Anda di halaman 1dari 3

Isi Pokok

Menurut UU RI No.18 Tahun 2012 tentang Pangan menjelaskan pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan
sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan,
bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Menurut Saparinto dan Hidayati (2006) pangan dapat dibedakan menjadi 3
berdasarkan asalnya yaitu :
1. Pangan Segar
Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat
dikonsumsi langsung ataupun tidak langsung.
2. Pangan Olahan
Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara
atau metode tertentu, ditambah bahan tambahan atau tidak ditambah bahan tambahan.
Pangan olahan bisa dibedakan menjadi 2 pangan olahan, yaitu :
a. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolah dan
siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
b. Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah
mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan
pengolahan lanjutkan untuk dapat dimakan atau minuman.
3. Pangan Olahan Tertentu
Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok
tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh:
ekstrak tanaman stevia untuk penderita diabetes, susu rendah lemak untuk orang yang
menjalani diet rendah lemak dan sebagainya.
Menurut UU RI No.18 Tahun 2012 tentang Keamanan Pangan adalah kondisi dan
upaya yang diperlukan untuk mencegah Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia,
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia
serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman
untuk dikonsumsi.
Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari. Kurangnya peninjauan terhadap hal ini telah sering mengakibatkan terjadinya dampak
berupa penurunan kesehatan dari konsumen, mulai dari keracunan makanan akibat tidak
bersihnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker akibat
penggunaan bahan tambahan (food additive) yang berbahaya (Syah, 2005 dalam Nasution,
2009).
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 033 Tahun 2012 tentang Bahan
Tambahan Pangan, Pengawet (Preservative) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah
atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap
pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Penggunaan bahan pengawet pada makanan bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan yang bersifat patogen maupun yang tidak
patogen, memperpanjang waktu penyimpanan pangan, tidak menurunkan kualitas gizi, warna
cita rasa, dan bau bahan pangan yang digunakan, tidak untuk menyembunyikan keadaan
pangan yang berkualitas rendah, tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan
yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan, dan tidak digunakan untuk
menyembunyikan kerusakan bahan pangan (Azaz, 2013).
Boraks merupakan senyawa kimia turunan dari logam berat boron dan biasa
digunakan sebagai bahan anti jamur dan pengawet kayu. Berdasarkan data yang dihimpun
oleh BPOM padatahun 2005 bahwa bahan makanan yang menduduki peringkat teratas
mengandung formalin dan boraks adalah ikan laut, mie basah, tahu dan bakso. Boraks
digunakan sebagai zat pembersih (cleaning agent), zat pengawet makanan (additive), dan
untuk penyamak kulit.
Bakso merupakan bahan pangan sumber protein hewani alternatif yang relatif murah,
bila dibandingkan dengan daging sapi sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat
umum. Kualitas bakso ditentukan oleh daging yang digunakan sebagai bahan baku dan
kandungan daging tersebut dibandingkan dengan patinya. Pada umumnya bakso yang
bermutu tinggi, kadar patinya rendah yaitu sekitar 15% dari total adonan. Semakin tinggi
kandungan patinya semakin rendah mutu bakso yang dihasilkan, sehingga harganya akan
semakin murah (Winarno, 1997).
Adapun ciri-ciri dari bakso yang mengandung boraks yaitu struktur bakso yang
kenyal dan lebih keras, memiliki waktu penyimpanan yang sangat lama, tekstur sangat kental,
warna tidak kecoklatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung berwarna agak
putih, bau tidak alami atau ada bau lain yang muncul, dan bila dilempar ke lantai akan
memantul seperti bola (BPOM, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Azas, Q. 2013. Analisis Kadar Boraks Pada Kurma Yang Beredar Di Pasar Tanah
Abang Dengan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis [skripsi]. Jakarta (ID) : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
BPOM. 2013. Ciri Bakso yang Mengandung Boraks. Jakarta : BPOM.
Saparianto C dan Hidayati D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Kanisius. Yogyakarta.
Syah, D et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Impunan
Alumni Fakltas Teknologi Pangan IPB. Bandung.
Winarno, F.G . 1997. Keamanan Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai