KEADILAN
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam
kami panjatkan kepada Nabi Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat
ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan ............................................................................................. 26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah Swt telah memuliakan umat Islam sebagai umat pertengahan (umatan
wasathan) atau umat yang moderat. Umat yang adil dan pertengahan. Allah Swt
menurunkan syariatnya dalam rangka menyeimbangkan struktur kehidupan manusia,
menegakan keadilan dalam kehidupan manusia. Tidak ada satupun syariat Allah Swt
yang tidak mengindikasikan keadilan di dalamnya. Dari rukun Islam sangat terlihat
sekali nilai keadilan syariat ini, yang jauh dari ekstrimisme. Prinsip keadilan Islam ini
telah memberikan jaminan ruang hidup abadi pada ajaran agama ini hingga akhir
zaman.
Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dalam setiap aspek kehidupan.
Keadilan merupakan ciri atau kunci ajaran Islam. Setiap kaum muslimin memperoleh
hak dan kewajiban yang sama. Hak disini dimaknai bahwa setiap muslim akan
mendapatkan keadilan hukum yang sama. Dengan keadilan, orang akan merasa aman
dan nyaman. Keadilan ini tersurat dalam landasan hukum Islam baik Al-Qur’an
maupun hadits. Keadilan kehidupan sosial, politik, keamanan dan lainnya. Banyak di
dalam sendi kehidupan kita harus meletakkan keadilan seperti menetapkan putusan
dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengankeadilan dan apa saja macam-macam keadilan?
2. Bagaimana maksudnya keadilan sebagai sunatullah?
3. Apa saja makna keadilan dan kebaikan?
4. Bagaimana hukumnyaberlaku adil dan jujur?
5. Bagaimana konsep keadilan menurut pemikiran klasik dan modern?
1
6. Apa saja prinsip keadilan sebagai ide hukum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai keadilan, macam-macam keadilan
2. Untuk mengetahui keadilan sebagai sunatullah
3. Untuk mengetahui makna keadilan dan kebaikan
4. Untuk mengetahui hukum berlaku adil dan jujur
5. Untuk mengetahui konsep keadilan menurut pemikiran klasik dan modern
6. Untuk mengetahui prinsip keadilan sebagai ide hukum
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keadilan
Pengertian keadilan menurut para ahli dan secara umum beserta macam-
macam keadilan .
Keadilan juga bisa diartikan adalah suatu hal yang berkaitan dengan sikap dan
tindakan dalam hubungan antar manusia yang berisi sebuah tuntutan agar antar
sesama mendapatkan sesuai hak dan kewajibannya.
Sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar,
berpegang pada kebenaran sapetutnya, tidak sewenang-wenangnya tidak sewenang-
wenang .
3
Pengertian keadilan menurut para ahli
Selain penjelasan secara umum sebagaimana ulasan di atas, para ahli dan
pakar memilikipendapat yang berbeda-beda dalam mendefinisikan apa itu keadilan.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini pengertian keadilan secara lengkap.
Aristoteles
Thomas Hubbes
Keadilan adalah keadaan dimana ada suatu perjanjian yang kemudian isi
perjanjian tersebut dijalankan sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa berat sebelah.
Plato
John Rawls
Filsuf amerikan serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad
ke-20, John Ralwsmenyatakan bahwa kadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari
institusi sosial sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran.
Notonegoro
Keadilan adalah suatu keadaan dikatakan adil jika sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku
4
Franz magnis suseno
Keadilan adalah keadaan dimana sesame manusia saling menghargai hak dan
kewajiban masing-masing yang membuat keadilan menjadi harmonis.
W,.I.S Poerwadarminto
Imam Al-Khasim
Keadilan adalah mengambul hak dari orang yang wajib memberikannya dan
memberikannya kepada orang yang menerimanya.
