Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian syirkah?
1.2.2 Bagaimana dasar hukum syirkah?
1.2.3 Bagaimana rukun dan syarat syirkah?
1.2.4 Bagaimana macam-macam syirkah?
1.2.5 Bagaimana berakhirnya syirkah?
1.3 Tujuan
1.2.1 Mengetahui pengertian syirkah
1.2.2 Mengetahui dasar hukum syirkah
1.2.3 Mengetahui rukun dan syarat syirkah
1.2.4 Mengetahui macam-macam syirkah
1.2.5 Mengetahui berakhirnya syirkah

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Syirkah

2.2 Dasar Hukum Syirkah


2.3 Rukun dan Syarat Syirkah

1
2.4 Macam-Macam Syirkah
1. Dari segi jenis modal usaha, syirkah dibedakan menjadi tiga:
a. Syirkah-amwal, yaitu syirkah yang modal usahanya berupa harta, baik
berupa uang (modal-kerja) maupun barang inventori (misalnya kendaraan,
ruko).
b. Syirkah ‘abdan (syirkah a’mal), yaitu syirkah yang modal usahanya
berupa keahlian atau keterampilan usaha (misalnya para dokter
menyelenggarakan praktik bersama).
c. Syirkah-wujuh, yaitu syirkah yang modal usahanya berupa nama baik
atau reputasi (dalam sejarah, praktik syirkah-wujuh dapat berupa pembelian
barang secara tangguh oleh dua orang atau lebih terhadap pihak lain untuk
dijual atau diniagakan).
2. Dari segi porsi modal, syirkah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Syirkah-‘inan, yaitu syirkah yang jumlah modalnya tidak mesti sama.
Syirkah ini mencakup tiga syirkah sebelumnya, yaitu syirkah-‘inan fi al-
amwal, syirkah-‘inan fi al-‘abdan, dan syirkah-‘inan fi al-wujuh.
b. Syirkah-mufawadhah, yaitu syirkah yang jumlah modalnya mesti sama.
Syirkah ini mencakup tiga syirkah sebelumnya, yaitu syirkah- mufawadhah fi
al-amwal, syirkah- mufawadhah fi al-‘abdan, dan syirkah- mufawadhah fi al-
wujuh.
3. Dari segi jangka waktu, syirkah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Syirkah temporal (syirkah-al-tawqit), yaitu syirkah yang dilakukan
untuk melakukan kegiatan usaha bersama (tanpa membentuk badan usaha).
b. Syirkah-permanen (syirkah-da’imah atau syirkah-tsabitah), yaitu
syirkah yang dilakukan untuk melakukan kegiatan usaha bersama (dengan
membentuk badan usaha). Syirkah ini mencakup:
1. Syirkah-tadhamun, yaitu perkongsian antara dua pihak atau
lebih dengan maksud melakukan kegiatan bisnis guna memperoleh
keuntungan, di mana para syarik bertanggung jawab dan saling
menjamin (tadhamun) terhadap semua kewajiban badan usaha yang
tidak hanya terbatas pada jumlah modal yang disertakan, tetapi
bertanggug jawab terhadap keseluruhan harta badan usaha yang
didasarkan pada akad syirkah.
2. Syirkah-taushiyah basithah, yaitu syirkah antara mutadhamin
dan mushi. Mutadhamin adalah pihak yang menyertakan modal usaha
serta bertanggung jawab atas pengelolaan badan usaha (pihak
2
manajemen). Pihak mutadhamin yang merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengontrol badan usaha
sehingga mereka bertindak atas nama dan untuk badan usaha serta
bertanggung jawab untuk menunaikan kewajiban-kewajiban badan
usaha. Sedangkan mushi adalah pihak yang menyertakan harta untuk
dijadikan modal badan usaha yang tidak bertanggung jawab atas
manajemen badan usaha dan tidak dibebani kewajiban-kewajiban badan
usaha.
3. Syirkah-musahamah, yaitu penyertaan modal usaha yang
dihitung dengan jumlah lembar saham (bukan dengan nilai nominal)
yang diperdagangkan di pasar modal sehingga pemiliknya dapat
berganti-ganti dengan mudah dan cepat.
4. Syirkah-taushiah bi al-ashum, yaitu syirkah-taushiah basithah
yang terdiri atas unsur mutadhamin dan mushi. Namun, terdapat unsur
musahim. Musahim adalah pihak yang menyertakan harta untuk
dijadikan modal (dalam bentuk saham) badan usaha yang tidak
bertanggung jawab atas manajemen badan usaha dan juga tidak dibebani
kewajiban-kewajiban badan usaha, kecuali laba-rugi badan usaha pada
akhir tahun buku yang menghasilkan dividen (secara proporsional).
5. Syirkah-mas’uliah mahdudah (perseroan terbatas), yaitu kongsi
pertanggungjawaban terbatas adalah perkongsian bisnis yang mirip
dengan syirkah-amwal. Dalam syirkah-mas’uliah mahdudah tidak ada
badan usaha perkongsian, dan dalam peraturan perundang-undangan
ditetapkan bahwa jumlah syarik yang berkongsi tidak lebih dari lima
puluh.
2.5 Berakhirnya Syirkah

BAB III
3
PENUTUP

DAFTAR RUJUKAN

Muhammad. 2007. Prinsip-prinsip Ekonom Islam.Yogyakarta: Graha Ilmu

KH. Abdullah Zaky Al Kaaf. 2002. Ekonomi Islam dalam Perspektf Islam. Bandung: CV

Pustaka Setia

4
M. Umer Chapra. 1999. Islam dan Tantangan Ekonomi. Surabaya: Risalah Gusti

Agung Eko Purwana. 2013. Pembangunan dalam Perspektif Ekonomi Islam. Justitia

Islamica. http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/justicia/article/view/140 diakses 26


November 2019

Eka Ayu Lestari. 2018. Pemikiran Kritik Ekonomi antara Karl Marx dan Ali Syari’ati

http://eprints.walisongo.ac.id/8247/1/134111003.pdf diakses 25 November 2019

http://digilib.unila.ac.id/10213/15/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai