Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH STUDI ISLAM

ISLAM DALAM ILMU MATEMATIKA

Disusun Oleh :
Manda Rahmawanti
11190162000076
Kelas 1C Pendidikan Kimia

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tampaknya tidak mudah ketika melihat kenyataan bahwa kebanyakan orang
membangun persepsi bahwa antara ilmu dan agama menjadi satu kesatuan atau
integratif, walaupun sesungguhnya hal itu tidak terlalu sulit jika kita berani merujuk
kepada Alquran dan hadits secara langsung. Alquran dan Hadits Nabi
memerintahkan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan cara memikirkan
ciptaan langit dan bumi, menyuruh untuk berpikir, mengamati, dan meneliti alam
semesta.1

Ilmu tentang Islam yang bersumber pada Alquran dan sunnah semestinya tidak
diposisikan pada tempat tersendiri terpisah dari rumpun ilmu lainnya, melainkan
seharusnya diletakkan sebagai sumber ilmu. Alquran dan sunnah sebagai sumber
ajaran Islam dalam kehidupan manusia merupakan petunjuk (al-huda), penjelas (at-
tibyan), pembeda (al-furqan), dan bahkan juga penyembuh penyakit (as-syifa’)
semestinya diletakkan sebagai sumber ilmu pengetahuan. 2

Sains Islam adalah sains yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Sains Islam punya
pandangan berupa pandangan dunia dalam bentuk metafisika atau asumsi filosofis
Islami. Sedangkan sains modern mengabaikan bahkan menyangkal aspek
metafisika, spiritual dan entitas jagat raya. Sarjana Muslim klasik khususnya
matematikawan Muslim, sangat besar dalam memberikan kontribusi pikiran-
pikirannya dalam peradaban manusia khususnya kemajuan sains dan matematika.
Upaya mereka melakukan universalitas keilmuan tidak bisa dipandang remeh
bahkan tidak bisa dipandang sebelah mata, sekalipun oleh dunia Barat.

1 Fathul Mufid, Op.cit., hlm. 56.


2 Azyumardi Azra, dkk., Op.cit., hlm.56
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran Ilmuwan Muslim
Fakta bahwa negara-negara Islam secara umum tertinggal dalam
bidang sains memang merupakan ironi sejarah. Daftar panjang ilmuwan
muslim tidak hanya berasal dari kawasan Arab. Mereka menulis karya
mereka tidak hanya dalam ilmu agama (al-‘ulum al-diniyyah), tetapi juga
berbagai keilmuan yang rasional dan empiris. Ilmuwan muslim dalam bidang
matematika yang dikenal dengan matemamatikawan muslim sangat besar
memberikan kontribusi pemikiran-pemikirannya dalam peradaban manusia
khususnya kemajuan sains dan matematika. Upaya mereka melakukan
universalitas keilmuan tidak bisa dipandang remeh bahkan tidak bisa
dipandang sebelah mata, sekalipun oleh dunia barat.
Ilmu matematika itu sendiri pertama kali diperkenalkan oleh seorang
ilmuwan Islam yaitu Al-Khawarizmi yang merupakan tokoh ilmuwan yang
sangat konsen dalam pengembangan matematika. Ia banyak memberikan
sumbangan pemikiran dalam bidang aljabar. Nama lengkap ilmuwan muslim
ini adalah Abu Jafar Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi. Ia merupakan
matematikawan pertama yang mengajarkan aljabar dengan elementer. Sangat
menarik bahwa dalam mengembangkan aljabar, terdapat sesuatu yang sangat
religius di dalam pemikiran Al-Khawarizmi, tidak hanya teori abstrak. Ia
menulis buku tentang aljabar sebagai tanggapan dari permintaan Khalifah
untuk menciptakan metode yang sederhana untuk membuat perhitungan
berdasarkan prinsip Islam mengenai warisan, harta pusaka dan lainnya.
Sehingga terciptalah aljabar yang menggunakan variabel-variabel. dalam
bidang aljabar belum pernah ada metode yang bagus kecuali setelah al-
Khawarizmi menulis bukunya yang berjudul al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr
wa al-Muqabalah (buku kesimpulan proses kalkulasi untuk paksaan dan
persamaan), namun sering disingkat dengan al-Jabar wa al-Muqabalah
(aljabar dan persamaan). Adapun karya besar al-Khawarizmi lainnya sebagai
sumbangan yang cukup berarti bagi khasanah Islam dan pengembangan sains
dan matematika adalah memperkenalkan desimal atau persepuluhan, konsep
ini memperkaya khasanah dari penemuan formula seksagesimal atau
perenampuluhan. Formula perenampuluhan merupakan perhitungan kuno
yang diwariskan dari zaman Babilonia yang biasa digunakan dalam
perhitungan jam yakni enam puluh detik, enam puluh menit. Sedangkan
desimal banyak digunakan saat ini, sehingga angka dapat digunakan operasi
angka di belakang koma, sebagai angka pecahan.
Selanjutnya, penggunaan variabel dan simbol-simbol. Hal ini
mendorong pesatnya perkembangan formula-formula persamaan dalam
matematika. Selain itu, al-Khawarizmi juga menemukan bilangan nol yang
dapat mengubah kemajuan penemuan angka lewat angka romawi yang
belum mengenal angka nol.3
Selain al-Khawarizmi, ada matematikawan muslim lainnya yang
berperan dalam matematika yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu
wajhah, dikenal sebagai pintunya ilmu (hadits Nabi : Ana Madinah al-ilmi
wa Ali babuha: Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya). Temuan Ali
bin Abi Thalib adalah tentang bilangan kelipatan yang sekarang terkenal
dengan istilah KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil), berguna dalam
operasi-operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan, dengan cara
menyamakan penyebutnya. Dalam hukum waris (faraidh) ini pun digunakan.
Berkaitan dengan persoalan waris, dikisahkan bahwa suatu waktu ada
tiga orang menemui Ali bin Abi Thalib, mereka membawa persoalan waris
yang rumit. Ketiga orang ini, mempunyai 17 ekor unta sebagai harta warisan.
Mereka hendak membaginya dengan pembagian yang berbeda yakni ½, 1/3,
dan 1/9. Jika menggunakan perhitungan langsung masing-masing mendapat
8½, 5 2/3, dan 1 8/9., tentunya tidak mungkin dalam perhitungan unta yang
dalam keadaan hidup. Ketika itu, Ali bin Abi Thalib menyarankan agar
mereka menambahkan 1 ekor unta dengan cara meminjam kepadanya,
sehingga jumlah unta sekarang menjadi 18 ekor. Walhasil mereka
mendapatkan angka bulat yakni 18 ekor sehingga mudah dalam pembagian.
Sehingga masing-masing mereka mendapatkan 9 ekor (½ bagian), 6 ekor
(1/3 bagian), dan 2 ekor (1/9 bagian). Sehingga total yang dibagikan tetap 17
sehingga satu ekor unta milik Ali bin Abi Thalib pun diambilnya kembali.
Peristiwa ini menunjukkan bahwa kemampuan matematika Ali bin Abi
Thalib ra sungguh luar biasa di masanya sehingga cepat tanggap
menyelesaikan persoalan-persoalan sehari-hari dengan metode yang kreatif
dan non konvensional. Seterusnya, kita tidak bisa melupakan Omar
Khayyam, Nashiruddin Al-Thusi, dan Abu Ja’far Al-Khazin. Banyak sekali

3 Rizkon Halal Syah Aji, “Khazanah Sains dan Matematika dalam Islam”, Salam:Jurnal
Filsafat dan Budaya Hukum, Vol. 1, No.01, 2014, diakses di journal.uinjkt.ac.id pada
tanggal 05 Agustus 2017, hlm. 166 – 167.
sebenarnya jika ingin kita sebutkan satu per satu nama ilmuwan muslim
tersebut yang telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
perkembangan matematika. Hampir sebagian teori matematika dasar
ditemukan dan dikembangkan oleh para ilmuwan Muslim sehingga bisa
berkembang seperti sekarang ini.

B. Integrasi Matematika dan Islam


Kuntowijoyo dalam Fathul Mufid menyatakan bahwa inti dari integrasi ilmu
adalah upaya menyatukan (bukan sekedar menggabungkan) wahyu Tuhan dan
temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu rasional), tidak mengucilkan Tuhan
(sekularisme) atau mengucilkan manusia (other wordly asceticisme). Model
integrasi ini adalah menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai grand theory
pengetahuan. Sehingga ayat-ayat Kauniyyah dan Qawliyyah dapat dipakai.
Integrasi yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan usaha memadukan
keilmuan umum dengan Islam tanpa harus menghilangkan keunikan-keunikan
antara dua keilmuan tersebut.4
Matematika merupakan hasil pemikiran dan penalaran manusia yang
bertumpu pada logika dan daya cipta. Ada yang membedakan antara sains
dan matematika, dimana matematika berkembang atas dasar anggapan awal yang
disusun oleh matematikawan loon ndan tidak dipersoalkan lagi kebenarannya.
Andalan utama matematika adalah pengenalan dan pemahaman pola-pola
keteraturan dan hubungan-bungan antara berbagai sifat melalui penyederhanaan
permasalahan menjadi intinya yang paling dasar.
Sains tidak lebih dari produk pikiran manusia, seperti halnya seni
yakni seni lukis, film, bangunan dan banyak lagi. Sebagai karya manusia,
sains bisa dirasakan secara indrawi oleh manusia. Sains membawa tata nilai
manusia, sehingga sains Islami secara keseluruhan punya gagasan harus berdasar
dan merupakan pengejahwantahan prinsip tauhid yang bersumber dari wahyu.
Sains merupakan produk manusia dalam menyibak realita. Terkait dengan
pengertian ini setiap bangunan sains berpijak pada jalan pilar utamanya, yakni pilar
antologi, aksiologi dan epistimologi. Pilar antologis merupakan subjek ilmu.
Sebagai makhluk yang dibekali oleh material dan indra dan juga oleh immaterial,
sains juga mendefinisikan tatanan ciptaan makhluk terdiri atas tiga keadaan yang
fundamental yakni, keadaan material, psikis dan spiritual. Pilar selanjutnya adalah
aksiologi atau bangunan ilmu pengetahuan. Terkait dengan tujuan ilmu
pengetahuan, Islam mengenal sang khaliq (pencipta). Hal ini diterangkan pada
Alquran surah Ali ‘Imran (3): 191.

4 Fathul Mufid, Op.cit., hlm. 68.


C. Contoh Ilmu Matemattika dalam Al-Qur`an
Dalam Alquran, banyak ditemukan ayat yang menjelaskan konsep
matematika diantaranya adalah tentang himpunan, barisan, bilangan cacah, bilangan
bulat, bilangan pecahan, dan lingkaran. Adapun Fathul Mufid juga menambahkan
bahwa Alquran juga menyinggung tentang pengetahuan angka-angka dalam Q.S.
Al-Kahfi (18): 11-12 dan ayat 9, perkalian dan perhitungan bilangan dalam Q.S.
Maryam (19) : 84 dan ayat 94-95.5

