Anda di halaman 1dari 11

Kemampuan Literasi Sains (Nilam Cahya Nugraheni) 261

KEMAMPUAN LITERASI SAINS KELAS X SMA NEGERI MATA PELAJARAN


BIOLOGI BERDASARKAN TOPOGRAFI WILAYAH GUNUNGKIDUL
BIOLOGY SCIENTIFIC LITERACY OF GRADE X BASED GUNUNGKIDUL’S ZONE
TOPOGRAPHY

Oleh : Nilam Cahya Nugraheni1, Pendidikan Biologi, FMIPA UNY (nilamcahyan@gmail.com)


Dr. Paidi, M.Si.2,paidi@uny.ac.id, Triatmanto, M.Si.3,triatmanto@uny.ac.id
1
mahasiswa Pendidikan Biologi UNY
2,3
dosen Pendidikan Biologi UNY

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi sains peserta didik kelas X SMA
Negeri di Kabupaten Gunungkidul pada mata pelajaran biologi, berdasarkan gender, tempat tinggal,
lokasi sekolah berdasarkan zona topografi wilayah, dan persentase peserta didik yang mencapai
kompetensi literasi sains berdasarkan PISA 2015. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan
metode survei. Sampel penelitian berjumlah 351 yang berasal dari enam sekolah. Sampel sekolah diambil
dengan cara random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes literasi sains berdasarkan
indikator PISA 2015. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistika deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains peserta didik memiliki rata-rata dalam kategori rendah,
terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor berdasarkan gender dan lokasi sekolah berdasarkan
zona topografi wilayah, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata skor berdasarkan tempat
tinggal, dan persentase peserta didik yang mencapai kompetensi literasi sains tertinggi adalah
menjelaskan fenomena secara ilmiah.
Kata kunci: kemampuan literasi sains, zona topografi wilayah, gender, tempat tinggal

Abstract
This research aimed to know the ability of scientific literacy learners of grade X in Gunungkidul on
the subjects of biology, based on gender, place of residence, the location of the school based on the zone
of the topography of the region, and the percentage of learners who achieve literacy competence of
science based on PISA 2015. This research was descriptive research methods including surveys. Sample
research was 351 that came from six schools. Sample school taken by random sampling. Data collection
technique used scientific literacy tests based on indicators of PISA 2015. Data analysis techniques used
are descriptive statistics. The results showed that the ability of science literacy learners have averaged in
the low category, there was a significant difference in the average score based on gender and school
locations based on topographic zone area, there was no significant difference in the average score based
on place of residence, and the percentage of learners who achieve the highest science literacy
competency was explaining scientific phenomena.
Keywords: Scientific literacy ability, zone of the topograpgy of the region, gender, anf place of recidence

PENDAHULUAN 2014: 161). IPA merupakan wahan untuk


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
sains didefinisikan sebagai pengetahuan yang Penguasaan konsep IPA (sains) dilengkapi
diperoleh melalui pengumpulan data dengan dengan kemampuan untuk dapat
eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk mengaplikasikan konsep tersebut dalam
menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah kehidupan sehari-hari. Kemampuan
gejala yang dapat dipercaya (Gustia Angraini, menerapkan konsep sains dalam kehiduapn
262 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 5 tahun 2017

