ABSTRAK
Komunikasi dimaknai sebagai proses penyampaian pesan dari pengirim pesan kepada penerima
pesan melalui saluran tertentu untuk tujuan tertentu. Standar komunikasi menitik beratkan
pada pentingnya dapat berbicara, menulis, menggambarkan dan menjelaskan konsep-konsep.
Alasan penting mengapa komunikasi perlu ditumbuh kembangkan karena matematika tidak hanya
sekedar alat bantu berpikir, alat bantu menemukan, menyelesaikan masalah, mengambil
kesimpulan, tetapi sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran. Dalam pencapain keberhasilan
tersebut ialah dengan menggunakan model pembelajaran koperatif. Model ini merupakan strategi
pengajaran efektif dalam meningkatkan prestasi dan sosialisasi siswa sekaligus turut
berkontribusi bagi perbaikan sikap dan persepsi mereka tentang begitu pentingnya belajar dan
bekerja sama, termasuk bagi pemahaman mereka tentang teman-temannya yang berasal dari latar
belakang etnis yang berbeda. Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan model pembelajaran koperatif dibandingkan
dengan pembelajaran langsung. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen.
Berdasarkan analisis penelitian ini menghasilkan rata-rata tes kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran koperatif lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata tes
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran
langsung. Berdasarkan Hasil yang diperoleh maka model pembelajaran
koperatif sangat sesuai digunakan dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik, sehingga diharapkan model pembelajaran ini dapat
meningkatkan kemampuan matematika yang lain.
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui pembelajaran koperatif.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian meliputi empat tahap, yaitu: (1) Tahap
penyusunan instrument penelitian, (2) Tahap Validasi instrument (3) tahap uji coba
instrument, dan (4) Tahap pelaksanaan eksperimen.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian
ini adalah tes kemampuan komunikasi matematik yang berbentuk essay test. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik kuantitatif.
Pada tabel 7 dapat dilihat rata-rata proporsi skor uji awal dan uji akhir
siswa kelas kontrol pada tes kemampuan komunikasi matematik adalah
15,14 dan 28,18. Bila diperhatikan rata-rata proporsi skor uji akhir, rata-
rata proporsi skor meningkat sebesar 13,04. Sementara itu rata-rata
proporsi skor uji awal dan uji akhir siswa kelompok eksperimen yaitu
16,62 dan 32,14 rata-rata proporsi skor meningkat sebesar 15,52. Selisih
proporsi skor hasil uji awal dan uji akhir untuk kelompok eksperimen lebih
besar dari selisih proporsi skor uji akhir untuk kelas kontrol. Hal ini
memberi petunjuk bahwa dengan menggunakan perangkat pembelajaran melalui
model pembelajaran koperatif dapat lebih meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa untuk materi operasi hitung bilangan daripada
pembelajaran biasa.
Menurut data pada tabel 7, berdasarkan kriteria ketuntasan belajar
(KKM) mata pelajaran matematika di kelas III sebesar 70, maka terhadap
tes kemampuan komunikasi matematik siswa bahwa banyaknya siswa
kelas kontrol yang tuntas belajar hanya 17 orang atau 77,273% dari 22
siswa dari jumlah siswa. Banyaknya siswa yang tuntas untuk kelas
eksperimen adalah 21 orang atau 100% dari 21 siswa dari jumlah siswa.
Persentase ketuntasan siswa kelas eksperimen jauh lebih besar daripada
persentase ketuntasan siswa kelas kontrol dengan selisih sebesar
22,727%. Hal ini berarti kemampuan komunikasi matematik siswa kelas
eksperimen lebih baik dan lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol pada
materi operasi hitung bilangan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran koperatif dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematik siswa sehingga dapat meningkatkan jumlah siswa
yang tuntas belajar.
4)Sentivitas
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap sentivitas soal diperoleh
nilai terhadap soal 1 = 0,333 soal 2 = 0,381 soal 3 = 0,381 dan soal 4 =
0,330. Syarat sensitivitasnya ≥ 0,30 maka butir soal tersebut peka terhadap efek-efek
pembelajaran. Dengan demikian, semua butir tes dapat dikatakan sensitif
atau peka sehingga layak digunakan tanpa adanya revisi.
Jadi, dari semua hasil perhitungan yang diperoleh tersebut
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran koperatif dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa di SD Kelas III.
Perangkat pembelajaran yang dihasilkan meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), lembar aktivitas siswa (LAS), dan tes kemampuan
komunikasi matematik (TKKM).
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis diperoleh rata-rata tes kemampuan
komunikasi matematik siswa yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran koperatif sebesar 32,14 berarti lebih tinggi dibandingkan
dengan rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa yang
diajar dengan pembelajaran langsung sebesar 28,18, dan Ketuntasan
kemampuan komunikasi matematik lebih dari 90% siswa mencapai KKM.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, model pembelajaran koperatif pada
kegiatan pembelajaran memberikan beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan. Untuk itu peneliti menyarankan beberapa hal:
1. Bagi guru yang ingin mengajarkan materi operasi hitung bilangan
sudah efektif menggunakan model pembelajaran koperatif
2. Bagi guru-guru yang ingin mengajar di tingkat SD untuk menerapkan
model koperatif karena siswa sangat merasa senang mengikuti model
pembelajaran koperatif, selain itu juga rasa tanggung jawab pada anak
semakin terlatih.
3. Perlu dilakukan penelitian terkait model pembelajaran koperatif untuk
meningkatkan kemampuan-kemampuan matematik yang lain dan
untuk materi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
[2,3] Ansari, I. 2009. Komunikasi Matematika. Jakarta: Pena.
[4] Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
[5] Russefendi, E. T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA.
Bandung: Tarsito.
[6] Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi
Aksara.