Anda di halaman 1dari 18

BAB I

DEFINISI

A. HAK
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang telah ada
sejak lahir bahkan sebelum lahir. Dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian
tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu (karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yg benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat (http://id.wikipedia.org/wiki/Hak)
Hak adalah kebebasan untuk berbuat sesuatu menurut hukum dan merupakan sesuatu
yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Berikut ini
adalah macam-macam hak :
1. Hak Legal dan Hak Moral
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini
lebih banyak berbicara tentang hukum atau sosial.
2. Hak Positif dan Hak Negatif
Hak Negatif adalah suatu hak bersifat negatif , jika saya bebas untuk melakukan sesuatu
atau memiliki sesuatu dalam arti orang lain tidak boleh menghindari saya untuk melakukan
atau memilki hal itu.
3. Hak Khusus dan Hak Umum
Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi
khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain.
4. Hak Individual dan Hak Sosial
Hak individual disini menyangkut pertama-tama adalah hak yang dimiliki individu-
individu terhadap Negara. Negara tidak boleh menghindari atau mengganggu individu
dalam mewujudkan hak-hak yang ia miliki.

B. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus
dilaksanakan) (http://id.wikipedia.org/wiki/Hak)
Kewajiban adalah (sesuatu) yg diwajibkan; sesuatu yg harus dilaksanakan; keharusan
(http://artikata.com/arti-383536-kewajiban.html)
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Dari kewajiban inilah kita bisa mendapatkan hak kita karena hak dan kewajiban memiliki
hubungan timbal balik. (http://arlanwidiantara.blogspot.com/2012/03/kewajiban-warga-
negara-indonesia.html)
1
Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau
diberikan oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan kewajiban
adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
(http://milalanasution.wordpress.com/2013/04/22/pengertian-hak-kewajiban-dan-warga-
negara/)
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila hak
dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya hak asasi manusia. Ada beberapa
jenis kewajiban, yaitu :
1. Kewajiban hukum
2. Kewajiban alamiah
3. Kewajiban sosial
4. Kewajiban moral

C. HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

Setiap pasien adalah unik, dengan kebutuhan, kekuatan, budaya dan kepercayaan
masing-masing. Rumah sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan
pasien untuk memahami dan melindungi nilai budaya, prikososial serta nilai spiritual pasien.
Hasil pelayanan pasien akan meningkat/bertambah baik bila pasien dan keluarga
atau mereka yang berhak mengambil keputusan diikutsertakan dalam keputusan pelayanan
dan proses dengan cara yang sesuai dengan budaya. Rumah sakit memiliki peran penting
dalam menghormat dan melindungi hak pasien dan keluarga tersebut, untuk meningkatkan
hak pasein dan keluarga maka rumah sakit perlu adanya pemahaman tentang hak – hak
pasien dan keluarga.

1. Berikut adalah hak pasien berdasarkan Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional

2
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu pasien lainnya
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya
q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

2. Kewajiban Pasien berdasarkan Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek


Kedokteran, PMK No 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien :
a. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
b. Mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan
c. Memberikan imbalan atas pelayanan yang diterima

3
d. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang masalah
kesehatan
e. Menghormati dan tenggang rasa terhadap karyawan rumah sakit dan pasien lainnya

BAB II
RUANG LINGKUP

Untuk menciptakan rumah sakit yang dapat menghormati dan melindungi hak dan
kewajiban pasien maka pimpinan rumah sakit bekerja sama untuk melindungi dan
mengedepankan hak pasien dan keluarga, sehingga ruang lingkup dari panduan ini adalah di
seluruh staf rumah sakit yang melakukan pelayanan langsung kepada pasien maupun tidak
langsung. Staf harus memahami kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hak pasien
dan dapat menjelaskan tanggung jawab mereka dalam melindungi hak pasien