B. Macam-macam Keadilan
5
C. Keadilan Sebagai Sunatullah
Secara utuh ajaran islam dapat digambarkan dengan berkata tauhid, salam
atau damai, kasih, ada pula yang menyebutkan adil. Agama Islam menempatkan
aspek keadilan pada posisi yang sangat tinggi dalam sistem perundang-undangannya,
tiada bukti paling komplet kecuali ayat Al-Qur’an. Konsep tentang adil dan keadilan
dalam agama Islam dijelaskan dalam Al-Qur’an ada sekitar 56 ayat, diantaranya
1. Menjelaskan untuk berlaku adil QS An-Nisa (4): 135, Al-Maidah (5): 8, Al-
An’am (6): 152, An-Nahl (16): 90
2. Menjelaskan untuk wajib berlaku adil dalam perniagaan QS Al-Isra (17): 35
3. Menjelaskan adil terhadap lawan QS An-Nisa (4): 105, Al-Maidah (5): 8
4. Menjelaskan pernyataan Allah tentang “keadilan-Nya” QS Ali-Imran (3): 18
Prof Muhammad Abu Zahrah membagi keadilan menjadi tiga bagian diantarnya
yaitu:
6
bersabda “Penundaan pembayaran utang bagi yang mampu adalah kezaliman”, itu
karena penundaan tersebut tidak pada tempatnya. Contoh lainnya tidak adil jika anak
dihormati sebagaimana penghormatan kepada ayah, tidak adil peci ditempatkan di
kaki, tidak adil tidur di ruang mandi, tidak adil juga jika kita meletakkan seorang
yang kurang mampu atau tidak percaya menjadi pemimpin Nabi Muhammad SAW
bersabda “Apabila satu tugas diserahkan kepada yang tidak memiliki kriteria yang
diperlukan untuknya, maka nantikanlah kehancuran” ditempat lainpun beliau
mengingatkan “Siapa yang memilih seseorang sedang dia mengetahui ada yang lebih
mampu daripada yang dipilihnya, maka dia telah mengkhianati Allah, Rasul, dan
amanat kaum muslimin. Jadi maksudnya disini adalah perlu ada ukuran atau kriteria
bagi segala sesuatu agar ia ditempatkan di tempat yang semestinya.
Pada masa lalu di Yunani ada banyak filsuf yang berkata “Keadilan tercermin
dalam kebenaran ucapan dan kesetiaan membayar utang” ada juga yang
menggambarkan “Bantuan untuk teman-teman dan mudharat terhadap musuh” dan
ditegaskan “kecuali keberpihakan kepada yang kuat”. Para filsuf tersebut menunjuk
kenyataan yang dialami oleh masyarakat dengan sistem pemerintahan yang mereka
anut, pemerintah membuat peraturan perundangan yang membuat agar mereka
terjamin untuk kelanggengan kekuasaan mereka sendiri. Tetapi dalam pandangan
agamawan hal tersebut tidak daapat dibenarkan, karena mereka berpendapat bahwa
Tuhan semesta alam Yang Maha-adil itu adalah Tuhannya yang kuat. Contohnya
seperti Abu Bakar ra menerima jabatan kekhalifahannya, “beliau berkata yang kuat
diantara kamu, lemah hingga hak orang lain yang direbutnya kukembalikan kepada
pemiliknya, dan yang lemah, kuat sampai kukembalikan haknya yang direbut orang
lain.” Dalam konteks kepemimpinan, berbuat adil artinya memberikan dan
melindungi hak seseorang yang memang menjadi haknya. Merusak keadilan berarti
merampas hak orang lain, dan itu suatu kezaliman. Keadilan itu harus menjadi
pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan agar tidak merugikan orang
lain, demi melindungi hak masing-masing pihak yang terkait.
7
D. Makna Keadilan dan Kebaikan
Beda antara keadilan dan kebaikan, jika keadilan itu memberikan dan menjaga
hak seseorang yang memang miliknya, sedangkan kebaikan itu mengeluarkan sesuatu
dari yang kita miliki untuk orang lain secara tulus dan memberi manfaat bagi
penerimanya.
Berbuat baik artinya mengeluarkan dan memberikan kebaikan dari diri kita
untuk orang lain. Jika keadilan dan kebaikan ini menjadi sifat seorang pemimpin lalu
diwujudkan dalam kebijakan politiknya, pasti rakyat akan respek dan mencintainya.
Rakyat akan membela dan rela berkorban untuk pemimpinnya karena tahu dan yakin
yang dilakukan adalah untuk kebaikan masyarakat luas, bukan untuk dirinya. Dengan
demikian prinsip keadilan dan kebaikan akan menjadi sumber kekuatan bagi tegaknya
sebuah pemerintahan.
QS Fussilat (41): 46
“Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri ddan barangsiapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya)
untuk dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-
hambanya.”
QS Al-Jaasiyah (45): 15
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya
sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa
dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.”
8
Makna yang terkandung pada konsepsi keadilan Islam ialah menempatkan
sesuatu pada tempatnya, membebankan sesuatu sesuai daya pikul seseorang,
memberikan sesuatu yang memang menjadi haknya dengan kadar yang seimbang.
Berperilaku adil pasti ada hikmahnya, dan berikut ini beberapa hikmah yang
akan kita dapatkan apabila kita berbuat adil yaitu :
1.Menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, karena adil lebih
dekat dengan taqwa. (Q.S. Al-Maidah ayat 8)
2. Menjadi pemimpin dan teladan sekaligus pengayom bagi orang lain.
3. Disegani dan dipercaya oleh masyarakat sekitar.
4. Menumbuhkan rasa kepuasan, aman dan nyaman bagi orang lain.
5. Menciptakan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.
6. Mempererat tali persaudaraan dan persatuan.
E. Kewajiban Berlaku Adil dan Jujur
Dalam Ensiklopedi Hukum islam disebutkan bahwa Imam Abu Hanifah dan
imam Asy-Syafi’i menggaris bawahi tentang kewajiban hakim untuk berlaku adil
terhadap orang yang berperkara. Hal ini sesuai dengan surat Amr bin Abi Syaibah
(salah seorang sahabat Rasulullah SAW) yang dikirim ke Basrah dalam bidang
peradilan dengan sanad dari Ummu Salamah, yakni Rasulullah berkata bahwa “siapa
saja yang diserahi tugas sebagai hakim maka hendaklah ia harus berlaku adil dalam
9
ucapan, tindak-tanduk dan kedudukan. Hakim tidak boleh meninggikan suara kepada
salah satu pihak sementara melembutkan pada pihak lain”. Demikian jua surat Umar
bin al-Khasttab keada Abu Musa al-Asya’ari sahabat nabi Muhammad Saw yang
diangkat menjadi hakim di Kuffah. Dalam surat itu antara lain berbunyi ‘ “sama
ratakanlah manusia dalam persidangan, kedudukan dan keputusanmu sehingga tidak
ada celah bagi orang terpandang yang menginginkan agar kamu menyeleweng dan
tidak berlaku adil. Begitu pula tidak akan putus asa kaum yang lemah dan
mendambakan keadilan darimu. “Dalam sebuah Hadis yang lain riwayat al-Bukhari
dan Muslim dan Ummu Salamah, Rasulullah bersabda jika ada hakim yang
memutuskan suatu perkara tanpa mendengar kedua belah pihak, maka keputusannya
itu sama dengan sepotong api maraca.
10
ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu balikkan (kata-kata)atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan”.
Apabila dilihat dalam berbagai literatur, terkesan bahwa keadilan itu berkaitan
dengan urusan pengadilan, dan beban keadilan terletak pada pundak hakim ta’at
kepada-Nya. Sebenarnya masalah keadilan itu menyangkut dalam berbagai aspek
kehidupan termasuk dalam bidang pemerintahan. Kunci pokok dalam melaksanakan
keadilan adalah kejujuran, sebab, kejujuran itu salah satu dari dimensi keadilan yang
tidak lepas dari moralitas yang telah ditetapkan olch Allah SWT antara baik dan
buruk dengan pertimbangan-pertimbangan yang benar dan adil pula.
11
“Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di
muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan
Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena melupakan hari perhitungan.
Jadi, pesan Allah terhadap Raja Daud hanya satu, yaitu jika mengambil suatu
keputusan maka hendaklah dengan adil. Amanat seorang pemimpin adalah keadilan,
apabila hal ini dikesampingkan maka legitimasinya akan tercabut. Seorang pemimpin
akan kehilangan legitimasinya apabila ia telah melalaikan keadilan.
Keadilan merupakan sesuatu yang abstrak, berada dalam dunia sollen (umum)
tumbuh secara fllsafati dalam alam hayal manusia, namun tidak bisa diingkari bahwa
semua orang mendambakan keadilan. Di dalam ilmu hokum, keadilan itu merupakan
ide dan tujuan hukum namun secara pasti dan gramatikal keadilan itu tidak dapat
didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karenanya keadilan harus dikaji dari sudut
pandang teoritik dan filosofis. Atas dasar hal tersebut dalam tulisan yang singkat ini
akan dibahas mengenai keadilan secara konseptual yang ditinjau dari sudut kajian
filosofis yang pembahasannya difokuskan pada:
12
golongan. Pertama obyek materia yaitu segala sesuatu yang ada atau yang mungkin
ada, yakni kesemestaan, baik yang konkrit alamiah maupun yang abstrak non material
seperti jiwa atau rohani termasuk juga nilai-nilai yang abstrak seperti nilai kebenaran,
nilai keadilan, hakekat demokrasi dan lain sebagainya. Kedua obyek forma yaitu
sudut pandang atau tujuan dari pemikiran dan penyelidikan atas obyek materia, yakni
mengerti sedalam-dalamnya, menemukan kebenaran atau hakekat dari sesuatu yang
diselidiki sebagai obyek materia.
Salah satu diantara teori keadilan yang dimaksud antara lain teori keadilan
dari Plato yang menekankan pada harmoni atau keselarasan. Plato mendefinisikan
keadilan sebagai “the supreme virtue of the good state”, sedang orang yang adil
adalah “the selfdiciplined man whose passions are controlled by reasson”. Bagi Plato
keadilan tidak dihubungkan secara langsung dengan hukum. Baginya keadilan dan
tata hukum merupakan substansi umum dari suatu masyarakat yang membuat dan
menjaga kesatuannya.
Dalam konsep Plato tentang keadilan dikenal adanya keadilan individual dan
keadilan dalam negara. Untuk menemukan pengertian yang benar mengenai keadilan
individual, terlebih dahulu harus ditemukan sifat-sifat dasar dari keadilan itu dalam
negara, untuk itu Plato mengatakan : “let us enquire first what it is the cities, then we
will examine it in the single man, looking for the likeness of the larger in the shape of
the smaller”. Walaupun Plato mengatakan demikian, bukan berarti bahwa keadilan
individual identik dengan keadilan dalam negara.
Hanya saja Plato melihat bahwa keadilan timbul karena penyesuaian yang
memberi tempat yang selaras kepada bagian~bagian yang membentuk suatu
masyarakat. Keadilan terwujud dalam suatu masyarakat bilamana setiap anggota
melakukan secara baik menurut kemampuannya fungsi yang sesuai atau yang selaras
baginya.
13
Jadi fungsi dari penguasa ialah membagi bagikan fungsi-fungsi dalam negara
kepada masing-masing orang sesuai dengan asas keserasian. Pembagian kerja sesuai
dengan bakat, bidang keahlian dan keterampilan setiap orang itulah yang disebut
dengan keadilan. Konsepsi keadilan Plato yang demikian ini dirumuskan dalam
ungkapan “giving each man his due” yaitu memberikan kepada setiap orang apa yang
menjadi haknya. Untuk itu hukum perlu ditegakkan dan Undang-undang perlu dibuat.
