Anda di halaman 1dari 7

Isu – isu kesehatan yang terjadi di Daerah Terpencil Pedalaman Kepulauan

1. Konektivitas
Kendala konektifitas menjadi penyebab utama sistem kesehatan digital (E-
Health) di Indonesia tidak berkembang, terutama di daerah-daerah terpencil
yang seharusnya butuh akses kesehatan yang sama dengan masyarakat kota.
"Konektifitas masih kendala. Satelit Palapa nantinya harus bisa menjangkau
pulau di Timur. Tadi saya sampaikan, di Jakarta saja masih ada area-area
blackspot di beberapa tempat," kata Founder dan Chairman Center for
Healthcare Policy and Reform Studies (Chapters) Indonesia Luthfi
Mardiansyah di Jakarta, Senin (19/8/2019). Bila konektifitas sudah merata di
seluruh Indonesia, maka bisa dipastikan masyarakat bisa mendapat akses
kesehatan yang baik karena bisa berkonsultasi dengan dokter meski berjauhan.
Pun biayanya jauh lebih murah.
2. Kejelasan Regulasi
Menurut sebuah survei dari Deloitte Indonesia, Bahar, dan Chapter, sebesar
15,6 persen pengguna masih merasa tidak puas dengan adanya layanan
kesehatan digital. Ketidakpuasaan ini terjadi karena pengguna
mengkhawatirkan keamanan data yang diinput ke dalam layanan kesehatan
digital tersebut. Pun belum adanya aturan tentang tata cara pengantaran obat
agar tidak terkontaminasi benda lain hingga sampai kepada pasien. Baca juga :
Survei: 84,4 Persen Masyarakat Puas dengan Layanan Kesehatan Digital "15,6
persen pengguna layanan tidak puas. Ini sesuatu yang harus kita sikapi, tidak
puasnya karena apa? Pertama, data privacy-nya bagaimana? Siapa yang simpan
riwayat kesehatan kita saat berobat melalui aplikasi, pemilik aplikasi atau
rumah sakitnya?," ungkap Luthfi. Selain keamanan data, yang masih menjadi
masalah utama dalam perkembangan layanan digital ini antara lain, terjadinya
komunikasi yang kurang baik antara dokter dengan penderita penyakit karena
tidak memeriksa penyakit secara langsung. Apalagi secara pengalaman, banyak
dokter yang tidak terbiasa memeriksa penyakit hanya melalui telepon. "Dokter
tidak bisa melihat ekspresi pasien tentang apa yang dirasakan hanya melalui
ponsel. Dokter juga tak berpengalaman memeriksa pasien melalui aplikasi,
meski saat ini pelan-pelan banyak yang sudah terbiasa. Ditambah banyak juga
dokter senior yang tidak cakap menggunakan teknologi," ucap dia. Kendala-
kendala soal regulasi di atas, tentu menjadi kendala pada perkembangan e-
health. Pemerintah hendaknya mengatur regulasi tersebut secara cepat
mengingat pengguna layanan kesehatan digital semakin bertumbuh.
3. Bonus Demografi Populasi Indonesia merupakan populasi ke-4 terbesar di
dunia, yang banyak didominasi oleh usia muda dan masyarakat ekonomi kelas
menengah. Bonus demografi ini menjadi kekuatan untuk Indonesia untuk
bersaing di kancah global. Sayangnya, bonus demografi ini tak dibarengi
dengan pelayanan kesehatan yang baik. Anak muda dan masyarakat yang
dianggap mampu memajukan Indonesia justru jadi tak terlindungi karena tidak
ada pelayanan kesehatan yang baik. "Itu (bonus demografi) bisa menjadi
pemasalahan. Kalau hanya besar, tapi sistem kesehatan enggak mumpuni,
bagaimana? Apalagi sekarang usia muda sudah banyak yang kena penyakit
berat, ini akan jadi beban biaya kalau sistem kesehatannya enggak baik,"
pungkas dia.
4. Negara Kepulauan
Menjadi negara kepulauan, memang sangat berpengaruh besar terhadap potensi
ekspor Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia. Indonesia terkenal dengan
beragam SDA dan keindahan alam yang mampu menarik wisatawan
berkunjung. Di sisi lain, distribusi pangan dan distribusi kesehatan banyak
terkendala karena tidak bisa ditempuh hanya dengan jalur darat. "Apalagi
secara bisnis, rumah sakit swasta tidak serta merta ingin membangun
cabangnya di tempat terpencil. Akhirnya investor maunya investasi di daerah-
daerah yang punya impact banyak sehingga ada disparitas di sini. Ini memang
susah karena luas sekali, pemerintah pun saat ini sulit menemukan cara yang
bagus bagaimana," ungkap Luthfi.
5. Pelayanan Rendah
Luthfi menilai, tingkat pelayanan rumah sakit di Indonesia relatif rendah. Ini
tercermin dari kendala masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan di
beberapa rumah sakit. Pasien yang menderita penyakit berat diminta menanti
pelayanan hingga 1 bulan lamanya di rumah. "Prosesnya itu sendiri masih
belum membantu. Sampai hari ini masih kita lihat antrian panjang di beberapa
rumah sakit. Mereka, pasien yang menderita penyakit berat, harus menunggu 1
bulan di rumah, hal-hal tersebut yang mesti kita sikapi dengan baik," ucap
Luthfi. Akibatnya, banyak masyarakat di daerah Medan yang akhirnya memilih
Penang, Malaysia, untuk berobat ketimbang di Indonesia. "Pasien kita yang
lokasinya di Medan, mereka memilih nyebrang ke Penang. RS di Medan
memberikan rekomendasinya ke Penang. Sebetulnya bukan karena promosi
mereka lebih bagus, tapi memang pelayanan kita yang kurang," ungkap Luthfi.
6. Teknologi Tak Dimanfaatkan dengan Baik
Teknologi yang ada tak dimanfaatkan dengan baik untuk pelayanan kesehatan.
Padahal, penggima internet di Indonesia paling tinggi ketimbang negara lain.
"Saya ambil contoh tentang iWatch. iWatch kita pasang di tangan kita, itu bisa
mendeteksi kondisi jantung dan kondisi sistem tubuh lainnya. Tapi saat
berobat, kita tidak memberitahukan kepada dokter kalau kita punya rekam
manual melalui iWatch itu. Padahal kalau diberitahu, dokter bisa langsung
merekomendasikan pengobatan yang lebih tepat," pungkas Luthfi. Luthfi
meyakini, bila kendala di atas bisa diatasi dengan baik, sistem pelayanan di
Indonesia akan lebih merata dan terintegrasi baik offline maupun online.

