Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH STUDI ISLAM

ASPEK FALSAFAT
(TOKOH-TOKOH FILSUF ISLAM)

Disusun Oleh :
Manda Rahmawanti
11190162000076
Kelas 1C Pendidikan Kimia

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat selalu dikaitkan dengan Yunani sebagai tempat lahirnya ilmu ini, dan hal ini
menjadikan salah satu alasan kaum muslimin khususnya di beberapa negara di
wilayah timur. Oleh sebab itu, muncullah para filsuf yang mencelupkan ajaran-
ajaran islam kepada setiap pembahasan mencapai hakikat yang sebenarnya.1

Setiap orang yang hendak membicarakan filsafat, maka filsafat Yunani-lah yang
menjadi titik tolak pembicaraannya. Karena dimulai dari pemikiran Yunani inilah
munculnya kesadaran manusia secara akliah yang mampu berpikir secara radikal
untuk memecahkan rahasia alam atau yang maujud ini dan melihat hakikat
ketuhanan dengan pendekatan akal. Dikenal beberapa tokoh filsafat, seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Pemikiran mereka menjadi landasan terhadap
perkembangan filsafat.2

Melacak akar historis filsafat Islam secara akurat, tepat dan komprehensif
bukanlah persoalan yang mudah. Secara historis-sosiologis, rentangan masa
Islam yang begitu panjang serta persentuhannya dengan aneka kebudayaan
Yunani, Suryani, Persia, dan India merupakan aspek-aspek yang menjadikan
semakin sulit untuk memberikan penjelasan definitif mengenai filsafat Islam.
Sebagian besar filsuf muslim dalam merumuskan postulat-postulat filosofisnya
berpijak kepada Al-Qur’an dan Hadits. Para filsuf muslim menimba inspirasi
filosofisnya dari kedua sember fundamental tersebut.

1
Ahmad Mustofa, Filsafat Islam (Bandung: CV. Pustaka Setia,1977),17.
2
Tadjab, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya : Karya Abditama, 1994), hlm.
208.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu kata philein atau philos
dan sophia. Kata philein atau philos berarti cinta (love) akan tetapi dalam maknanya
yang lebih luas yaitu berupa hasrat ingin tahu seseorang terhadap kebijaksanaan,
ilmu pengetahuan atau kebenaran. Sedangkan kata sophia berarti kebijaksanaan
(wisdom). Sehingga secara sederhana, filsafat adalah mencintai kebijaksanaan (the
love of wisdom).
Secara terminologi, filsafat merupakan kontempalasi atau mempelajari pertanyaan-
pertanyaan penting mengenai eksistensi kehidupan yang berakhir dengan
pencerahan dan pemahaman (illumination and understanding), sebuah visi
mengenai keseluruhan.3

Menurut Rassel (2004:xiii), filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah


antara teologi dan sain. Filsafat berisiksan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-
masalah yang secara definitif belum jelas pengertiannya. Pertanyaan-pertanyaan
seperti apakah dunia terbagi menjadi dua: jiwa dan materi, apakah jiwa dan materi
itu?, apakah alam semesta ini mempunyai maksud tertentu? Apakah alam semesta
ini sedang bergerak ke suatu tujuan? dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan seperti
itu adalah pertanyaan-pertanyaan filsafat.4

Dalam perspektif Islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah
menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang
rasional. Sebagaimana kata Al-Kindi (801-873M), bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang hakikat hal-ihwal dalam batas-batas kemungkinan
manusia. Ibn Sina (980-1037M) juga mengatakan, bahwa filsafat adalah
menyempurnakan jiwa manusia melalui konseptualisasi hal ihwal dan
penimbangan kebenaran teoretis dan praktis dalam batas-batas kemampuan
manusia. Karena dalam ajaran Islam di antara nama-nama Allah juga terdapat
kebenaran, maka tidak terelakkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara
filsafat dan agama.
Pada zaman dulu di kalangan umat Islam, filsafat Islam merupakan kisah
perkembangan dan kemajuan ruh. Begitu pula mengenai ilmu pengetahuan
Islam, sebab menurut al-Qur‟an seluruh fenomena alam ini merupakan petunjuk
Allah, sebagaimana diakui oleh Rosental, bahwa tujuan filsafat Islam adalah
untuk membuktikan kebenaran wahyu sebagai hukum

