Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
1. Nurul Fatonah (201906052)
2. Raditya Widi Laksana (201906055)
3. Ratih Kharismawati (201906057)
4. Reka Septia Dwi K. (201906058)
5. Ridwan Ahmad M. (201906059)
Mengetahui,
(___________________________) (___________________________)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan
pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah
makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang
merusak gigi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan,
pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan
dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara
keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat
vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).
Mulut bukan hanya untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang
penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan
gigi karena banyak penyakit umum mempunyai gejala-gejala yang dapat dilihat dalam
mulut. Pada umumnya keadaan kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih
banyak makan makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa.
Anak-anak umumnya senang gula-gula, apabila anak terlalu banyak makan gula-gula dan
jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami karies (Machfoedz
dan Zein, 2005).
Masalah utama dalam rongga mulut anak adalah karies gigi. Gigi berlubang atau
karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang dimulai dari permukaan gigi atau enamel
menuju ke dalam gigi atau dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah factor di dalam
mulut yang berinteraksi satu sama lain. Masyarakat umumnya cenderung beranggapan
bahwa gigi susu tidak perlu dirawat karena akan diganti dengan gigi tetap. Sehingga, hal
ini menyebabkan keadaan gigi susu saat diperiksakan di klinik sudah parah dan anak
berisiko menderita sakit gigi dengan segala macam komplikasi yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pada masa sekarang, kasus kerusakan gigi pada anak telah meningkat secara
dramatis di dunia. Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia
dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi
terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika. Di Amerika
Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan
tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari penyakit asma. Karies merupakan penyebab patologi
primer atas penanggalan gigi pada anak-anak dan sekitar 29%-59% orang dewasa dengan
usia lebih dari 50 tahun mengalami karies.
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu
mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi. Menurut
data terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan dari riskesdas (riset kesehatan dasar)
tahun 2007, sekitar 72 persen penduduk Indonesia mempunyai pengalaman karies (gigi
berlubang) dan 46,5 diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Dalam hal
kebiasaan menggosok gigi, sebanyak 91 persen penduduk usia 10 tahun ke atas telah
melakukannya setiap hari, namun hanya tujuh persen yang menggosok gigi dua kali di
waktu yang benar, yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam. Hasil riset juga
menunjukkan hanya 7,3 % penduduk yang dinilai telah menggosok gigi dengan
benar. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 juga memperlihatkan data
memprihatinkan bahwa sebanyak 89% anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami
karies atau gigi berlubang. Dengan kata lain hanya 11% anak Indonesia yang terbebas dari
karies. Secara rata-rata penduduk Indonesia memiliki angka PTI (besarnya keinginan
seseorang untuk menambal giginya dalam usaha mempertahankan gigi tetap) sangat
rendah, yaitu hanya sebesar 1,6%
Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan
penyangga gigi dan karies gigi. Secara umum kesehatan mulut dan gigi telah mengalami
peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap
merupakan masalah klinik yang signifikan. Karies gigi masih perlu mendapat perhatian
karena hingga dewasa ini penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam
masalah penyakit gigi dan mulut termasuk pada anak.
Faktor di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan langsung dengan
terjadinya proses karies atau gigi berlubang antara lain struktur gigi, morfologi gigi,
susunan dari gigi geligi di rahang, derajat keasaman air ludah (saliva), kebersihan mulut
dan frekuensi makan makanan manis. Faktor tersebut berinteraksi, berkaitan dan
mempunyai urutan besar peranan tertentu. Selain itu ada beberapa faktor luar sebagai
faktor penyebab dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses
terjadinya gigi berlubang (karies), antara lain usia, jenis kelamin, suku bangsa, letak
geografis, tingkat ekonomi, kultur sosial serta pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap
pemeliharaan kesehatan gigi. Penyebab tingginya prevalensi penyakit gigi dan mulut pada
umumnya karena faktor perilaku dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang belum
merata. Selain itu penyebab utama terjadinya kerusakan gigi berawal dari bagaimana pola
hidup manusia itu sendiri. Sebab, tanpa adanya perawatan dan perhatian khusus kepada
gigi memperbesar kemungkinan kerusakan gigi sejak dini. Pola hidup yang tidak sehat
seperti sering mengkonsumsi rokok, teh, atau kopi, juga menjadi salah satu penyebab
kerusakan gigi.
Oleh karena itu, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut merupakan cara yang tepat
untuk mengubah perilaku hidup yang tidak sehat itu, serta dapat membantu dalam masalah
perawatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah. Dengan adanya penyuluhan ini dapat
memberikan edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut serta memberikan motivasi
kepada masyarakat tentang merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut.
Disamping sebagai upaya promotif dan preventif bagi masyarakat yang terkena maupun
yang belum
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapakan peserta dapat mengetahui dan
melakukan perawatan gigi dan mulut dengan baik dan benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan audiens mampu :
a. Menjelaskan pengertian gigi sehat
b. Menjelaskan fungsi gigi
c. Menjelaskan Cara merawat gigi, gusi dan mulut agar tetap bersih dan sehat
d. Menjelaskan pengertian menggosok gigi
e. Menjelaskan manfaat menggososk gigi
f. Menjelaskan cara menyikat gigi
C. SASARAN
Seluruh pasien dan keluarga yang dirawat di ruang Poli Anak RSUD dr.
Sayidiman Magetan
BAB II
SATUAN ACARA
A. MATERI PENYULUHAN
1. Menjelaskan pengertian gigi sehat
2. Menjelaskan fungsi gigi
3. Menjelaskan Cara merawat gigi, gusi dan mulut agar tetap bersih dan sehat
4. Menjelaskan pengertian menggosok gigi
5. Menjelaskan manfaat menggososk gigi
6. Menjelaskan cara menyikat gigi
B. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
C. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Ratih Kharismawati
2. Co-Leader : Ridwan Ahmad M
3. Moderator : Nurul Fatonah
4. Fasilitator : Raditya Widilaksana
5. Observer : Salis Nur Hanafi
D. KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. Pembukaan Memberikan salam Menjawab salam
5 menit Perkenalan Memperhatikan
Menjelaskan tujuan dari pemberian Memperhatikan
penkes
Menyampaikan kontrak waktu Menyetujui kontrak
Menyebutkan sub materi yang akan waktu
disampaikan Memperhatikan
Apersepsi : Menggali pengetahuan Menjawab
dan pengalaman audiens tentang
kesehatan gigi dan mulut
2. Pelaksanaan Penyuluh menjelaskan materi tentang:
20 menit 1. Menjelaskan pengertian gigi sehat Memperhatikan
2. Menjelaskan fungsi gigi Memperhatikan
3. Menjelaskan Cara merawat gigi, gusi Memperhatikan
dan mulut agar tetap bersih dan sehat
4. Menjelaskan pengertian menggosok Memperhatikan
gigi
5. Menjelaskan manfaat menggososk gigi Memperhatikan
6. Menjelaskan cara menyikat gigi Memperhatikan
3. Penutup Evaluasi
5 menit Memberi kesempatan audiens Bertanya
bertanya Menjawab
Memberikan pertanyaan tentang
materi yang sudah di berikan Memperhatikan
Menyimpulkan materi penyuluhan Menjawab salam
Terminasi
Mengucapkan salam dan teimakasih
E. SETTING TEMPAT
Keterangan :
: Pasien
: Fasilitator
: Leader
: Co-Leader
: Observer
F. MEDIA
1. Leaflet
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
b. Media dan alat memadai
c. Setting sesuai dengan kegiatan
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses penyuluhan
c. Seluruh mahasiswa berperan aktif selama proses penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. 10 peserta sudah memahami materi yang diberikan. Peserta dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan, seperti :
1) Berapa kali harus melakukan gosok gigi?
2) Kapan harus melakukan gosok gigi?
3) Bagaimana cara mencegah kerusakan gigi?
b. Peserta mengajukan pertanyaan, seperti :
1) Bagaimana cara melakukan oral hygiene pada bayi? Apakah sama?
2) Apakah harus anak melakukan pemeriksaan ke dokter kalau belum terjadi
kerusakan gigi?
3) Apa penyebab dari karies gigi?
BAB III
MATERI PENYULUHAN
Nurul Fatonah
Raditya Widilaksana
Ratih Kharismawati
Reka Septia Dwi K
Ridwan Ahmad M