Pada gambar di atas telah diaplikasikan 5 buah Simple Moving Average (SMA)
dengan periode yang berbeda-beda. Kelima Moving Average ini tentu saja
memiliki artian dan cara membaca yang berbeda. Misalkan, pada Moving
Average dengan periode 1 tidak merata-ratakan nilai apapun dalam Chart.
Moving Average periode 1 ini hanya menghubungkan 1 nilai Close candle ke
Close candle berikutnya tanpa ada perhitungan apapun.
Hal ini akan berbeda dalam Moving Average 5, 10, 20 dan 50. Pada Moving
Average 5, nilai-nilai MA yang didapatkan adalah hasil perhitungan dari
nilai 5 buah candle. Begitu pula MA 10 dan seterusnya yang didapatkan sesuai
hasil perhitungan periodenya masing-masing.
Coba pahami hal di atas lalu perhatikan kembali chart Anda. Bandingkan
antara pergerakan MA berbagai periode tersebut dengan harga. Jika
Anda cermat, maka Anda akan mendapati bahwa semakin tinggi periode
Moving Average, maka akan semakin lambat pula pergerakan dan
fluktuasi MA terhadap harga.
Contohnya adalah saat terjadi penurunan tajam pada harga, Slope atau tingkat
kemiringan MA dengan periode kecil juga akan menukik dengan tajam pula.
Namun ketika penurunan tersebut mereda dengan terjadinya koreksi kecil, maka
MA dengan periode kecil juga akan ikut menukik ke atas. Hal ini tentu saja tidak
akan terjadi dengan MA berperiode lebih besar.
Perhatikan dan amati masing-masing indikator Moving Average berikut ini. Jika
dijelaskan secara harfiah, SMA-20 Close merepresentasikan nilai rata-rata
dari penutupan harga selama 20 candlestick terakhir. Apabila diubah menjadi
SMA-20 High, MA akan merepresentasikan nilai rata-rata dari harga tertinggi
masing-masing candlestick. Begitu pula untuk nilai Open maupun Low, masing-
masing merepresentasikan rata-rata nilai pembukaan dan terendah pada pasar.
Perbedaan nilai acuan ini tentu saja memberikan hasil yang berbeda serta cara
membaca indikator MA yang berbeda pula. Jika menggunakan nilai High dan
Low sebagai acuan, Anda akan mendapati bahwa pada satu waktu harga hanya
akan berkutat di dalam kedua MA yang mirip dengan Channel ini; hal ini tentu
saja tidak akan terjadi jika Anda hanya menggunakan MA dengan nilai acuan
Close saja.
Contoh lain dalam cara membaca indikator MA dari nilai acuan perhitungannya
adalah saat melihat tren harga. Dalam penggunaan acuan nilai High atau
Low, tren saat itu bisa diketahui dari MA mana yang lebih sering disambangi oleh
harga. Tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan oleh MA dengan perhitungan nilai
Close dan Open yang cenderung lebih dekat ke rata-rata Median harga.