Ayat-ayat Alquran tentang Lingkaran


Dalam Surat Al Hajj ayat 29 Allah SWT berfirman:
َ ‫ورهُ َولْ فُ ا ْل‬
ِ ْ‫ب ال‬
‫ق‬ َ ‫لْ ا تَ فَ َولْ فُ ا ُذ‬
Artinya : “Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada
pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka
dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).” (Q.S. Al Hajj : 29).
Ayat di atas menjelaskan kepada manusia tentang hubungan thawaf dengan
ka’bah. Thawaf merupakan salah satu rukun haji yaitu mengelilingi ka’bah.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa thawaf adalah berjalan keliling yang
membentuk lingkaran dan dilakukan sebanyak tujuh kali.
Pada hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda : “Bahwasannya Nabi
Muhammad SAW, tatkala sampai Mekkah telah mendekatkan ke Hajar Aswad,
kemudian beliau sapu Hajar Aswad itu dengan tangan beliau, kemudian beliau
berjalan ke sebelah kanan beliau, berjalan cepat tiga kali berkeliling dan berjalan
biasa empat kali berkeliling”. (HR. Muslim dan Nasai).
Dari Abu Hurairah, bahwasannya ia telah mendengar Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa berkeliling ka’bah tujuh kali dan ia tidak berkata selain dari : Maha
Suci Allah dan Segala Puji bagi Allah, tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali
Allah, Allah Maha Besar dan tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan
pertolongan Allah. Orang yang membaca kalimat tersebut, dihapuskan dari padanya
sepuluh kejahatannya, dan dituliskan sepuluh kebaikan dan diangkat derajatnya
sepuluh tingkat”. (HR. Ibnu Majah). Di dalam rumus luas atau keliling lingkaran
selalu digunakan alat ukur yang disebut phi yang besarnya 22/7 = 3,14.
Angka 22 dan 7 memiliki korelasi dengan ibadah haji dan rukun thawaf.
Surat yang artinya haji adalah surat ke 22 yaitu Al-Hajj. Thawaf membentuk
lingkaran sebanyak tujuh kali. Ini merupakan kombinasi angka 22 dan 7 yang sama
dengan phi lingkaran. Sungguh banyak kajian matematika yang ada di dalam
Alquran yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan yang terintegrasi dalam
Alquran. Tidak ada ciptaan Allah SWT yang sia-sia untuk diciptakan, termasuk
matematika. bahkan matematika merupakan bahasa yang digunakan dalam
5 Ibid., hlm.59-60.
pencipataan alam semesta. Dengan demikian, untuk mempelajari dan memahami
ayat-ayat Kauniyyah tersebut diperlukan matematika. pemahaman tentang alam
semesta akan bermuara pada ketakjuban akan kekuasaan Allah SWT. Selain itu,
matematika juga mampu memberikan pendekatan yang lebih dalam untuk
memahami ayat-ayat Qawliyyah.
D.
BAB III
PENUTUP
Umat Islam harus senantiasa ikut berpartisipasi dalam pengembangan sains
dan matematika dengan melakukan riset yang bermanfaat bagi masyarakat. Karena
kegiatan ilmiah merupakan tugas dari kekhalifaan manusia di bumi. Para saintis
Muslim perlu memberikan sumbangan kepada agama dalam bentuk bantuan teknis
untuk menyempurnakan penerapan ajaran agama, hal ini dimaksudkan untuk
kembali melandasi cara pandang kita terhadap ilmu terlebih sains dan matematika.
Kita perlu menegaskan kembali tidak ada dikotomi ilmu (ilmu barat dan ilmu
Islam). Ilmu adalah satu yang Allah ciptakan, tinggal bagaimana manusia menelisik
(observasi dan riset) untuk menemukan dan mengembangkannya.
Institusi akademis khususnya universitas Islam perlu merancang relasi
proporsional yang produktif antara sains dan Islam. Menjadikan harmonisasi antara
Islam dan sains sebagai motivasi spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumardi, dkk. 2010. Strategi Pendidikan (Upaya Memahami
Wahyu dan ilmu). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fathul Mufid, “Integrasi Ilmu-Ilmu Islam”, Jurnal Equilibrium, Vol. 1,


No.01, 2013, diakses di journal.stainkudus.ac.id/index.php/
equilibrium/article/download/200/pdf pada tanggal 27 Desember 2017.

Rizkon Halal Syah Aji. “Khazanah Sains dan Matematika dalam Islam”,
Salam:Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum, Vol. 1, No.01, 2014, diakses di
journal.uinjkt.ac.id pada tanggal 05 Agustus 2017.

Anda mungkin juga menyukai