Anda di halaman 1dari 5

Angka Kejadian Pasien dan Penyebab Penyakit Demam

Berdarah Dengue serta Peran Puskesmas dalam Upaya


Penyembuhan dan Pencegahan pada Tahun 2018
Affan Rayhan Ismail
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
affanrayhanismail@gmail.com

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a major health problem in Indonesia, including in
Karanganyar District. Data of Public Health Office of Karanganyar recorded an increase of
dengue incidence in the Community Health Center in Karanganyar in the last 6 months in
2018. This was due to a lack of public awareness to make efforts to prevent and control the
causes of DHF disease. The real and effective efforts are needed from all parties, especially
from the Community Health Center and the surrounding community, to prevent and control
the causes of DHF disease in order to reduce the incidence of DHF sufferers or even to
eliminate them at all.

Keywords: DHF, Karanganyar, prevent, control

1. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah kondisi yang lebih parah dari Demam Dengue
(Sanyaolu, 2017). DBD adalah penyakit yang ditularkan oleh vector yang membawa virus dengue
(Amin, 2015) yang dapat menyerang segala tingkatan umur, mulai dari bayi hingga lansia (Husni,
2018). Vector pembawa virus dengue berupa sebagian besar jenis nyamuk dari spesies Aedes
aegypti dan sebagian kecil Aedes albopictus (Candra, 2010).
Penyebab dari DBD adalah salah satu dari empat serotipe virus dengue (DENV 1-4). Empat
serotipe virus dengue termasuk dalam genus flavivirus dengan family flaviviridae (Amin, 2015).
Infeksi dari virus DENV dapat menyebabkan beberapa kondisi patologis, mulai dari Demam
Dengue ringan dan tanpa gejala, Demam Dengue disertai flu, hingga Demam Berdarah Dengue dan
Dengue Shock Syndrome yang dapat berakibat fatal (Khetarpal, 2016 dan WHO, 2017).
Sejarah mencatat, DBD pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-18 dan memengaruhi
Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Diperkirakan 50 juta infeksi dengue terjadi di seluruh dunia setiap
tahun (WHO, 2011). Dari kasus ini, 500.000 kasus berkembang menjadi DBD yang menyebabkan
22.000 kematian sebagian besar anak-anak (Sanyaolu, 2017). Selama tahun 1960 sampai 2010,
kasus DBD telah meningkat 30 kali lipat di seluruh dunia (Hasan, 2016).
DBD dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, sebagian besar di
daerah perkotaan dan semi perkotaan (WHO, 2011). Negara Indonesia yang memiliki iklim tropis
sangat cocok untuk pertumbuhan nyamuk seperti Aedes aegypti. Penularan virus Dengue oleh Aedes
aegypti terutama terjadi selama musim hujan karena penampungan air hujan akan menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk (Hasan, 2016).
Di Indonesia, Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
utama, walaupun beberapa tahun terakhir tercatat mengalami penurunan jumlah kasus (Karyanti,
2009). Pada tahun 2017, kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 493 orang dan IR 26,12 per 100.000 penduduk, dibandingkan tahun 2016
dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR 78,85 per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 1.598 orang (Kemenkes RI, 2018).
Secara umum, terdapat tiga faktor yang berperan penting dalam endemisitas DBD, yaitu host
(manusia), vector (Aedes aegypti dan Aedes albopictus), dan lingkungan. DBD berhubungan
langsung dengan masyarakat dan lingkungan, sehingga memungkinkan peningkatan penularan yang
luas. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan mobilitas dan kepadatan penduduk di wilayah
endemis (Husni, 2018).
Persebaran virus dengue dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor biologi,
dan demografi. Kejadian DBD berhubungan dengan cuaca yang hangat dan kelembaban tinggi.
Suhu yang tinggi dapat meningkatkan perkembangbiakan vektor dan merangsang perilaku nyamuk
menggigit. Selain itu, pelayanan kesehatan yang dipengaruhi pergeseran kelompok umur,
penyebaran ke pedesaan, faktor penentu sosial dan biologi dari ras dan jenis kelamin juga menjadi
faktor penyebab (Karyanti, 2009).
Penelitian ini terbatas untuk mengetahui angka kejadian pasien Demam Berdarah Dengue di
Puskesmas Karanganyar pada tahun 2018, faktor-faktor penyebab kejadian pasien Demam Berdarah
Dengue di Puskesmas Karanganyar, dan peran Puskesmas Karanganyar dalam upaya penyembuhan
dan pencegahan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Karanganyar. Dengan mengetahui ketiga
hal tersebut, diharapkan dapat menemukan strategi yang tepat untuk menurunkan perkembangan
penyakit DBD di Puskesmas Karanganyar dalam tahun-tahun berikutnya.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif deskriptif adalah penelitian dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini berpusat pada
satu objek tertentu dan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data dalam penelitian studi kasus dapat
diperoleh dari berbagai sumber, namun terbatas dalam kasus yang diteliti (Nawawi, 2003).
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Karanganyar yang terletak di Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Puskesmas Kabupaten Karanganyar membawahi sepuluh desa di
bawahnya, meliputi Desa Cangakan, Lalung, Popongan, Jungke, Bejen, Tegalgede, Karanganyar,
Jantiharjo, Gayam Dompo, dan Delingan.
Data dari penelitian ini diambil dari wawancara dengan dokter dan petugas P2P (Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit) yang bertugas di Puskesmas Karanganyar dan mengolah data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar mencatat
bahwa terdapat peningkatan jumlah penderita penyakit DBD pada 6 bulan terakhir di Puskesmas
Karanganyar pada tahun 2018