4
Selain itu, timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien dengan semakin
meningkatnya peranan hukum dalam pelayanan kesehatan, yang antara lain disebabkan
karena meningkatnya tingkat pendidikan, kesadaran masyarakat akan kebutuhan kesehatan,
maka akan meningkat pula perhatian masyarakat tentang hak-haknya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu dengan pelayanan yang lebih luas dan
mendalam. Adanya spesialisasi dan pembagian kerja akan membuat pelayanan kesehatan
lebih merupakan kerjasama dengan pertanggungjawaban diantara sesama pemberi bantuan,
dan pertanggungjawaban terhadap pasien.
Dengan demikian, adanya gejala yang demikian itulah mendorong orang untuk
berusaha menemukan dasar hukum ( yuridis ) bagi pelayanan kesehatan yang sebenarnya juga
merupakan perbuatan hukum yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum, walaupun hal
tersebut sering kali tidak disadari oleh dokter. Secara yuridis timbulnya hubungan antara
dokter dan pasien bisa berdasarkan dua hal, yaitu :
1. Berdasarkan perjanjian
2. Berdasarkan Undang-undang

1. Berdasarkan Perjanjian
Timbulnya hubungan hukum antara dokter dengan pasien berdasarkan perjanjian
mulai terjadi saat pasien datang ke rumah sakit dan dokter menyanggupinya dengan
dimulai anamnesa (tanya jawab) dan pemeriksaan oleh dokter. Dari seorang dokter harus
dapat diharapkan bahwa ia akan berusaha sebaik mungkin untuk menyembuhkan
pasiennya. Dokter tidak bisa menjamin bahwa ia pasti akan dapat menyembuhkan penyakit
pasiennya, karena hasil suatu pengobatan sangat tergantung kepada banyak faktor yang
berkaitan (usia, tingkat keseriusan penyakit, macam penyakit, komplikasi dan lain-lain).
Sedangkan segala peraturan yang mengatur tentang perjanjian tetaplah harus tunduk pada
peraturan dan ketentuan dalam KUH Perdata. Ketentuan mengenai perjanjian dalam KUH
Perdata itu diatur dalam buku III yang mempunyai sifat terbuka, dimana dengan sifatnya
yang terbuka itu akan memberikan kebebasan berkontrak kepada para pihaknya, dengan
adanya asas kebebasan berkontrak memungkinkan untuk setiap orang dapat membuat
segala macam perjanjian.
Segala bentuk perjanjian harus tunduk pada ketentuan umum Hukum perdata Pasal
1319 KUH Perdata yang berbunyi “Semua Perjanjian, baik yang mempunyai suatu nama
khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-
peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan bab yang lalu”.

5
Di dalam perjanjian diperlukan kata sepakat, sebagai langkah awal sahnya suatu
perjanjian yang diikuti dengan syarat-syarat lainnya maka setelah perjanjian tersebut
disepakati oleh para pihak, maka perjanjian itu akan berlaku sebagai Undang-Undang bagi
para pihak yang membuatnya hal itu diatur dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang
berbunyi : “ Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang
bagi mereka yang membuatnya”.
Disamping kedua asas diatas ada satu faktor utama yang harus dimiliki oleh para
pihak yaitu adanya suatu i’tikad baik dari masing-masing pihak untuk melaksanakan
perjanjian. Asas tentang itikad baik itu diatur didalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata
yang berbunyi : “ Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan i’tikad baik”.

2. Berdasarkan Undang-Undang
Di Indonesia hal ini diatur didalam KUH Perdata Pasal 1365 tentang perbuatan
melanggar hukum yang berbunyi : Setiap perbuatan yang melanggar hukum sehingga
membawa kerugian kepada orang lain, maka si pelaku yang menyebabkan kerugian
tersebut berkewajiban untuk mengganti kerugian tersebut.
Perbuatan melanggar hukum "sebagai suatu tindakan atau non-tindakan yang atau
bertentangan dengan kewajiban si pelaku atau bertentangan dengan susila baik, atau
kurang hati-hati dan ketelitian yang seharusnya dilakukan di dalam masyarakat terhadap
seseorang atau barang orang lain".
Jika seorang dokter tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan di atas, maka ia
dapat dianggap telah melakukan pelanggaran hukum, melanggar ketentuan yang
ditentukan oleh Undang-Undang karena tindakannya bertentangan dengan asas kepatutan,
ketelitian, serta sikap hati-hati yang seharusnya dapat diharapkan daripadanya dalam
pergaulan sesama warga masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan "kepatutan, ketelitian dan hati-hati" tersebut
adalah standar-standar dan prosedur profesi medis di dalam melakukan suatu tindakan
medis tertentu. Namun standar-standar tersebut juga bukan sesuatu yang tetap karena pada
waktu-waktu tertentu, harus lah diadakan evaluasi untuk dapat mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun tidak saja terhadap suatu perbuatan yang
dilakukan, tetapi juga terhadap suatu kelalaian yang menyebabkan kerugian kepada orang
lain dapat pula dimintakan penggantian kerugian. Hal ini dirumuskan di dalam Pasal 1366
yang berbunyi : “Setiap orang bertanggungjawab tidak saja terhadap kerugian yang
ditimbulkan karena suatu tindakan, tetapi juga yang diakibatkan oleh suatu kelalaian atau
kurang hati-hati.”

6
Selain itu seseorang juga bertanggungjawab terhadap tindakan atau kelalaian /
kurang hati-hati dari orang-orang yang berada di bawah perintahnya. Hal ini dirumuskan di
dalarn Pasal 1367 yang berbunyi : “Seseorang tidak saja bertanggungjawab terhadap
kerugian yang ditimbulkan oleh dirinya sendiri, tetapi juga bertanggungjawab terhadap
tindakan dari orang-orang yang berada di bawah tanggung-jawabnya atau disebabkan oleh
barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.”
Hubungan dokter dan pasien berakhir manakala pasien dirujuk ke dokter lain yang
diteruskan dengan perawatan lanjutan. Pendek kata dokter harus memiliki kecerdasan
moral, kearifan intelektual dan kesadaran spiritual.

BAB III
TATA LAKSANA

A. Tata Laksana Umum


Para pimpinan rumah sakit bertanggung jawab dalam pemberian pelayanan kepada
pasien. Sebab itu pimpinan harus mengetahui dan mengerti hak pasien dan keluarganya,
serta tanggung jawab rumah sakit sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang
berlaku. Kemudian pimpinan mengarahkan untuk memastikan agar seluruh staf

7
bertanggungjawab melindungi hak tersebut. Untuk melindungi secara efektif dan
mengedepankan hak pasien, pimpinan bekerja sama dan berusaha memahami
tanggungjawab mereka dalam hubungannya dengan komunitas yang dilayani rumah sakit.
Hak pasien dan keluarga merupakan elemen dasar dari semua kontak di rumah sakit,
stafnya, serta pasien dan keluarganya. Rumah sakit menghormati hak pasien dan dalam
beberapa situasi hak istimewa keluarga pasien, untuk menentukan informasi apa saja yang
berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain,
dalam situasi tertentu. Misalnya, pasien mungkin tidak mau diagnosisnya diketahui
keluarga.
Rumah sakit menggunakan pola kerjasama dalam menyusun kebijakan dan prosedur
dan bila mungkin, mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam proses. Untuk
menciptakan rumah sakit yang dapat menghormati dan melindungi hak dan kewajiban
pasien maka para pimpinan rumah sakit bekerja sama untuk melindungi dan
mengedepankan hak pasien dan keluarga, sehingga ruang lingkup dari panduan ini adalah
di seluruh staf rumah sakit yang melakukan pelayanan langsung maupun tidak langsung
kepada pasien.

B. Identifikasi, Melindungi dan Meningkatkan Hak Pasien


1. Petugas rumah sakit melakukan identifikasi terhadap setiap pasien yang datang ke
rumah sakit mengenai kebutuhan hak privasinya
2. Bagi pasien rawat inap, maka hasil identifikasi atau kebutuhan privasi yang
diharapkan pasien ditulis pada rekam medis sebagai bukti bahwa petugas telah
mengetahui kebutuhan privasi dari pasien tersebut untuk dipenuhi
3. Bagi pasien rawat jalan, petugas langsung melaksanakan kebutuhan yang diinginkan
pasien tersebut
4. Petugas menginformasikan kepada petugas lain ketika operan jaga shift sehingga
petugas lain dapat melakukan hal yang sama, yaitu melindungi dan memenuhi
kebutuhan privasi pasien

C. Penyampaian Informasi Hak dan Kewajiban Pasien


Sudah seharusnya rumah sakit menghormati hak pasien, dan dalam beberapa
situasi hak dari keluarganya, untuk mendapatkan hak istimewa dalam menentukan
informasi apa saja yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada
keluarga atau pihak lain, dalam situasi tertentu. Informasi secara tertulis tentang hak dan
tanggung jawab pasien diberikan kepada setiap pasien. Pernyataan tentang hak dan

8
tanggung jawab pasien juga ditempel atau bisa diperoleh dari staf rumah sakit pada setiap
saat. Berikut beberapa cara penyampaian hak dan kewajiban pasien kepada pasien dan
keluarganya :
1. Penyampaian informasi pada pasien rawat jalan
Rumah sakit menyediakan informasi hak dan kewajiban pasien melalui poster dan
leaflet sehingga mudah terbaca oleh pasien
2. Penyampaian informasi pada pasien rawat inap
Rumah sakit akan memberikan layanan penyampaian informasi hak dan kewajiban
pasien, dimana petugas akan mendatangi ruang rawat pasien sesaat setelah pasien
berada di ruang rawat sebelum melakukan tindakan pengkajian keperawatan terhadap
pasien. Penyampaian informasi tersebut menggunakan catatan orientasi pasien baru.
Selain itu, rumah sakit mempunyai prosedur untuk menjelaskan kepada pasien
tentang hak dan tanggung jawabnya bila komunikasi secara tertulis tidak efektif dan tidak
sesuai yaitu dengan lisan langsung kepada pasien dan atau keluarga.
Dalam situasi tertentu, ada beberapa hal yang perlu dibatasi terkait hak pasien.
Misal mengenai informasi diagnosa pasien bahwa diagnosa hanya dapat diketahui oleh
pasien, namun dalam waktu tertentu hal tersebut dapat berbalik bahwa diagnosa harus
diketahui keluarga. Waktu tertentu yang dimaksud adalah ketika pasien tidak berkompeten
dalam menerima informasi terkait penyakitnya.
Beberapa keadaan pasien yang tidak berkompeten adalah sebagai berikut :
a. Pasien usia anak – anak
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan keputusan karena sejumlah alasan,
seperti ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk memahami tindakan kedokteran,
atau dampak dari kondisi mereka
b. Pasien tidak sadar diri dan atau dengan alat bantu hidup
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh
beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak
keduanya sehingga pasien tidak sanggup dalam menerima informasi apapun.
c. Pasien Sakit Jiwa
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan
pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri

9
dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang
tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor
penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial.
d. Pasien Lanjut Usia
Pasien geriatri (berusia lebih dari 60 tahun atau lansia) membutuhkan penanganan
yang berbeda dibandingkan dengan pasien dewasa muda. Hal tersebut disebabkan
karena pasien geriatri memiliki reaksi yang berbeda terhadap penyakit, selain terdapat
juga kondisi yang secara khusus terkait dengan penuaan. Kondisi khusus tersebut
misalnya masalah kesehatan yang biasanya ditemukan pada pasien geriatri seperti,
inkontinensia, sering terjatuh, dan terutama masalah memori. Umumnya pasien
geriatri memiliki penyakit ganda, seperti komplikasi diabetes, hipertensi, dan penyakit
jantung koroner. Pasien geriatri juga memiliki gejala dan tanda penyakit yang tidak
khas dan daya cadangan faal menurun yang disertai gangguan fungsional. Disamping
itu, selain faktor usia, faktor sosial yang bermasalah juga mempengaruhi kondisi
kesehatan pasien geriatri.
e. Pasien dengan penyakit menular dan immuno-compromised
Pasien dengan penyakit menular dan immuno-compromomised harus ditempatkan di
ruang isolasi, sehingga tidak membahayakan dirinya, pasien lainnya maupun
pengunjung rumah sakit.
Berikut beberapa hal yang diinformasikan oleh dokter kepada pasien :
a. Penjelasan penyakit, penyebab, tanda dan gejala.
b. Hasil pemeriksaan
c. Tindakan medis
d. Perkiraan hari rawat
e. Komplikasi yang mungkin terjadi.

Secara umum informasi terkait pasien adalah bersifat rahasia, namun pada
dasarnya terdapat dua katagori informasi yang bersumber dari rekam medis, yaitu :
a) Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Informasi dari rekam medis yang mengandung nilai kerahasiaan adalah
laporan atau catatan yang terdapat dalam rekam medis berupa hasil pemeriksaan,
pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.
Jika terdapat pihak lain meminta informasi dari rekam medis pasien, maka
perlu adaya surat kuasa dari pasien dan surat permohonan keterangan rekam medis
dengan tangan diatas materai.

10
b) Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Jenis informasi yang tidak bernilai rahasia dari rekam medis adalah identitas
pasien, namun identitas pasien dapat berubah menjadi rahasia apabila pasien tidak
mengijinkan identitasnya diketahui oleh orang lain.
Jika terdapat pihak lain meminta informasi tersebut, maka petugas rumah sakit
perlu menanyakan maksud dan tujuannya.

D. Penyampaian Informasi Tentang Kondisi Medis Dan Diagnosis Pasti


Penyampaian informasi terkait kondisi medis pasien merupakan salah satu hak
pasien yang harus dihormati dan dilakukan oleh rumah sakit. Penyampaian informasi
tersebut diharapkan dengan cara dan bahasa yang dapat dimengerti. Proses pemberitahuan
tersebut dilakukan oleh petugas kepada pasien dan atau keluarga meliputi:
1) Kondisi Medis dan Diagnosis, rencana pelayanan dan pengobatan akan disampaikan
oleh Dokter
Informasi ini sangat penting disampaikan dengan tujuan agar pasien dan keluarganya
memahami bagaimana dan kapan mereka akan dijelaskan tentang kondisi medis dan
diagnosis pasti. Selain itu, pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan
mereka akan dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatannya.
Pasien akan diberitahu tentang hasil dari pelayanan dan pengobatan oleh Dokter.
Pemberitahuan mengenai diagnosis pasti (bila perlu) akan disampaikan juga oleh
Dokter ketika pasien sudah dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan pemeriksaan lainnya.
2) Keterlibatan Pasien dan atau keluarga dalam persetujuan tindakan
Hal ini penting disampaikan kepada Pasien dan atau keluarga ditujukan agar pasien
dan keluarganya memahami kapan persetujuan akan diminta dan proses bagaimana
cara memberikannya. Terkait persetujuan tindakan, diharapkan pasien dan atau
keluarga terlibat dalam pengambilan keputusan pelayanan karena partisipasi pasien
dan keluarga sangat dibutuhkan demi terjadinya pelayanan yang sesuai dan
dibutuhkan. Selain itu, pasien dan keluarganya memahami hak mereka untuk
berpartisipasi dalam keputusan pelayanannya, bila mereka menghendakinya.

E. Keterlibatan Keluarga Pasien Dalam Pengambilan Keputusan


Dalam pengambilan keputusan, terlebih dahulu petugas harus menerangkan
dengan jelas tentang usulan pengobatan atau tindakan kepada pasien dan bila perlu
kepada keluarga meliputi ;

