada
kemajuan yang signifikan pada masyarakat hanyalah pemerintah Jepang karena adanya bantuan modal
kemajuan semu akibat semakin bertautnya ketergantungan (hibah) dan pinjaman yang diberikan untuk membangun
negara berkembang terhadap negara maju. Adanya industri-industri dan infrastruktur berteknologi tinggi
keinginan untuk memperbaiki situasi ekonomi politik sebagai pendukung terwujudnya kawasan Mamminasata.
di negara berkembang dengan jalan menjadikan negara- Pemerintah akan terus tergantung dan terbelakang karena
negara berkembang mampu memproduksi bahan pangan pembangunan yang terjadi di negara pinggiran sebenarnya
dan bahan mentah yang diperlukan negara-negara industri dimaksudkan hanya untuk memberikan keuntungan kepada
untuk diolah dan disediakan untuk kebutuhan negara- Negara sentral.
negara berkembang merupakan sebab utama munculnya
ketergantungan.
106 | Widiarti, Rimarty Anggun. et. al. Pengaruh Pembangunan Mamminasata terhadap perubahan Sosial Ekonomi dan Ekologi pada
Masyarakat Lokal
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akibat pembangunan kota baru terintegrasi yaitu kota KOHOKU
aktivitas ekonomi yang semakin meningkat pesat yakni di Yokohama, Jepang sebagai acuan pembangunan kota
antara lain meningkatnya jumlah penduduk, pertumbuhan Mamminasata. Proses izin AMDAL dilakukan dan
kepemilikan kendaraan semakin meningkat, kondisi sarana diterima oleh gubernur propinsi Sulawesi Selatan di tahun
dan prasarana jalan menurun, peningkatan kemacetan 2007. Proyek ini kemudian ditindaklanjuti oleh pemerintah
lalu lintas, peningkatan aktivitas bandara dan pelabuhan, pusat melalui Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen
penurunan aksesibilitas angkutan kota dan manajemen Pekerjaan Umum dan bekerjasama dengan tim ahli JICA
pengaturan lalu lintas. Namun di sisi lain, ketesediaan yang telah melakukan uji kelayakan pembangunan jalan
wadah atau ruang untuk mengakomodasi aktivitas arteri Trans-Sulawesi Mamminasata Road (TSMR) pada
penduduk semakin terbatas. tahun 2008.
Pembangunan perkotaan yang merupakan dampak Semakin banyak saham industri yang dikuasai asing
dari pembangunan ekonomi daerah mengakibatkan akibatnya modal dalam negeri semakin terdominasi oleh
lahirnya kota-kota yang berdasarkan indikator jumlah kontrol perusahaan multinasional yang lebih dinamis
penduduk telah layak disebut sebagai kota besar atau kota dan modern sehingga sektor ekonomi yang belum terlalu
metropolitan.Jumlah penduduk Sulawesi Selatan di tahun berkembang disisakan untuk dari investasi modal dalam
2010 berkisar 7,9 juta jiwa dimana penduduk yang berada negeri. Pada akhirnya, di sisi lain kontrol formal maupun
di kawasan perkotaan Mamminasata sekitar 2,4 juta jiwa informal terhadap sumber-sumber ekonomi lokal untuk
atau 30,38 persen . Sehingga dapat dipastikan penduduk mengakumulasi keuntungan bagi kekuasaan di wilayah
kota Makassar sendiri berkisar 1,2 juta jiwa atau 50 persen negara maju yang menimbulkan kerugian ekonomi
dari penduduk Mamminasata dengan tingkat pertumbuhan setempat menurut James O’ Connor dalam Roxborough
rata-rata 1,78 per tahun. (1986) inilah yang merupakan bentuk mekanisme
imperialisme. Sehingga dalam hal ini yang berperan adalah
Gagasan pembuatan rancangan peraturan presiden campur tangan negara yang seharusnya dapat mengarahkan
(Raperpres) mengenai kawasan perkotaan Mamminasata peruntukan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mulai dibahas pada tingkat Propinsi Sulawesi Selatan, investasi modal asing terhadap proyek-proyek raksasa di
Kabupaten/Kota se-Mamminasata hingga berlanjut ke dalam negeri ( Roxborough 1986).
tingkat Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan
Umum sejak tahun 2007. Pada saat yang sama, badan Dimensi Perubahan Sosial-Ekonomi
pengelolaan Kawasan Perkotaan Mamminasata telah
ditetapkan dalam peraturan gubernur yang diberi Perubahan pola penguasaan lahan
nama Badan Kerjasama Pembangunan Metropolitan
Mamminasata (BKSPMM) yang berfungsi sebagai badan Berdasarkan pada grafik mengenai aktivitas konversi lahan
koordinasi. Tindak lanjutnya kemudian secara structural dan nafkah ke non-pertanian pada lingkungan Samata dan
dibentuk Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Mamminasata Borongraukang, kemudian menggambarkan perbandingan
(UPTDM) pada Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Propinsi spesifik antara lain :
Sulawesi Selatan yang berfungsi sebagai pelaksanaan
operasional kegiatan perkotaan Mamminasata. Pada level a. Penilaian yang dominan setuju warga lingkungan
pemerintah pusat, proses pembahasan Raperpres Kawasan Samata terkait aktivitas konversi lahan adalah berasal dari
perkotaan Mamminasata kemudian berjalan terus hingga pandangan masyarakat yang melihat banyaknya warga yang
67 kali rapat pembahasan. Pada akhirnya finalisasi jatuh kemudian melakukan transaksi tanah seperti maraknya
pada tanggal 13 Agustus 2011 dengan dibentuknya regulasi aktivitas jual-beli tanah akibat pengaruh pembangunan
rencana pembangunan agar mendapatkan kekuatan hukum, jalan baik untuk jalan maupun pemukiman.
yakni ditetapkannya peraturan presiden (perpres) No. 55
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan b. Sebagian responden di Samata juga mengaku
Perkotaan Mamminasata pada tanggal 9 September 2011 masih menggarap lahan orang lain meskipun lahan miliknya
(Sutiksno 2012) atau lahan yang disewa sebagian atau seluruhnya sudah
dijual. Penilaian kurang setuju pada beberapa responden
Investasi JICA pada pembangunan kota Mamminasata dari warga Samata yaitu warga akan mempertahankan
lahan selama tidak ada kebutuhan mendesak untuk tetap
Pembangunan kawasan perkotaan Mamminasata merupakan berusahatani, namun juga karena terkait dari nilai investasi
hasil kerjasama Teknis antara JICA ( Japan International lahan tersebut, bilamana sudah bernilai tinggi maka akan
Cooperation Agency) dengan BKSP MM, UPTD memungkinkan untuk dijual. Biasanya hasil keuntungannya
Mamminasata dan Task Force Kota Baru Mamminasata untuk membeli lahan baru di daerah yang lebih murah nilai
dimulai sebagai tindak lanjut dari terbentuknya perpres tanahnya. Gambaran spesifik perubahan pola penguasaan
No. 55 Tahun 2011 dan MoU pembangunan kota baru lahan pada masyarakat lokal di lingkungan Samata dan
yang disepakati oleh Pemerintah Propinsi Sul-Sel dengan lingkungan Borongraukang dapat dilihat pada grafik di
Pemkab Gowa, Pemkab Maros dan REI (Real Estate) Sul- bawah ini.
Sel. Implementasinya dimulai melalui kegiatan Workshop
Konsolidasi Lahan (land readjustment) dengan mengambil Sedangkan pada warga Borongraukang, responden yang
kasus yang berada di kecamatan Moncongloe, Maros dan dominan menilai kurang setuju yaitu pada peruntukan lahan
kecamatan Pattalassang, Gowa. yang tidak semata untuk investasi atau warisan namun
juga sebagai sumber nafkah utama mereka. Pada warga
Workshop yang dimotori oleh tim ahli arsitekdan urban Borongraukang grafik penilaian tidak setuju masih sangat
planner inibertujuan untuk memberikan pemahaman signifikan. Warga setempat tidak setuju bila harus beralih
mengenai teori dan aplikasi garis besar konsolidasi nafkah jika sudah tidak memiliki lahan milik lagi, namun
lahan dan struktur kelembagaan dengan mengambil setidaknya masih dapat menyewa dan atau mengerjakan
108 | Widiarti, Rimarty Anggun. et. al. Pengaruh Pembangunan Mamminasata terhadap perubahan Sosial Ekonomi dan Ekologi pada
Masyarakat Lokal
terpelihara di antara warga . tanah-tanah kebun warga. Meskipun demikian, bilamana
pemukiman-pemukiman baru semakin tumbuh dari tahun
2. Beberapa masyarakat Samata menilai tidak ke tahun maka proses dominasi kelas pemilik modal akan
setuju dibandingkan di lingkungan Borongraukang karena masuk mendekati pelosok desa persawahan yang berada
menganggap lingkungan Samata justru saat ini semakin di Borongraukang. Pada lingkungan Borongraukang yang
tersentuh dengan pengaruh warga kota dan warga pendatang sebagian besar bermukim para petani penyewa-penggarap
serta semakin berasosiasi dalam keseharian aktivitas dan buruh tani serta kelompok kelas bawah lainnya akan
perkotaan yang menjadi pembawa gejala menurunnya membawa kepada ketimpangan kelas yang sangat tinggi
kolektivitas masyarakat di lingkungan Samata. Beberapa bilamana pertumbuhan warga pendatang dari kelas atas
responden di lingkungan Borongraukang masih cenderung semakin meningkat. Hal ini dapat menggiring kepada
menjawab setuju. Lingkungan Borongraukang yang masih potensi konflik antar kelas terutama jika kolektivitas
diliputi oleh areal persawahan dan warga setempat masih masyarakat akan mengerucut pada budaya individualisme
dapat menjaga tradisi guyub atau kolektivitas masyarakat perkotaan.
