Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

GEOREFENCING FOTO UDARA

oleh:
Irvan Syahroni (15115035)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
A. Latar Belakang
Semakin berkembangnya teknologi dalam pengambilan data spasial dalam bidang perpetaan,
menjadikan banyaknya metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan data, yang nantinya
akan dijadikan peta, salah satunya pengambilan foto udara atau citra. Dalam proses pembuatan
peta dari foto udara, perlu dilakukan proses orthophoto dan rektifikasi dari koordinat foto ke
koordinat tanah.

Dalam proses rektifikasi koordinat foto akan ditransformasikan dengan model matematika
menggunakan data GCP (Ground Control Point) yang diukur langsung dilapangan. Hal ini
bertujuan agar foto udata yang didapatkan memiliki referensi sehingga dapat dinyatakan dalam
posisi secara kuantitatif (memiliki koordinat).
B. Tujuan
Tujuan dari tugas ini adalah
• Mengetahui cara melakukan georeferencing suatu foto udara atau peta hasil scanning.
C. Teori Dasar

Sitem Informasi Geografi (SIG) atau Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem
informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat
geografi atau dengan kata lain suatu SIG adalah suatu sistem basis data dengan kemampuan
khusus untuk menangani data yang bereferensi keruangan (spasial) bersamaan dengan
seperangkat operasi kerja (Barus dan Wiradisastra, 2000). Sedangkan menurut Anon (2001)
Sistem Informasi geografi adalah suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data
grafis (spasial) dengan data teks (atribut) objek yang dihubungkan secara geogrfis di bumi
(georeference). Disamping itu, SIG juga dapat menggabungkan data, mengatur data dan
melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi.Sistem
Informasi Geografis dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem
otomatis yang berbasis digital computer.

Konsep dasar SIG sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang tereferensi secara
spesial atau kordinat-koordinat geografi. SIG memiliki kemampuan untuk mengolah data dan
melakukan operasi-operasi tertentu dengan menampilkan dan menganalisan data. Aplikasi SIG
saat ini tumbuh tidak hanya secara jumlah aplikasi namun juga bertambah dari jenis keragaman.
Pengembangan aplikasi SIG kedepannya mengarah kepada aplikasi berbasis wep web yang
dikunal dengan SIG.
Georeferensi merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada data-data mentah, sebelum
diproses lebih lanjut dengan GIS. Setiap data GIS harus dalam status tergeoreferensi, yakni
sudah berada pada posisi yang tepat di permukaan bumi, sesuai dengan sistem koordinat yang
digunakan. Salah satu contoh data yang perlu digeoreferensi adalah peta dasar untuk digitasi
yang biasanya masih dalam format raster (jpg, tiff, png, dsb) .

Proses georeferencing meliputi proses scaling, perputaran, menerjemahkan dan deskewing


gambar agar sesuai dengan ukuran tertentu dan posisi. Kata awalnya digunakan untuk
menggambarkan proses dari referensi gambar peta ke lokasi geografis grafis.Untuk sesuatu
georeferensi berarti untuk mendefinisikan keberadaannya di ruang fisik, Artinya, mendirikan
perusahaan lokasi dalam hal proyeksi peta atau sistem koordinat. Istilah ini digunakan baik
ketika menetapkan hubungan antara raster atau vektor gambar dan koordinat tetapi juga ketika
menentukan lokasi spasial fitur geografis lainnya. Contohnya termasuk menetapkan posisi yang
benar dari sebuah foto udara dalam peta atau menemukan koordinat geografi suatu nama tempat
atau jalan alamat.

Georeferencing sangat penting untuk membuat foto udara dan citra satelit,biasanya gambar
raster, berguna untuk pemetaan seperti menjelaskan bagaimana data lain, seperti di atas GPS
poin, berhubungan dengan pencitraan. Sangat mungkin informasi penting yang terdapat dalam
data atau gambar yang dihasilkan pada suatu titik waktu yang berbeda. Ini mungkin yang
diinginkan baik untuk menggabungkan atau membandingkan data ini dengan yang saat ini
tersedia. Yang terakhir ini dapat digunakan untuk menganalisis perubahan dalam fitur yang
diteliti selama jangka waktu tertentu .