3
Zaprulkhan, Filsafat Ilmu, 3.
4
Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama RI, 2012), cet. 2, hal. 4-5.
Allah dan ketidakmampuan akal untuk memahami Allah sepenuhnya, juga
untuk menegaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal.
Filsafat Islam jika dibandingkan dengan filsafat umum lainnya, telah
mempunyai ciri tersendiri sekalipun objeknya sama. Hal ini karena filsafat Islam
itu tunduk dan terikat oleh norma-norma Islam. Filsafat Islam berpedoman pada
ajaran Islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah merupakan
hasil pemikiran manusia secara radikal, sistematis dan universal tentang hakikat
Tuhan, alam semesta dan manusia berdasarkan ajaran Islam.
Proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakan begitu saja bahwa pemikiran filsafa t
Islam terpengaruh oleh filsafat yunani. Para filosof islam banyak
mengambil pemikiran aristoteles dan banyak tertarik terhadap pemikiran platinus. S
ehingga banyak teori filosof yunani diambil oleh filosof lslam. Berikut beberapa
filsuf islam yang terkenal :

1. Al Ghazali

Al Ghazali Tinggal di Nisyapur sampai wafatnya Imam Al haramain di tahun 1085


M. Kemudian ia pindah ke Baghdad dan enam tahun kemudian ia diangkat menjadi
guru besar di Madrasah Al-Nizamiyah yang ada di Baghdad. Ia mengajar di sana
selama empat tahun dan di waktu itulah ia mengarang bukunya Maqasid Al-
falasifah (pemikiran kaum filosof) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin
dengan judul Logica et Philosphia Algazelis Arabis di tahun 1945 oleh Dominicus
Gundissalinus. Bukunya yang termasyhur tentang falsafah Tahafut Al-falasifah
(kekacauan pemikiran filosof-filosof) juga di Karang di periode ini.

Dalam filsafat Al Ghazali dikenal sebagai filosof yang banyak mengkritik pendapat
filosof-filosof dan menentang tiga dari isi filsafat mereka membawa kepada
kekufuran, yaitu pendapat-pendapat mereka bahwa alam ini qadim dalam arti tidak
bermula dalam waktu, bahwa Tuhan tidak mengetahui perincian dari apa yang
terjadi di alam ini, dan bahwa pembangkitan jasmani tak ada.

Karya-karyanya diantaranya adalah Maqasid al Falasifa (Maksud Filsafat) dan


Tahasut Al Falasifa (kerancuan filsafat) karya ini menyerang secara sarkasme
terhadap filosof. Latar belakangnya adalah kecenderungan para filsafat menjadi
pemikir bebas yang cenderung menolak paham Islam dan mengabaikan dasar ritual
ibadat yang menurut mereka tidak pantas bagi pencapaian intelektual. Tahun 1095
Al Ghazali mengalami krisis pribadi, kemudian keluar dari jabatan guru besar
sebagian menyebut beliau adalah Rektor Universitas dan meninggalkan Baghdad,
kemudian menjalani hidup Sufi dan merantau ke Damaskus, Kairo, Mekah dan
Madinah. Setelah berhasil mengatasi krisis, mulai menulis karya Sufistik -Ihya
Ulum Al Din (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama), ini adalah kitab moral
terbesar dan karya Master Piece-nya. Al Ghazali walaupun Sufi dari literatur tidak
tercatat bahwa beliau merupakan anggota salah satu tarekat. Ada tharekat Al
Ghazaliyah.. didirikan oleh pengikutnya bukan didirikan oleh Al Ghazali sendiri
secara langsung. Al Ghazali dianggap para sarjana latin seperti Al Farabi dan Ibnu
Sina sebagai filosof peri-patetik dan Neo Platonis.