pedesaan pada umumnya.
Konseptualisasi Perubahan Sosial Ekonomi dan
Perubahan Sosial-Ekologi Ekologi Pada Masyarakat Lokal Akibat Pembangunan
Mamminasata
Gambaran spesifik pada perubahan sosial-ekologi
masyarakat di lingkungan Samata dan lingkungan Tahap pembangunan jalan baru yang menghubungkan
Borongraukang dapat dilihat pada grafik di bawah ini. kota Makassar dan wilayah kabupaten Gowa sebagai
penanda tumbuhnya kawasan megapolitan secara langsung
maupun tidak langsung menjadikankawasan yang berada
di sekitar pembangunan infrastruktur jalan tersebut berada
dalam masa transisi. Wilayah yang dahulunya diliputi
oleh masyarakat tradisional agraris kemudian menjadi
masyarakat agraris modern setelah mendapatkan pengaruh
revolusi hijau di tahun 1970 kemudian beberapa dekade
kembali mendaparkan sentuhan modernisasi kawasan
pembangunan perkotaan.
110 | Widiarti, Rimarty Anggun. et. al. Pengaruh Pembangunan Mamminasata terhadap perubahan Sosial Ekonomi dan Ekologi pada
Masyarakat Lokal
ini semakin mengalami stagnasi dan proses eksploitasi
yang tetap melanggengkan kemiskinan sementara yang
menikmatinya adalah pemilik modal dan para pedagang di
perkotaan.
112 | Widiarti, Rimarty Anggun. et. al. Pengaruh Pembangunan Mamminasata terhadap perubahan Sosial Ekonomi dan Ekologi pada
Masyarakat Lokal
itu masyarakat kota di negara berkembang semakin dijalankan melalui hubungan negara berkembang
ditarik oleh tarikan pembangunan negara maju melalui terhadap negara maju hingga dapat menyentuh
modernisasi dalam segala bidang, mengandalkan investasi ruang kawasan pedesaan yang mengalami hubungan
asing untuk pembangunan dan pada akhirnya hasil surplus ketergantungan terhadap perkotaan. Ketergantungan
sumberdaya alam dihisap keluar menuju negara mitra yang negara berkembang terhadap negara maju menyebabkan
adidaya tersebut. Proses keterbelakangan yang terus- munculnya bentuk-bentuk keterbelakangan berupa
menerus dimotori oleh mesin-mesin developmentalism disparitas sosial, terbentuknya masyarakat individual
dimana pemerintah masih bergantung dengan donasi (gesselschaft) transisional, difusi kelembagaan
serta model pembangunan negara maju menyebabkan masyarakat perkotaan dan ketergantungan terhadap
negara berkembang tetap berada pada posisi negara akses modal dari kota di kawasan persawahan
pinggiran dimana pemindahan surplus sumberdaya dalam khususnya di kelurahan Samata.
negeri terhadap Negara maju akan terus menghasilkan
ketimpangan dan hubungan asimetris. Saran
114 | Widiarti, Rimarty Anggun. et. al. Pengaruh Pembangunan Mamminasata terhadap perubahan Sosial Ekonomi dan Ekologi pada
Masyarakat Lokal