Anda di halaman 1dari 18

Simulasi Sedimentasi

Muhammad Irvansyah*(1), Halimatus Syadiah(2), Zela Marni Safitri


Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA
Departemen Teknik Kimia Industri, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2019

Abstrak

Sedimentasi merupakan proses terangkutnya partikel-partikel tanah atau hasil dari pelapukan
oleh air, angin, es dan gletser yang kemudian diendapkan di suatu tempat. Dalam hidrologi sedimentasi
merupakan proses terangkutnya material tanah oleh air yang disebabkan oleh erosi, tanah yang
terangkut tersebut nantinya akan mengendap di bagian badan sungai ketika terjadi penurunan
kecepatan aliran air dan menyebabkan pendangkalan. Tujuan dari simulasi sedimentasi yaitu untuk
mengetahui nilai generasi pada senyawa kimia Heptachlor ( C10H5Cl7)
Prosedur percobaan simulasi sedimentasi yaitu menginstall aplikasi Sediment-Version 2.00.
Membuka aplikasi Sediment-Version 2.00. Mengisi kotak simulation ID. Mengisi seluruh kotak pada
chemical properties dengan sifat-sifat senyawa kimia Heptachlor (C10H5Cl7). Mengisi seluruh kotak
pada environmental properties. Mengisi seluruh kotak pada concentrations. Klik compute. Buka kotak
diagram pada model output. Menghitung nilai generasi.
Hubungan antara sedimen depth berbanding lurus dengan nilai generasi yaitu semakin tinggi
sedimen depth maka semakin tinggi nilai generasi dan nilai generasi itu sendiri juga berbanding lurus
dengan konsentrasi yang mana nilai generasi akan semakin tinggi seiring bertambahnya konsentrasi.

Kata kunci : Sedimentasi, C10H5Cl7, generasi

1. Pendahuluan
Sedimentasi merupakan proses pemisahan suspensi padatan encer menjadi fluida yang
lebih jernih dan suspensi yang lebih pekat berdasarkan gaya gravitasi. Di dalam pengolahan
air, bangunan sedimentasi digunakan untuk memisahkan partikel padatan atau kotoran yang
terflokulasi atau terkoagulasi. Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat dalam air
bergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan kecepatan aliran
dalam bak pengendapan (Husaeni, 2012).
Menurut Mustafa (2010), hasil-hasil percobaan sistem batch menunjukkan dengan jelas
bahwa kecepatan pengendapan menurun dengan meningkatnya konsentrasi. Kesetimbangan
penurunan kecepatan linear dan kenaikan kecepatan massa akibat berat jenis padatan di dalam
lapisan yang lebih besar tidak dapat diduga, namun hal ini sangatlah penting dalam proses
desain.

Gambar 1. Tahapan Proses Sedimentasi Batch


Sumber : Setiyadi, 2014
Pada proses kontinyu, terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang keluar pada
saat yang bersamaan. Saat kondisi steady state, maka ketinggian cairan akan selalu tetap
(Setiyadi, 2014).

Gambar 2. Tahapan Proses Sedimentasi Kontinyu


Sumber : Setiyadi, 2014

Menurut Husaeni (2012), berdasarkan sifat partikelnya bangunan sedimentasi


dikelompokkan menjadi :
a. Sedimentasi tipe I (prasedimentasi)
b. Sedimentasi tipe II (sedimentasi)
c. Sedimentasi tipe III (final clarifier)
d. Sedimentasi tipe IV (sludge thickener)
Adapun macam bentuk dari bak sedimentasi terdiri dari 2 macam yaitu :
a. Bak empat persegi panjang (long rectangular basin)
b. Bak lingkaran (circular basin).
Suatu bak sedimentasi secara ideal dengan proses kontinyu dibagi menjadi empat daerah
(zone), yaitu :
c. Daerah masuk (inlet zone) yang berfungsi untuk mendistribusika aliran secara merata
pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk.
d. Daerah pengendapan (settling zone) yang berfungsi untuk mengalirkan air secara pelan
horizontal kearah outlet dan di dalam zona ini terjadi proses pengendapan.
e. Daerah lumpur (sludge zone) yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan partikel-
partikel yang terendapkan dan juga tempat pengeluaran lumpur.
f. Daerah pengeluaran air (outlet zone), berfungsi tempat keluaran air yang telah bersih dari
proses pengendapan melalui pelimpah.