2. Al Farabi

Al Farabi adalah filosof terbesar muslim Neo Platonis pertama yang besar dan
dijuluki guru kedua (al Muallim Al Tsani) wafat. 950 M. Guru pertamanya adalah
Aristoteles (Al Muallim Al Awwal). Menurut Ibna Sina, bahwa Al Farabilah yang
membantu Ibnu Sina memahami ajaran metafisika Aristoteles. Al Farabi lahir di
Desa Wasij wilayah Farab - Persia, tahun 870M. Al Farabi juga disebut-sebut
sebagai musikus handal. Kitab musik karyanya Buku Besar Tentang Musik (Kitab
Al Musiq Kabir).

Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzlagh Al Farabi adalah
anak seorang panglima perang Dinasti Samami yang dapat memperoleh kekuasaan
otonom atas daerah Transoxania dan Persia dari tahun 874 M sampai 999 M. Ia
lahir di Transoxania pada tahun 872 M dan berasal dari keturunan Turki.

Farab telah dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang sedang
berkembang di waktu itu. Mengenai filsafat ia berkeyakinan bahwa filsafat
Aristoteles dan Plato dapat disatukan dan untuk ini ia menulis risalah "Tentang
persamaan antara Plato dan Aristoteles". Falsafatnya yang terkenal ialah filsafat
emanasi. Dalam filsafat emanasi ini ia menerangkan bahwa segala yang ada
memancar dari zat Tuhan melalui akal yang berjumlah 10 itu alam materi dikontrol
oleh akal yang 10 itu. Ia juga membahas soal jiwa dan akal manusia akan menurut
pemikiran yg mempunyai tiga tingkat, al hayulani (materiil), bi al-fi'l (aktual) dan
al-mustafid (adeptus aquired). Akal pada tingkat terakhir inilah yang dapat
menerima pancaran yang dikirimkan Tuhan melalui akal-akal tersebut falsafatnya
mengenai politik ia jelaskan dalam bukunya. Negara terbaik ialah negara yang
dipimpin Rasul dan kemudian yang dipimpin filosof. Juga ia memikirkan tentang
wujud yang ia bagi ke dalam wujud yang wajib dan wujud yang mungkin. Wujud
yang wajib tidak mempunyai sebab bagi wujudnya. Ia juga membahas soal agama
dan filsafat.5

3. Ibn Sina

Ibn Sina (980-1037), Ibn Sina adalah filosof dan ahli kedokteran. Sepeti filosof lain
pada jamannya ia percaya bahwa manusia punya tubuh dan jiwa. Ibn Sina membagi
tiga bagian jiwa manusia : Jiwa alami (nabati), jiwa hewani (hayawani) dan jiwa
rasional, Tiap bagiannya mempunyai tujuannya (entelechy) masing-masing dan
mengatur daya-daya yang melakukan khusus. Buku-buku karangan Ibn Sina
kebanyakan tentang ilmu kedokteran diantaranya yang populer : Al Qanun fi al
Tibb (buku kedokteran ditulis 14 jilid, ditulis saat usia 16 tahun).6

5
Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, 2015, hlm45
6
Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013, hlm104
4. Al-Kindi

