Anda di halaman 1dari 9

MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DI SD IT FAZA AZKIA


Fitriani*1, Wiwik Novitasari2
1,2
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
1,2
Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Jl. Sutan Moh. Arief No.32 Padangsidimpuan, (0634)1696
e-mail: *1fi3ani.hrp@gmail.com, 2Vita.mpd@gmail.com

ABSTRAK

Komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima
pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Standar komunikasi menitik beratkan
pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep.
Alasan penting mengapa komunikasi perlu ditumbuh kembangkan karena matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir, alat bantu menemukan, menyelesaikan masalah, mengambil
kesimpulan, tetapi sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran. Dalam pencapain keberhasilan
tersebut ialah dengan menggunakan model pembelajaran koperatif. Model ini merupakan strategi
pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi siswa sekaligus turut
berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya belajar dan
bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang teman-temannya yang berasal dari latar
belakang etnis yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran koperatif dibandingkan
dengan pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen.
Berdasarkan analisis penelitian ini menghasilkan rata-rata tes kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran koperatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran
langsung. Berdasarkan Hasil yang diperoleh maka model pembelajaran
koperatif sangat sesuai digunakan dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik, sehingga diharapkan model pembelajaran ini dapat
meningkatkan kemampuan matematika yang lain.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Koperatif, Komunikasi Matematik

PENDAHULUAN

P embelajaran adalah suatu kegiatan yang mengkondisikan seseorang untuk belajar.


Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) belajar merupakan peristiwa sehari- hari di
sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas tersebut dapat dipandang dari
dua subjek, yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa belajar dialami sebagai suatu proses,
sedangkan dari segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang
sesuatu hal. Kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran matematika yaitu meliputi:
(1) kemampuan pemecahan masalah, (2) kemampuan komunikasi, (3) kemampuan koneksi,
(4) kemampuan penalaran, dan (5) kemampuan refresentasi. Salah satu dari lima kemampuan
matematik yang harus dicapai yaitu kemampuan komunikasi. Menurut Abdulhak (Ansari,
2009), komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada
penerima pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Standar komunikasi menitik
beratkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan
konsep-konsep matematika.
Baroody (Ansari, 2009) menyebutkan sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa
komunikasi dalam pembelajaran matematika perlu ditumbuh kembangkan dikalangan siswa,
yaitu matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat bantu menemukan pula,
menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai aktivitas
sosial dalam pembelajaran matematika, matematika sebagai wahana interaksi antar siswa,
dan juga antar guru dan siswa. Agar pencapaian kemampuan matematik tersebut sesuai
dengan yang diharapkan, maka seorang guru harus memperhatikan dan mempertimbangkan
model perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dalam hal ini, guru harus
menarik minat siswa agar lebih tertarik mengikuti pembelajaran yang kita inginkan.
Sehingga minat belajar siswa makin meningkat dan bergairah mengikuti
pembelajaran.
Namun kenyataannya dilapangan berdasarkan observasi peneliti terhadap beberapa
sekolah SD, pendidikan yang ada saat ini merupakan pendidikam tradisional. Menurut
Ruseffendi (1991) pengajaran tradisional ialah pengajaran pada umumnya yang biasa
kita lakukan sehari-hari. “pendidikan tradisional dengan “sekolah dengar”-nya tidak
mengenal bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar
mengajar”. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Padahal
pada hakikatnya, proses pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang cerdas,
memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup serta diarahkan untuk membentuk
manusia yang kreatif dan inovatif.
Maka penulis memberikan solusi dari masalah tersebut dengan memilih salah satu
model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa
yaitu model pembelajaran koperatif. Adapun alasan peneliti tertarik memilih menggunakan
model pembelajaran koperatif yaitu didasari pendapat Johnson, dkk, Johnson dan Johnson,
Slavin, dan Sharan (Miftahul Huda, 2011) menunjukkan bahwa model pembelajaran
koperatif merupakan strategi pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan
sosialisasi siswa sekaligus turut berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka
tentang begitu pentingnya belajar dan bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka
tentang teman-temannya yang berasal dari latar belakang etnis yang berbeda-beda.
Mengingat begitu pentingnya meningkatkan kemampuan matematik siswa dalam
upaya menghadapi berbagai masalah dalam kehidupannya, maka penulis ingin memberikan
sumbangan pemikiran dalam hal kegiatan penelitian, dengan memilih judul
penelitian:“Model Pembelajaran Koperatif terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa di SD IT FAZA AZKIA”