sehari-hari oleh Jack Holbrook (2009: 275) didik dapam memahami lingkungan hidup,
disebut dengan kemampuan literasi sains. kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain
Literasi sains (scientific literacy) yang dihadapi oleh masyarakat modern yang
didefinisikan oleh PISA (Programme for sangat bergantung pada teknologi dan
International Students Assessment) sebagai kemajuan serta perkembangan ilmu
pengetahuan dan penggunaannya untuk pengetahuan.
mengidentifikai pertanyaan, memperoleh Kabupaten Gunungkidul merupakan
pengetahuan baru, menjelaskan fenomena salah satu kabupaten di Daerah Istimewa
ilmiah dan menarik kesimpulan berdasarkan Yogyakarta yang mempunyai topografi
bukti-bukti. Hurt (Yusuf S, 2007: 53) wilayah yang beragam yang dapat
mendefinisikan literasi sains sebagai dikelompokkan ke dalam 3 zona wilayah yaitu
pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi zona utara, tengah, dan selatan. Zona-zona
kehidupan masyarakat. tersebut dibedakan secara geografis
Pengukuran literasi sains pertama kali berdasarkan ketinggian tempatnya. Perbedaan
dilakukan tahun 2000 oleh PISA dan zona wilayah ini akan berdampak pada arus
dilanjutkan secara berkala setiap tiga tahun. informasi yang diterima peserta didik,
Hasil pengukuran terakhir dilakukan pada kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi, lokasi
tahun 2012 dan menunjukkan Indonesia sekolah, dan aksesibilitas.
merupakan negara dengan kemampuan literasi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
sains peserta didik rendah. Banyak faktor yang mengetahui: (1) kemampuan literasi sains
menyebabkan rendahnya literasi sains di peserta didik kelas X SMA Negeri Kabupaten
Indonesia yaitu, gender, ekonomi dan sosial, Gunungkidul pada mata pelajaran biologi, (2)
serta imigrasi. Kurang diperhatikannya kemampuan literasi sains berdasarkan gender,
lingkungan sosial budaya sebagai sumber (3) kemampuan literasi sains berdasarkan
pembelajaran juga menjadi penyebab tempat tinggal yang dibagi kedalam kost dan
rendahnya kemampuan literasi sains peserta rumah, (4) kemampuan literasi sains ditinjau
didik di Indonesia. dari lokasi sekolah berdasarkan pembagian
Peserta diidk dikatakan literate zona topografi wilayah, dan mengetahui, dan
terhadap sains atau melek terhadap sains (5) persentase peserta didik yang mencapai
ketika mampu menerapkan konsep-konsep indikator kompetensi literasi sains berdasarkan
atau fakta-fakta yang didapatkan di sekolah PISA 2015. Hasil penelitian ini diharapkan
dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi dapat digunakan guru untuk mengembangkan
dalam kehidupan sehari-hari. Literasi sains perangkat pembelajara dan melaksanakan
penting untuk dikuasai oleh peserta didik proses pembelajaran biologi dalam
dalam kaitannta dengan bagaimana peserta meningkatkan literasi sains peserta didik.
Kemampuan Literasi Sains (Nilam Cahya Nugraheni) 263
SMA N 2 Playen. Setelah melalui tahap uji
coba kemudian melakukan observasi terhadap

METODE PENELITIAN sekolah yang menjadi sampel penelitian


kemudian melakukan tes terhadap dua kelas
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang digunakan pada masing-masing sekolah.
deskriptif dengan metode survei untuk
mengetahui gambaran mengenai kemampuan Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan
Data
literasi sains peserta didik kelas X SMA Data yang diperoleh dalam penelitian
Negeri di Kabupaten Gunungkidul pada mata ini berupa skor literasi sains. Data hasil
pelajaran biologi berdasarkan PISA 2015. penelitian diperoleh dengan melakukan tes
secara tertulis terhadap peserta didik kelas X.
Waktu dan Tempat Penelitian
Soal tes yang digunakan dalam tes disusun
Waktu penelitian dilaksanakan pada
oleh penulis dengan menggunakan indikator
bulan April s.d. Mei 2017. Tempat penelitian
PISA 2015 berupa soal pilihan gana dan soal
yaitu di SMA N 1 Semin, SMA N 1
esai.
Karangmojo, SMA N 1 Wonosari, SMA N 2
Wonosari, SMA N 1 Tanjungsari, dan SMA N Teknik Analisis Data
1 Panggang. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis statistika deskriptif untuk

Target/Subjek Penelitian memperoleh skor terendah, skor tertinggi, skor


Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata, dan simpangan baku. Untuk
peserta didik kelas X di SMA Negeri se- mengetahui perbedaan skor rata-rata literasi
Kabupaten Gunungkidul tahun ajaran sains berdasarkan lokasi sekolah digunakan uji
2016/2017 sebanyak sebelas sekolah. Sampel statistik Kruskal Wallis sedangkan jika
penelitian ini adalah peserta didik kelas X di berdasarkan tempat tinggal dan gender
enam SMA Negeri Kabupaten Gunungkidul. menggunakan uji statistik U-Mann Whitney.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Untuk mengetahui validitas item soal yang
random sampling untuk mendapatkan sampel digunakan dilakukan uji korelasi
sekolah. Masing-masing sampel sekolah menggunakan IBM SPSS Statistics 22.
diambil dua kelas untuk mendapatkan sampel
penelitian sehingga didapatkan sampel HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Informasi yang diperoleh pada
penelitian sebanyak 351.
penelitian ini menggambarkan keadaan yang
Prosedur sesungguhnya di lapangan menggunakan
Prosedur penelitian yang dilakukan
perincian data berupa skor hasil tes tertulis,
dimulai dengan menyusun instrumen yaitu tes kemampuan literasi sains pada mata
penelitian berupa soal tes literasi sains.
pelajaran biologi.
Kemudian dilakukan uji coba secara empiris di
264 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 5 tahun 2017

Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Literasi Sains


Peserta Didik Kelas X SMA Negeri di
Kabupaten Gunungkidul pada Mata
Pelajaran Biologi.
Gambar 1. Distribusi kategori skor
Skor Literasi Sains literasi sains peserta didik kelas X
Kategori SMA Negeri Kabupaten
N Min Max ӯ± s
Skor Gunungkidul pada mata pelajaran
58,02 ± biologi
351 12,5 90 Rendah
15,30
Keterangan : Hasil distribusi kategori skor literasi
N = jumlah peserta didik yang sains peserta didik kelas X SMA Negeri
mengikuti tes Kabupaten Gunungkidul pada mata pelajaran
Min = skor terendah
biologi ditunjukkan pada Gambar 1 di atas.
Max = skor tertinggi
ӯ = rata-rata skor literasi sains Berdasarkan hasil pengukuran kemampuan
s = simpangan baku literasi sains peserta didik kelas X SMA

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa Negeri Kabupaten Gunungkidul pada mata

skor literasi sains peserta didik kelas X di pelajaran biologi yang masih tergolong rendah,

SMA Negeri Kabupaten Gunungkidul pada hal ini tidak berbeda jauh dengan hasil

mata pelajaran biologi memiliki rata-rata skor pengukuran literasi sains yang dilakukan oleh

58,02 atau dengan kategori rendah. Jika skor PISA pada tahun 2012 dan memberikan hasil

literasi sains peserta didik dirinci menurut bahwa Indonesia merupakan negara dengan

kategori skor, ternyata skor tersebut tersebar kemampuan literasi sains yang rendah.

dari kategori sangat rendah sampai dengan Namun, berdasarkan distribusi skor literasi

sangat tinggi. Distribusi skor literasi sains sains pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa

peserta didik di SMA Negeri Kabupaten sebagian besar peserta didik mempunyai skor

Gunungkidul ditunjukkan pada Gambar 1 literasi sains dalam kategori sangat rendah