11
1. Kondisi Pasien
2. Usulan pengobatan
3. Nama individu yang memberikan pengobatan
4. Potensi manfaat dan kekurangannya
5. Kemungkinan alternatif
6. Kemungkinan keberhasilan
7. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan
8. Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
Dari semua yang dijelaskan oleh petugas, diharapkan pasien dapat mengambil
keputusan. Namun, ketika pasien tidak mampu dalam mengambil keputusan maka
keluarga berhak membantu atau ikut mengambil keputusan atas tindakan yang akan
dilakukan.
Petugas rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak dan
tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau tidak melanjutkan
pengobatan. Petugas juga memberitahukan pasien dan keluarganya tentang konsekuensi
dan tanggung jawab mereka dari keputusan yang telah diambil.
Berikut ketentuan dalam pengambilan keputusan :
1. Pengaturan Persetujuan atau Penolakan Tindakan Medis harus dalam bentuk kebijakan
dan prosedur (standard operating procedure) dan ditetapkan tertulis oleh pimpinan
rumah sakit.
2. Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya
memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter.
3. Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan.
Berdasarkan Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal
informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Penjelasan kepada pasien informasi hasil pelayanan dan pengobatan akan
dilakukan oleh dokter penanggung jawab atau dokter ruangan yang diberikan kuasa
oleh dokter penanggung jawab saat proses pelayanan atau pengobatan telah selesai
dijalani oleh pasien.
Dengan mengacu kepada kepustakaan, KKI melalui buku manual ini
memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan kepada pasien :
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati
12
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) termasuk
pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya, termasuk
pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan
nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan
dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa
terjadi dan yang serius
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang kelebihan/keuntungan
dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi tentang kemungkinan risiko
yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari
tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor atau
dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka
sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap waktu.
Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas konsekuensi
pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
4. Penyampaian Informasi
Saat penyampaian informasi, diharapkan pemberi informasi dapat mempertimbangkan
hal-hal di bawah ini:
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka.
Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap yang
penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat
bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan
interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang bersifat pribadi.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila hal
itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci. Pastikan bahwa alat
bantu tersebut sudah berdasarkan informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet
yang menjelaskan tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat
jelas kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk berpikir
lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada diskusi.
13
c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau
teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress) agar
diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka untuk konseling bila
diperlukan
e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi,
misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun untuk
turut membantu memberikan penjelasan
f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.
g. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan,
dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat klarifikasi, sebelum
kemudian diminta membuat keputusan

F. Dukungan Rumah Sakit Terhadap Hak Pasien


Dukungan rumah sakit terhadap hak pasien dan keluarganya merupakan hal
penting diperhatikan, karena rumah sakit merupakan tempat yang diharapkan dapat
menyembuhkan pasien dari sakit dan tempat perlindungan pasien disaat pasien menjalani
perawatan di rumah sakit. Berkaitan dengan hal tersebut, rumah sakit Umum Mitra
Paramedika memiliki beberapa panduan terkait tentang Hak Pasien dan Keluarga,
terutama mengenai perlindungan yang diberikan rumah sakit kepada pasien yaitu :
1. Panduan Pelayanan Kebutuhan Privasi Pasien
2. Panduan Perlindungan Pasien Terhadap Kekerasan Fisik
3. Panduan Penolakan Pasien Terhadap Tindakan Resusitasi
4. Panduan Pengelolaan Keluhan di Rumah Sakit
5. Panduan Pelayanan Kerohanian
6. Panduan Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent)
Dari beberapa panduan tersebut diatas, masing – masing panduan membahas
lebih rinci mengenai hak pasien sehingga panduan tersebut bisa dijadikan sebagai acuan
oleh rumah sakit dalam menghormati dan melindungi hak pasien dan keluarga.
Selain dari panduan tersebut, dukungan didapat dari seluruh sikap petugas rumah
sakit , yaitu pada sikap petugas dimana setiap petugas harus bersikap sopan dan ramah
kepada pasien dan pengunjung. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu hak pasien
bahwa pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi. Selain itu petugas juga tidak menertawakan dan aau menjadikan informasi
meds pasien sebagai bahan obrolan yang tidak penting.
Selanjutnya, yaitu dukungan rumah sakit terhadap hak pasien dimana pasien
dapat memilih dokter sebagai dokter yang merawat atas dirinya. Pasien yang datang ke
14
rumah sakit untuk rawat inap berhak memilih dokter sebagai dokter yang merawat
dirinya, sehingga rumah sakit perlu adanya pelayanan yang memberikan kesempatan
pasien untuk memilih dokter. Layanan tersebut dilakukan di sub unit yang bersangkutan
dimana pasien dinyatakan rawat inap, yaitu IGD, Poli, dan VK. Nama dokter yang sudah
dipilih oleh pasien di tulis pada lembar General Consent.

BAB IV
DOKUMENTASI

1. Dokumen Hak Dan Kewajiban Pasien


Seluruh staf rumah sakit diharuskan mengerti dan memahami hak dan kewajiban pasien,
maka harus ada poster dan leaflet sehingga mudah terbaca oleh pasien dan pengunjung
2. Dokumen Penerimaan Informasi Hak dan Kewajiban Pasien
Rumah sakit harus menyampaikan hak dan kewajiban pasien entah itu pasien rawat jalan
dan rawat inap. Bagi pasien rawat inap penyampaian disampikan pada saat pasien baru
rawat inap datang di ruang rawat dengan menggunakan Lembar Orientasi Pasien Baru
Rawat Inap. Dalam lembar tersebut terdapat tanda tangan pasien sebagai bukti bahwa
pasien dan atau keluarga sudah menerima informasi mengenai hak dan kewajibannya.
3. Dokumen Evaluasi dan Monitoring
Pendokumentasian mengenai penilaian terhadap setiap staf mengenai apa saja hak dan
kewajiban pasien rumah sakit umum Mitra Paramedika. Penilaian dapat dilakukan secara
berkala, misal : setiap per 3 (tiga) bulan.
4. Dokumen Pengambilan Keputusan Pasien

15
Ketika pasien dalam kondisi yang tidak kompeten, maka pengambilan keputusan dapat
dilakukan oleh orang lain atau keluarga terdekat, maka pengambilan keputusan tersebut
harus didokumentasikan termasuk pada lembar rekam medis.

BAB V
PENUTUP

Buku panduan perlindungan hak pasien dan keluarga di Rumah Sakit Umum Mitra
Paramedika disusun untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan pelayanan yang mengutamakan hak
pasien yang berhak mendapatkan kenyamanan dan keamanan dari rumah sakit. Rumah sakit
wajib memberikan perlindungan terhadap hak pasien dan menerima konsekuensi jika terjadi
kesalahan atas pelayaan yang diberikan.
Dengan adanya panduan mengenai perlindungan terhadap hak pasien, maka diharapkan
rumah sakit dapat memberikan yang terbaik kepada setiap pasien yang datang. Setiap tenaga
medis yang secara langsung menangani pasien dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan standar
prosedur dan sesuai dengan standar profesi.
Buku panduan ini merupakan panduan bagi seluruh staf rumah sakit, dan bukan buku standar
yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk pelaksanaan dilapangan dapat dikembangkan sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan masing – masing di rumah sakit.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Buku Ketiga Perikatan

Republik Indonesia. 2009. Undang Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Sekretariat
Negara. Jakarta

Republik Indonesia. 1999. Undang Undang No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.
Sekretariat Negara. Jakarta

KARS. 2012. Standar Akreditas Rumah Sakit

Nasution, Rio. 2011. Hubungan Dokter dan pasien. (http://rio-nasution.blogspot.com/


2011/12/hubungan-dokter-dan-pasien.html, diakses tanggal 16 September 2015)

Milalanasution.wordpress.com. 2013 Pengertian hak dan kewajiban Negara


(http://milalanasution.wordpress.com/2013/04/22/pengertian-hak-kewajiban-dan-warga-negara/,
diakses tanggal 16 September 2015)

Arlanwindiantara. 2012. Kewajiban warga Negara Indonesia


(http://arlanwidiantara.blogspot.com/2012/03/kewajiban-warga-negara-indonesia.html, diakses
tanggal 16 September 2015)
17
18

Anda mungkin juga menyukai