Dari ungkapan di atas, terlihat dengan jelas Plato memandang suatu masalah
yang memerlukan pengaturan dengan undang-undang yang harus mencerminkan rasa
keadilan, sebab bagi Plato hukum dan undang-undang bukanlah semata-mata untuk
memelihara ketertiban dan menjaga stabilitas negara, melainkan yang paling pokok
dari undang-undang adalah untuk membimbing masyarakat mencapai keutamaan,
sehingga layak menjadi warga negara dari negara yang ideal. Jadi hukum dan
undang-undang bersangkut paut erat dengan kehidupan moral dari setiap warga
masyarakat.
14
Masehi. Aliran ini mendasarkan diri pada nilai-nilai dalam ajaran etika dan mazhab
Stoa khususnya individualisme, sanksi moral dan penggunaan akal. Dalam bidang
politik dianut konsepsi tentang pemerintahan demokrasi yang dapat menjamin
tercapainya kebebasan. Tradisi liberalisme sangat menekankan kemerdekaan
individu. Istilah liberalisme erat kaitannya dengan kebebasan, titik tolak pada
kebebasan merupakan garis utama dalam semua pemikiran liberal.
Berdasarkan hal ini keadilan dipahami sebagai suatu ketertiban rasional yang
di dalamnya hukum alamiah ditaati dan sifat dasar manusia diwujudkan.
15
Dari makna keadilan sebagai hukum, kemudian berkembang arti dari kata
"justice” sebagai "lawfullness" yaitu keabsahan menurut hukum. Pengertian lain yang
melekat pada keadilan dalam makna yang lebih luas adalah "fairness" yang sepadan
dengan kelayakan. Ciri adil dalam arti layak atau pantas, dapat dilihat dari istilah-
istilah yang digunakan dalam ilmu hukum. Misalnya "priciple of fair play" yang
merupakan salah satu asas-asas umum pemerintahan yang baik, "fair wage” diartikan
sebagai upah yang layak yang sering ditemui dalam istilah hukum ketenagakerjaan.
Hal yang sama dikemukakan dalam konsep keadilan Aristoteles yang disebutnya
dengan "fairness in human action", Keadilan adalah kelayakan dalam tindakan
manusia.
1. "the constant and perpetual disposition to render every man his due":
16
2. “the end of civil society;
3. "the right to obtain a hearing and decision by a court which is free of
4. prejudice and improper influence";
5. "all recognized equitable rights as well as technical legal right";
6. "the dictate of right according to the consent of mankind generally":
7. "conformity with the principle of integrity, rectitude and just dealing":
Pada dasarnya makna dari suatu pengertian atau definisi keadilan berupaya
memberi pemahaman untuk mengenal apa itu keadilan. Dari definisi tersebut akan
diketahui ciri-ciri suatu gejala yang memberi identitas atau tanda tentang keadilan.
Akan tetapi tugas untuk menjelaskan apa itu keadilan? Sifat dasar dan asal mula
keadilan, atau mengapa suatu gejala tertentu disebut keadilan bukan merupakan tugas
definisi keadilan, melainkan hanya dapat diterangkan dengan bantuan teori keadilan.
17
H.Prinsip Keadilan Sebagai Ide Hukum
Hukum adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba,
yang dapat dilihat adalah tingkah laku manusia sehari-hari, lebih tepat lagi tingkah
laku hukum manusia. Hukum itu sendiri merupakan hasil karya manusia berupa
norma yang berisikan petunjuk bagi manusia untuk bertingkah laku, hal ini berkaitan
dengan keberadaan manusia sebagai makhluk yang berakal budi, sehingga setiap
tingkah laku manusia harus diatur secara normatif dengan arti bahwa manusia harus
bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang ditentukan sebagai pegangan
hidupnya. Melalui penormaan tingkah laku ini, hukum memasuki semua aspek
kehidupan manusia, seperti yang dikatakan Steven Vagos, "The normative life of the
state and its citizens". Agar supaya tingkah laku ini diwarnai oleh nilai-nilai
Pancasila, maka norma hukum positifyang berlaku di Indonesia harus bernapaskan
Pancasila.
18
which civilization reposes at any given moment (social justice), and a political
element, which is based upon the reason of the strongest, represented in the
particular case by the state (justice of the state). Hal inimenunjukkan ada pengaruh
timbal balik antara hukum dan keadilan, yaitu bahwahukum diciptakan berdasarkan
nilai-nilai atau kaidah-kaidah moral yang adil,yang sudah ada terlebih dahulu dan
yang telah hidup dalam masyarakat, jaditugas pembentuk undang-undang hanya
merumuskan apa yang sudah ada.Sedangkan dilain pihak terdapat kemungkinan
bahwa perumusan hukum itusendiri hanya bersifat memberikan interpretasi, atau
memberikan norma barutermasuk norma keadilan. Tentang apa yang dimaksud
dengan keadilan meliputidua hal, yaitu yang menyangkut hakekat keadilan dan yang
menyangkut dengan isi atau norma, untuk berbuat secara konkrit dalam keadaan
tertentu.
19
manusia harus dihormati, hak ini melekat pada manusia bukan karena diberikan oleh
negara, melainkan karena martabatnya sebagai manusia. Hal ini berarti jika seseorang
mempunyai hak atas sesuatu, orang lain juga mempunyai hak yang sama.
Teori lain yang berbicara tentang keadilan adalah teori yang dikemukakan
oleh John Rawls to Dalam teorinya dikemukakan bahwa ada tiga hal yang merupakan
solusi bagi problema keadilan. Pertama prinsip kebebasan yang samabagi setiap
20
orang (principle of greatest equal liberty), tentang hal ini dirumuskan oleh John
Rawls sebagai berikut: Each person is to have an equal right to the most extensive
basic liberty compatible with a semilar liberty of thers Rumusan ini mengacu pada
rumusan Aristoteles tentang kesamaan, oleh karenanya juga kesamaan dalam
memperoleh hak dan penggunaannya berdasarkan hukum alam. Rumusan ini inhern
dengan pengertian equal yakni sama atau sederajat diantara sesama manusia. Usaha
memperbandingkan ini juga secara tidak langsung merupakan pengakuan atau
konfirmasi bahwa manusia selalu hidup bersama yang menurut Aristoteles disebut
sebagai makhluk sosial, sehingga penentuan hak atau keadilan yang diterapkan adalah
keadilan yang memperhatikan lingkungan sosial atau dengan kata lain harus
merupakan keadilan sosial.
21
equality of opportunity), yaitu ketidaksamaan ekonomi harus diatur sedemikian rupa
agar memberi kesempatan bagi setiap orang untuk menikmatiknya.
Kedua, persamaan merupakan hak, persamaan sebagai hak dapat dilihat dari
ketentuan The Universal Declaration Human Rights 1948, maupun dalam
international Covenant on Economic, Socialo and Cultural Rights 1966
danInternational Covenant on Civil and Political Rights 1966. Di dalam ketiga
dokumen hak asasi manusia tersebut, dimuat ketentuan yang diawali dengan kata-
kata: setiap orang... dst. Demikian pula halnya di dalam Pasal 27 DUD 1945. Pasal
ini pada dasarnya menempatkan persamaan dan kebebasan yang meliputi kepentingan
dan tujuan dari hak itu ditetapkan dalam suatu hubungan Mengenai hubungan
persamaan dengan kebebasan ini. Friedmann pada pokoknya memandang bahwa
22
kebebasan merupakan suatu alat yang membuka jalan seluas-luasnya bagi
pengembangan personalitas, sedang persamaan dimaksudkan untuk memberi
kesempatan yang sama terhadap setiap orang dalam mengembangkan
personalitasnya.
Dalam kaitannya dengan pengaturan hak asasi dan kebebasan warga, teori ini
merupakan teori yang cukup relevan untuk diterapkan, oleh karena itu, pembentukan
hukum melaui undang-undang yang bersifat membatasi kebebasan warga perlu
mempertimbangkan teori ini, agar pengaturan melalui undang- undang tersebut
mencerminkan rasa keadilan bagi warga.
Bagi bangsa Indonesia, kaitan teori itu dengan keadilan sosial yang
berdasarkan Pancasila adalah bahwa konsepsi dan persepsi keadilan itu harus sesuai
dengan perasaan suatu bangsa. Sejalan dengan itu apabila kita berbicara tentang
hukum, berarti kita juga berbicara tentang keadilan. Hukum adalah suatu yang
mengikat dan bila ikatan itu dikaitkan dengan manusia maka ikatan itu harus
mencerminkan rasa keadilan. Keadilan sebagai konsepsi adalah keadilan dalam dunia
"Sollen", namun demikian dunia Sollen dari keadilan itu patut dirumuskan dalam
rangka usaha untuk menterjemahkan dunia ide itu menjadidunia "Sein" atau
kenyataan. Oleh karena itu pengaturan hak dan kebebasanwarga harus dibangun di
atas prinsip-prinsip keadilan yang berdasarkan Pancasila. Untuk itu hukum yang
dikehendaki adalah hukum yang sifatnya memberi perlindungan terhadap warga
masyarakat, termasuk perlindungan terhadap hak warga untuk berserikat dan
berkumpul. Perlindungan dalam hal ini, berarti bahwa rasa keadilan yang ada pada
nurani warga harus terpenuhi.
23
konstitusional, yaitu suatu pemerintahan yang dibatasi oleh ketentuan yang temuat
dalam konstitusi. Pada negara yang bersistem konstitusi atau berdasarkan hukum
dasar, terdapat hirarki perundangan, dimana UUD berada di puncak piramida
sedangkan ketentuan yang lain berada di bawah konstitusi. Konstitusi yang demikian
ini dikenal dengan “stufenbau theory" Hans Kelsen.
Dalam kaitan ini Flew menyatakan: ....About what things in the world are
good, desirable, and important. Jadi nilai merupakan sesuatu yang berkaitan dengan
yang dipandang baik, diperlukan dan penting bagi kehidupan. Dari rumusan tersebut
dapat diketahui bahwa nilai memiliki karakteristik baik, bersahaja dan penting.
Karakteristik lain tentang nilai dikemukakan oleh The Lie Anggi2 sebagai berikut:
a. Dari perkataan nilai dapat dilihat dari sudut kata kerja (menilai) atau
dilihatdari sudut kata sifat (bernilai), atau dilihat dari sudut kata benda (suatu
nilai),dan sebagainya.
b. Nilai adalah merupakan dasar suatu perbuatan atau pilihan.
c. Nilai itu sendiri sering dikatakan merupakan suatu pilihan
24
d. Pada situasi tertentu setiap orang dapat berselisih dalam
mempertimbangkansuatu nilai
e. Nilai dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu nilai intrinsik dan
nilaiinstrumental
f. Nilai berkaitan dengan hal yang positif dan yang negatif, yaitu
berkaitandengan kebaikan dan kejahatan.
g. Penilaian kapan saja berkaitan dengan kehidupan.
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian di atas terlihat bahwa konsep keadilan selalu didasarkan padasuatu
aliran filsafat sesuai dengan kondisi pemikiran manusia pada waktu itu. Dari teori-
teori dan pengertian keadilan itu, terdapat dua hal yang bersifat universal dari konsep
keadilan yaitu tujuan dan karakter atau ciri-ciri keadilan. Tujuan adalah hal yang akan
dicapai dalam hubungan hukum baik antara sesama warga, maupun antara warga
dengan negara atau hubungan antar negara. Sedang ciri-ciri atau karakter yang
melekat pada keadilan-adalah: adil, bersifat hukum, sah menurut hukum, tidak
memihak, sama hak, layak, wajar secara moral dan benar secara moral. Konsep-
konsep keadilan bersumber dari alam pikiran barat pada zaman klasik dan zaman
modern yang didasarkan pada pandangan dan pemikiran yang berkembang sesuai
dengan jamannya. Keadilan dapat diartikan sebagai kebaikan, kebajikan dan
kebenaran, yaitu suatu kewajiban moral yang mengikat antara anggota masyarakat.
26
DAFTAR PUSTAKA
https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/
27