berikut. sampai dengan sedang dibandingkan peserta


didik dengan skor dalam kategori tinggi
sampai dengan tinggi.
Melihat hasil skor rata-rata literasi sains
peserta didik di Kabupaten Gunungkidul pada
mata pelajaran biologi yang masih tergolong
rendah hal ini dapat mengindikasikan bahwa
proses pembelajaran biologi yang ada di kelas
Kemampuan Literasi Sains (Nilam Cahya Nugraheni) 265
belum dapat dikatakan maksimal. Hal tersebut juga dapat menjadi penyebab rendahnya
seperti yang disampaikan oleh OECD kemampuan literasi sains peserta didik pada
(Organisation for Economics Co-operation mata pelajaran biologi di SMA Negeri
and Development) (Dalin Nadhifatuzzahro, Kabupaten Gunungkidul. Hal ini karena
2015: 5) bahwa pembelajaran di sekolah menurut Gustia Angraini (2014: 161) peserta
seharusnya dapat membantu peserta didik didik yang dikatakan literate terhadap sains
untuk menjelaskan fenomena dalam kehidupan atau melek sains ialah ketika peserta didik
sehari-hari menggunakan konsep sains yang mampu menerapkan konsep-konsep atau fakta-
diperolehnya termasuk dalam menjawab soal- fakta yang didapatkan di sekolah dengan
soal literasi sains yang diberikan. fenomena alam yang terjadi dalam kehidupan
Rendahnya skor rata-rata literasi sains sehari-hari. OECD (Dalin Nadhifatuzzahro,
pada mata pelajaran biologi peserta didik X di 2015: 5) menguatkan pendapat tersebut bahwa
SMA Negeri Kabupaten Gunungkidul dapat kemampuan peserta didik dalam menjelaskan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut fenomena dalam kehidupan sehari-hari secara
OECD (2007: 128), banyak faktor yang saintifik menjadi salah satu kompetensi literasi
menyebabkan rendahnya literasi sains di sains. Oleh sebab itu, seharusnya pembelajaran
Indonesia di antaranya gender, ekonomi dan biologi di sekolah tidak mengesampingkan
sosial, serta imigrasi. Sedangkan menurut hasil fenomena-fenomena yang ada di sekitar
penelitian Gustia Angraini (2014: 167), ada peserta didik untuk diangkat sebagai sumber
beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya belajar.
hasil capaian literasi peserta didik yaitu: (1) Hasil pengukuran kemampuan literasi
materi pelajaran yang belum pernah dipelajari sains peserta didik kelas X pada mata
sehingga peserta didik mengalami kesulitan pelajaran biologi berdasarkan gender dapat
dalam menjawab soal-soal yang diberikan, (2) dilihat pada Tabel 2 berikut.
peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal Tabel 2. Hasil Tes Kemampuan Literasi Sains
Peserta Didik Kelas X SMA Negeri di
yang menggunakan wacana, dan (3) guru
Kabupaten Gunungkidul pada Mata
kurang membiasakan proses pembelajaran Pelajaran Biologi ditinjau dari
Gender.
yang mendukung peserta didik dalam
mengembangkan literasi sains. Skor Literasi Sains
Berdasarkan hasil penelitian yang Kategori
Gender N Min Max ӯ± s
Skor
dilakukan oleh Lutfi Rizkita, dkk (2016: 778),
55,33 ±
rendahnya literasi sains peserta didik L 122 12,5 90 Rendah
15,49
disebabkan karena proses pembelajaran yang 59,45 ±
P 229 20 87,5 Rendah
15,03
belum melibatkan proses sains. Kurang
diperhatikannya lingkungan di sekitar peserta Pada Tabel 2 diatas ditunjukkan
didik dalam kehidupan sehari-hari untuk perbandingan skor rata-rata literasi sains pada
diangkat sebagai sumber pembelajaran biologi mata pelajaran biologi ditinjau dari gender
266 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 5 tahun 2017

