LP Mobilisasi
LP Mobilisasi
Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah gerak yang beraaturan, terorganisasi, dan teratur
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas ( Musrifatul
Uliyah dan A. Aziz. A. H., 2007;10)
Mobilisasii merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang
mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry
dan Potter, 1994)
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan
kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
2. Tujuan Mobilisasi
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
Untuk mencegah terjadinya trauma
Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
Untuk mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari hari
Untuk mencegah hillangnya kemampuan fungsi tubuh
6. Manifestasi Klinik
a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi
b. Postur abnormal:
Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada
otot sternoklei domanstoid
Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior
Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal
Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis
Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/
pinggul dan bahu
Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan
saraf peroneal
c. Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena gangguan
yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
d. Kerusakan sistem saraf pusat.
e. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.
f. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual,
sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi,
perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
7. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal,
sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena
adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem
pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.
Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan
pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini
menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru
kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan
tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan
pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan
tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian
melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang. Skeletal adalah
rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan
ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ
vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.
pembatasan menurun
9. Komplikasi
a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. Sulit buang air besar (BAB dan buang air kecil (BAK).
d. Distensi lambung
e. Nadi meningkat dan irama tidak teratur
f. TD menurun
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
3) Mempertahankan kenyamanan
c. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1. Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk Tujuan :
a) Mempertahankan kenyamanan
b) Menfasilitasi fungsi pernafasan
2. Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri Tujuan :
a) Melancarkan peredaran darah ke otak
b) Memberikan kenyamanan
c) Melakukan huknah
d) Memberikan obat peranus (inposutoria)
e) Melakukan pemeriksaan daerah anus
3. Posisi trendelenburg adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan
bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan : untuk melancarkan
peredaran darah.
4. Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi
terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur Tujuan :
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilitas
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh
a. Aspek psikologis
Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis
klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping
yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain. Misal,
perubahan perilaku peningkatan emosi.
b. Aspek sosial kultural
Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak
yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan
sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik
dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain
c. Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang
dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya sekarang, seperti apakah
klien menunjukan keputusasaannya? Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan
keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).
RENCANA KEPERAWATAN
NO DX
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakan sensori persepsi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam klien menunjukkan:
§ Mampu mandiri total
§ Membutuhkan alat bantu
§ Membutuhkan bantuan orang lain
§ Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
§ Tergantung total
Dalam hal :
§ Penampilan posisi tubuh yang benar
§ Pergerakan sendi dan otot
§ Melakukan perpindahan/ ambulasi : miring kanan-kiri, berjalan, kursi roda
Latihan Kekuatan
§ Ajarkan dan berikan dorongan pada klien untuk melakukan program latihan secara rutin
Latihan Keseimbangan
§ Ajarkan pada klien & keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga
keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktivitas sehari hari.
2
Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x 24 jam:
v Pain Level,
v Pain control,
v Comfort level
Kriteria Hasil :
§ Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
§ Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
§ Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
§ Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
§ Tanda vital dalam rentang normal
Pain Management
§ Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
§ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
§ Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
§ Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
§ Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
§ Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
§ Kurangi faktor presipitasi nyeri
§ Ajarkan tentang teknik non farmakologi
§ Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
§ Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
3
Intoleransi aktivitas berhubungan denganKelemahan umum
Setelah dilakukan Asuhan keperawatan selama …. x 24 jam :
§ Klien mampu mengidentifikasi aktifitas dan situasi yang menimbulkan kecemasan yang
berkonstribusi pada intoleransi aktifitas.
§ Klien mampu berpartisipasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan TD, N, RR dan
perubahan ECG
§ Klien mengungkapkan secara verbal, pemahaman tentang kebutuhan oksigen,
pengobatan dan atau alat yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktifitas.
§ Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri tanpa bantuan atau dengan bantuan
minimal tanpa menunjukkan kelelahan
Managemen Energi
§ Tentukan penyebab keletihan: :nyeri, aktifitas, perawatan , pengobatan
§ Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.
§ Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktifitas.
§ Monitor respon kardiorespirasi terhadap aktifitas : takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis,
pucat.
§ Monitor asupan nutrisi untuk memastikan ke adekuatan sumber energi.
§ Monitor respon terhadap pemberian oksigen : nadi, irama jantung, frekuensi Respirasi
terhadap aktifitas perawatan diri.
§ Letakkan benda-benda yang sering digunakan pada tempat yang mudah dijangkau
§ Kelola energi pada klien dengan pemenuhan kebutuhan makanan, cairan, kenyamanan /
digendong untuk mencegah tangisan yang menurunkan energi.
§ Kaji pola istirahat klien dan adanya faktor yang menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
§ Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi.
§ Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat.
§ Bantu dengan aktifitas fisik teratur : misal: ambulasi, berubah posisi, perawatan personal,
sesuai kebutuhan.
§ Minimalkan anxietas dan stress, dan berikan istirahat yang adekuat
§ Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi, sesuai indikasi
4
Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kerusakan neurovaskuler
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama... x24 jm
Klien mampu :
§ Melakukan ADL mandiri : mandi, hygiene mulut ,kuku, penis/vulva, rambut, berpakaian,
toileting, makan-minum, ambulasi
§ Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan
§ Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit utuh
§ Mempertahankan kebersihan area perineal dan anus
§ Berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri
§ Melakukan keramas, bersisir, bercukur, membersihkan kuku, berdandan
§ Makan dan minum sendiri, meminta bantuan bila perlu
§ Mengosongkan kandung kemih dan bowel
Bantuan Perawatan Diri: Mandi, higiene mulut, penil/vulva, rambut, kulit
§ Kaji kebersihan kulit, kuku, rambut, gigi, mulut, perineal, anus
§ Bantu klien untuk mandi, tawarkan pemakaian lotion, perawatan kuku, rambut, gigi dan
mulut, perineal dan anus, sesuai kondisi
§ Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan bila perlu
§ Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan mukosa mulut, dan
gangguan integritas kulit.
a. Rencana Tujuan
Rencana tindakan
b) Posisi sim
Merupakan posisi pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Biasanya pasien
lebih nyaman tidur dengan miring ke kanan atau kiri.
c) Posisi trendelenburg
Merupakan posisi pasien tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian
kaki. Posisi ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
d) Posisi Dorsal Recumbent
Merupakan posisi dimana pasien terlentang dengan kedua lutut fleksi diatas
tempat tidur.
e) Posisi lithotomi
Merupakan posisi dimana pasien ditempatkan terlentang dengan mengangkat
kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
f) Posisi genu pectoral (knee chest)
Merupakan posisi pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur.
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara
melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda,
dan lainlain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk melatih kekuatan,
ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta meningkatkan fungsi
kardiovaskular.
4) Latihan isotonik dan isometrik
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan
cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic
exercise) dapat dilakukan dengan rentang gerak (ROM) secara aktif, sedangkan latihan
isometrik (static exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan
denyut nadi.
5) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan pelatihan untuk
mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
15. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan
mobilitas adalah :
a. Peningkatan fungsi sistem tubuh
b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
c. Peningkatan fleksibilitas sendi
d. Integritas kulit normal tercapai
e. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.