7.. Kematian Ibu Akibat Melahirkan

Saat ini, angka kematian ibu ketika melahirkan sudah mengalami penurunan.
Namun, jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi
ibu hamil yang tidak sehat, dan faktor-faktor lainnya.

Menurut data, penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi kehamilan dan
perdarahan postpartum. Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan
kematian ibu adalah penanganan komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur
yang terlalu muda.

Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah tengah menggencarkan program


pembangunan puskesmas, diiringi pula dengan peningkatan kualitas
pelayanannya. Pemerintah juga sedang menciptakan pola keanekaragaman
makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB yang dicanangkan juga digunakan
untuk menurunkan angka kematian ibu.

8. Kematian Bayi, Balita, dan Remaja

Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah
mengalami penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat
melahirkan, ini masih jauh dari target. Penyebab kematian utama pada bayi dan
balita adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) dan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR). Sedangkan untuk balita, penyebab kematian utama yang dialami adalah
pneumonia dan diare.

Artinya, faktor lingkungan serta kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan
sangat memengaruhi kondisi bayi. Maka dari itu, untuk menangani tantangan ini
pemerintah akan menciptakan langkah-langkah persiapan untuk calon ibu, agar
mereka benar-benar siap menghadapi kehamilan dan persalinan

Untuk remaja, penyebab kematian utama di samping kecelakaan transportasi


adalah DBD dan tuberkulosis. Umumnya ini disebabkan karena penggunaan
tembakau atau rokok. Untuk menanggulangi masalah ini, pemerintah menetapkan
pelaksanaan UKS yang diwajibkan di setiap sekolah untuk mempromosikan
masalah kesehatan. Prioritas program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah,
kesehatan reproduksi, dan deteksi dini penyakit tidak menular.

9. Meningkatnya Masalah Gizi Buruk

Saat ini, ternyata masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks. Tidak hanya
masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang
harus ditangani dengan serius. Kondisi stunting (pendek) sendiri disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh yang tidak tepat, sehingga mengakibatkan kemampuan
kognitif tidak berkembang secara maksimal, mudah sakit, maupun berdaya saing
rendah.

Masalah ini paling fatal menyerang anak-anak, karena gangguan pertumbuhan


yang serius ini bisa merusak masa depan mereka. Apalagi, jika stunting terjadi
lewat dari 1.000 hari, dampak buruknya bisa sangat sulit diobati.
Untuk mengatasi masalah stunting, pemerintah mengadakan program sosialisasi
kepada masyarakat agar dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu dan
anak. Pemerintah menetapkan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, terhitung
sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun.

10. Meningkatnya Penyakit Menular

Masalah penyakit menular juga masih mendominasi dunia kesehatan Indonesia.


Prioritas utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria,
DBD, influenza, dan flu burung. Indonesia juga masih belum sepenuhnya mampu
mengendalikan penyakit seperti kusta, filariasis, dan leptospirosis.

Strategi pemerintah dalam memberantas masalah ini adalah dengan meningkatkan


vaksin dan imunisasi, seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan
tetanus. Strategi ini terbukti ampuh, karena pada tahun 2014 Indonesia sudah
dinyatakan bebas polio.

Untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, pemerintah mengadakan sejumlah


persiapan yang mencakup tata laksana penanganan pasien, tenaga kesehatan,
pelayanan kesehatan (khususnya rumah sakit), dan laboratorium kesehatan.

Selain itu, untuk menurunkan tingginya risiko penyakit menular, pemerintah juga
mengembangkan Early Warning and Respons System (EWARS) atau Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini, diharapkan
ada peningkatan dalam deteksi dini dan respons terhadap peningkatan tren kasus
penyakit tertentu.

Sistem tersebut juga semakin digencarkan karena banyaknya penyakit baru yang
bermunculan, seperti SARS dan flu burung. Penyakit-penyakit baru ini pada
umumnya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari binatang.

11. Meningkatnya Penyakit Tidak Menular

Ternyata dalam beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi
beban utama di Indonesia, ketimbang penyakit menular. Karenanya, saat ini
Indonesia memang mengalami tantangan dua kali lipat, yaitu penyakit tidak
menular dan penyakit menular.

Penyakit tidak menular yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia


meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Selain itu, jumlah kematian akibat rokok juga terus meningkat.

Strategi pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan


melaksanakan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular
(Posbindu-PTM), sebagai upaya memonitor dan deteksi dini faktor risiko penyakit
tidak menular di masyarakat.

Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
menyadari bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Oleh sebab itu,
pemerintah juga berencana untuk meningkatkan sosialisasi dan program jaminan
kesehatan seperti BPJS.

12. Masalah Kesehatan Jiwa

Tanpa kita sadari, permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia itu sangat besar dan
menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari 14
juta jiwa masyarakat Indonesia menderita gangguan mental dan emosional.
Sementara itu, lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat (psikotis).

Masalah gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan masalah perilaku, dan


sering kali berujung pada kondisi yang membahayakan diri seperti bunuh diri.
Dalam satu tahun, terdapat 1.170 kasus bunuh diri dan jumlahnya terus
meningkat.

Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah memprioritaskan pengembangan Upaya


Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah
puskesmas. Program ini bekerja sama dengan masyarakat, untuk mencegah
meningkatnya gangguan jiwa.
TUGAS

MANEJEMEN WILAYAH PANTAI DAN PESISIR

DIBUAT OLEH

KELOMPOK I

1. YANSYE NOYA (12114201180005)


2. PUTRI E RIKUMAHU (12114201180003)
3. DEVIANTY GARIUM (12114201180004)
4. FRISILIA MAMULY (12114201180021)
5. MARLEN PATTIPEILOHY (12114201180024)
6. RANY SOUKOTTA (12114201180019)
7. CHINTYA TEHUPURING (12114201180015)
8. JULIUS M KORBUA ( 12114201170071)
9. OFLI WAIMESE (12114201170097)
10. MARSELA BATUWAEL (12114201170181)
11. CRISTINO LESNUSA ( 12114201170189)

KELAS : C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

2019

Anda mungkin juga menyukai