005 - Ami Rahmati Syadiah IODO-IODI
005 - Ami Rahmati Syadiah IODO-IODI
Kelompok : 01
2. Siti Utami R
260110170005
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
I.Tujuan
II.Prinsip
Titrasi yang melibatkan proses perubahan bilangan oksidasi, Redoks dalam permanganometri
tidak dihitung jumlah molnya,tetapi jumlah electron yang berpindah (Cairns,2004).
III.Reaksi
IV.Teori Dasar
I2 + I - I3-
K= 7x 10 -2
5.1 Alat
a. Bulb
b. Buret
c. Corong
d. Gelas Kimia
e. Gelas Ukur
f. Labu Erlenmeyer
g. Labu Ukur
h. Mortir
i. Neraca Analitik
j. Perkamen
k. Pipet Tetes
l. Pipet Volume
m. Spatula
n. Statif
5.2 Bahan
a. Aquades
b. HgAc2 padat
c. HNO3 4N
5.2 Bahan
a. Aquades
b. CuSO4
c. I2
d. KI
e. Na2S2O3
a. Bulb
b. Buret
c. Corong
d. Gelas Kimia
e. Gelas Ukur
f. LabuErlenmeyer
g. Labu Ukur
h. Mortir
i. Neraca Analitik
j. Perkamen
k. Pipet Tetes
l. Pipet Volume
m. Spatula
n. Statif
VI. Prosedur
1.1 Pembakuan Natrium tiosulfat
Menambahkan 100 ml air kedalam 5 ml larutan KIO₃ 0,1 N, lalu
menambahkan 12,5 ml H₂SO₄ 4 N dan menambahkan 2 gram KI, lalu ditirasi
dengan larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,1 N dan menambahkan 4 ml indikator amilum,
lalu menitrasi kembali dengan larutan Na₂S₂O₃.5H₂O.
No Perlakuan Hasil
No Perlakuan Hasil
Erlenmeyer 1 : 8 ml
Erlenmeyer II : 9,5 ml
Erlenmeyer III : 10 ml
VII. Pembahasan
Pada titrasi Iodometri harus berada dalam suasana asam,maka itu pada sampel
praktikan asam asetat agar menambah suasana asam, harus dalam keadaan asam karena agar
Na2S2O3 nya menjadi tetrationat . Penambahan indicator amilum pada titrasi iodometri ini
diakhir agar bias dititrasi sempurna, apabila ditambahkan indicator amilum diawal maka I2
akan terikat dengan amilum sehingga menjadi iod amilum , prnambahan indicator amilum
pada saat larutan sampel berwarna kuning jerami lalu tambahkan indicator dan titrasi lagi
sampai warna larutan bening atau putih susu. Perubahan warna iodometri ini coklat – kuning
jerami – biru muda – putih /bening.
Pada percobaan ini awalnya larutan CuSO4 berwarna biru muda kemudian ditambah
3 ml Asam asetat 2N dan 1 gram KI warnanya menjadi kuning kecoklatan.
Selanjutnya setelah dititrasikan dengan natrium thiosulfat sebanyak 6,8 ml warnanya
berubah menjadi kuning jerami dan setelah ditambahkan amilum sebanyak 1 ml warnanya
menjadi kuning ada birunya kemudian dilakukan titrasi kembali dengan thiosulfat warnanya
menjadi kuning dan birunya hilang. Hal ini menunjukkan bahwa hasil praktikum sesuai
dengan teori menjelaskan bahwa Pemberian indikator amilum diberikan saat mendekati titik
akhir titrasi atau pada pertengahan titrasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada
iod bebas yang terbentuk. Warna biru yang terjadi adalah warna dari komplek iod-amilum
yaitu ikatan antara iod dengan β-amilosa. Titik akhir reaksi ditandai berubahnya warna biru
menjadi jernih, ini berarti semua iod bebas yang terbentuk bereaksi dengan ion S2O32-.Pada
percobaan menganalisis garam tembaga ini didapatkan hasil bahwa kadar Cu dalam larutan
CuSO4 adalah 0,879 % melalui perhitungan dengan rumus
Ada titrasi iodometri titrasi harus dalam keadaan asam lemah atau nertal karena dalam
keadaan alkali akan terbentuk iodat yang terbentuk dari ion hipoiodit yang merupakan reaksi
mula-mula antara iodin dan ion hidroksida, sesuai dengan reaksi :
I2 + O2 HI + IO–
3 IO– IO3– + 2 I–
Dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion sulfat
sehingga titik kesetaraannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu
dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena asam tiosulfat yang dibebaskan akan
mengendap dengan pemisahan belerang, sesuai dengan reaksi berikut :
S2O3= + 2 H+ H2S2O3
8 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2 + 8 S
Sebenarnya hasil kadar praktikum kali ini tidak terlalu mendekati kadar yang sehaarusnya
dan agak jauh dari kadar yang seharusnya kadar praktikum kali ini yaitu 0,879 gram /100 ml
sedangkan kadar yang ditentukan 1, 5 gram/100ml . Terdapat kesalahan yang dilakukan
praktikan sehingga memperngaruhi kadar dan kadar tidak sesuai yangh seharusnya, berikut
beberapa kesalahan Adapun perbedaan yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur.
Disebabkan karena beberapa faktor kesalahan, yaitu :
5. Kurangnya perhitungan larutan yang pas yang menyebabkan sampel menjadin tidak
kuantitatif.
Penentuan kadar CuSO4 , CuSO4 yang telah dilarutkan dengan aquadest itu lalu
ditambahkan dengan asam asetat dan KI sehingga dihasilkan larutan berwarna kuning
kecoklatan ,dan ada endapan berwarna kuning keruh.
Penambahan KI bertujuan agar KI mampu mereduksi tembaga II menjadi tembaga I
sedangkan tembaga II tersebut teroksidasi menjadi I2dalam larutan berasam,sehingga
membentuk iodide.Selanjutnya dititrasi sampai berwarna kuning,dan kemudian ditambahkan
indicator amilum sehingga larutan berubah warna menjadi biru muda.Kemudian dititrasi
kembali sampai berwarna putih susu,sehingga didapatkan kadar kemurnian CuSO4 0,879
gram/100ml.
IX.Perhitungan
0,5
x 100 = 0,5 gram.
100
N rata-rata = 0,105 N
Titrasi CuSO4
0,0714+0,06875+0,0714
N rata-rata = = 0,07035
3
0,7035 𝑥
= 100
10
𝑔𝑟𝑎𝑚
7,035 x 10-3 = 250
X.Kesimpulan
1. Perhitungan kadar senyawa bisa dihitung dengan metode iodimetri dan iodometri .Sampel
yang digunakan pada praktikan ini yaitu Tembaha Sulfat (CuSO4) nomer sampel 1 dengan
kadar 0,879 gram / 100 ml.
Daftar Pustaka
Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Faisol Asip.Thomas Okta.2013. Adsorbsi H2S pada gas alam menggunakan membuang
keramik dengan metode titrasi iodometri. Jurnal Teknik Kimia. Vol 19 No 4
Svehla,G. 1985 . Analisis Kimia Kuantitatif Mikro dan Semi Mikro. Jakarta : Pt. Kalman
Pustaka.