MAKALAH
Pengantar Pendidikan
Disusun Oleh :
JURUSAN BIOLOGI
AGUSTUS 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud hakikat manusia ?
2. Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia ?
3. Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia ?
4. Bagaimana gambaran sosok manusia indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia.
2. Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia.
3. Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia.
4. Untuk mengenal sosok manusia indonesia.
D. Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
Kata manusia berasal dari bahasa sansekerta ”manu”, dan dalam bahasa
latin “mens” yang artinya berfikir, berakal budi atau homo, yang berarti manusia.
Sifat hakikat manusia menajadi bidang kajian filsafat, khususnya filsafat
antropologi. Hal ini menjadi keharusan karena pendidikan bukanlah sekedar soal
praktek melainkan praktek yang berlandasan dan bertujuan. Sedangkan landasan
dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya filosofis normative.
Sifat dari hakikat manusia diartikan sebagai ciri yang secara nyata
membedakan manusia dengan hewan. Meskipun manusia dengan hewan banyak
sekali kesamaan, dilihat dari segi biologisnya. Sehingga beberapa filosof seperti
Socrates, menamakan manusia dengan Zoon Politics (hewan yang
bermasyarakat), dan Maz Seaheller menggambarkan manusia sebagai DAS
kranketier yang sakit yang selalu gelisah dan bermasalah (Driyarkara, 1999).
Tirtaraharja (2005) yang mengambil paham eksistensialisme mengemukakan ada
delapan sifat hakikat manusia, yaitu:
2. Kemampuan Bereksistensi
Kata hati sering disebut juga dengan suara hati, hati nurani, lubuk hati, dan
sebagimya. Kata hati adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia
dimana memberikan penerengan tentang sesuatu hala yang baik maupun buruk
pada suatu perbuatannya sebagai manusia. Manusia memiliki pertimbangan yang
sangat mendalam ketika menentukan apakah sesuatu itu baik atau tidak baik untuk
dilakukan. Dengan kata hati manusia memiliki kemampuan dalam membuat
keputusan tentang baik atau benar dan buruk salah. Manusia pasti dihadapakan
dalam masalah dan diharuskan mengambil keputisan yang kita sendiripun tidak
mengerti pilihan apa yang dirasa baik atau pun kemungkinan pilihan itu adalah
pilihan yang buruk, untuk memilih pilihan yang terbaik manusia akan dihadapkan
pada kriteria dan kemampuan analisis yang didukung oleh kecerdasan akal budi.
Manusia yang memiliki kecerdasan akal budi mampu menganaisis masalah
dengan baik sehingga dapat membedakan yang mana yang baik dan yang buruk
tidak hanya untuk dirinya sendiri namun juga untuk sesama manusia lain danl
lingkungannya. Kata hati merupakan petunjuk bagi perbuatan dan moral. Kata
hati akan terlihat dari kepekaan emosi seseorang dalam memutuskan sesuatu
tindakan yang dilakukan. Memiliki kecerdaan akal budi perlu dilatih dan juga
dibiasakan sejak dini agar manusia terbekali oleh kecerdasan tersebut sehingga
tidak salah melangkah dan bermanfaat bagi lingkungannya.
4. Memiliki Moral
Rasa kebebasan adalah tidak merasa terikat oleh sesuatu tetapi sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia. Kemerdekaan yang sesungguhnya adalah
berlangsung dalam keterkaitan. Bebas berbuat apa saja sepanjang tidak
bertentangan dengan tuntutan kodrat manusia. Orang hanya akan merasakan
kebebasan batin jika ikatan yang ada telah menyatu dengan dirinya, dan menjiwai
segenap perbuatannya. Dengan demikian kebebbasan itu erat kaitannya dengan
kata hati, moral, dan tanggung jawab. Seseorang akan merasa bebas jika
perbuatannya (moral) sesuai dengan kata hati (sesuai dengan tuntunan kodrat
manusia), sehingga perbuatan tersebut akan dipertanggungjawabkan yang tidak
menimbulkan kegelisahan dalam dirinya (kebebasan).
Kewajiban dan hak merupakan dua hal yang timbul sebagai manifestasi
dari manusia sebagai makhluk social. Jika seseorang mempunyai hak untuk
menuntut sesuatu maka tentu ada pihak lain yang berkewajiban untuk memenuhi,
sebaliknya kita punya kewajiban, karena orang lain yang memiliki hak.
Kewajiban harusnya dilakukan dengan keluhuran, sebagai sesuatu yang harusnya
dilakukan seperti itu. Kemampuan melaksanakan kewajiban sebagai suatu
keniscayaan tentu tidak lahir dengan mudah, tetapi melalui proses pembiasaan dan
pendidikan disiplin. Pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban bertalian erat
dengan soal keadilan. Keadilan akan terwujud bila hak sejalan dengan kewajiban.
B. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
1. Dimensi Keindividualan
2. Dimensi Kesosialan
3. Dimensi Kesusilaan
5. Dimensi Kesejarahan
Dunia manusia, kata Ortega Y. Gasset, bukan sekedar suatu dunia vital
seperti pada hewan-hewan. Manusia tidak identik dengan sebuah organisme.
Kehiduannya lebih dari sekedar peristiwa biologis semata,. Berbeda dengan
kehidupan hewan, manusia menghayati hidup ini sebagai “hidupku” dan
“hidupmu”- sebagai tugas bagi sang aku dalam masyarakat tertentu pada kurun
sejarah tertentu. Keunikan hdup manusia ini tercermin dalam keunikan setiap
biografi dan sejarah (dalam Sastrapratedja, 1982: 106). Dimensi kesejarahan ini
bertolak dari pandangan bahwa manusia adalah makhluk historis, makhluk yang
mampu menghayati hidup di masa lampau, masa kini, dan mampu membuat
rencana-rencana kegiatan-kegiatan di masa yang akan dating. Dengan kata lain,
manusia adalah mekhluk yang menyejarah. Mengenai hal ini sudah dibahas di
depan yakni ketika membiacarakan pandangan Drijarkara.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan yang utuh dapat dapat dilihat dari berbagai segi, dari
wujud dimensi yaitu, aspek jasmani dan rohani, lalu juga dari arah pengembangan
yaitu, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.Pengembangan yang tidak utuh
terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi di dalam proses pengembangan
jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang terabaikan akan mengakibatkan
masalah baik dalam kehidupan manusia secara individual dan social.
3.2 Saran