Filosof kenamaan yang pertama adalah Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq al-kindi Ia
lahir di Kufah pada tahun 796 M dan meninggal di Baghdad tahun 873 M. Al Kindi
berasal dari keluarga bangsawan Arab dari Kindah di Arabia Selatan. Orang tuanya
adalah gubernur Basrah. Di masa kecil ia belajar di Basrah dan kemudian di
Baghdad . Dikatakan bahwa al-kindi pandai berbahasa Yunani dan ia terbawa oleh
arus penerjemahan yang sedang giat pada waktu itu sebagian penulis meragukan
bahwa ia juga menerjemahkan buku-buku filsafat, tetapi sekurang-kurangnya ia
turut memperbaiki terjemahan Arab dari beberapa buku. Di samping itu ia juga
membuat ringkasan dari beberapa karangan Aristoteles. Karena ia termasuk orang
yang berada ia dapat menggaji pembantu-pembantu dalam usaha penerjemahan dan
membuat ringkasan itu. Ia mendapat penghargaan dari Khalifah Al Mu'tasim.
Dalam teologi ia menganut aliran mu'tazilah karena ia adalah satu-satunya filosof
Islam yang berasal dari keturunan Arab yang disebut Failasuf Al-'Arab (filosof
orang Arab). Al-kindi bukan hanya filosof tetapi juga ilmiawan yang menguasai
ilmu pengetahuan yang ada di zamannya. Mengenai filsafat al-kindi berpendapat
bahwa antara filsafat dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid atau teologi
adalah cabang termulia dari filsafat. Filsafat membahas kebenaran atau hakikat.
Kalau ada hakikat-hakikat mesti ada hakikat pertama (Al Haqq Al-Awwal). Hakikat
pertama itu adalah Tuhan. Al-kindi juga membicarakan soal jiwa (Al nafs soul) dan
akal jiwa manusia mempunyai tiga daya daya bernafsu yang berpusat di perut, daya
berani yang berpusat di dada dan daya berpikir yang berpusat di kepala. Daya
berpikir Inilah yang disebut akal dalam pemikiran filosofis nya. Al-kindi banyak
dipengaruhi oleh Aristoteles Plato dan Neo-Platonisme.

Al-Kindi menganut aliran Mu‟tazilah dan kemudian belajar filsafat. Menurut Al-
Kindi filsafat yang paling tinggi adalah filsafat tentang Tuhan. Kata Al-Kindi :
Filsafat yang termulia dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu ilmu
tentang Yang Benar Pertama, yang menjadi sebab dari segala yang benar. Masih
menurut Al-Kindi kebenaran ialah bersesuaian apa yang ada dalam akal dan yang
ada diluar akal. Di dalam alam terdapat benda-benda yang dapat ditangkap dengan
panca indra. Benda-beanda ini merupakan juz’iyat. Yang terpenting bagi filsafat
bukan juz‟iyat yang tak terhingga banyaknya, tetapi yang terpenting adalah hakekat
yang terdapat dalam juz‟iyat, yaitu kauliyat. Kemudian filsafatnya yang lain yaitu
tentang jiwa dan roh.7

7
Asmoro Ahcmadi, Filsafat Umum, Jakarta, 2013
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
tokoh-tokoh filsuf diantaranya yang terkenal yaitu Al-Ghazali, Al-Kindi, Al-
Farabi, , dan Ibnu Sina. Al-Kindi berpendapat bahwa antara falsafat dan agama
tidak ada pertentangan. Dalam falsafat Al-Ghazali dikenal sebagai filosof yang
banyak mengkriktik pendapat filosof-filosof lain. Falsafat Al-Farabi yang
terkenal ialah falsafat emanasi. Dalam falsafat emanasi ini ia menerangkan
bahwa segala yang ada memancar dari Zat Tuhan melalui akal-akal yang
berjumlah sepuluh. Ia juga maembahas soal jiwa dan akal. Ibnu Sina dikenal di
Barat dengan nama Avicenna.
DAFTAR PUSTAKA
Tadjab, dkk. 1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama.

Mustofa, Ahmad. 1977. Filsafat Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Nasution, Harun. 2015. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya. Jakarta:UI


Press.

Zaprulkhan. 2014. Filsafat Islam : Sebuah Kajian Tematik. Jakarta : PT.


Rajagrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai