“Vitiligo”
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke., Sp.KK
Disusun Oleh :
1820211116
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
2
LEMBAR PENGESAHAN
“Vitiligo”
Disusun oleh :
G4A18073
Mengetahui,
Pembimbing
3
KATA PENGANTAR
dan narasumber SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dr. Thianti
Penulis
4
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN 2
KATA PENGANTAR 3
DAFTAR ISI 4
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang 5
D. Status dermatologi 9
9
E. Diagnosis banding
9
F. Diagnosis kerja 9
G. Pemeriksaan penunjang 10
I. Penatalaksanaan 11
H. Resume
J. Prognosis 11
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 12
B. Etiologi 12
C. Epidemiologi
13
D. Patogenesis
E. Gambaran klinis 13
F. Penegakan Diagnosis 14
G. Penatalaksanaan 14
IV. PEMBAHASAN 15
V. KESIMPULAN 17
5
19
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
20
6
I. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : An. K
Usia : 5 tahun
Jenis Kelamin : Islam
: Perempuan
Agama : Jawa
Suku
:-
Pendidikan
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Rumah
Saat Sakit Margono
ini, pasien rutinSoekardjo dan minggu
kontrol satu didianosis Vitiligo.
sekali ke poli Kulit
7
bercak putih pada ketiak yang melebar namun bercak pada
4. disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
lainnya : disangkal
Riwayat
lainnya konsumsi imunosupresan : disangkal
terhadap dingin
Riwayat penyakit : disangkal
gula
Riwayat pernyakit darah tinggi : nenek dan bibi
pasien
6. Riwayat Sosial dan Ekonomi
8
perekonomian menengah atas.
C. Status Generalis
: Tampak sehat
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 89 x/m
Pernafasan : 20 x/m
Suhu : 36.7 C
Antopometri : BB : 20 kg
TB : 110 cm
Paru
9
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
ditemukan bising
Abdomen
Inspeksi : Datar
Perkusi : Timpani
Lokasi
Efloresensi
10
Makula hipopigmentasi multipel pada regio fasialis, aksila dan
brachii dekstra.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
F. Diagnosis Banding
a. Vitiligo
b. Pitiriasis Versikolor
c. Pitiriasis Alba
d. Morbus Hansen
e. Hipomelanosis gutata
f. Piealdisme
11
G. Diagnosis Kerja
Vitiligo segmental
H. Pemeriksaan Usulan
a. Pemeriksaan histopatologis
I. Resume
Kualitas :-
Kuantitas :-
bulan.
c. Riwayat penyakit keluarga: Tidak didapatkan riwayat penyakit
12
dalam batas normal. Pada kulit pasien terdapat Makula
vitiligo segmental.
J. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Menghindari
2) Fototerapi 165trauma
mJ/cm2fisik, seperti luka tajam, tumpul, atau
tekanan repetitif
3) Menghidari stres
K. Prognosis
: dubia ad bonam
- Quo ad komestikum
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vitiligo merupakan penyakit depigmentasi didapat pada kulit,
pada masa anakanak atau dewasa muda, dengan onset puncak 10-
30 tahun. Penyakit kulit ini tidak dipengaruhi ras tertentu atau jenis
14
autoimun, sitotoksik, biokimia, oksidan-antioksidan, dan neural.
ditemukan pada
Jumlah sel kulit sekitar
T-helper lesivitiligo
pada lesi vitiligo (Halder dan
berkurang. Taliaferro,
Transforming
growth
2008). factor-β diketahui berfungsi menghambat aktivitas vitiligo,
menghasilkan kadar H2O2 yang tinggi. Selain itu, vitiligo juga dapat
keseimbangan oksidatif
Menurut teori (Alikhan
neural, yakni et al., 2014;
vitiligo Halder dan
segmental Taliaferro,
sering terjadi
dengan
2008). pola dermatomal. Hal ini menyebabkan timbul suatu
serabut saraf
kerusakan dapat mengakibatkan
melanosit. produksi melanindapat
Pewarnaan imunohistokimia berkurang.
menggambarkan
Disregulasi sistem neuropeptida Y sistemik
saraf lokal atau intralesi dapat
dan menyebabkan
perilesi yang
17
pada kulit non lesi pada pasien vitiligo dapat menyebabkan
secara klinis pada daerah tekanan atau gesekan seperti siku dan
biasanya berbatas tegas dan tepi dapat berlekuk. Lesi dapat dilihat
vitiligo onset masa anak antara lain kelopak mata dan ekstremitas
alergi dan prevalensi yang lebih rendah dalam hal juga menderita
al., 2011).
19
F. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Berdasarkan anamnesis, penegakan diagnosis vitiligo adalah
sebagai berikut (Spritz, 2013; Birlea et al., 2012; Prcic et al.,
2012;
1) Timbul
Habib danbercak putih seperti susu/kapur dengan onset tidak
Raza, 2012):
sejak lahir.
2) Tidak ada gejala subjektif, kadang sedikit terasa gatal.
4) lesi
Bisatanpa diberikan
didapatkan pengobatan.
riwayat vitiligo pada keluarga.
atau keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
Terdapat makula depigmentasi berbatas tegas dengan
20
waktu 2 tahun. Vitiligo tipe ini dapat berkembang menjadi
tahun terakhir.
b) Tidak ada lesi baru yang timbul pada periode yang sama.
terapi.
e) Tes minigrafting positif dan tidak tampak fenomena
21
G. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Penatalaksanaan vitiligo pada lini pertama adalah sebagai
berikut:
1) Topikal (Djuanda, 2011)
a) Kortikosteroid topikal, seperti triamsinolon asetonid
2) b)
Fotokemoterapi
Calcineurin inhibitor, seperti takrolimus.
Pengobatan vitiligo dengan kombinasi psoralen dan
2) Menghindari stress
3) Menghindari pajanan sinar matahari berlebihan.
22
III. PEMBAHASAN
A. Penegakkan Diagnosis
9 bulan. Hal ini sesuai dengan onset vitiligo yang tidak terjadi
sejak lahir.
b. Pasien tidak pernah mengeluhkan gejala penyerta, seperti
membaik.
d. Progresivitas bercak putih pada pasien dirasakan bertambah
daerah
endemis, warna lesi hipopigmentasi tidak terlalu putih dan
23
biasanya
terdapat makula anestesi yang berbatas tidak tegas (Herperia,
2016).
2) Pitiriasis Versikolor
24
3) Piebaldisme
25
IV. KESIMPULAN
Vitiligo.
2. Vitiligo merupakan penyakit depigmentasi didapat pada kulit,
3. melanosit fungsional.
Tata laksana vitiligo adalah kortikosteroid topikal dan fototerapi yang
26
DAFTAR PUSTAKA
Birlea SA, Spritz RA, Norris DA. Vitiligo. Dalam Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, Editor. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine. Edisi Ke-8. New York: Mcgraw Hill;
2012.H.792-803.
Silverberg JI, Silverberg AI, Malka E, Silverberg NB. 2010. A Pilot Study
Assesing The Role Of 25 Hydroxy Vitamin D Levels In Patients With
Vitiligo Vulgaris. J Am Acad Dermatol. 62(6):937-941.
Soepardiman, Lily. 2010. Kelainan Pigmen. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin, Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Spritz RA. 2013. Modern Vitiligo Genetics Sheds New Light On An Ancient
Disease. Jour Dermatol. 1(40):310-318.
Van Geel N, Speeckaert R, Wolf JD, Bracke S, Chevolet I, Brochez L,
Lambert J. 2012. Clinical Significance Of Koebner Phenomenon In
Vitiligo. BJD. 167(5):1017-24.
28