Anda di halaman 1dari 10

BOOK REPORT

Memakai 2 buku Yakub B. Susabda,Ph.D. tentang pastoral konseling: pendekatan


konseling pastoral berdasarkan intergrasi Teologi dan psikologi (Jilid 1 dan jilid 2)

DOSEN : PDT. LIESJE A. SUMAMPOUW, Th.M

DISUSUN OLEH:

NAMA : CHRISTIANI JUNITA MASOH

NIM : 201641111

FAKULTAS TEOLOGI

YAYASAN GMIM DS A. Z. R. WENAS

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

2019
A. IDENTIFIKASI BUKU:
 Judul buku: pastoral konseling: pendekatan konseling pastoral berdasarkan
intergrasi Teologi dan psikologi (Jilid 1)
 Penulis: Yakub B. Susabda,Ph.D.
 Jumlah halaman: 331
 Penerbit: BPK Gunung Mulia
 Cetakan: 1

B. URAIAN ISI BUKU:

BAB I

APA ITU KONSELING PASTORAL

Bab I menjelaskan tentang perkembangan ilmu psikologi dan psikiatri yang begitu pesat,
pelayanan konseling yang tadinya dikenal sebagai salah satu pelayanan yang dilakukan oleh
hamba Tuhan, sekarang terbuka untuk umum. Istilah yang digunakan tetaplah pastoral
konseling, yang memiliki defenisi percakapan terapeutik antara konselor (atau
pastor/pendeta) dengan konsele/kliennya, di mana konselor mencoba membimbing
konselenya ke dalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal (conducive atmosphere)
sehingga klien dapat memiliki kesadaran diri dan pengertian akan kejadian dan situasi yang
sedang dihadapinya.

Pelayanan konseling bukanlah pemberian nasihat, hal ini masih sering salah dipahami oleh
para hamba Tuhan maupun konselor secara umum. Dalam proses konseling sering sekali
hamba Tuhan dan konselor lebih banyak memberikan nasihan yang dirasakan sesuai dengan
kondisi klien, padahal sering sekali nasihat yang diberikan tidak menyelesaikan apapun
dalam diri klien. Yang sebenarnya, konseling adalah hubungan timbal balik yang dialogis
dalam percakapan terapeutik antara konselor dengan konsele. Dalam hal ini konselor harus
banyak mengembangkan skill konseling yang mumpuni untuk dapat menolong klien secara
efektif.

Kegagalan dalam proses konseling tak jarang terjadi akibat konselor yang melakukan proses
konseling tanpa tanggungjawab. Seyogyanya seorang konselor yang merupakan hamba
Tuhan harus menyadari bahwa panggilan menjadi konselor adalah panggilan spiritul yang
unik, sehingga dalam mengerjakan pelayanan konseling seorang hamba Tuhan harus rela
mengorbankan dirinya untuk dipakai Tuhan. Namun sering sekali para hamba Tuhan
menganggap enteng pelayanan konseling, padahal pelayanan konseling adalah pelayanan
terberat bagi hamba Tuhan. Karena tidak hanya dituntut untuk mengajar, tetapi juga
mendemonstrasikan iman, pengetahuan, kepribadian, kepekaan, kemurnian hati, kesabaran
dan sebagainya.

Konselor harus menciptakan suasana percakapan yang ideal antara konselor dengan klien,
supaya proses konseling dapat dinyatakan berhasil. Yaitu konsele harus memiliki kesadaran,
kemauan, dan tekad untuk menyelesaikan persoalannya dan memiliki keberanian untuk
mencapai kepenuhan hidup sebagai orang beriman yaitu iman kepada Yesus. Kehidupan yang
dimiliki konsele setelah melalui masa konseling haruslah kehidupan sesuai kehedak dan
rencana Allah baginya sebagai orang percaya.

BAB II

MENGAPA KONSELING PASTORAL PERLU DIPELAJARI

           Bab 2 menjelaskan tentang  Pemahaman para hamba Tuhan mengenai pastoral


konseling sering sekali keliru, sehingga pelayanan ini dilaksanakan tanpa tanggung
jawab, undiciplined dan unskilled. Masalah yang dialami klien yang seharusnya dapat
diselesaikan, malah bertambah runyam dibanding sebelum menjalani proses konseling. Maka
dari itu para hamba Tuhan sangat perlu untuk mempelajari tujuan dan skill pastoral konseling
yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi masalah-masalah yang sama ke depannya.

Para hamba Tuhan sering sekali mengabaikan pelayanan konseling, pelayanan dititik
beratkan kepada pelayanan khotbah dan organisasi di gereja tempatnya melayani. Karena
kedua hal tersebut merupakan pelayanan yang paling banyak memberikan keuntungan pribadi
kepada hamba Tuhan, sedangkan pelayanan konseling pastoral belum menjanjikan hal-hal
yang menguntungkan, apalagi jika dilakukan dengan proses yang benar, merupakan
pelayanan paling berat dari hamba Tuhan. Sehingga pelayanan konseling sering dilakukan
secara asal oleh hamba Tuhan, tanpa menyadari tugas utamanya sebagai hamba Tuhan adalah
membimbing jemaatnya langkah demi langkah sehingga semakin dewasa secara rohani. Hal
ini tidak dapat dicapai hanya dengan khotbah saja.
Tanpa pengetahuan yang cukup, hamba Tuhan tidak akan tahu kapan ia harus berdoa,
memberi nasihat, memberikan bantuan yang konkret, atau mengirimkan konsele kepada
profesional lain. Maka dari itu mereka perlu memperlengkapi diri sehingga memiliki
pengetahuan yang cukup untuk memahami setiap kondisi konsele yang unik dan berbeda dari
satu orang ke orang lainnya. Hamba Tuhan tidak dapat menyamaratakan perlakuan terhadap
setiap konsele, karena kebutuhan setiap orang berbeda-beda sesuai dengan kondisinya.
Kegiatan di gereja tidak akan pernah mampu menjangkau kehidupan pribadi dari jemaat,
maka hamba Tuhan harus menyentuh pribadi jemaatnya melalui konseling secara pribadi
demi pribadi.

Pelayanan konseling relatif baru sehingga belum ditemukan pelayanan yang sesuai dengan
konteks kehidupan gereja di Indonesia. Para hamba Tuhan sering sekali mengadopsi metode-
metode yang dilakukan oleh profesional sekuler tanpa memperhatikan kesesuaiannya dengan
konteks kehidupan gereja, sehingga terdapat masalah yang merusak di dalam tubuh gereja.
Sangat sedikit hamba Tuhan yang dapat mengintegrasikan antara ilmu psikologi dengan
teologi dalam pelayanan konselingnya, mereka cenderung berada di salah satu ekstrim saja,
apakah dominan psikologi atau dominan teologi saja.

BAB III

APA YANG MEMBUAT KONSELING PASTORAL

UNIK DAN TIDAK SAMA DENGAN KONSELING SEKULER?

Bab 3 menjelaskan tentang Konseling pastoral merupakan pelayanan konseling yang unik
karena pelayanan hamba Tuhan dipercayakan oleh Allah sendiri, sikap para hamba Tuhan
yang percaya bahwa pelayanan yang dipercayakan kepadanya berasal dari Allah justru
menjadi keunikan dari pelayanan ini. Tanpa kepercayaan ini, hamba Tuhan akan melakukan
pelayanan ini seperti konseling sekuler, maka dari itu pastoral konselor harus mengenal
keunikan pelayanan konselingnya sendiri sehingga menyadari implikasi dan aspek unik dari
pelayanan yang telah dipercayakan oleh Allah kepadanya.

Konseling pastoral juga mutlak bergantung pada kuasa Roh Kudus, konselor tidak pernah
sendiri dalam pelayanannya karena Roh Kudus selalu menyertai. Sayang sekali, kehadiran
Roh Kudus dalam banyak hal masih diragukan bahkan belum betul-betul dimengerti apalagi
dialami oleh hamba-hamba Tuhan dalam pelayanan konselingnya. Dengan kehadiran Roh
Kudus dalam pelayanan konseling pastoral, maka konselor akan mengalami kuasa Roh
Kudus sebagai sumber new insight(sumber dari munculnya pemikiran, pengertian dan
kesadaran baru) atas kedalamanmisteri kehidupan manusi di balik persoalan-persoalan
konselenya; sumber munculnya kata-kata yang tepat pada saat yang tepat,dan harapan baru
dalam diri konsele.

Firman Tuhan juga adalah dasar dari pelayanan konseling pastoral, konselor harus memiliki
kepercayaan bahwa Alkitab adalah firman Allah yang tertulis, sebagai standar kehidupan
orang percaya dan standar mutlak dalam menilai tingkah laku manusia. Namun kepercayaan
yang dimiliki konselor terhadap otoritas Alkitab tidak membuat konselor untuk menolak
kebenaran natural yang disediakan Allah untuk melengkapi kehidupan manusia. Karena
individu yang memutlakkan Alkitab sebagai satu-satunya kebenaran sering sekali menolak
sumbangan dari general revelation misalnya psikologi.

Konselor pastoral juga harus mengakui adanya sumbangsih ilmu psikologi yang memiliki
integrasi dengan teologi dalam pelayanan konseling. Hamba Tuhan harus memiliki
kemampuan berpikir dengan pikiran teologi yang sehat dan benar,dan juga belajar ilmu
psikologi untuk melengkapi pelayanan konselingnya. Jadi jelas bahwa yang paling utama
adalah kebenaran melalui ilmu teologi, lalu dilengkapi dengan ilmu psikologi supaya hamba
Tuhan dapat memahami manusia dan perilakunya.

BAB IV

SUMBANGAN PSIKOLOGI DALAM KONSELING PASTORAL

Bab 4 menjelaskan tentang Psikologi sudah menjadi kuliah wajib bagi kebanyakan sekolah
teologi, namun masih dipandang sebagai pengetahuan umum saja, yang tanpa menyadari
bahwa psikologi merupakan ilmu yang vital dalam melakukan konseling pastoral. Banyak
hamba Tuhan yang tidak menerima ilmu Psikologi dengan berbagai alasan, namun harus
disadari bahwa psikologi menolong mereka untukmendapatkan informasi dan pengetahuan
tentang gejala kejiwaan yang melatarbelakangi tingkah laku manusia pada umumnya.

Konseling menuntut suatu disiplin yang berbeda dari mata kuliah teologi praktika pada
umumnya. Kegagalan untuk memanfaatkan sumbangan ilmu Psikologi menyebabkan hamba-
hamba Tuhan hanya memaksakan disiplin dari bagian teologi sehingga klien sering sekali
diberikan khotbah dan nasihat yang tidak menyelesaikan masalah. Mereka harus menyadari
bahwa pengetahuan psikologi akan menolong mereka dalam pelayanan pastoral konseling,
sehingga mereka tahu membedakan tingkah laku yang normal dan tidak normal dari orang-
orang yang harus menjadi tanggungjawab mereka. Mereka dapat memahami jenis mekanisme
pertahanan diri yang sering sekali dipakai oleh klien untuk melindungi dirinya.

Hamba Tuhan adalah posisi yang strategis karena sering sekali orang pertama yang ditemui
ketika memiliki masalah adalah hamba Tuhan, dengan berbagai masalah dan kondisi yang
ada dalam diri masyarakat khususnya jemaat. Masyarakat pada umumnya masih memiliki
gambaran negatif mengenai psikiater dan rumah sakit jiwa, sehingga belum mampu melihat
faedah dan hasil positif dari psikiater dan rumah sakit jiwa tersebut.

Ada banyak teori psikologi yang sangat baik dalam menjelaskan perilaku manusia, para
hamba Tuhan perlu memahami teori-teori ini supaya memiliki pengetahuan dalam menilai
perilaku para jemaat dan juga hamba Tuhan lainnya. Karena manusia sering sekali memiliki
konsep diri yang keliru mengenai dirinya sendiri dan itu pula yang sering sekali menjadi
sumber kegelisahan dan kekhawatiran dalam kehidupannya secara terus menerus.

Para hamba Tuhan juga perlu memahami faktor-faktor penyebab yang mendorong terjadinya
berbagai permasalahan dalam diri klien, sehingga dapat memahami dan menolong klien
dalam memahami masalah dan menyelesaikannya secara mandiri. Tanpa skill yang baik dari
konselor, tanpa pengenalan faktor-faktor pencetus, konselor akan gagal dalam memahami dan
mengarahkan proses konseling dengan benar. Konselor akan cenderung mengikuti arah yang
ditentukan oleh klien, tertipu dengan fenomena yang ditunjukkan oleh klien, sehingga tujuan
konseling tidak tercapai.

BAB V

LATIHAN PRAKTIS KONSELING

Bab 5 menjelaskan tentang Para hamba Tuhan sangat perlu untuk berlatih menjadi seorang
konselor pastoral yang profesional, selama ini pengajaran mengenai konseling masih sering
di anak tirikan dan pengajar masih sangat kurang.

Latihan praktis yang dapat dilakukan oleh para calon konselor pastoral antara lain:
1. Latihan sensitivitas, untuk melihat sejauh mana para konselor peka terhadap situasi
klien. Latihan ini dapat dilakukan dengan menganalisis cara berpikir klien dengan
melihat tahap conscious, preconscious, dan unconscious pada diri klien. Latihan
lainnya dapat dilakukan dengan diskusi kelompok dan menganalisis kasus-kasus
konseling. Dalam diskusi kelompok dapat dilakukan film talk back, menganalisis
cerita, saling menganalisis kawan, dan lainnya. dol

2. Latihan membuat/menulis verbatim, yaitu menuliis catatan lengkap detai, kata demi
kata, dari percakapan konseling. Sangat dibutuhkan untuk untuk melatih calon
konselor supaya mulai membiasakan diri dengan prinsip dan disiplin konseling yang
sehat. Fokus utama dari latihan ini adalah refleksi, yaitu kemampuan untuk
menangkap perasaan di balik kata-kata konsele dan merefleksikan dalam kata-kata
yang sederhana.

3. Latihan mengklasifikasi kasus-kasus konseling, yaitu latihan untuk mengenali apakah


kasus yang dialami klien dapat diatasi oleh konselor atau membutuhkan kerjasama
dengan profesional lainnya. Dengan melihat apakah kasus tersebut termasuk
abnormalitas atau tidak, short-term atau long term counseling, genuine
client atau pseudo client, dan lainnya.

4. Latihan menangani kasus-kasus konseling sesungguhnya, mahasiswa konseling harus


berlatih menangani kasus-kasus sebenarnya dalam praktek-praktek konseling yang
disupervisi oleh dosen yang profesional. Latihan ini dapat dibagi menjadi 3 bagian
praktikum yang diyakini dapat menolong calon konselor untuk berlatih menjadi
konselor yang profesional.

Dengan latihan-latihan di atas, seorang calon konselor dapat dipersiapkan dengan baik untuk
menjadi konselor yang qualified dan siap untuk melayani para konsele dengan tidak fokus
pada pemberian nasihat dan melakukan konseling dengan tidak bertanggungjawab.
A. IDENTIFIKASI BUKU:
 Judul Buku : Pastoral Konseling: Pendekatan Konseling Pastoral Berdasarkan
Integrasi Teologi dan Psikologi (jilid 2)
 Penulis: Yakub B. Susabda,Ph.D.
 Jumlah Halaman : 246 halaman
 Penerbit : BPK Gunung Mulia
 Cetakan : I

B. URAIAN ISI BUKU

BAB I

KEUNIKAN SKOP PELAYANAN PASTORAL KONSELING, BAGIAN PERTAMA:

MASALAH-MASALAH UMUM

            Dimensi spiritual sebagai inti dasar pelayanan pastoral konseling membuat pelayanan
ini dapat menjangkau masalah-masalah hidup manusia dengan sangat luas. Pelayanan ini
dapat menyentuh inti kebutuhan hidup manusia yang terdalam, yaitu berdamai dengan Allah
dengan perantaraan Yesus Kristus sebagai juruselamat manusia (Roma 5:1). Pendekatan
pastoral konseling memandang bahwa tidak ada kasih, sukacita, damai, pengharapan dan
sebagainya yang sejati di luar konteks dimensi spiritual manusia. Karena semua
permasalahan hidup manusia tidak terlepas dari dosa, sehingga kebutuhan manusia yang
terdalam adalah selesai dengan dosa sehingga merasakan sebuah kemerdekaan dalam Tuhan.
Dosa merupakan unsur yang sangat serius dibalik setiap permalasahan mental manusia,
karena keberdosaan manusia menciptakan kecemasan spiritualitas, yang mempengaruhi
seseorang mengalami moral sickness dan sikap tidak mau bertanggungjawab.

Pastoral konseling sebagai pendekatan integrasi teologi dan psikologi dapat menjadi solusi
atas permasalahan-permasalahan manusia normal seperti kemarahan, cemburu/iri hati,
kecemasan, rendah diri, kesepian, rasa bersalah, dan dukacita. Semua permasalahan ini dapat
dialami manusia normal, yang dapat mengganggu keefektifan hidup apabila tidak segera
diatasi. Dalam bab ini dapat dilihat bahwa setiap permasahan tersebut memiliki berbagai
macam penyebab, dan merupakan akar dari banyak permasalahan-permasalahan yang lain.
Apabila permasalahan ini tidak segera diatasi, tentu dalam diri manusia akan timbul banyak
permasalahan yang lebih berat dan lebih sulit untuk diselesaikan. Dalam bab ini dijelaskan
bagaimana cara mengasi masing-masing permasalahan dengan pendekatan pastoral konseling
yang terintegrasi, sehingga manusia tidak sekedar mengandalkan source dari dalam diri,
tetapi bersandar penuh kepada firman Tuhan dan kebutuhan manusia akan Allah.

BAB II

KEUNIKAN SKOP PELAYANAN PASTORAL KONSELING, BAGIAN KEDUA:

MASALAH-MASALAH KHUSUS

            Pada bab ini penulis mengajak pembaca untuk menggumuli masalah-masalah khusus
yang bersangkut paut dengan dimensi kehidupan yang bersifat “pribadi”. Masalah khusus
dimaksudkan disini tergantung penilaian orang yang bersangkutan, masalah seperti apa yang
realitanya berusaha disembunyikan dan hanya menampilkan symptom secara umum. Penulis
membagi ke dalam tiga bagian, yaitu pacaran, pernikahan, dan permasalahan dalam
kehidupan keluarga yang dibagi menjadi dua bagian yaitu pendidikan anak dan watar buruk
dan korbannya. Pacaran, adalah proses pengenalan dua pribadi secara khusus dimana
interaksi diantara keduanya haruslah semakin mendalam sampai mencapai tujuan bersama
yaitu pernikahan. Penulis mengingatkan bahwa dalam masa berpacaran anak Tuhan harus
mampu mengontrol instinct, karena terkadang anak muda dapat memiliki ketertarikan kepada
beberapa orang sekaligus. Maka haruslah meminta pimpinan Tuhan untuk menentukan teman
hidup yang terbaik dan menjalani proses berpacaran dalam kekudusan.Memasuki masa
pernikahan, pasangan harus memahami keunikan pernikahan kristen yaitu inisiatif Allah
untuk mempersatukan dua anak manusia, memiliki tujuan supaya manusia  merasakah
kasihNya dan bersama-sama mengerjakan misi Allah di bumi. Tujuan pernikahan kristen
dapat dicapai dengan memahami bagaimana Allah menginginkan pernikahan yang teratur dan
peranan suami istri dalam pernikahan.

Masalah dalam keluarga sering sekali terjadi dengan adanya gap antara orang tua dengan
anak, terjadi karena akar dosa dalam diri anak dan orang tua,kurangnya pengetahuan orang
tua tentang prinsip mendidik anak, serta ketidakmampuan untuk saling mengutamakan satu
sama lain. Gap dalam keluarga harus segera diatasi dengan disiplin pendidikan kristen dan
kesehatian orang tua juga anak.

BAB III

KEUNIKAN SKOP PELAYANAN PASTORAL KONSELING, BAGIAN KETIGA:

PSIKOLOGI AGAMA

Bab 3 ini penulis menjabarkan hubungan antara tingkah laku agamaniah dan personality
seseorang, beliau mengatakan bahwa hubungan antara tingkah laku agamaniah dengan
personality hanya dapat dilihat dari warna agama secara intrinsic religion, yaitu agama yang
menyatu dan tidak terpisahkan dengan kehidupan, meyakini benar kebenaran agamanya dan
mencoba menerapkannya dalam praktik kehidupan yang konrit.

Dari empat mode personality yang disebutkan, tidak ada mode personality yang sempurna.
Setiap orang harus sadar bahwa apa yang menjadi kebenaran Allah tidak pernah muncul dari
dalam diri manusia, malah manusia harus mematikan “old nature” secara mutlak dan
menyerahkan anggota tubuh kita untuk menjadi alat kebenaran. Manusia yang baru ini
diperbaharui dan dituntun oleh Roh Kudus dalam semua aspek kehidupannya.

Roh Kudus yang membebaskan roh manusia dari dosa, memampukan manusia untuk
memuliakan Tuhan. Walau sering sekali roh manusia tidak memiliki cukup kekuatan untuk
bertahan dari dosa, mengarahkan tubuh dan jiwanya untuk memuliakan Allah karena daging
terlalu lemah. Namun Roh Kudus tidak pernah berhenti bekerja dalam diri manusia tersebut,
akan terus diingatkan untuk bangkit kembali dan melakukan apa yang sesuai kehendak Allah.
Karena hati nurani pada orang yang tidak mengenal Allah saja dapat bekerja, apalagi Roh
Kudus yang ada di dalam diri orang percaya.

Manfaat dari buku Yakub B. Susabda,Ph.D. sangat cocok untuk dipelajari oleh mahasiswa
teologi apalagi yang ingin seorang pastoral yang inging memberikang konseling. Karena
buku sangat menjelaskan tentang Pastoral Konseling yang menjelaskan Pendekatan
Konseling Pastoral Berdasarkan Integrasi Teologi dan Psikologi.

Anda mungkin juga menyukai