Simulasi Pada Industri


Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan Samudera yang terbuka untuk kegiatan
perdagangan internasional yang berlokasi di provinsi Sumatera Barat. Pelabuhan ini memiliki
beberapa kawasan yang merupakan sentra kegiatan ekonomi di Sumatera Barat meliputi Muara
Padang dan Air Bangis. Sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk pengembangan
ekonomi regional. Pelabuhan Teluk Bayur terus berbenah diri dan secara berkelanjutan
melengkapi dirinya dengan berbagai sarana dan prasarana yang mampu mendukung percepatan
serta kelancaran kegiatan pelayanan kapal dan barang. Saat ini pelabuhan Teluk Bayur telah
dilengkapi dengan peralatan modern yang mampu menangani berbagai jenis barang antara lain
barang curah seperti batu bara, semen, klinker, CPO serta komoditas yang menggunakan peti
kemas seperti kayu manis, teh, moulding, furniture, dan karet yang merupakan komoditas
unggulan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika. Pemerintah juga
menyadari semakin terbatasnya daya tampung Pelabuhan Teluk Teluk Bayur yang berdampak
pada lambatnya kegiatan ekspor-impor melalui fasilitas yang dikelola BUMN PT Pelindo II
tersebut. Lambatnya kegiatan di pelabuhan jelas akan merugikan Sumbar, apalagi ke depan
volume ekspor diprediksi semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan upaya
pengembangan pelabuhan Teluk Bayur tersebut (Sugianto, 2009).
Salah satu syarat pengembangan pelabuhan yaitu memiliki kolam pelabuhan yang tenang
dan kedalaman perairan yang relatif lebih dalam. Oleh karena lokasi rencana pelabuhan di
Teluk Bayur terletak di perairan dekat pantai sehingga di perlukan penambahan kedalaman
perairan di dalam kolam pelabuhan dengan cara pengerukan, agar kapal dapat melakukan
aktifitas bongkar muat di dalam pelabuhan. Dasar kolam pelabuhan akan dikeruk sedalam
kurang lebih -10 m sampai mencapai lapisan tanah keras/batuan dasar. Pengerukan akan
dilakukan dengan Grab Dredger. Hasil kerukan langsung ditempatkan pada Hopper Barge
yang setelah terisi penuh akan berangkat menuju tempat pembuangan hasil kerukan (dumping
site) sebagian untuk reklamasi yang sudah disiapkan lahannya (dibuatkan tanggul). Pada saat
dilakukan pengerukan (dredging) maupun penimbunan sedimen hasil pengerukan ke dumping
site, maka tentunya akan mempengaruhi kualitas perairan, khususnya penyebaran material
sedimen akibat proses tersebut. Dalam kegiatan pendalaman alur pelabuhan tersebut terntunya
akan berdampak terhadap kualitas air seperti sebaran sedimen tersuspensi baik pada saat
dilakukan pengerukan maupun penimbunannya ke lokasi dumping site. Untuk melihat sejauh
mana pengaruh tersebut terhadap dampak yang ditimbulkan meskipun hanya bersifat
sementara, yaitu pada saat hanya kegiatan pengerukan berlangsung, maka perlu dilakukan
penelitian ini sehingga dapat diinformasikan kepada masyarakat maupun pemanfaat perairan
tersebut selama ini. Oleh karena itu, maka diperlukan kajian dan analisis pola penyebaran
transport sedimen tersuspensi di lokasi rencana pengerukan dan reklamasi dapat di dekati
dengan menggunakan simulasi model matematik (Sugianto, 2009).

2. Metode Penelitian
2.1 Alat yang Digunakan
a. Aplikasi Sediment-Version 2.00

2.2 Variabel Percobaan


a. Variabel Tetap :
- Jenis bahan kimia (Heptachlor ; C10H5Cl7)
- Kondisi lingkungan

b. Variabel Kontrol :
- Chemical concentration 45 μ/g , 302 μ/g, 559 μ/g, 819 μ/g, dan 1073 μ/g
- Sediment depth 20, 40, 60, 80, 100,dan 120 m.

c. Variabel Terikat :
Nilai generasi sedimentasi

2.3 Prosedur Percobaan


1. Meng-install aplikasi Sediment-Version 2.00.
2. Membuka aplikasi Sediment-Version 2.00.
3. Mengisi kotak simulation ID.
4. Mengisi seluruh kotak pada chemical properties dengan sifat-sifat senyawa kimia
Heptachlor (C10H5Cl7)
5. Mengisi seluruh kotak pada environmental properties.
6. Mengisi seluruh kotak pada concentrations.
7. Klik compute. Buka kotak diagram pada model output.
8. Menghitung nilai generasi.

2.4 Skema Alat

Gambar 2.4. Skema Alat Percobaan

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Hasil Percobaan
Hasil simulasi sedimentasi dengan konsentrasi 45 μ/g, 302 μ/g, 559 μ/g, 819 μ/g, 1073
μ/g dan sediment depth 20 m, 40 m, 60 m, 80 m, 100 m, dan 120 m pada senyawa Heptachlor
(C10H5Cl7) sebagai berikut :
a. Nama Senyawa
Nama Zat : Heptachlor
Berat Molekul : 373,3 g/mol
Data Temperature : 25⁰C
Water Solubility : 0,482 g/m3
Vapor preassure : 0,0533 Pa
Log Kow : 6,10
Mineral-water Partition Coeffisient : 1 L/kg
Degradation Half-Life : 676,32 hours

b. Diagram pada sediment depth 20 dan konsentrasi 45

Gambar 3.1. Konsentrasi 45 μ/g dan sediment depth 20


c. Diagram pada sediment depth 20 dan konsentrasi 302

Gambar 3.2. Konsentrasi 302 μ/g dan sediment depth 20


d. Diagram pada sediment depth 20 dan konsentrasi 559

Gambar 3.3. Konsentrasi 559 μ/g dan sediment depth 20


e. Diagram pada sediment depth 20 dan konsentrasi 819

Gambar 3.4. Konsentrasi 819 μ/g dan sediment depth 20


f. Diagram pada sediment depth 20 dan konsentrasi 1073

Gambar 3.5. Konsentrasi 1073 μ/g dan sediment depth 20


g. Diagram pada sediment depth 40 dan konsentrasi 45

Gambar 3.6. Konsentrasi 45 μ/g dan sediment depth 40


h. Diagram pada sediment depth 40 dan konsentrasi 302

Gambar 3.7. Konsentrasi 302 μ/g dan sediment depth 40


i. Diagram pada sediment depth 40 dan konsentrasi 559

Gambar 3.8. Konsentrasi 559 μ/g dan sediment depth 40


j. Diagram pada sediment depth 40 dan konsentrasi 819

Gambar 3.9. Konsentrasi 819 μ/g dan sediment depth 40


k. Diagram pada sediment depth 40 dan konsentrasi 1073

Gambar 3.10. Konsentrasi 1073 μ/g dan sediment depth 40


l. Diagram pada sediment depth 60 dan konsentrasi 45

Gambar 3.11. Konsentrasi 45 μ/g dan sediment depth 60


m. Diagram pada sediment depth 60 dan konsentrasi 302

Gambar 3.12. Konsentrasi 302 μ/g dan sediment depth 60


n. Diagram pada sediment depth 60 dan konsentrasi 559

Gambar 3.13. Konsentrasi 559 μ/g dan sediment depth 60


o. Diagram pada sediment depth 60 dan konsentrasi 819

Gambar 3.14. Konsentrasi 819 μ/g dan sediment depth 60


p. Diagram pada sediment depth 60 dan konsentrasi 1073

Gambar 3.15. Konsentrasi 1073 μ/g dan sediment depth 60


q. Diagram pada sediment depth 80 dan konsentrasi 45

Gambar 3.16. Konsentrasi 45 μ/g dan sediment depth 80


r. Diagram pada sediment depth 80 dan konsentrasi 302

Gambar 3.17. Konsentrasi 302 μ/g dan sediment depth 80


s. Diagram pada sediment depth 80 dan konsentrasi 559

Gambar 3.18. Konsentrasi 559 μ/g dan sediment depth 80


t. Diagram pada sediment depth 80 dan konsentrasi 819

Gambar 3.19. Konsentrasi 819 μ/g dan sediment depth 80


u. Diagram pada sediment depth 80 dan konsentrasi 1073

Gambar 3.20. Konsentrasi 1073 μ/g dan sediment depth 80


v. Diagram pada sediment depth 100 dan konsentrasi 45

Gambar 3.21. Konsentrasi 45 μ/g dan sediment depth 100


w. Diagram pada sediment depth 100 dan konsentrasi 302

Gambar 3.22. Konsentrasi 302 μ/g dan sediment depth 100


x. Diagram pada sediment depth 100 dan konsentrasi 559

Gambar 3.23. Konsentrasi 559 μ/g dan sediment depth 100


y. Diagram pada sediment depth 100 dan konsentrasi 819

Gambar 3.24. Konsentrasi 819 μ/g dan sediment depth 100


z. Diagram pada sediment depth 100 dan konsentrasi 1073

Gambar 3.25. Konsentrasi 1073 μ/g dan sediment depth 100


aa. Diagram pada sediment depth 120 dan konsentrasi 45

Gambar 3.26. Konsentrasi 45 μ/g dan sediment depth 120


bb. Diagram pada sediment depth 120 dan konsentrasi 302

Gambar 3.27. Konsentrasi 302 μ/g dan sediment depth 120


cc. Diagram pada sediment depth 120 dan konsentrasi 559

Gambar 3.28. Konsentrasi 559 μ/g dan sediment depth 120


dd. Diagram pada sediment depth 120 dan konsentrasi 819

Gambar 3.29. Konsentrasi 819 μ/g dan sediment depth 120


ee. Diagram pada sediment depth 120 dan konsentrasi 1073

Gambar 3.30. Konsentrasi 1073 μ/g dan sediment depth 120

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :


Tabel 3.1.1. Data Simulasi Sedimentasi
Variabel
Konsumsi /
Akumulasi Input Output Generasi
Sediment Konsentrasi Reaksi
(kg/yr) (kg/yr) (kg/yr) (kg/yr)
depth (m) (μ/g) (kg/yr)

20 45 0.0086408 0.04246 3562.033819 3562


20 302 0.0086408 0.28478 23908.27614 23908
20 559 0.0086408 0.5281 44253.51946 44253
20 819 0.0086408 0.7735 64836.76486 64836
0
20 1073 0.0086408 1.0137 84944.00506 84943
40 45 0.0086408 0.04246 7125.033819 7125
40 302 0.0086408 0.28478 47815.27614 47815
40 559 0.0086408 0.5281 88506.51946 88506
40 819 0.0086408 0.7735 130000.7649 130000
40 1073 0.0086408 1.0137 170001.0051 130000
60 45 0.0086408 0.04246 10687.03382 10687
60 302 0.0086408 0.28478 71723.27614 71723
60 559 0.0086408 0.5281 133000.5195 133000
60 819 0.0086408 0.7735 195000.7649 195000
60 1073 0.0086408 1.0137 255001.0051 255000
80 45 0.0086408 0.04246 14250.03382 14250
80 302 0.0086408 0.28478 95631.27614 95631
80 559 0.0086408 0.5281 177000.5195 177000
80 819 0.0086408 0.7735 259000.7649 259000
80 1073 0.0086408 1.0137 340001.0051 259000
100 45 0.0086408 0.04246 17812.03382 259000
100 302 0.0086408 0.28478 120000.2761 120000
100 559 0.0086408 0.5281 221000.5195 221000
100 819 0.0086408 0.7735 324000.7649 221000
100 1073 0.0086408 1.0137 425001.0051 221000
120 45 0.0086408 0.04246 21374.03382 21374
120 302 0.0086408 0.28478 143000.2761 143000
120 559 0.0086408 0.5281 266000.5195 266000
120 819 0.0086408 0.7735 389000.7649 389000
120 1073 0.0086408 1.0137 510001.0051 510000

3.2 Pembahasan
25000
21374.03382
20000 17812.03382
Generasi (kg/yr)

14250.03382
15000
10687.03382
10000 7125.033819

5000 3562.033819

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Sediment Depth (m)

Grafik 3.2.1. Hubungan Sediment depth dengan Generasi pada Konsentrasi 45 μ/g

Pada grafik diatas menjelaskan hubungan antara sediment depth dengan generasi. Pada
grafik terlihat bahwa pada peningkatan sediment depth diikuti dengan bertambahnya nilai
generasi. Nilai generasi menentukan terbentuknya endapan pada proses sedimentasi. Nilai
generasi yang besar maka endapannya juga besar. Selain itu, proses sedimentasi juga
dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka kandungan senyawa atau
jumlah partikel semakin banyak sehingga endapannya juga besar. Pada konsentrasi 45 μ/g
didapat nilai generasi tertinggi sebesar 21374.03382 kg/yr pada sediment depth 120 m.
Hal ini sesuai dengan literatur oleh Fatmawati (2016), bahwa berdasarkan hasil pada
penelitiannya, besarnya debit berbanding lurus dengan kecepatan pengendapan, semakin besar
debit air semakin besar pula hasil endapan yang terbentuk.
160000 143000.2761
140000 120000.2761
120000
Generasi (kg/yr)

95631.27614
100000
71723.27614
80000
60000 47815.27614
40000 23908.27614
20000
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Sediment Depth (m)

Grafik 3.2.2 Hubungan Sediment depth dengan Generasi pada Konsentrasi 302 μ/g

Pada grafik diatas menjelaskan hubungan antara sediment depth dengan generasi. Pada
grafik terlihat bahwa pada peningkatan sediment depth diikuti dengan bertambahnya nilai
generasi. Nilai generasi menentukan terbentuknya endapan pada proses sedimentasi. Nilai
generasi yang besar maka endapannya juga besar. Selain itu, proses sedimentasi juga
dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka kandungan senyawa atau
jumlah partikel semakin banyak sehingga endapannya juga besar. Pada konsentrasi 302 μ/g
didapat nilai generasi tertinggi sebesar 143000.2761 kg/yr pada sediment depth 120 m.
Hal ini sesuai dengan literatur oleh Fatmawati (2016), bahwa berdasarkan hasil pada
penelitiannya, besarnya debit berbanding lurus dengan kecepatan pengendapan, semakin besar
debit air semakin besar pula hasil endapan yang terbentuk.
300000 266000.5195
250000 221000.5195
Generasi (kg/yr)

200000 177000.5195

150000 133000.5195
88506.51946
100000
44253.51946
50000

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Sediment Depth (m)

Grafik 3.2.3 Hubungan Sediment depth dengan Generasi pada Konsentrasi 559 μ/g

Pada grafik diatas menjelaskan hubungan antara sediment depth dengan generasi. Pada
grafik terlihat bahwa pada peningkatan sediment depth diikuti dengan bertambahnya nilai
generasi. Nilai generasi menentukan terbentuknya endapan pada proses sedimentasi. Nilai
generasi yang besar maka endapannya juga besar. Selain itu, proses sedimentasi juga
dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka kandungan senyawa atau
jumlah partikel semakin banyak sehingga endapannya juga besar. Pada konsentrasi 559 μ/g
didapat nilai generasi tertinggi sebesar 266000.5195 kg/yr pada sediment depth 120 m.
Hal ini sesuai dengan literatur oleh Fatmawati (2016), bahwa berdasarkan hasil pada
penelitiannya, besarnya debit berbanding lurus dengan kecepatan pengendapan, semakin besar
debit air semakin besar pula hasil endapan yang terbentuk.
450000
389000.7649
400000
350000 324000.7649
Generasi (kg/yr)

300000 259000.7649
250000 195000.7649
200000
130000.7649
150000
100000 64836.76486
50000
0
0 20 40 60 80 100 120 140
Sediment Depth (m)

Grafik 3.2.4 Hubungan Sediment depth dengan Generasi pada Konsentrasi 819 μ/g

Pada grafik diatas menjelaskan hubungan antara sediment depth dengan generasi. Pada
grafik terlihat bahwa pada peningkatan sediment depth diikuti dengan bertambahnya nilai
generasi. Nilai generasi menentukan terbentuknya endapan pada proses sedimentasi. Nilai
generasi yang besar maka endapannya juga besar. Selain itu, proses sedimentasi juga
dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka kandungan senyawa atau
jumlah partikel semakin banyak sehingga endapannya juga besar. Pada konsentrasi 819 μ/g
didapat nilai generasi tertinggi sebesar 389000.7649 kg/yr pada sediment depth 120 m.
Hal ini sesuai dengan literatur oleh Fatmawati (2016), bahwa berdasarkan hasil pada
penelitiannya, besarnya debit berbanding lurus dengan kecepatan pengendapan, semakin besar
debit air semakin besar pula hasil endapan yang terbentuk.
600000
510001.0051
500000 425001.0051
Generasi (kg/yr)

400000 340001.0051

300000 255001.0051
170001.0051
200000
84944.00506
100000

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Sediment Depth (m)

Grafik 3.2.5 Hubungan Sediment depth dengan Generasi pada Konsentrasi 819 μ/g
Pada grafik diatas menjelaskan hubungan antara sediment depth dengan generasi. Pada
grafik terlihat bahwa pada peningkatan sediment depth diikuti dengan bertambahnya nilai
generasi. Nilai generasi menentukan terbentuknya endapan pada proses sedimentasi. Nilai
generasi yang besar maka endapannya juga besar. Selain itu, proses sedimentasi juga
dipengaruhi oleh konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi maka kandungan senyawa atau
jumlah partikel semakin banyak sehingga endapannya juga besar. Pada konsentrasi 1073 μ/g
didapat nilai generasi tertinggi sebesar 510001.0051 kg/yr pada sediment depth 120 m.
Hal ini sesuai dengan literatur oleh Fatmawati (2016), bahwa berdasarkan hasil pada
penelitiannya, besarnya debit berbanding lurus dengan kecepatan pengendapan, semakin besar
debit air semakin besar pula hasil endapan yang terbentuk.

4. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai generasi dari
senyawa Heptachlor (C10H5Cl7) yang semakin besar seiring meningkatnya sediment depth.
Selain itu, nilai generasi akan meningkat juga bersama dengan meningkatnya konsentrasi.
Sehingga generasi berbanding lurus dengan sediment depth dan konsentrasi.

Daftar Pustaka

Fatmawati. (2016). Analisis Sedimentasi Aliran Sungai Batang Sinamar Bagian Tengah diI
Kenagarian Koto Tuo Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Geografi,
156-164.
Husaeni, N., H., E. N., & C., O. H. (2016). Penurunan Konsentrasi Total Suspended Solid pada
Proses Air Bersih Menggunakan Plate Settler. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 69.
Mustafa. (2010). Evaluasi Laju Sedimentasi Pada Kolom Sedimentasi Sistem Batch dengan
Penambahan Flokulan. Jurnal Teknologi Perspektif, 8-12.
Setiyadi. (2014). Menentukan Persamaan Kecepatan Pengendapan pada Sedimentasi. Widya
Teknik.
Sugianto, D. N. (2009). Simulasi Model Transpor Sedimen Tersuspendi untuk Mendukung
Perencanaan Pelabuhan Teluk Bayur, Sumatera Barat. Jurnal Teknologi Lingkungan, 46-
54.

Anda mungkin juga menyukai