Proses georeferensi hanya melibatkan memilih piksel pada gambar raster dan menentukan apa
koordinat yang diwakilinya untuk menggambar vektor. Bila Anda telah memilih 3 piksel dan
mereka ditetapkan vektor koordinat WinTopo Pro dapat menghitung pemetaan yang tepat untuk
setiap pixel dalam gambar, dan ketika Anda memuat gambar DXF ke dalam CAD atau GIS
atau sistem CNC secara otomatis akan berlokasi di posisi yang benar. Ada berbagai SIG utilitas
yang tersedia yang dapat mengubah data gambar untuk beberapa kerangka pengendalian
geografis, seperti ArcMap 10.2 , PCI Geomatica, atau Erdas Bayangkan . Satu dapat
georeferensi satu set titik, garis, poligon, gambar, atau 3D struktur.Perangkat GPS akan
merekam lintang dan bujur koordinat untuk titik tertentu bunga, efektif Georeferencing titik ini.
Dengan kata lain, harus ada hanya satu lokasi yang georeferensi bertindak sebagaiacuan.
Gambar dapat dikodekan menggunakan khusus file format GIS atau disertai dengan file dunia.
Untuk georeferensi gambar, orang perlu pertama yang mendirikan titik kontrol, input diketahui
koordinat geografis titik kontrol ini, memilih parameter sistem koordinat dan proyeksi dan
meminimalkan residu. Residual adalah selisih antara koordinat titik kontrol dan koordinat
diprediksi oleh model geografis dibuat menggunakan titik kontrol,

D. Langkah Kerja
Langkah kerja dari tugas georeferencing ini dapat dilihat melalui diagram alir dibawah ini.
E. Hasil
Foto udara yang digunakan adalah single foto udara yang dimabil pada daerah kampus ITB
Ganesha. Sebelum foto udara digeoreferencing bentuk dari foto udara adalah sebagai berikut

Gambar 1. Foto udara sebelum digeoreferencing

Titik bewarna merah merupakan GCP sedangkan titik berwarna kuning adalah titik ICP yang
akan ginukan untuk mengecek kualitas dari transformasi yang digunakan saat georeferencing.
Titik titik GCP dan ICP diukur dilapangan menggunakan GPS menggunakan metode RTK
sehingga hasil dari koordinat titik dari GCP dan ICP langsung didapat dan menghemat waktu.
Hasil dari data ukuran dapat dilihat pada tabel dibawah

No Titik Easting Northing Elevation Keterangan


ICP3 788449.4232 9237432.608 786.0828 ICP
GCP6 788386.7965 9237365.786 787.8924545 GCP
GCP5 788453.6661 9237340.332 785.8830909 ICP
ICP5 788525.5792 9237334.885 785.2858889 GCP
GCP2 788677.9104 9237500.677 787.3704 GCP
ICP6 788444.5245 9237432.46 786.0777 ICP
GCP1 788473.438 9237502.04 788.919 GCP
ICP2 788453.992 9237452.542 786.002 ICP

Tabel 1. Hasil data pengukuran dilapangan


Setelah dilakukan proses georeferencing menggunakan software ArcMAP dengan data inputan
hasil pengukuran titik GCP dan ICP dilapangan. Dalam melakukan transformasi digunakan 2
metode yaitu affine dan similarity . Berikut hasil foto setelah di georeferencing.

Gambar 2. Hasil georeferencing metode transformasi affine

TITIK X SOURCE Y SOURCE X MAP Y MAP RESIDUAL RESIDUAL RESIDUAL


X Y
GCP 2 495,50425 -3747,49177 788677 9237500 -0,669469 -2,12872 2,23151
GCP 1 4352,48944 -3555,50425 788473 9237502 0,526962 3,354 3,39514
GCP6 5941,48395 -1012,50387 788386 9237365 -1,37016 -3,22631 3,50519
ICP5 3365,47293 -389,532271 788525 9237334 0,755515 2,77262 2,87371
ICP3 4802,52988 -2282,51378 788449 9237432 0,757151 -0,771588 1,08103
RMSE 2,76477
Tabel 2. Kualitas GCP menggunakan transformasi Affine.

Titik X Source Y Source X Map Y Map Residual x Residual y


ICP2 788453,992 9237452,542 788453,3 9237452 0,664 0,778999999
ICP6 788444,5245 9237432,46 788443,7 9237434 0,8555 -1,193
GCP5 788453,6661 9237340,332 788449,8 9237340 3,8251 0,427000001
RMSE X 2,295224481
RMSE Y 0,858762482
Tabel 3. Kualitas transformasi Affine diperiksa menggunakan titik ICP.
Gambar 3. Hasil georeferencing menggunakan transformasi similarity polynomial.

TITIK X SOURCE Y SOURCE X MAP Y MAP RESIDUAL RESIDUAL RESIDUAL


X Y
GCP 2 495,50425 -3747,49177 788677 9237500 -0,386114 -3,47743 3,4988
GCP 1 4352,48944 -3555,50425 788473 9237502 -1,40501 3,24645 3,53744
GCP6 5941,48395 -1012,50387 788386 9237365 -1,35295 -2,31038 2,67738
ICP5 3365,47293 -389,532271 788525 9237334 3,12481 3,01573 4,34271
ICP3 4802,52988 -2282,51378 788449 9237432 0,0192608 -0,47437 0,474761
RMSE 3,19399
Tabel 4. Kualitas GCP menggunakan transformasi similarity polynomial.

TITIK X SOURCE Y SOURCE X MAP Y MAP RESIDUAL X RESIDUAL Y


ICP2 788453,992 9237452,542 788454,5 9237452 -0,494 0,911
ICP6 788444,5245 9237432,46 788444,5 9237431 0,0185 1,188000001
GCP5 788453,6661 9237340,332 788448,5 9237339 5,1511 1,097000001
RMSE X 2,987652895
RMSE Y 1,071552457

Tabel 5. Kualitas similarity polynomial diperiksa menggunakan titik ICP.


F. Analisis
Similarity transform digunakan untuk mentransformasikan data yang mempunyai perbedaan
skala, sudut dan posisi, tapi dimensi luas (aspect ratio)-nya sama dengan persamaan sebagai
berikut

x’ = Ax + By + Cy’ = -Bx + Ay + F

Dimana
A = s * cos t
B = s * sin t
C = translation in x direction
F = translation in y direction
dan

s = scale change (same in x and y directions)


t = rotation angle, measured counterclockwise from the x-axis

Similarity transformation membutuhkan minimal dua titik kontrol , namun untuk mendapatkan
nilai RMSEnya perlu digunakan 3 atau lebih titik kontrol.

Affine transform digunakan untuk mentransformasikan data yang mempunyai perbedaan skala,
sudut dan posisi, dan dimensi luas (aspect ratio)-nya berbeda (menceng/skew) dengan persamaan

x’ = Ax + By + C
y’ = Dx + Ey + F

where x and y are coordinates of the input layer and x’ and y’ are the
transformed coordinates. A, B, C, D, E, and F are determined by
comparing the location of source and destination control points.

Nilai RMSE menggunakan transformasi affine lebih kecil dari pada similarity ketika dilakukan
pengecekan menggunakan titik ICP, namun kualitas titik kontrol yang didapatkan lebih bagus
menggunakan metode similariry dibandingkan affine. Seharusnya RMSE ICP similairy lebih
kecil dari pada affine, karena kualitas titik GCPnya lebih bagus (RMSE GCP kecil), tapi pada
tugas ini nilai yang didapatkankan berbanding terbalik, antara kualiatas GCP dengan ICP. Hal ini
dikarenakan saat melakukan georeferencing di program ArcGIS, dalam pemilihan titik/piksel
yang akan dijadikan posisi titik kontrol berbeda posisinya dengan yang seharusnya dilapangan.

Dalam data raster foto udara akan berada dalam bentuk piksel-piksel. Ukuran dari piksel ini
menentukan resolusi spasial dari foto udara. Semakin kecil pikselnya, maka resolusi spasialnya
semakin besar. Sehinnga dalam penentuan posisi titik kontrol dipiksel foto agar menjadi tepat,
dibutuhkan foto dengan resolusi spasial tinggi. Meskipun memiliki resolusi tinggi tetap akan
terjadi kesalahan dalam pemilihan posisi titik kontrol dipiksel foto, namun lebih kecil. Karena
hal ini, pada tugas ini nilai dari RMSE titik affine bias lebih kecil dan similarity lebih besar.
Penentuan titik piksel yang berbeda antara dua metode juga akan mempengaruhi hasil.
Seharusnya untuk membandingkan kedua metode transformasi, penentuan posisi piksel dari
GCP/ ICP harus sama namun karena keterbatasan laptop yang digunakan, maka tidak dapat di
zoom lebih besar lagi ,untuk dapat melihat posisi pisel yang sama. Sehinnga dalam pemilihan
titik GCP/ICP dapat terjadi perbedaan posisi, sehinnga dapat memperngaruhi nilai RMSE dari
kedua metode yang digunakan.

G. Kesimpulan
Georeferencing, sederhananya adalah proses mentransformasikan koordinat lokal (kartesian) ke
koordinat bumi (geodetik/kartesian). Georeferencing bisa dilakukan baik untuk data format
raster maupun vektor. Georeferencing raster contohnya antara lain transformasi koordinat peta
hasil scan ke peta yang sudah tergeoreferensi. Koreksi geometrik citra satelit (termasuk
orthorektifikasi) termasuk juga dalam kategori raster georeferencing. Sedangkan georeferencing
vektor kalau di dalam terminologi ArcGIS dikenal dengan istilah "spatial Adjustment".

Dari hasil pengolahan dat diketahui nilai transformasi similarity lebih jelek dari pada affine, yang
seharusnya nilai similarity lebih bagus dari pada affine karena RMSE GCPnya yang lebih kecil.
Kedua metode affine dan similarity memiliki persamaan model matematika sendiri dalam
menentukan nilai rotasi, skala, pergeseran dari suatu titik.

- Referensi
• http://www.pixelcooker.tk/2014/12/vector-georeferencing-spatial-adjusment.html
diakses pada 12 Maret 2018
• http://desktop.arcgis.com/en/arcmap/10.3/manage-data/editing-existing-
features/about-spatial-adjustment-transformations.htm diakses pada 12 Maret 2018
• http://www.qgistutorials.com/id/docs/georeferencing_basics.html diakses pada 12
Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai