Anda di halaman 1dari 6

JIMVET E-ISSN : 2540-9492 April 2018, 2(1):215-220

JUMLAH SEL GOBLET PADA USUS PROKSIMAL DAN USUS


DISTAL BELUT SAWAH (Monopterus albus)

Quantity of Goblet cells in proxsimal and distal intestine of rice field eel (Monopterus albus)

Hastitin Nel Kamta1, Dian Masyitha2, Zanuddin3


1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
3
Laboratorium Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
E-mail: hastitinnelkamta@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui jumlah sel Goblet pada usus proksimal dan usus distal belut sawah
(Monopterus albus). Penelitian ini menggunakan lima usus belut sawah yang berasal dari Desa Alur dua,
Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa. Bagian yang diambil adalah usus proksimal dan distal yang berasal dari
lima ekor belut sawah dan diamati menggunakan metode histologi eksplorasi. Sampel kemudian dibuat menjadi
preparat histologi dan diwarnai dengan pewarnaan periodic acid-schiff (PAS). Parameter yang diamati pada
penelitian ini adalah jumlah sel Goblet pada setiap 1000 sel absorptif usus proksimal dan usus distal belut sawah.
Data penghitungan sel Goblet dianalisis menggunakan uji T. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan jumlah sel Goblet pada usus proksimal dan usus distal belut sawah dengan jumlah sel Goblet pada
usus proksimal lebih banyak daripada jumlah sel Goblet pada usus distal.
Kata kunci : belut sawah, usus, sel Goblet

ABSTRACT
This study aims to determine the number of Goblet cells in proxsimal and distal intestine of rice field
eel (Monopterus albus). This study uses five rice field eel intestines that come from Alur dua village, Langsa
Baro District, Langsa City. The samples for this study were proxsimal and distal part of intestine from five rice
field eel and observed using histological methods of exploration. The samples were than made into histological
preparation stained with periodic acid-Schiff (PAS). The parameters in this study was the number of Goblet cells
in each 1000 absorbtive cells of proxsimal and distal part of intestine rice field eel. Goblet cells counting data
were analyzed using T-test. The result from the study concluded that there are differences in the number and
distribution of Goblet cells in the intestine of rice field eel with the number of Goblet cells much more in
proxsimal intestine.
Keyword : rice field eel, intestine, Goblet cell

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belut sawah (Monopterus albus) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya di masa mendatang. Saat ini belut
sawah telah dimanfaatkan sebagai sumber protein terutama di kawasan pedesaan dan bahkan
di beberapa daerah telah dieksploitasi secara besar-besaran (Santoso, 2014).
Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan
ini toleran terhadap lingkungan yang tercemar. Lenyapnya belut menandakan kerusakan
lingkungan yang sangat parah telah terjadi. Belut sawah umumnya ditemukan di daerah air
tawar yang bergerak lambat dan merupakan jenis ikan nokturnal. Ikan ini sering bersembunyi
di sedimen lunak atau menempati celah-celah dan ruang kecil. Belut sawah merupakan salah
satu ikan yang memiliki kandungan protein yang sangat tinggi, sehingga sangat cocok untuk
sumber protein bagi semua kelompok usia, dari bayi hingga usia lanjut. Protein belut juga
kaya akan beberapa asam amino yang memiliki kualitas cukup baik, yaitu leusin, lisin, asam
aspartat, dan asam glutamat. Leusin dan isoleusin merupakan asam amino esensial yang
sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak-anak dan menjaga kesetimbangan nitrogen pada
orang dewasa (Khati dkk., 2014).
Belut sawah bersifat hermaprodit protogini, artinya ikan ini akan mengalami perubahan
jenis kelamin dari betina pada awalnya, kemudian berubah menjadi jantan pada usia tua
(Riani dan Yunizar, 2004). Belut memiliki tubuh yang panjang dan bulat seperti ular, tidak
215
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 April 2018, 2(1):215-220

bersisik dan kulitnya licin berlendir, mata kecil hampir tertutup oleh kulit, bentuk gigi kecil
berbentuk kerucut dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekitar mulutnya. Secara
umum punggung belut berwarna kehijau-hijauan dan bagian abdomen berwarna kuning
kehitaman. Warna kulit terlihat berkilau dengan gurat sisi yang terlihat jelas untuk menjaga
keseimbangan (Kurniawan, 2016).
Usus merupakan bagian terpanjang pada saluran pencernaan ikan. Pada organ usus
terdapat dua muara yang berasal dari kantung empedu dan pankreas serta pada lapisan
mukosa usus terdapat vili-vili (Asri, 2015). Jenis sel yang umum ditemukan pada usus adalah
sel enterosit dan sel Goblet. Sel enterosit memiliki bentuk silindris (batang) secara vertikal
dan hanya terusun atas selapis sel serta berperan dalam penyerapan makanan. Sel Goblet
berbentuk seperti piala, mengandung musin yang berfungsi untuk melumasi makanan,
memberikan perlindungan pada dinding serta permukaan usus, dan media pertahanan terhadap
infeksi parasit. Musin akan berubah menjadi mukus jika sudah disekresikan dan bereaksi
dengan air (Marshall dan Grosell, 2005; Junqueira dan Carneiro, 2007).
Substansi mukus merupakan komponen karbohidrat yang ditemukan dalam bentuk
polisakarida, glikoprotein dan proteoglikan, serta glikolipid (Kiernan, 1990). Karbohidrat
tersebut tersebar diseluruh jaringan tubuh, ditemukan dipermukaan sel dan di dalam
sitoplasma (Agungpriyono, 2003).
Jenis maupun jumlah sel Goblet dapat berbeda-beda pada beberapa spesies ikan.
Bahkan pada organ yang sama, jenis serta jumlah sel Goblet juga dapat berbeda, hal ini
disebabkan karena kandungan glikoprotein penyusun mukusnya tidak sama (Yamada dan
Yokote, 1975). Menurut Yusfiati dkk. (2006), penyebaran sel Goblet pada ikan dipengaruhi
oleh jenis makanan dan lingkungan. Ikan buntal memiliki jumlah sel Goblet lebih banyak
terdapat pada usus bagian proksimal dan medial tetapi sedikit di bagian usus distal. Akan
tetapi keadaan ini berbeda pada ikan baung, Yusfiati dkk. (2013) menyatakan bahwa jumlah
sel Goblet meningkat pada usus bagian distal. Peningkatan jumlah sel Goblet tersebut diduga
berkaitan dengan proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Studi tentang sebaran sel Goblet
pada usus belut sawah belum pernah dilaporkan, oleh karena itu perlu dilakukannya penelitian
mengenai jumlah sel Goblet pada usus belut sawah (Monopterus albus).

MATERIAL DAN METODE


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi dan Laboratorium Riset Terpadu
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh pada bulan November
hingga Desember 2017.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah penyimpanan organ,
ember, nampan, penggaris, timbangan, pinset, gunting bedah, scalpel, mikrotom (Slee), tissue
bath, slide warmer, object glass, cover glass, stainingjar, oven, mikroskop cahaya (Olympus
CX31), dan mikroskop cahaya yang dilengkapi alat mikrofotografi (Olympus BX41).
Bahan-bahan yang digunakan adalah bagian dari usus belut sawah, minyak cengkeh,
natrium klorida (NaCl) fisiologis 0,95%, larutan neutral buffered formalin (NBF) 10%,
alkohol dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, 95%, 96% dan absolut, silol, parafin (Merck®),
kertas tissu, kertas label, pewarna hematoksilin eosin (HE), pewarna periodic acid Schiff
(PAS), aquadest, dan Entellan®.
Penelitian ini menggunakan metode histologis eksplorasi yang terdiri dari gambaran
sebaran sel Goblet pada usus lima ekor belut sawah (Monopterus albus). Penelitian
menggunakan lima ekor belut sawah dengan berat berkisar 40 – 65 gram dengan panjang
tubuh 35 - 45 cm yang berasal dari Desa Alur dua, Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa.
Parameter yang diamati adalah jumlah sel Goblet per 1000 sel absorbtif pada vili usus
proksimal dan usus distal belut sawah (Monopterus albus).

216
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 April 2018, 2(1):215-220

Pengambilan sampel dilakukan setelah belut dieutanasi dengan menggunakan minyak


cengkeh sebanyak 5 ml yang dilarutkan ke dalam 1 liter air. Bagian saluran pencernaan yang
diambil adalah usus bagian proksimal dan distal belut sawah (Monopterus albus).

Pembuatan preparat histologi


Sampel saluran pencernaan difiksasi dalam larutan BNF 10% selama 24
jam. Setelah itu dilakukan proses stopping point dalam alkohol 70% selama 12
jam, lalu dilakukan dehidrasi dengan alkohol bertingkat 80%, 90%, 95%, dan
alkohol absolut masing-masing selama 2 jam. Jaringan kemudian dijernihkan
dalam cairan silol I, silol II, dan silol III masing-masing selama 45 menit.
Selanjutnya jaringan diinfiltrasi dalam parafin cair I, parafin cair II, dan parafin
cair III masing-masing selama 45 menit, kemudian dilakukan proses embedding
13 hingga menjadi blok parafin. Jaringan di dalam blok parafin disayat dengan
ketebalan 5 μm dan irisan diletakkan pada tissue bath, lalu diambil dengan object
glass untuk selanjutnya diinkubasikan ke dalam slide warmer (Kiernan, 1990).

Pewarnaan Periodic Acid Sciff (PAS)


Deparafinisasi jaringan dilakukan menggunakan silol dan dilakukan rehidrasi dengan
menggunakan alkohol dengan konsentrasi menurun. Selanjutnya dilakukan oksidasi jaringan
dalam larutan 0,5-1% periodic acid selama 5 menit, selanjutnya dibilas dengan akuades.
Kemudian dimasukkan ke dalam Schiff reagent selama 15 menit dan dibilas dengan air sulfit
selama 5 menit. Kemudian dibilas dengan akuades selama 5 menit dan dimasukkan ke dalam
larutan hematoksilin untuk mewarnai latar jaringan, selanjutnya dilakukan dehidrasi, clearing,
dan mounting. Pengamatan dilakukan dengan mikroskop cahaya Olympus dan dilanjutkan
dengan pembuatan foto mikrograf (Kiernan, 1990).

Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan uji T dan disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelitian didapatkan jumlah sel Goblet lebih banyak terdapat di usus bagian
proksimal dbandingkan usus bagian distal belut sawah (Monopterus albus). Semakin menuju
ke arah usus distal sel Goblet terlihat semakin sedikit. Menurut Yamada dan Yokote (1975),
penyebaran sel Goblet berbeda-beda. Adanya variasi makanan yang masuk, memberikan
stimuli terhadap sel-sel epitel maupun sel Goblet untuk memberikan respon terhadap jenis
maupun konsistensi dari makanan yang masuk tersebut. Hal ini yang dapat menyebabkan
adanya perbedaan penyebaran sel Goblet serta jenis dan jumlahnya dalam suatu jaringan
maupun organ.
Secara statistik jumlah sel goblet pada dua bagian usus juga terlihat berbeda. Data
jumlah sel Goblet pada dua bagian usus masing-masing belut sawah di sajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah rata-rata sel Goblet pada usus belut sawah (Monopterus albus)
Usus belut sawah Jumlah sel Goblet

Usus proksimal 146.2±6.2

Usus distal 93.2±13.6

217
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 April 2018, 2(1):215-220

Hasil dari jumlah rata-rata sel Goblet pada usus proksimal dan usus distal belut sawah
berbeda, serta hasil uji T menunjukkan bahwa jumlah sel Goblet pada setiap bagian usus
berbeda sangat nyata (p=0,000<0,01). Gambaran sel Goblet pada usus proksimal dan usus
distal disajikan pada gambar 3 dan 4.

SG\

Gambar 3. Usus proksimal belut sawah dengan menggunakan pewarnaan PAS. SG (Sel Goblet).
Perbesaran 100 kali dengan skala garis 200 µm.

Pada usus proksimal sebaran sel Goblet terlihat sangat banyak dengan jarak yang
berdekatan. Terlihat sel Goblet hampir memenuhi seluruh bagian usus. Bertambahnya jumlah
sel Goblet diduga sebagai suatu adaptasi dari epitel usus yang membantu proses pencernaan di
bagian usus tersebut. Menurut Dellman dan Brown (1992), ikan karnivora aktivitas
pencernaannya memerlukan banyak sekresi enzim. Sekresi enzimatis ini menyebabkan usus
menstimuli sel Goblet dalam memproduksi mukus yang lebih banyak untuk melindungi
lapisan luar dari usus terhadap kerusakan mekanik dan iritasi. Ingram (1980), menyatakan
mukus mampu melindungi saluran pencernaan dari reaksi enzimatis karena didalam mukus
terdapat C-reaktif protein yang berfungsi sebagai pelindung terhadap reaksi kimia.
Menurut Yusfiati dkk. (2013), sel Goblet banyak di usus proksimal, karena usus
proksimal adalah bagian yang menerima makanan dari lambung yang tentunya masih ada
pengaruh dari asam lambung (HCl) yang akan menuju kebagian jaringan usus proksimal.
Dengan sel Goblet yang banyak adalah salah satu perlindungan usus terhadap jaringan
epitelnya dari pengaruh asam lambung yang dibawa makanan dari lambung, karena asam
lambung akan merusak jaringan epitel usus.

218
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 April 2018, 2(1):215-220

SG

Gambar 4. Usus distal dengan pewarnaan PAS. SG (Sel Goblet). Perbesaran 100 kali dengan skala
garis 200 µm.

Pada usus distal, sel Goblet terlihat menyebar di beberapa tempat. Sebagian dari usus
ada yang tidak terdapat sel Goblet dan bagian lainnya terdapat sel Goblet dengan bentuk bulat
dan lonjong. Hal yang serupa juga terjadi pada sel Goblet pada usus ikan buntal (Tetraodon
lunaris), usus proksimal terlihat lebih banyak sel Goblet daripada bagian usus tengah dan usus
belakang.
Perbedaan lingkungan atau habitat suatu ikan juga dapat berpengaruh terhadap jumlah
sel Goblet maupun jenis mukus yang dihasilkannya. Pada ikan yang yang hidupnya menyukai
pada bagian dasar perairan yang kotor/keruh, cenderung memiliki sel Goblet yang lebih
banyak (Purbomartono dkk., 2004).

PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan jumlah sel Goblet pada
usus proksimal dan usus distal belut sawah dengan jumlah sel Goblet pada usus proksimal
lebih banyak daripada jumlah sel Goblet pada usus distal.

DAFTAR PUSTAKA
Agungpriyono, S. 2003. Glikoprotein dan Lektin. Dalam Modul: Pemanfaatan
Teknik Kultur Jaringan dan Histokimia. DIKTI dan Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Asri, A. 2015. Gambaran histopatologi ikan Dui–Dui (Dermogenys
megarrhamphus) di danau Matano Luwu Timur Sulawesi Selatan yang tercemar
logam berat nikel(Ni)dan besi (Fe). Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas
Hasanuddin, Makasar.
Balqis, U., R. Tiuria, B. Pontjo P., dan Darmawi. 2007. Proliferasi sel goblet duodenum,
jejunum, dan ileum ayam petelur yang diimunisasi dengan protein eksretori/sekretori
Ascaridia galli. Jurnal Kedokteran Hewan. 1(2):1-2.
Dai, X., M. Shu., and W. Fang. 2007. Histological and ultrastructural study of the digestive
tract of rice field eel, Monopterus albus. J. App. Ichthyol. 23:177-183.
Dellman, H.D. and E. Brown. 1992. Histologi veteriner. Ed. III. UI Press, Jakarta.
Falahudin. I., Delima. E.M., dan Rika Y.P. 2016. Pengaruh pemberian keong sawah dan air
cucian beras terhadap pertumbuhan belut (Monopterus Albus). Jurnal Biota. 2(1):112.
219
JIMVET E-ISSN : 2540-9492 April 2018, 2(1):215-220

Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Ingram, G.A. 1980. Natural imunity in fish. J. Fish Biology. 16: 46-60.
Junqueira, L.C. dan J. Carneriro. 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Edisi 10. EGC,
Jakarta.
Kiernan, J.A. 1990. Histological and Histochemical Method: Theory and Practice. Edisi 2.
Pergamon Press, New York.
Khati, S. A., Radith. M., dan Windarti. 2014. Parasit pada belut sawah (Monopterus albus,
Zuiew 1793) di Desa Sawah Kecamatan Kampar Utara. Jurnal Online Mahasiswa
FMIPA Universitas Riau. 1(2).
Kurniawan, M.R. 2016. Identifikasi dan prevalensi infeksi cacing saluran pencernaan pada
belut rawa (Synbranchus bengalensis) yang dipasarkan di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya. Hal 4.
Manisha. R. Deshmukh, Sudhir. G. Chirde, & Y. A. Gadhikar. 2015. Histological and
histochemical study on the stomach and intestine of catfish heteropneustes fossilis
(bloch 1794). Global journal of biology, Agriculture, health science. Vol.4(1):1-8.
Marshall, W.S. and M. Grosell. 2005. Ion transport, osmoregulation, and acidbase balance.
In the Physiology of Fishes. Evans, D.H., and J.B. Claiborne (eds). Taylor and Francis
Group.
Petrinec, Z., S. Nejedli, and S. Kuzir. 2005. Mucosubstances of the digestive tract mucosa in
northern pike (Esox lucius L.) and european catfish (Silurus
glanis L.). Veterinarski Arhiv. 75:317-327.
Purbomartono, C., P. Susatyo, dan Setiawan, A. 2004. Pola penyebaran sel mukus pada
saluran pencernaan ikan tawes. J. Fish. Sci. 4 (2):62-65.
Riani, E., dan Yunizar. E. 2004. Hubungan perubahan jenis kelamin dan ukuran tubuh ikan
belut sawah (Monopterus Albus). Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.
11(2):139-144.
Santoso, R. 2014. Penambahan atraktan yang berbeda dalam pakan buatan pasta terhadap
pertumbuhan dan feed convertion ratio belut (Monopterus Albus) dengan sistem
resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.
Hal 15-16.
Yamada, K. and M. Yokote. 1975. Morphochemical analyisis of mucosubstances in some
epithelial tissues of the eel (Anguilla japonrca). Histochemistry. 43:72-161.
Yusfiati, R., Elvira, dan R. Megawati. 2013. Mucus cell distribution at gastric and intestine of
baung fish (Mystus nemurus CV) from siak river. Prosiding
Semirata FMIPA Universitas Lampung. 499-504.
Yusfiati, R., K. Sigit, R. Affandi, dan Nurhidayat. 2006. Anatomi saluran pencernaan ikan
buntal pisang (Tetraodon lunaris). Jurnal Iktiologi Indonesia, 6(1):1-11.

220

Anda mungkin juga menyukai