Anda di halaman 1dari 4

Materi Ringkas HAM MENURUT IMAN KRISTEN

Hak asasi manusia adalah pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai


hak-hak dasar yang tidak dapat di sangkal dan sangat penting bagi hidup mereka.
Lebih dari itu, hak ini sudah ada sejak manusia dilahirkan, bahkan ia sejak ada di
dalam kandungan ibunya.
Dalam kitab keluaran kita menemukan peraturan seperti ini tentang seorang
budak:
"Inilah peraturan-peraturan yang harus kaubawa ke depan mereka. Apabila
engkau membeli seorang budak Ibrani, maka haruslah ia bekerja padamu enam tahun
lamanya, tetapi pada tahun yang ketujuh ia diizinkan keluar sebagai orang merdeka,
dengan tidak membayar tebusan apa-apa. Jika ia datang seorang diri saja, maka keluar
pun ia seorang diri; jika ia mempunyai isteri, maka isterinya itu diizinkan keluar
bersama-sama dengan dia. Jika tuannya memberikan kepadanya seorang isteri dan
perempuan itu melahirkan anak-anak lelaki atau perempuan, maka perempuan itu
dengan anak-anaknya tetap menjadi kepunyaan tuannya, dan budak laki-laki itu harus
keluar seorang diri. Tetapi jika budak itu dengan sungguh-sungguh berkata: Aku cinta
kepada tuanku, kepada isteriku dan kepada anak-anakku, aku tidak mau keluar sebagai
orang merdeka, maka haruslah tuannya itu membawanya menghadap Allah, lalu
membawanya ke pintu atau ke tiang pintu, dan tuannya itu menusuk telinganya dengan
penusuk, dan budak itu bekerja pada tuannya untuk seumur hidup.” Keluaran 21:1-6

Seorang budak yang merupakan “milik” tuannya, misalnya, ternyata tidak


begitu tinggi nilainya. Andaikata ia ditanduk sapi sampai mati maka si pemilik sapi
diwajibkan membayar ganti rugi seharga 30 syikal perak kepada tuan sang budak,
lalu sapinya dilempari dengan batu sampai mati. Satu syikal beratnya antara 11, 14,
dan 17 gram emas atau perak.
Beberapa dokumen kemudian hari menunjukkan beberapa kemajuan.
Silinder Koresy, misalnya, yang dibuat pada tahun 539 SM oleh Koresy, kaisar
Persia. Pernyataannya ini dibuatnya setelah ia mengalahkan Nabonidus dari
Kekaisaran Babel Baru. Koresy adalah penguasa yang sama yang disebut-sebut
dalam Kitab Nabi Yesaya pasal 40 dst. Dalam silindernya itu, Koresy menulis:
“Penyembahan terhadap Marduk, raya dewata, ia [Nabonidus]
[mengubahnya] menjadi hujat. Setiap hari ia melakukan kejahatan terhadap
kotanya [Babel]... Ia [Marduk] menerawang di seluruh negeri, mencari seorang
penguasa yang adil yang bersedia memimpin-[nya] [dalam arak-arakan tahunan].
[Kemudian] Ia menyebutkan nama Koresy, raja Anshan, dan menyatakannya
[sebagai] penguasa atas seluruh dunia.”
Di masa modern, kita mencatat Deklarasi Kemerdekaan (Amerika Serikat
(1776) yang di buka dengan pengakuan:”Kami menyatakan bahwa kebenaran-
kebenaran ini terbukti dengan sendirinya, yaitu bahwa semua orang diciptakan
sederajat, bahwa mereka dikaruniai oleh Penciptanya dengan hak-hak yang tidak
dapat disangkal, dan bahwa diantara hak-hak itu adalah kehidupan kemerdekaan,
dan upaya untuk mengejar kebahagiaan.”
Pada 10 Desember 1948, dideklarasikan Deklarsi Hak-hak Asasi Manusia
se-Dunia. Deklarasi ini antara lain menyatakan:
Pasal 1
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.
Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
semangat persaudaraan.

Pasal 2
Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam
pernyataan ini tanpa perkecualian apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin,
agama, bahasa, politik atau pendapat yang berlainan, asal mula kebangsaan atau
kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain...

Pasal 7
Semua orang sama didepan hukum, dan berhak atas perlindungan hukum yang sama
tanpa diskriminasi.semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk
diskriminasi yang bertentangan dengan Pernyataan ini dan terhadap segala hasutan
yang mengarah pada diskriminasi semacam itu.
Pasal 18
Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini
termasuk kebebasan berganti agama atau kepercayaan dengan cara mengajarkannya,
mempraktekkannya, melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain, di muka umum maupun sendiri.

HAM melekat secara kodrati pada diri manusia sebagai karunia Allah (Kej.
1:28-29; 2:18-17). HAM bersifat mendasar atau fundamental dan universal. Hak
asasi mengikat siapapun sehingga tidak dapat di tiadakan, dirampas, atau
dicabut;karena tanpa hak asasi tersebut manusia akan kehilangan kemanusiaannya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap hak, tak terkecuali HAM,
mengimplikasikan kewajiban, sebab hak hanya menjadi hak setelah kewajiban
terpenuhi. Sebaliknya, kewajiban juga mengimplikasikan hak, sebab kewajiban
hanya bisa dilakukan sebaik-baiknya apabila hak dihormati. Hak tanpa kewajiban
adalah kesewenang-wenangan, sedangkan kewajiban tanpa hak adalah perbudakan.
Hak-hak asasi mencakup:
1. Hak warga negara, yang mencakup ruang bebas yang harus dijamin setiap
pemerintah bagi setiap warganya.

2. Hak-hak politik, yakni hak untuk memberikan “saham”, baik sendiri maupun
bersama-sama, kepada pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya.

3. Hak-hak ekonomi dan sosial, yakni hak yang dimiliki seseorang dalam berhadapan
dengan negara, untuk tujuan menghilangkan kesenjangan sosial dan ketimpangan
ekonomi dan membatasi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh alam, umur, dan
seterusnya.

4. Sehubungan dengan hak-hak ekonomi dan sosial, muncullah hak-hak golongan


minoritas dan bangsa-bangsa. Mereka memiliki hak yang fundamental untuk
menentukan nasib sendiri, yakni baik dalam hal untuk memilih status internasional
mereka sendiri dengan bebas, maupun untuk jenis pemerintahan yang paling sesuai
dengan aspirasi rakyatnya.

HAM Di Dalam PERSPEKTIF IMAN KRISTEN


Pdt. Eka Darmaputera mengungkapkan bahwa untuk mengkaji HAM di dalam
perspektif atau sudut pandang Iman Kristen kita harus bertolak dari dua konsep
yang mendasar. Kedua konsep itu adalah kedaulatan Allah yang universal dan
manusia sebagai imago dei, atau citra Allah di dalam diri setiap manusia.
a. Kedaulatan Allah yang Universal
Kita mengakui bahwa HAM bersumber dari Allah yang memiliki kedaulatan
secara Unoversal. Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun atau satu lembaga pun,
termasuk negara, yang berwenang untuk membatalkan atau mengurangi hak-hak
tersebut, kecuali Allah sendiri. Pelanggaran terhadap HAM merupakan
pelanggaran terhadap ketetapan Allah. Seorang teolog yang juga seorang filsuf,
jurgen Moltmann mengatakan bahwa kedaulatan Alllah didalam diri manusia
mencakup dimensi individual, simensi sosial, dimensi ekologisnya, maupun
dimensi futurologisnya. Dengan demikian, HAM mencakup hak manusia untuk
bebas, hak manusia untuk berkomunitas, serta haknya untuk mempunyai masa
depan yang lebih baik dan sejahtera.
Hak pada akhirnya membawa manusia pada suatu kewajiban. Misalnya, hak
manusia untuk bebas dan bermartabat membawa manusia kepada kewajiban untuk
menghormati kebebasan dan martabat orang lain.

b. Citra Alllah pada Diri Tiap Manusia


Didalam kisah penciptaan secara gamblang disebutkan bahwa Allah
menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya, atau lebih dikenal dengan
istilah imago Dei (imago=Citra/gambar;Dei=Allah). Manusia memantulkan Allah
yang bermartabat: Alllah yang adil, Allah yang didalam diri-Nya ada kebenaran,
Allah yang bebas bertindak, menyatakan dan mewujudkan kehendaknya, Allah
yang adalah kasih. Namun, citra Allah yang melekat pada manusiaitu juga
mengandung kewajiban-kewajiban asasi yang sebanding. Manusia memantulkan
Allah yang didalam dirinya ada kebenaran dengan kewajiban manusia untuk
menyatakan kebenaran.
Tiap orang diciptakan sama berharganya di hadapan Allah, apapun latar
belakang manusia, Jenis kelamin, suku, bangsa, etnis, agama, warna kulit, dan
tingkat sosial-ekonominya. Di hadapan Allah “tidak ada orang Yahudi atau orang
Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan,
karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” Gal. 3:28.

Pelanggaran HAM
Sesungguhnya pelanggaran HAM telah terjadi sejak adanya masyarakat
manusia. Pergerakan perjuangan HAM pada awalnya terjadi karena manusia
menyadari bahwa didalam berbagai kejadian dalam masyarakat mengindikasikan
adanya pelanggaran atas hak asasi mereka.

Dulu, pelanggaran HAM dilakukan berkisar pada perbudakan atau


diskriminasi rasial. Sekarang, pelanggaran HAM yang terjadi lebih bersifat
sistemik dan terstruktur.pelanggaran HAM juga dapat terjadi dengan penyusunan
peraturan atau perundang-undangan yang hanya menguntungkan kelompok
masyarakat tertentu dan mengorbankan kelompok lain, demi alasan ketertiban dan
norma yang berlaku dalam kelompok tersebut. Wujud yang lain adalah
persengkokolan untu menghilangkan nyawa warga negara demi alasan tidak
sepaham dalam alasan tidak sepaham dalam hal-hal tertentu atau perbedaan
pandangan politik. Tindakan yang membiarkan terjadinya kekerasan juga
merupakan pelanggaran HAM.

Source: Pendidikan Agama Kristen SMA Kelas XII

Anda mungkin juga menyukai