peserta didik yaitu laki-laki dan perempuan. perempuan lebih memiliki bidang biologi atau
Berdasarkan hasil penelitian tersebut skor rata- sains. Jenkins and Pell (Rodger Bybee, 2011:
rata literasi sains pada mata pelajaran biologi 20) juga mengungkapkan perbedaan
pada peserta didik perempuan lebih tinggi ketertarikan antara laki-laki dan perempuan di
daripada laki-laki dan menunjukkan perbedaan mana perempuan memberikan peringkat
yang signifikan antara rata-rata skor literasi tertinggi untuk ketertarikan terhadap topik
sains perempuan dan laki-laki. yang berkaitan dengan diri sendiri terutama
Hasil penelitian tersebut berbeda kesehatan, pemikiran, dan kebahagiaan.
dengan pendapat Tjalla (2010: 13) yang Sedangkan laki-laki memiliki ketertarikan
menyatakan bahwa kemampuan literasi sains yang lebih pada topik kerusakan teknologi dan
rata-rata peserta didik Indonesia laki-laki peristiwa.
lebih tinggi daripada kemampuan literasi sains Pengukuran kemampuan literasi sains
rata-rata peserta didik Indonesia perempuan. pada mata pelajaran biologi dalam penelitian
Perbedaan tersebut dimungkinkan karena ini mengacu pada tiga indikator literasi sains
dalam penelitian ini penilaian literasi sains pada aspek kompetensi yaitu menjelaskan
hanya terbatas dalam lingkup pengetahuan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan
biologi saja sedangkan literasi sains pada merancang penyelidikan ilmiah, serta
umumnya mencakup pengetahuan biologi, menginterpetasi data dan bukti secara ilmiah.
fisika, teknologi serta bumi dan antariksa. Menurut Susriyati Mahanal (2012: 183),
Hasil penelitian yang menunjukkan kemampuan peserta didik menyelesaikan
bahwa rata-rata skor literasi sains pada mata tugas-tugas proyek seperti memecahkan
pelajaran biologi lebih tinggi peserta didik masalah, mensintesis informasi, dan
perempuan dibandingkan laki-laki tidak melakukan pengkajian atau penelitian
terlepas dari topik yang digunakan dalam dipengaruhi oleh gender karena laki-laki dan
pengukuran literasi sains yang berkaitan perempuan memiliki karakteristik yang
dengan biologi. Hal ini didukung oleh hasil berbeda. Berdasarkan temuan Ricketts
survei yang diungkapkan oleh Evans (2012) (Susriyati Mahanal, 2012: 182) menyatakan
pada Genera Certificate of Secondary bahwa perempuan dinilai lebih tinggi dari laki-
Education (GCSE) yang menyatakan bahwa laki dalam kemampuan membuat kesimpulan
pelajaran kimia dan biologi lebih baik untuk yang berarti perempuan lebih mampu
anak perempuan sedangkan laki-laki lebih mengidentifikasi unsur-unsur yang dibutuhkan
unggul pada mata pelajaran matematika. untuk mearik kesimpulan, menyusun hipotesis,
Selain itu, Hango (2013: 7) mengungkapkan mengidentifikasi hubungan antarvariabel,
bahwa laki-laki lebih medominasi bidang mempertimbangkan informasi yang relevan,
STEM (Science, Technology, Engineering, dan menganalisis data.
and Mathematics) sedangkan kebanyakan
Kemampuan Literasi Sains (Nilam Cahya Nugraheni) 267
Hasil pengukuran kemampuan literasi peserta didik yang tinggal di kost ini,
sains peserta didik kelas X pada mata dimungkinkan adanya perbedaan peran orang
pelajaran biologi berdasarkan tempat tinggal tua dalam pengawasan terhadap anak dalam
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. hal belajar. Hal tersebut didukung oleh hasil
Tabel 3. Hasil Tes Kemampuan Literasi Sains penelitian Harjono (Fiara Kusumawati, 2013:
Peserta Didik Kelas X SMA Negeri di
7) yang menyebutkan bahwa prestasi tertinggi
Kabupaten Gunungkidul pada Mata
Pelajaran Biologi ditinjau dari adalah peserta didik yang tinggal di
Tempat Tinggal.
lingkungan tempat tinggal orang tua
Skor Literasi Sains sedangkan prestasi tengah yaitu peserta didik
Tempat Kategori yang tinggal di lingkungan asrama dan prestasi
N Min Max ӯ± s
Tinggal Skor
terendah adalah peserta didik yang tinggal di
57,89 ±
Kost 19 25 80 Rendah kontrakan atau kost.
18,64
58,03 ±
Rumah 332 12,5 90 Rendah
15,12 Peserta didik yang tinggal di rumah
bersama orang tua cenderung mendapatkan
Pada Tabel 3 ditunjukkan
perhatian dan bimbingan yang lebih besar dari
perbandingan rata-rata skor literasi sains
orang tuanya daripada peserta didik yang
peserta didik kelas X pada mata pelajaran
tinggal di kost. Dalam hasil penelitian Bahtiar
biologi di SMA Negeri Kabupaten
Afwan (2017: 16) juga disebutkan bahwa
Gunungkidul berdasarkan tempat tinggal.
kehidupan peserta didik yang tinggal di rumah
Dalam penelitian ini tempat tinggal peserta
orang tua mendapat pengawasan secara
didik dikelompokkan menjadi dua macam
langsung dari orang tua ataupun keluarga
yaitu rumah dan kost. Rata-rata skor literasi
lainnya. Menurut Harjono (Fiara Kusumawati,
sains peserta didik pada mata pelajaran biologi
2013: 7) perhatian dan bimbingan orang tua
yang tinggal di rumah lebih tinggi
sangat berpengaruh bagi peserta didik
dibandingkan dengan yang tinggal di kost.
terutama hasil belajar di mana dalam
Akan tetapi tidak menunjukkan adanya
penelitian ini berkaitan dengan kemampuan
perbedaan rata-rata skor literasi sains yang
literasi sains.
signifikan.
Hasil pengukuran kemampuan literasi
Peserta didik yang tinggal di rumah
sains peserta didik kelas X pada mata
akan lebih dekat dengan keluarganya terutama
pelajaran biologi berdasarkan lokasi wilayah
orang tua sedangkan peserta didik yang tinggal
yang dibedakan atas zona topografi wilayah
di kost jauh dan dengan keluarga karena
dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
peserta didik akan lebih hidup mandiri
bersama dengan teman-teman kostnya. Rata-
rata skor literasi sains peserta didik yang
tinggal di rumah lebih tinggi dibandingkan
268 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 5 tahun 2017