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 1. Angka kejadian penderita penyakit DBD di Puskesmas Kabupaten Karanganyar


dalam 6 bulan pertama (Januari-Juni) dan 6 bulan terakhir (Juli-Desember) pada tahun 2018
Jumlah Jumlah
No. Desa
(Januari-Juni 2018) (Juli-Desember 2019)
1. Cangakan 0 2
2. Lalung 2 2
3. Popongan 0 1
4. Jungke 1 1
5. Bejen 1 3
6. Tegalgede 0 0
7. Karanganyar 0 0
8. Jantiharjo 1 4
9. Gayam Dompo 0 1
10. Delingan 0 0
Total 5 14
Gambar 1. Angka Kejadian Penderita Penyakit DBD di Puskesmas
Karanganyar pada Tahun 2018.
Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1, jumlah keseluruhan penderita penyakit DBD di
Puskesmas Karanganyar pada tahun 2018 sebanyak 19 kasus dengan perincian 5 kasus terjadi pada
bulan Januari-Juni 2018 dan 14 kasus terjadi pada bulan Juli-Desember. Terjadi peningkatan jumlah
penderita penyakit DBD di 6 bulan terakhir tahun 2018, dengan angka kejadian paling tinggi terjadi
di Desa Jantiharjo sebanyak 4 kasus. Sementara di Desa Tegalgede, Karanganyar, dan Delingan
tidak terjadi kasus DBD dalam tahun 2018.

Gambar 2. Angka Kejadian Penderita Penyakit DBD perminggu di Puskesmas


Karanganyar pada Tahun 2018.
Berdasarkan Gambar 2, angka kejadian penderita penyakit DBD paling tinggi terjadi di
minggu ke-29 atau bulan ke-8 yaitu sebanyak 4 kasus dengan rincian: 1 kasus terjadi di Desa
Popongan dan 3 kasus terjadi di Desa Jantiharjo. Sementara itu, dua kasus DBD terjadi pada minggu
ke-23, satu kasus terjadi di Desa Lallung dan satu kasus di Desa Jungke. Dua kasus DBD juga
terjadi pada minggu ke-48, satu kasus di Desa Cangakan dan satu kasus di Desa Bejen.
Penyebab penyakit DBD yang banyak terjadi di Puskesmas Karanganyar dalam 6 bulan
terakhir (Juli-Desember) pada tahun 2018 diakibatkan oleh musim hujan yang mulai terjadi.
Masyarakat kurang melakukan upaya untuk mecegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti,
penyebab penyakit DBD, seperti dengan menguras, menutup, dan mengubur tempat penampungan
air. Masyarakat hanya mengandalkan fogging yang hanya membunuh nyamuk penyebab penyakit
DBD, tetapi tidak memutus rantai perkembangbiakannya sehingga kurang efektif.
Melalui surat edaran Gerakan Serentak Pencegahan Pengendlian dan Kewaspadaan Dini
Penyakit DBD di Kabupaten Karanganyar, Pemerintah Kabupaten Karanganyar telah menghimbau
kepada Puskesmas Karanganyar untuk melakukan upaya pencegahan pengendalian dan
kewaspadaan dini penyakit DBD dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan, dengan melakukan pengobatan dan perawatan
penderita DBD derajat 1 dan 2 dirawat di puskesmas/klinik yang mempunyai laboratorium
memadai, sedangkan penderita DBD derajat 3 dan 4 segera dirujuk ke rumah sakit.
2. Pemberantasan vector/jentik nyamuk:
a. Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di semua instansi pendidikan, mulai dari
sekolah-sekolah PAUD, Taman Kanak-kanak (TK), SD/MI, SMP/MTs, SLTA, dan
Perguruan Tinggi baik swasta/negeri.
b. Melaksanakan gerakan serentak pencegahan dan pengendalian DBD melalui kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M+ (PLUS):
- Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi/WC, tempayan, drum dan
lain-lain, sekurang-kurangnya seminggu sekali
- Menutup rapat tempat penampungan air setelah mengambil airnya, agar nyamuk tidak
dapat masuk dan berkembang biak
- Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
seperti plastik bekas, kaleng dan lain-lain.
- PLUS:
 Ganti air vas bunga seminggu sekali
 Pencahayaan dan ventilasi memadai, pasang kawat kasa
 Bubuhkan bubuk pembunuh jentik di tempat-tempat yang sulit dikuras
 Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk
 Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
 Tutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon dengan tanah, dll.
 Jangan biasakan menggantungkan pakaian dalam kamar
Secara kontinu setiap minggu di lingkungan rumah, sekolah, kantor, tempat umum,
rumah ibadah, pemakaman/kuburan, dll.
3. Penggerakan masyarakat agar terlibat dalam sosialisasi pencegahan DBD
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Karanganyar juga meminta kepada Puskesmas
Karanganyar untuk melakukan langkah antisipatif upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
DBD dengan langkah strategis sebagai berikut:
1. Melakukan upaya optimalisasi pencegahan dan pengendalian DBD melalui langkah aksi
Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1 R1 J) untuk menggerakkan seluruh masyarakat
melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan mengurak bak air, menutup rapat tempat
penampungan air dan perindukan nyamuk, serta mengganti air dalam vas bunga ditambah
dengan menanam tanaman pengusir nyamuk, memanfaatkan ikan pemakan jentik dan
mencegah gigitan nyamuk seperti menggunakan anti nyamuk oles secara rutin sepanjang tahun.
2. Mengaktifkan Kinerja Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL) DBD hingga tingkat
kelurahan/desa agar komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi lintas program, lintas sektor, serta
semua pemangku kepentingan terkait dapat berjalan dengan baik, lancar, berkelanjutan dengan
sumber daya yang cukup sehingga pencegahan dan pengendalian DBD dapat terlaksana dengan
baik
3. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terpadu terhadap pencegahan dan pengendalian
DBD sehingga DBD dapat dicegah dan ditanggulangi secara tepat dan efektif.

