Yudis TAW
ABSTRAK
Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat Fisik dan
Organoleptik Naget Puyuh telah dilaksanakan antara tanggal 8 – 11 Mei 2015. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui berapa besar pengaruh tingkat penambahan karagenan
terhadap sifat fisik (daya ikat air, susut masak, keempukan) dan organoleptik (rasa, aroma,
warna, keempukan, total penerimaan) naget puyuh serta mengetahui tingkat persentase
penambahan karagenan yang menghasilkan naget puyuh dengan sifat fisik dan organoleptik
yang terbaik. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan acak
lengkap dengan lima perlakuan (0,00%; 0,50%; 1,00%,; 1,50%; dan 2,00%) dan setiap
perlakuan diulang sebanyak empat kali. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dilakukan
analisis sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak
Berganda Duncan. Data organoleptik dianalisis dengan menggunakan analisis Kruskall-
Wallish. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penambahan karagenan berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap sifat fisik namun tidak berpengaruh nyata terhadap organoleptik.
Sifat fisik terbaik, diperoleh pada penambahan karagenan 1,50%.
Kata Kunci : Karagenan, Naget Puyuh, Organoleptik, Sifat Fisik.
ABSTRACT
1
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
PENDAHULUAN
Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk pangan
semakin meningkat juga dengan meningkatnya tingkat pendapatan, sehingga berdampak pada
peningkatan permintaan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi. Salah satu jenis bahan
pangan yang memiliki nilai gizi tinggi diperoleh dari produk ternak seperti daging.
Burung puyuh merupakan salah satu ternak unggas yang dapat dimanfaatkan sebagai
alternatif sumber bahan pangan hewani, karena dapat dimanfaatkan sebagai penghasil telur
maupun penghasil daging, namun hingga saat ini lebih banyak digunakan untuk menghasilkan
dapat digunakan dalam proses pengolahan daging, misalya diolah menjadi naget. Pengolahan
daging puyuh menjadi naget diharapkan dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap
Naget adalah olahan daging yang tidak asing lagi dikonsumsi masyarakat, merupakan
produk olahan daging yang dicetak, dimasak dan dibekukan serta terbuat dari campuran
daging giling yang diberi bahan pelapis dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain
dan bahan tambahan yang diizinkan (Badan Standardisasi Nasional, 2002). Dalam proses
pembuatan naget, selain daging sebagai bahan utama, juga membutuhkan bahan tambahan
seperti bumbu, bahan pengisi, dan bahan pengikat. Bahan tambahan berfungsi untuk
memperbaiki stabilitas emulsi, dan mengurangi biaya produksi. Bahan tambahan yang
digunakan umumnya berupa karbohidrat, misalnya tepung tapioka, tepung terigu, atau
karagenan. Bahan pengisi adalah bahan yang mampu mengikat sejumlah air tapi mempunyai
pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. Bahan pengisi umumnya hanya terdiri dari karbohidrat
yang mampu mengikat air. Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan dalam makanan
untuk mengikat air yang terdapat dalam adonan, sehingga adonan terbentuk dengan baik.
Naget merupakan produk daging siap saji dan mudah diperoleh serta mudah
dikonsumsi, karena produk ini siap masak dan hanya membutuhkan waktu yang relatif
singkat untuk siap dikonsumsi, selain mempunyai rasa yang enak. Umumnya naget yang
2
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
banyak diproduksi dan dijual menggunakan daging ayam. Untuk mengurangi ketergantungan
terhadap daging ayam, dapat menggunakan daging unggas lain, misalnya daging puyuh.
Usaha untuk meningkatkan sifat fisik dan organoleptik naget puyuh adalah dengan
cara menggunakan bahan tambahan makanan yang aman, misalnya karagenan. Karagenan
merupakan bahan tambahan pangan alami yang baik sebagai penstabil, sehingga diharapkan
naget yang dihasilkan memiliki sifat-sifat fisik dan organoleptik yang lebih baik.
Permasalahan yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini adalah belum diperoleh
formula yang tepat mengenai kadar karagenan yang dapat ditambahkan dalam pembuatan
naget puyuh. Hal ini yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengaruh tingkat penambahan karagenan terhadap sifat fisik dan organoleptik naget
puyuh.
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan penambahan karagenan, yaitu : tanpa penambahan karagenan
0,00% (P1); penambahan 0,50% (P2); penambahan karagenan 1,00% (P3); penambahan
karagenan 1,50% (P4) dan penambahan karagenan 2,00% (P5); setiap perlakuan diulang
3
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan untuk
menguji rata-rata antar perlakuan digunakan uji Jarak Berganda Duncan, seankan untuk uji
organoleptik menggunakan uji Kruskall-Wallish.
Prosedur Analisis
c. Selanjutnya naget puyuh ditekan selama 5 menit di antara dua plat kaca,dengan
Prinsipnya yaitu bahan diberi tekanan beban 35 kg selama 5 menit, sehingga air
bebas akan dilepaskan dan diserap oleh kertas saring; dan membentuk lingkaran
basah pada kertas saring. Area yang tertutupi bahan (naget) diberi tanda, dan juga
d. Area basah mencerminkan air terikat di dalam naget daging puyuh, diperoleh dari
area basah total dikurangi dengan area yang tertutup naget daging puyuh pada
kertas saring.
Area basah = luas area basah total – luas area tertutup naget
Luas area basah ditandai dan diukur dengan menggunakan rumus : π.r2
Keterangan : π = 3,14
r = jari-jari lingkaran
Tien R. Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Cawan dikeringkan dalam oven selama
ditimbang hingga beratnya stabil (W1). Lalu sampel dimasukkan ke dalam cawan,
4
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
dan cawan ditimbang lagi sampai stabil (W2). Cawan dimasukkan ke dalam oven
bersuhu 125oC selama 2-4 jam untuk menghilangkan kadar air bahan. Cawan
diperoleh berat stabil (W3). Berat stabil diperoleh setelah dilakukan penimbangan
dua kali berturut-turut, dengan selisih nilai tidak lebih dari 0,001 g.
𝑤2−𝑤3
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = X 100%
𝑤2−𝑤1
Keterangan :
W2-W3 = kehilangan berat
2. Sampel dimasukkan ke dalam plastik tahan panas yang tertutup rapat, kemudian
direbus sampai mencapai suhu naget puyuh 80oC selama 30 menit lalu didinginkan
5
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
1. Sampel naget dikukus pada suhu 100oC selama 45 menit dan didinginkan dalam
4,0 cm x 1,5 cm. Kemudian adonan dilumuri putih telur dan tepung roti,
2. Naget puyuh diletakkan tepat di bawah jarum penusuk alat penetrometer sehingga
3. Penusukan dilakukan selama 10 detik dan nilainya dilihat pada skala penetrometer.
diberikan lima sampel naget puyuh, lembar kuesioner, dan segelas air mineral sebagai
Sampel yang diuji adalah naget puyuh yang telah digoreng selama 3 menit pada suhu
100OC. Pengujian meliputi uji rasa, aroma, warna, keempukan dan total penerimaan.
Uji organoleptik menggunakan uji tingkat kesukaan (hedonik) mengacu pada Dwi
6
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
Perlakuan Perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5
a a b b
Daya Ikat Air 32,95 32,96 35,01 36,11 35,43b
Susut Masak 5,15a 4,11a 3,10ab 2,54c 2,57bc
a a ab b
Keempukan 88,74 90,57 94,53 101,46 99,25b
Organoleptik
Rasa 2,15 2,60 2,50 2,20 2,65
Aroma 2,30 2,30 2,75 2,25 2,70
Warna 3,05 2,95 3,25 2,80 2,95
Keempukan 2,95 2,95 2,80 2,80 2,85
Total Peneriman 2,25 2,40 2,50 2,10 2,75
Keterangan : huruf kecil yang berbeda ke arah horizontal pada kolom menunjukkan berbeda
nyata pada signifikansi 0,05
7
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
Menurut De Freitas dkk., (1997) penambahan karagenan sampai 2% pada protein myofibrilar
menunjukkan tidak adanya interaksi karagenan dengan protein, akan tetapi adanya garam
garam yang larut pada karagenan dapat merubah kekuatan ion produk. Lebih lanjut
dikemukakan oleh Towle (1973) adanya garam-garam yang terlarut dalam karagenan akan
menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Penurunan muatan ini menyebabkan
penurunan gaya tolakan (repulsion) antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat hidrofilik polimer
semakin lemah dan menyebabkan viskositas larutan menurun.
Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang memiliki kemampuan mengikat air.
Perez-Mateoz (1999), mengatakan bahwa karagenan, digunakan untuk meningkatkan fungsi
fisik seperti daya ikat air. Lebih lanjut dikatakan oleh Gomez-Guillen dkk., (1996) nilai daya
ikat air tinggi dikarenakan karagenan membengkak dan menambah elastisitas dengan
mereduksi kandungan air serta meningkatkan kepadatan di sekitar matrik protein.
Peningkatan daya ikat air oleh karagenan, menjaga atau menahan air dalam ruang matrix
yang terbentuk.
nyata dengan tanpa penambahan karagenan (0,0%-P1) dan penambahan 0,5% (P2).
Sedangkan penambahan 1,5% (P4) dan 2,0% (P5) berbeda nyata dengan tanpa penambahan
(P1) dan penambahan karagenan 0,5% (P2). Nilai rata-rata keempukan terendah diperoleh
dari perlakuan tanpa penambahan karagenan yaitu 88,74 mm/g/10 detik sedangkan rata rata
keempukan tertinggi diperoleh pada penambahan karagenan sebanyak 1,5% yaitu sebesar
101,46 mm/g/10 detik. Penambahan karagenan dapat membantu pembentukan gel yang dapat
memperbaiki keempukan. Karagenan dapat berikatan baik dengan protein dan air, sehingga
menghasilkan naget yang empuk. Keempukan produk restrukturisasi daging dipengaruhi oleh
jaringan ikat, karakteristik serat daging dan bahan pengisi (Lee dkk., 2008), ukuran partikel
daging dan homogenitas produk (Petracci dan Baeza, 2011). Karagenan berinteraksi dengan
protein dan karbohidrat, mengikat air, memperbaiki karakteristik pemotongan serta
meningkatkan keempukan (Pearson, 1999). Lebih lanjut menurut Ayadi (2009) karagenan
membentuk gel yang dapat mengikat partikel-partikel daging sehingga menyebakan
terjadinya tekstur yang empuk.
9
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
10
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
Penambahan karagenan akan meningkatkan kandungan air di dalam naget puyuh. Hal ini
diakibatkan karena karagenan mampu mengikat air saat terjadi gelatinisasi. Menurut
Keeton (2001), penggunaan karagenan dimaksudkan untuk memperbaiki gel produk dan
merupakan bahan pengental dan pengikat. Lebih lanjut dikemukakan oleh Soeparno
(2005) keempukan secara menyeluruh meliputi tekstur dan melibatkan beberapa aspek, di
antaranya mudahnya penetrasi gigi ke dalam naget puyuh, mudahnya naget dikunyah dan
jumlah residu yang tertinggal setelah dikunyah.
e. Total Penerimaan
Nilai rataan untuk kriteria total penerimaan berkisar antara 2,10-2,75 yang berarti suka
sampai agak suka, secara umum aroma naget cukup diterima oleh panelis. Naget yang
memiliki total penerimaan paling disukai panelis adalah penambahan karagenan 1,5%
(P4). Total penerimaan dipengaruhi oleh komponen lain seperti rasa, aroma, warna dan
keempukan. Karagenan dapat menyerap air sehingga menghasilkan tekstur yang
kompak. Menurut Chapman (1980), karagenan dapat menyerap air sehingga
menghasilkan tekstur yang kompak. Hal ini dikarenakan karagenan merupakan senyawa
polisakarida yang mudah mengikat air dengan adanya gugus sulfat pada rantai
molekulnya.
KESIMPULAN
Penambahan karagenan pada naget puyuh memberikan pengaruh nyata terhadap sifat
fisik (daya ikat air, susut masak, dan keempukan) namun tidak berpengaruh nyata terhadap
organoleptik (rasa, aroma, warna, keempukan dan total penerimaan). Penambahan karagenan
1,5% memberikan sifat fisik terbaik (daya ikat air 36,11%, susut masak 2,54% dan
keempukan 101,46) dan organoleptik yang paling disukai.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh penambahan karagenan pada
pembuatan naget puyuh, penambahan 1,5% karagenan menghasilkan sifat fisik terbaik dan
organoleptik yang paling disukai, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
sifat kimia dan daya awet dari naget puyuh yang ditambahkan karagenan.
11
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
DAFTAR PUSTAKA
Arif Ismanto. 2012. Pengaruh Bahan Pengikat (Karagenan, Albumen dan Gelatin) dan
Lemak Terhadap Komposisi Kimia, Kualitas Fisik dan Karakteristik Sensoris Sosis
Sapi. Jurnal Teknologi Pertanian Universitas MulawarmanVolume 8 Nomor 2. 69-74.
Ayadi, M.A., Kechaou, A., Makini, I. and Attia, H. 2009. Influence of Carrageenan addition
on Turkey Meat Sausages Properties. Journal of Food Engineering 93:278-283.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Naget Ayam. SNI 01-6683. Badan Standardisasi
Nasional, Jakarta.
Chapman, V.J. and D.J. Chapman. 1980. Seaweeds and Their Uses. Chapman and Hall in
Association with Metheun, Inc. New York.199.
Chen, B.H. and Y.C. Chang. 2001. Formation of polycyclic aromatic hydrocarbons in the
smoke from heated model lipids and food lipids. J. Agric. Food Chem. 49(11): 5238 –
5243.
De Freitas, Z., Sebranek, J., Olson, D. and Carr, J. 1997. Carrageenan effects on thermal
stability of meat proteins. Journal of Food Science 62 (3): 544-547.
Dwi, Setyaningsih., Apriyantono, A., dan Puspitasari, M. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. Penerbit IPB Press. Bogor .Hal 59-60..
Gomez-Guillen M.C and P.Montero. 1996. Addition of hydrocolloids and non muscle
proteins to sardine (Sardina pilchardus) mince gels. J. Food Chemi, 56 (4): 421-
427..
Keeton, J. T. 2001. Formed and Emulsion Product. Dalam: J. F. Price and B. S.Schweigert
(Eds). The Science of Meat and Meat Products. 2 Edit. W. H.Freeman and Company,
San Fransisco. 417.
Lee, K.E., H.J. Kim, D.S. AN, E.S. Lyu And D.S.Lee. 2008. Effectiveness of modified
atmosphere packaging in preserving a prepared ready-to-eat food. Packaging
Technology and Science 21(7): 417 – 423.
Leo, M and L. Nollet. 2007. Handbook of Meat Poultry and Seafood Quality. Blackwell
Publishing John Wiley & Sons, Inc. Hal:40
Pearson, A. M. dan T. A. Grillett. 1999. Processed Meat. 3rd ed. Aspen Publication. USA.
154.
12
Pengaruh Tingkat Penambahan Karagenan Terhadap Sifat fisik ............................ Yudis TAW
Petracci, Massimiliano., and Bianchi, M. 2012. Functional Ingredients for Poultry Meat
Products. World’s Poultry Congress, Bahia. 1-13.
Rini Mastuti. 2008. Formulasi Konsentrasi Bahan Pengikat Produk Daging Kambing Tetelan
Restrukturisasi Mentah.Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Februari 2008, Hal
15-23 Vol. 3, No. 1 ISSN : 1978 - 0303
Singh, R.P. 1994. Scientific Principles of Shelf Life Evaluation. Di dalam Man C.M.D. and
A.A. Jones (eds.). Shelf Life Evaluation of Foods. Blackie Academic and Professional,
London. 40-51
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal
289-291;297-299.
Tien R. Muchtadi, dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Laboratorium : Ilmu Pengetahuan Bahan
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal
3;35;57;71.
Towle, G.A. 1973. Carrageenan. Di dalam: Whistler R.L, (ed.). Industrial Gums. New York :
Academic Press: 84.
Winarno, F. G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
13