sumber belajar, sumber informasi, sarana dan


Tabel 4. Hasil Tes Kemampuan Literasi Sains prasarana belajar, jarak, kualitas pengajaran,
Peserta Didik Kelas X SMA Negeri di
dan lingkungan yang mendukung
Kabupaten Gunungkidul pada Mata
Pelajaran Biologi ditinjau dari Lokasi pembelajaran sehingga mampu mendorong
Sekolah.
kemampuan peserta didik. Sarana dan
Skor Literasi Sains prasarana dan sumber belajar yang memadai
Kategori menurut Tri Nur Meilinda (2016: 13) dapat
Zona N Min Max ӯ± s
Skor
menunjang proses belajar mengajar di sekolah
64,51 ±
Utara 51 45 90 Sedang untuk memberi kenyamanan dan kemudahan
9,51
64,03 ± kepada peserta didik sehingga dapat
Tengah 188 32,5 85 Sedang
11,31
berprestasi secara optimal. Interaksi dengan
44,98 ± Sangat
Selatan 112 12,5 87,5 informasi pengetahuan pun akan lebih banyak
15,15 Rendah
berasal dari wilayah kota, sehingga semakin
Pada Tabel 4 ditunjukkan adanya
jauh dari pusat kota, akses informasi akan
perbedaan rata-rata skor literasi sains peserta
semakin lambat.
diidk kelas X SMA Negeri di SMA Kabupaten
Banyaknya informasi akan menambah
Gunungkidul pada mata pelajaran biologi yang
pengetahuan peserta didik. Dalam penelitian
ditinjau dari lokasi sekolah. Lokasi sekolah ini
ini wilayah sekolah yang berada lebih dekat
dikelompokkan menjadi tiga zona wilayah
dengan pusat kota Kabupaten Gunungkidul
yaitu zona utara, zona tengah, dan zona
adalah zona tengah jika dibandingkan dengan
selatan. Pembagian zona wilayah tersebut
zona utara atau zona selatan. Kondisi topografi
berdasarkan pada kondisi topografi Kabupaten
Kabupaten Gunungkidul yang berbukit-bukit
Gunungkidul menurut RPJMD (2010 : 10),
membawa dampak pada perbedaan arus
yang dibedakan atas ketinggian wilayah yang
informasi yang diperoleh oleh siswa baik dari
berbeda.
dalam sekolah maupun luar sekolah.
Lokasi sekolah merupakan salah satu
Informasi sains yang didapat oleh
faktor yang mempengaruhi proses
peserta didik melalui internet juga dapat
pembelajaran dan dalam hal ini kemampuna
berpengaruh terhadap kemampuan literasi
literasi sains siswa. Hal ini sesuai dengan
sains peserta didik. Hal ini didukung oleh data
pendapat Muhammad Ilyas (2014: 24) bahwa
yang disampaikan oleh Gormally (Lutfi
proses belajar memerlukan interaksi antara
Rizkita, 2016: 777) bahwa 40% pengguna
peserta didik dengan lingkungannya karena
internet di U.S melaporkan bahwa mereka
setiap proses pembelajaran tidak terlepas
memperoleh banyak informasi sains dari
dengan lingkungannya termasuk salah satunya
internet. Selain itu, di Indonesia sendiri pada
yaitu faktor lokasi sekolah. Hal ini
tahun 2014 berdasarkan riset yang dilakukan
dikarenakan menurut Ana Fitri Apriliyani
oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia
(2016: 10) adanya perbedaan pengajar,
Kemampuan Literasi Sains (Nilam Cahya Nugraheni) 269
(APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi menjelaskan fenomena secara ilmiah
(Puskakom) FISIP Universitas Indonesia sedangkan pesentase terendah ditunjukkan
menjelaskan bahwa pengguna internet pada kompetensi mengevaluasi dan merancang
mencapai 88,1 juta jiwa dari 252,5 juta penyelidikan ilmiah.
penduduk. Hal ini jelas bahwa peserta didik Sebanyak 60% peserta didik yang
juga mencari informasi yang berkaitan dengan mengikuti tes menguasai kompetensi untuk
sains selain secara online. Faktor guru juga menjelaskan fenomena secara ilmiah atau
berpengaruh terhadap hasil tes literasi sains dengan kategori pencapaian sedang, di bawah
pada mata pelajaran biologi. Menurut Elsy pencapaian itu hanya 49% peserta didik yang
Zuriyani (2013: 2), peserta didik tidak dapat mengikuti tes yang menguasai kompetensi
mencapai performance yang tinggi tanpa untuk mengevaluasi dan merancang
bimbingan guru yang terampil dan profesional. penyelidikan ilmiah atau dengan kategori
Persentase peserta didik yang mencapai pencapaian sedang dan ada 50% peserta didik
kompetensi literasi sains pada mata pelajaran yang mengikuti tes yang menguasi kompetensi
biologi berdasarkan indikator PISA 2015 dapat menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah
dilihat pada Tabel 5 berikut. atau dengan kategori pencapaian sedang.
Persentase item soal pada masing-
Tabel 5. Persentase Peserta Didik yang
masing kompetensi soal literasi sains dibuat
Mencapai Kompetensi
Literasi Sains berdasarkan berdasarkan aturan PISA 2015 di mana
Indikator PISA 2015
kompetensi menjelaskan fenomena secara
Persentase ilmiah dibuat sebanyak 40% dari total item
No Kompetensi Peserta Kategori soal, kompetensi mengevaluasi dan merancang
Didik
penyelidikan ilmiah sebanyak 30% dari total
A Menjelaskan item soal, dan kompetensi menginterpretasi
fenomena secara 60% Sedang
ilmiah data dan bukti secara ilmiah sebanyak 30%
B Mengevaluasi dari total item soal.
dan merancang 49% Sedang
penyelidikan Kompetensi menjelaskan fenomena
ilmiah secara ilmiah memiliki persentase tertinggi
C Menginterpretasi
data dan bukti 50 % Sedang dikarenan kompetensi ini menurut OECD
secara ilmiah (2016: 15) dibutuhkan peserta didik untuk
mengingat kembali konten pengetahuan yang
Pada Tabel 5 ditunjukkan bahwa
tepat pada keadaan yang diberikan dan
persentase peserta didik yang mencapai
menggunakannya untuk menginterpretasi dan
kompetensi literasi sains pada mata pelajaran
menyediakan penjelasan kepada fenomena
biologi di SMA Negeri Kabupaten
yang menarik. Sedangkan kompetensi
Gunungkidul berdasarkan indikator PISA 2015
mengevaluasi dan merancang penyelidikan
yang tertinggi adalah pada kompetensi
ilmiah dibutuhkan untuk mengevaluasi laporan
270 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 5 tahun 2017

dari penemuan dan investigasi secara kritis dan model yang lebih kontekstual, dan perlu
kompetensi menginterpretasi data dan bukti adanya variabel lain yang digunakan untuk
secara ilmiah dibutuhkan untuk membedakan kemampuan literasi sains.
menginterpretasi dan membuat makna dari
DAFTAR PUSTAKA
bentuk dasar data dan bukti ilmiah yang dapat
Ana Fritri Apriliyani, dkk. (2016).
digunakan untuk membuat kesimpulan. Kemampuan Berpikir Divergen
SIMPULAN DAN SARAN dalam Keterampilan Proses Sains
Peserta Didik SMA Negeri di
Simpulan Kabupaten Sleman pada Mata
Kemampuan literasi sains peserta didik Pelajaran Biologi ditinjau dari
kelas X SMA Negeri di Kabupaten Perbedaan Lokasi Sekolah. Jurnal
Pendidikan Biologi, Vol.5, No.1
Gunungkidul pada mata pelajaran biologi tahun 2016, hal 1-13
menunjukkan rata-rata dalam kategori rendah, Dalin Nadhifatuzzahro, dkk. (2015).
Kemampuan Literasi Sains Siswa
kemampuan literasi sains peserta didik kelas X Kelas VII-B SMP Negeri 1 Sumobito
SMA Negeri di Kabupaten Gunungkidul pada Melalui Pembuatan Jamu
Tradisional. Seminar Nasional
mata pelajaran biologi terdaapt perbedaan Fisika dan Pembelajarannya, hal
yang signifikan ditinjau dari gender, 21-27
Elsy Zuriyani. (2013). Literasi Sains dan
kemampuan literasi sains peserta didik kelas X Pendidikan. Diunduh dari
SMA Negeri di Kabupaten Gunungkidul pada (http://sumsel.kemenag.go.id/file/fil
e/TULISAN/wagj1343099486.pdf)
mata pelajaran biologi tidak menunjukkan pada 15 Desember 2016
perbedaan yang signifikan ditinjau dari tempat Fiara Kusumawati. (2013). Analisis Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Prestasi
tinggal, kemampuan literasi sains peserta didik Belajar pada Mahasiswa Semester II
kelas X SMA Negeri di Kabupaten Program Studi DIII Kebidanan
Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta Tahun
Gunungkidul pada mata pelajaran biologi 2013. Naskah Publikasi. Stikes
terdapat perbedaan yang signifikan pada ketiga ‘Aisyiyah Yogyakarta
Gustia Angraini.(2014). Analisis Kemamuan
wilayah ditinjau dari lokasi sekolah Literasi Sains Siswa SMA Kelas X
berdasarkan permbagian zona wilayah di Kota Solok.Prosiding
Mathematics and Sciences Forum
Kabupaten Gunungkidul, persentase peserta 2014, hal 161 – 170
didik yang mencapai kompetensi literasi sains Hango D. (2013). Gender Differences in
Science, Technology, Engineering,
berdasarkan indikator PISA 2015 tertinggi Mathematics and Computer Science
adalah menjelaskan fenomena secara ilmiah. (STEM) Program at University
Insights on Canadian Society. In
Insights on Canadian Society (p.7).
Saran Statistics Canada
Untuk penelitian selanjutnya perlu
Jack Holbrook. (2009). The Meaning of
memilih wilayah yang lebih kontras dalam Scientific Literacy. International
Journal of Environmental & Science
penilaian kemampuan literasi sains, perlu
Educational, Vol. 4, hal 144 – 150
mengukur literasi sains menggunakan Lutfi Rizkita, dkk. (2016). Analisis
Kemampuan Awal Literasi Sains
instrumen yang berbeda dengan PISA dengan
Siswa SMA Kota Malang. Prosiding
Kemampuan Literasi Sains (Nilam Cahya Nugraheni) 271
Seminar Nasional II tahun 2016, hal
771 - 781
Muhammad Ilyas. (2014). Pengaruh Motivasi
Belajar dan Lingkungan Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Akuntasni
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1
Ngaglik Tahun Ajaran 2013/2014.
Skripsi : FE UNY
OECD. (2007). PISA 2007 Science
Competencies for Tomorrow’s
World Executive Summary
______. 2013. PISA 2015 Draft Sience
Framework
Rodger Bybee and Barry McCrae. (2011).
Scientific Literacy and Student
Attitudes : Perspectives from PISA
2006 Science. Internationa Journal
of Science Education. Vol. 33, No.
1, 1 Januari 2011. Australia hal 17-
20
RPJMD. (2010). Rancangan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2010 – 2015. Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul
Susriyati Mahanal. (2012). Strategi
Pembelajaran Biologi, Gender dan
Pengaruhnya terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis. Prosiding Seminar
Nasional Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang Vol. 9,
No. 1 hal 180-184
Tjalla A. (2010). Potret Mutu Pendidikan
Indonesia ditinjau dari Hasil-hasil
Studi Internasional. pdf

Tri Nur Meilinda. (2016). Hubungan Antara


Lingkungan Belaajr Di Sekolah
dengan Prestasi Belajar IPS Siswa
Kelas IV SD Negeri 3 Mulya Asri
Kecamatan Tulang Bawang Tengah
Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi :
FKIP Universitas Lampung
Yusuf S. (2007). Literasi Sains Siswa
Indonesia Laporan PISA 2003.

Anda mungkin juga menyukai