4. SIMPULAN
Dari hasil wawancara dan analisis data Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita DBD dalam 6 bulan terakhir (Juli-
Desember) pada tahun 2018 yang disebabkan ketidakefektifan dalam pencegahan dan pengendalian
penyakit DBD di Puskesmas Karanganyar. Pemerintah Kabupaten Karanganyar kini telah
mengambil langkah dengan menghimbau Puskesmas Karanganyar untuk melakukan serangkaian
aksi dan kegiatan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit DBD melalui pelibatan masyarakat
langsung di segala aspek umur dan status sosial.

5. SARAN
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit DBD. Melalui hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat dapat membuat
pengaruh yang besar dalam keefektifan sebuah upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.
Masyarakat sebaiknya lebih menyadari untuk melakukan upaya yang efektif dan nyata dalam
pemutusan penyebaran penyakit DBD agar dapat menekan angka kejadian penderita DBD atau
bahkan dapat tidak terjadi lagi.

6. DAFTAR PUSTAKA
Amin, H. Z., & Sungkar, S. (2015). Perkembangan Mutakhir Vaksin Demam Berdarah Dengue.
eJournal Kedokteran Indonesia, 1(3), 226-233. https://doi/org/10.23886/ejki.1.3007.
Candra, Aryu. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator, 2(2), 110–119.
Hadari, Nawawi. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Hasan, S., Jamdar, S., Alalowi, M., & Al Ageel Al Beaiji, S. (2016). Dengue virus: A Global Human
Threat. Journal of International Society of Preventive and Community Dentistry, 6(1), 1. https://
doi.org/10.4103/2231-0762.175416
Husni, J., & Rahmayanti, Y. (2018). Studi Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terhadap
Keberadaan Vektor Aedes Aegypti di Gampong Ateuk Pahlawan Kota Banda Aceh. SEL
Jurnal Penelitian Kesehatan, 5(1), 26-35.
Karyanti, M. R., & Hadinegoro, S. R. (2009). Perubahan Epidemiologi Demam Berdarah Dengue Di
Indonesia. Sari Pediatri, 10(6).
Kemenkes RI. (2018). Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017.
Khetarpal, N., & Khanna, I. (2016). Dengue Fever: Causes, Complications, and Vaccine Strategies.
Journal of Immunology Research, 2016(3), 1–14. https://doi.org/10.1155/2016/6803098
Sanyaolu, A. (2017). Global Epidemiology of Dengue Hemorrhagic Fever: An Update. Journal of
Human Virology & Retrovirology, 5(6). https://doi.org/10.15406/jhvrv.2017.05.00179
World Health Organization & Regional Office for South-East Asia. (2011). Comprehensive
Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
World Health Organization. (2017). Dengue and Severe Dengue. WHO Fact Sheet. doi:
10.1111/1469-0691.12442.

Anda mungkin juga menyukai