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui pembelajaran koperatif.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian meliputi empat tahap, yaitu: (1) Tahap
penyusunan instrument penelitian, (2) Tahap Validasi instrument (3) tahap uji coba
instrument, dan (4) Tahap pelaksanaan eksperimen.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian
ini adalah tes kemampuan komunikasi matematik yang berbentuk essay test. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik kuantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Analisis Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen
Perangkat Pembelajaran dan Instrumen yang dihasilkan divalidasi
oleh ahli atau validator. Pada tahap ini, validasi dilakukan terhadap
perangkat pembelajaran dengan melihat format, bahasa, isi dan ilustrasi
serta kesesuaian dengan model pembelajaran koperatif. Perangkat
pembelajaran dan instrumen yang dinilai oleh validator berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar Aktivitas Siswa dan Tes Kemampuan
Komunikasi Matematik. Berikut adalah penjelasan hasil Validasi dari
Validator.

1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tabel 1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Validator yang memberi nilai
N Rata-
Aspek yang Dinilai Rerata
o 1 2 3 4 5 rata
Kriteria
Aspek
Format
a. Kejelasan pembagian materi 0 0 0 0 2 5,0
1 b. Sistem penomoran jelas 0 0 0 1 1 4,5
4,375
c. Pengaturan ruang/tata letak 0 0 0 2 0 4,0
d. Jenis dan ukuran huruf sesuai 0 0 0 2 0 4,0
Bahasa
a. Kebenaran tata bahasa 0 0 0 2 0 4,0
b. Kesesuaian kalimat dengan taraf
berpikir dan kemampuan membaca 0 0 1 1 0 3,5
2
serta usia siswa 4,0
c. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 0 2 0 4,0
d. Kalimat tidak mengandung arti ganda 0 0 0 1 1 4,5
e. Kejelasan petunjuk dan arah 0 0 1 0 1 4,0
Isi
a. Kebenaran isi materi dikelompokkan
0 0 0 0 2 5,0
dalam bagian-bagian yang logis
b. Kegiatan guru dan kegiatan siswa
dirumuskan secara jelas dan
operasional, sehingga mudah 0 0 0 2 0 4,0
4,625
dilaksanakan oleh guru dalam proses
3
pembelajaran di kelas
c. Sesuai dengan pembelajaran
0 0 0 0 2 5,0
kooperatif
d. Kesesuaian urutan materi 0 0 0 1 1 4,5
Jumlah 56 13
Rata – rata Total 4,33
Hasil Validasi Sangat Baik

Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang


terhadap RPP pada tabel 1, komponen-komponen dalam RPP mendapatkan
penilaian cukup baik, baik dan sangat baik. Maka hasil perhitungan
diperoleh rata-rata total sebesar 4,33 adalah kategori ”Sangat Baik”.
2)Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Tabel 2 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS)
Validator yang memberi nilai
N
Aspek yang Dinilai Rerata Rata-rata
o 1 2 3 4 5
Kriteria Aspek
Format
a. Kejelasan pembagian materi 0 0 0 1 1 4,5
1b. Sistem penomoran jelas 0 0 1 0 1 4,0
4,0
c. Pengaturan ruang/tata letak 0 0 1 0 1 4,0
d. Jenis dan ukuran huruf sesuai 0 0 1 1 0 3,5
2 Bahasa
a. Kebenaran tata bahasa 0 0 0 2 0 4,0 4,4
b. Kesesuaian kalimat dengan taraf
berpikir dan kemampuan 0 0 0 2 0 4,0
membaca serta usia siswa
c. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 0 0 2 5,0
d. Kalimat tidak mengandung arti
0 0 0 0 2 5,0
ganda
e. Kejelasan petunjuk dan arah 0 0 1 0 1 4,0
Isi
a. Kebenaran isi materi
dikelompokkan dalam bagian- 0 0 0 0 2 5,0
bagian yang logis
4,66
3 b. Sesuai dengan masalah
0 0 0 0 2 5,0
kontekstual
c. Kesesuaian urutan materi 0 0 1 0 1 4,0
Jumlah 52,5 13,06
Rata – rata Total 4,35
Hasil Validasi Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang ahli
terhadap Lembar Aktivitas Siswa (LAS) pada tabel 5. 3 di atas, komponen-
komponen dalam lembar aktivitas siswa mendapatkan penilaian cukup
baik, baik dan sangat baik. Maka dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata
total sebesar 4,35. Hasil validasi lembar aktivitas siswa adalah kategori
”Sangat Baik”.
3)Instrumen Penelitian (Tes Kemampuan Komunikasi Matematik)
Instrumen yang akan divalidkan oleh validator ahli adalah Pre tes dan
Post tes Kemampuan Komunikasi Matematik. Soal akan divalidkan
berdasarkan kesesuaian isi soal terhadap indikator kemampuan komunikasi
matematik serta kompetensi dasar.
a. Validasi Pre-Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Tabel 3 Hasil Validasi Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Validator yang memberi nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 Rerata Rata-
Kriteri rata
a Aspek
1 Kejelasan Petunjuk
Petunjuk pelaksanaan pada tes 0 0 0 2 0 4,00 4,0
kemampuan komunikasi matematik
2 Isi
Isi tes kemampuan komunikasi 0 0 0 1 1 4,5 4,5
matematik sesuai dengan indikator
pencapaian
3 Bahasa
a. Kesesuaian tata bahasa dengan 0 0 0 1 1 4,5
taraf berpikir dan kemampuan
membaca serta usia siswa
b. Kesederhanaan struktur 0 0 0 1 1 4,5 4,33
kalimat
c. Sifat komunikatif bahasa yang 0 0 0 2 0 4,0
digunakan
Jumlah 21,5 12,83
Rata-rata Total 4,276
Hasil Validasi Sangat Baik

Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang ahli


terhadap instrumen pre-tes kemampuan komunikasi matematik pada tabel
3 di atas, komponen-komponen dalam instrumen pre-tes kemampuan
komunikasi matematik mendapatkan penilaian baik dan sangat baik. Maka
dari hasil perhitungan diperoleh rata-rata total sebesar 4,276. Hasil validasi
instrumen pre-tes kemampuan komunikasi matematik mendapat kategori
”Sangat Baik”.
b. Validasi Pos-Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Tabel 4 Hasil Validasi Pos Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Validator yang memberi nilai
No Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 Rerata Rata-
Kriteria rata
Aspek
1 Kejelasan Petunjuk
Petunjuk pelaksanaan pada tes 0 0 0 0 2 5,0 5,0
kemampuan komunikasi matematik
2 Isi
Isi tes kemampuan komunikasi 0 0 0 2 0 4,0 4,0
matematik sesuai dengan indikator
pencapaian
3 Bahasa
a. Kesesuaian tata bahasa dengan 0 0 0 2 0 4,0
taraf berpikir dan kemampuan
membaca serta usia siswa
b. Kesederhanaan struktur kalimat 0 0 1 0 1 4,0 4,0
c. Sifat komunikatif bahasa yang 0 0 0 2 0 4,0
digunakan
Jumlah 21 13,00
Rata-rata Total 4,33
Hasil Validasi Sangat Baik
Berdasarkan hasil perhitungan validasi ahli sebanyak 2 orang ahli
terhadap pos-tes kemampuan komunikasi matematik pada tabel 4 di atas,
komponen-komponen dalam pos-tes kemampuan komunikasi matematik
mendapatkan penilaian cukup baik, baik dan sangat baik. Maka dari hasil
perhitungan diperoleh rata-rata total sebesar 4,33. Hasil validasi pos-tes
kemampuan komunikasi matematik mendapat kategori ”Sangat Baik”.

2. Analisis Uji Coba Instrumen


Pada uji coba instrumen pre tes dan pos tes peneliti
melaksanakannya pada jenjang kelas yang lebih tinggi dari target
penelitian yaitu dilakukan di kelas IV SD FAZA AZKIA sebanyak 22 orang
siswa. Alasannya karena anak kelas IV SD mempelajari operasi hitung
bilangan di kelas III jadi diharapkan dapat membantu pelaksanaan uji
coba instrumen. Adapun guna dilaksanakannnya uji coba instrumen ialah
untuk melihat validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran
soal. Dimana syarat soal yang baik ialah soal yang sudah valid, reliabel,
daya pembeda dan indeks kesukaran minimal berada pada kategori
sedang.
Berikut adalah hasil perhitungan uji coba instrumen yang diperoleh:
a. Validitas Tes
Tabel 5 Hasil Ujicoba Validitas Pre-Tes dan Pos Tes Komunikasi
Matematik
Jenis Soal Soal rxy thitung ttabel Hasil Akhir
nomor
1 0,812 6,237 2,086 Valid
2 0,830 6,657 2,086 Valid
Pre tes 3 0,837 6,854 2,086 Valid
4 0,807 6,129 2,086 Valid
Soal rxy thitung ttabel Hasil Akhir
nomor
1 0,663 3,969 2,086 Valid
Pos Tes 2 0,793 5,826 2,086 Valid
3 0,635 3,679 2,086 Valid
4 0,803 6,037 2,086 Valid

Merujuk pada kriteria pengujian, jika


t hitung ≥ttabel butir soal valid, dengan melihat
kedua tabel di atas maka
t hitung ≥ttabel , hal ini menyatakan bahwa keseluruhan item soal
dapat digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi
operasi hitung bilangan ditinjau dari validitas tes.
b.Reliabilitas Tes
Suatu alat evaluasi (tes atau non tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi relative tetap
jika digunakan untuk subjek yang sama. Menurut Arikunto (2012) untuk menentukan
koefisien reliabilitas suatu tes bentuk uraian digunakan rumus AlpaBerdasarkan hasil
perhitungan terhadap reliabilitas pre tes dan pos tes diperoleh nilai masing-
masing 0,83 dan 0,68 dengan kategori sangat tinggi dan tinggi sehingga
dapat disimpulkan bahwa soal pre tes dan pos tes layak digunakan.
c. Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda
Tabel 6 Kesimpulan IK dan DP Pre-Tes dan Pos Tes Komunikasi
Matematik
Jenis No.Soal IK Kategori DP Kategori
Soal
1 0,46 Sedang 0,47 Cukup
2 0,48 Sedang 0,55 Cukup
Pre Tes 3 0,45 Sedang 0,48 Cukup
4 0,55 Sedang 0,46 Cukup
No.Soa IK Kategori DP Kategori
l
Pos Tes 1 0,62 Sedang 0,26 Cukup
2 0,60 Sedang 0,27 Cukup
3 0,67 Sedang 0,25 Cukup
4 0,61 Sedang 0,30 Cukup
Berdasarkan hasil perhitungan tabel 6 di atas maka IK dan DP untuk instrumen pre tes
dan pos tes berada pada kategori sedang dan cukup maka instrumen sudah bisa digunakan
untuk penelitian selanjutnya.

3. Analisis Kuasi Eksperimen


Penelitian ini dilaksanakan 4 kali pertemuan, sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat, serta 2 kali pertemuan untuk pre tes dan
pos tes. Kelas penelitian adalah kelas III-A sebagai kelas kontrol dan III-B
sebagai kelas eksperimen SD IT FAZA AZKIA. Pada kegiatan ini peneliti
juga bertindak sebagai guru dalam menerapkan model pembelajaran
koperatif yang telah dibuat.
Dalam proses pembelajaran, siswa dikelompokkan menjadi 4-5 orang
satu kelompok, yang terdiri dari 1 orang siswa kelompok atas, 2 orang
siswa kelompok tengah, dan 1-2 orang siswa kelompok bawah.
Pengelompokan siswa atas, tengah dan bawah berdasarkan nilai semester
genap kelas II dan wawancara atau konsultasi dengan guru matematika
yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata
kemampuan siswa setiap kelompoknya relatif sama.
1)Hasil Pre Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Hasil instrumen pre tes kemampuan komunikasi matematik
digunakan untuk mengetahui bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki kemampuan komunikasi matematik yang tidak berbeda. Hasil
penelitian meliputi : deskripsi kemampuan komunikasi matematik.
70
60
50
40
eksperimen
30 kontrol
20
10
0
minimum maximum mean
Gambar 1 Penguasaan Pre Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik
pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari gambar 1 terlihat bahwa skor rata-rata kedua kelas tidak
berbeda secara signifikan, hal ini memberikan gambaran bahwa hasil pre
tes kemampuan komunikasi matematik siswa kelas eksperimen tidak
berbeda jauh dengan siswa kelas kontrol, skor rata-rata di kelas
eksperimen 16,62 sedikit lebih tinggi daripada di kelas kontrol 15,14.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata pre tes
kemampuan komunikasi matematik siswa di kelas eksperimen tidak
berbeda dengan siswa di kelas kontrol.
2)Hasil Penelitian tentang Pos Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik
Hasil penelitian pos tes kemampuan komunikasi matematik diperoleh
setelah keseluruhan proses pembelajaran selama penelitian selesai, baik
dikelas eksperimen dan di kelas kontrol. Hasil penelitian komunikasi
matemati meliputi : deskripsi kemampuan komunikasi matematik.
100
90
80
70
60
50 eksperimen
40 kontrol
30
20
10
0
minimum maximum mean
Gambar 2 Penguasaan Pos Tes Kemampuan Komunikasi
Matematik
pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dari gambar 2 terlihat bahwa skor maksimal kemampuan
komunikasi matematik di kelas eksperimen = 95 lebih besar daripada
kelas kontrol = 87,5 sedangkan skor minimal di kelas kontrol jauh lebih
rendah = 40 daripada yang di kelas eksperimen = 70. Dengan melihat
dari skor rata-rata pada tes kemampuan komunikasi matematik pada
kelas eksperimen = 32,14 lebih besar atau lebih tinggi daripada di kels
kontrol = 28,18.
3)Pencapaian Ketuntasan Tes Kemampuan Komunikasi Matematik
Rata-rata proporsi skor siswa terhadap kemampuan komunikasi
matematik dengan materi operasi hitung bilangan untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen dirangkum dalam tabel 7 berikut.
Tabel 7 Rekapitulasi Ketuntasan Kemampuan Komunikasi
Matematik
Kelompok
No Aspek
Kontrol Eksperimen
1 Proporsi skor uji awal 15,14 16,62
2 Proporsi skor uji akhir 28,18 32,14
3 Jumlah siswa yang tuntas 17 21
4 % Ketuntasan 77,273% 100%

Pada tabel 7 dapat dilihat rata-rata proporsi skor uji awal dan uji akhir
siswa kelas kontrol pada tes kemampuan komunikasi matematik adalah
15,14 dan 28,18. Bila diperhatikan rata-rata proporsi skor uji akhir, rata-
rata proporsi skor meningkat sebesar 13,04. Sementara itu rata-rata
proporsi skor uji awal dan uji akhir siswa kelompok eksperimen yaitu
16,62 dan 32,14 rata-rata proporsi skor meningkat sebesar 15,52. Selisih
proporsi skor hasil uji awal dan uji akhir untuk kelompok eksperimen lebih
besar dari selisih proporsi skor uji akhir untuk kelas kontrol. Hal ini
memberi petunjuk bahwa dengan menggunakan perangkat pembelajaran melalui
model pembelajaran koperatif dapat lebih meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa untuk materi operasi hitung bilangan daripada
pembelajaran biasa.
Menurut data pada tabel 7, berdasarkan kriteria ketuntasan belajar
(KKM) mata pelajaran matematika di kelas III sebesar 70, maka terhadap
tes kemampuan komunikasi matematik siswa bahwa banyaknya siswa
kelas kontrol yang tuntas belajar hanya 17 orang atau 77,273% dari 22
siswa dari jumlah siswa. Banyaknya siswa yang tuntas untuk kelas
eksperimen adalah 21 orang atau 100% dari 21 siswa dari jumlah siswa.
Persentase ketuntasan siswa kelas eksperimen jauh lebih besar daripada
persentase ketuntasan siswa kelas kontrol dengan selisih sebesar
22,727%. Hal ini berarti kemampuan komunikasi matematik siswa kelas
eksperimen lebih baik dan lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol pada
materi operasi hitung bilangan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa sehingga dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas belajar.
4)Sentivitas
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap sentivitas soal diperoleh
nilai terhadap soal 1 = 0,333 soal 2 = 0,381 soal 3 = 0,381 dan soal 4 =
0,330. Syarat sensitivitasnya ≥ 0,30 maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek
pembelajaran. Dengan demikian, semua butir tes dapat dikatakan sensitif
atau peka sehingga layak digunakan tanpa adanya revisi.
Jadi, dari semua hasil perhitungan yang diperoleh tersebut
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran koperatif dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa di SD Kelas III.
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar aktivitas siswa (LAS), dan tes kemampuan
komunikasi matematik (TKKM).

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diperoleh rata-rata tes kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran koperatif sebesar 32,14 berarti lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang
diajar dengan pembelajaran langsung sebesar 28,18, dan Ketuntasan
kemampuan komunikasi matematik lebih dari 90% siswa mencapai KKM.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, model pembelajaran koperatif pada
kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal:
1. Bagi guru yang ingin mengajarkan materi operasi hitung bilangan
sudah efektif menggunakan model pembelajaran koperatif
2. Bagi guru-guru yang ingin mengajar di tingkat SD untuk menerapkan
model koperatif karena siswa sangat merasa senang mengikuti model
pembelajaran koperatif, selain itu juga rasa tanggung jawab pada anak
semakin terlatih.
3. Perlu dilakukan penelitian terkait model pembelajaran koperatif untuk
meningkatkan kemampuan-kemampuan matematik yang lain dan
untuk materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
[2,3] Ansari, I. 2009. Komunikasi Matematika. Jakarta: Pena.
[4] Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[5] Russefendi, E. T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
[6] Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi
Aksara.

Anda mungkin juga menyukai