Anda di halaman 1dari 7

Laporan praktikum ke-1 Hari, tanggal :Rabu, 26 Februari 2020

Nutrisi Ternak Pedaging Tempat :Laboratorium Lapang


Kandang B
Dosen :Dr. Ir. Lilis Khotijah,M.S
Asisten :Kokom Komalasari
S.Pt, M.Si

PENENTUAN BCS PADA DOMBA

Kelompok 4:
Sani Juwita S (D24180063)
Rian Fadillah (D24180108)
Marsseline Ersa A (D24180116)

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi
besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat
umum dibudidayakan di masyarakat. Indonesia memiliki bermacam macam jenis
Domba Lokal dengan masing masing karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh daerah
lain, diantaranya adalah Domba Ekor Gemuk, Domba Ekor Tipis, Domba Priangan,
Domba Batur dan jenis lainnya (Ismartoyo 2011) .
Informasi mengenai performa ternak sangat diperlukan dalam rangka
mempertahankan dan mengembangkan produktivitas domba garut. Salah satu indikator
yang dapat digunakan yaitu penilaian Body Condition Score (BCS). BCS merupakan
suatu metode penilaian kondisi tubuh ternak baik secara visual (inspeksi) maupun
dengan perabaan (palpasi) terhadap lemak tubuh pada bagian tertentu. BCS dapat
menggambarkan bobot badan dan cadangan lemak yang digunakan domba garut
sebagai sumber energi untuk mengoptimalkan produktivitas selama periode
pertumbuhan, kebuntingan dan laktasi. Penaksiran bobot badan juga dilakukan sebagai
alternatif untuk mengetahui bobot badan ternak secara praktis. Ukuran-ukuran linear
tubuh dapat digunakan untuk menaksir bobot badan. Lingkar dada merupakan ukuran
linear tubuh yang berkorelasi positif dengan bobot badan domba garut sehingga
dimanfaatkan untuk menaksir bobot badan pada kelompok ternak domba.
Body Condition Score merupakan manajemen yang digunakan untukmemperkirakan
kualitas dari ternak perah. Penilaian ternak perah sangat penting dilaksanakan terutama
dalam hal memilih ternak yang akandipelihara baik untuk bibit produksi susu atau
pejantan ( Soeparno 2005) .
BCS digunakan untuk mengevaluasi manajemen pemberian pakan,menilai
status kesehatan ternak dan membangun kondisi tubuh ternakselama berproduksi.BCS
telah terbukti menjadi alat praktis yang pentingdalam menilai kondisi tubuh ternak
karena BCS adalah indikator sederhanaterbaik dari cadangan lemak yang tersedia, yang
dapat ternak dalam periode apapun.

Tujuan

Melatih mahasiswa melakukan penilaian BCS ternak ruminansia pedaging


secara langsung pada ternak hidup, melatih mahasiswa mengevaluasi status kecukupan
nutrisi ternak berdasarkan nilai BCS yang diperoleh dan melatih kerjasama tim.
TINJAUAN PUSTAKA

Domba
Domba merupkan ternak ruminansia kecil yang dapat menghasilkan produk
berupa daging dan wol (Manunggal 2015). Ternak domba mempunyai fungsi secara
ekonomi yaitu sebagai penyumbang perekonomia keluarga, sebagai tabungan, dan
memenuhi kebutuhan finansial yang mendadak (Perwitasari dan Bastoni 2019).
Pemenuhan gizi terhadap protein hewani terhadap masyarakat dengan memenuhi
kebutuhan daging dengan cara mengembangkan ternak domba. Pengembangan ternak
domba sebagai ruminansia kecil mudah dan cepat berkembang biak dengan hanya
mengunakan modal yang relative kecil dibandingkan dengan pengembangan ternak
ruminansia besar. Peningkatan ternak dalam kualitas dan kuantitas memerlukan adanya
sistem manajemen yang baik yaitu dengan pemberian pakan yang bermutu,
perkandangan yang bersih dan penanganan kesehatan terhadap ternak (Sari et al 2010).
BCS
Body condition score pada domba dapat disesuaikan dengan bentuk proporsi
tubuh domba dan status fisiologis yang ada pada ternak. Penilaian BCS pada domba
dapat dilakukan dengan visual dan perabaan pada tubuh ternak yaitu pada otot dan
tumpukan lemak sekitar pangkal ekor, tulang punggung, dan pinggul pada domba.
Skors BCS pada domba dapat menggunakan skala 1-5. Skala BCS semakin rendah
menandakan semakin rendahnya bobot badan domba dan sebaliknya (Manunggal
2015). Menurut (Thompson dan Meyer 2006) pembagian BCS menurut skala yaitu
skala 1 dapat menunjukan domba sangat kurus, skala 2 domba kurus, skala 3 domba
sedang, skala 4 domba gemuk, dan skala 5 domba sangat gemuk. Penilaian BCS pada
domba dapat dibagi berdasarkan fisiologi domba. BCS domba optimal pada domba
anakan jantan dan betina berkisar 2,0-2,5, domba betina berkisar 2,5-3,0, betina
bunting 3,0, betina laktasi 2,5, betina flushing 2,0, dan domba pejantan berkisar 3,0-
4,0. BCS pada domba yang rendah dapat menyebabkan cadangan tubuh rendah yang
menyebabkan domba memiliki peluang besar menderita penyakit, kegagalan
reproduksi, gangguan metabolisme, dan penurunan produksi susu pada domba laktasi
(Haskell dan Anilla 2001).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dipaparkan suatu hasil pengamatan jenis kelamin, jumlah rusuk yang terlihat,
tulang ekor, dan tulang punggung serta kaitannya dengan BCS. Indikitor terssebut
menjadi penilaian untuk menentukan BCS padad domba.
Tabel 1. Pengamatan BCS domba.
Jumlah
tulang BCS
Jenis Tulang Tulang
NO rusuk
kelamin ekor punggung
yang
terlihat 1 2 3 4 5
1 Betina ++ ++ +++ 2 2 2
2 Betina ++ ++ ++ 3 3 3
3 Betina +++ ++ +++ 2 2 2
4 Betina +++ ++ +++ 3 3 3
5 Betina ++ +++ +++ 3 3 3
6 Betina ++ ++ ++ 4 4 4
7 Jantan +++ ++ +++ 1 1 1
8 Jantan +++ +++ +++ 1 1 1
9 Jantan ++ ++ +++ 4 4 4
10 Jantan +++ ++ +++ 2 2 2
Keterangan : +++ (sangat teraba), ++ (perlu sedikit tekanan), + (perlu tekanan lebih).

Pembahasan
Body Condition Score adalah metode untuk mmemberikan nilai kondisi tubuh
ternak baik secara visual maupun perabaan pada timbunan lemak tubuh dibawah kulit
sekitar pangkal ekor, tulang pinggul dan tulang punggung BCS digunakan untuk
mengevaluasi manajemen pemberian pakan, menilai status kesehatan individu ternak
dan membangun kondisi ternak pada waktu manajemen ternak yang rutin. BCS telah
terbukti menjadi alat praktis yang penting dalam menilai kondisi tubuh ternak karena
BCS adalah indikator sederhana terbaik dari cadangan lemak yang tersedia yang dapat
digunakan oleh ternak dalam periode apapun (Susilorini et al. 2007).
Body Condition Score memiliki hubungan dengan reproduksi ternak, seperti
kesuburan, kebuntingan, proses kelahiran, laktasi, semua akan mempengaruhi sistem
reproduksi. Berbagai kelompok hewan bentuk tubuh (ukuran), usia, jenis kelamin dan
keturunan juga akan memiliki pengaruh yang kuat pada sistem reproduksi, apabila
ternak mempunyai bobot badan yang melebihi bobot badan ideal, ternak tersebut akan
mengalami gangguan reproduksi dan penyakit metabolisme, sebaliknya apabila ternak
memiliki bobot badan kurang dari ideal akan berdampak pada sistem reproduksi
(Budiawan et al. 2015).
Pengamatan tersebut menunjukan bahwa rata-rata BCS domba kandang B
berada pada renta 1-3 yang ditunjukan dengan tonjolan jelas pada tulang belakang,
leher, dan rusuk. Pengukuran BCS pada ternak berfungsi mengetahui kondisi fisologis
pada ternak dan menjadi indikator pertimbangan dalam management. Domba dengan
BCS tinggi cenderung mengandung lemak yang tinggi sehingga dapat menutupi
saluran reproduksi sehingga akan terjadi gangguan pada saluran reproduksi, sebaliknya
domba dengan BCS rendah dengan kondisi tubuh kurus akan menyebabkan turunnya
kemampuan tubuh membentuk hormon – hormon reproduksi dan gangguan ovulasi.
Menurut Bearden dan Fuquay (1987), apabila terjadi penimbunan lemak pada saluran
reproduksi akibatnya akan kegemukan maka akan menyebabkan gangguan siklus
estrus, angka kebuntingan rendah, distokia, abortus, dan retensi plasenta.
DAFTAR PUSTAKA

Bearden HJ, Fuquay JW. 1984. Appliead Animal Reproduction. Virginia (US). A
Prentice Hall Company.
Budiawan A, Ihsan MN, Wahjuningsih S. 2015. Hubungan body condition score
terhadap service per conception dan calving interval sapi potong peranakan
ongole. Jurnal Ternak Tropika. 16(1): 34-40.
Haskell SRR, Antilla TA. 2001. Small Ruminant Clinical Diagnosis and Theraphy.
Minnesota (USA): University of Minnesota St. Paul.
Ismartoyo. 2011. Pengantar Teknik Penelitian Degradasi Pakan Ternak Ruminansia.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Manunggal DS. 2015. Performa Body condition score dan bobot badan pada kelompok
ternak Domba Garut di BPPTD Margawati Garut [skripsi]. Bogor(ID): Institut
Pertanian Bogor.
Perwitasari FD, Bastoni. 2019. Analisis pendapatan usaha ternak domba secara intensif
di Kabupaten Cirebon. Jurnal Peternakan Indonesia. 21(1): 1-9.
Sari EM, Fitri CA, Putra D. 2010. Manajemen pemeliharaan domba lokal ditinjau dari
aspek teknis pemeliharaan di Kabupaten Gayo Lues. Jurnal Peternakan
Indonesia. 12(2): 88-93.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
Susilorini TE, Sawitri ME dan Muharlien. 2007. Budi daya 22 Ternak Potensial.
Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
Thompson JM, Meyer H. 2006. Body Condition Scoring of Sheep. Proc 52nd
Bien. Spooner Sheep D. Page 28.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai