1052 2289 1 SM PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN

PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP


PRAKTIK PERATAAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI
Tahun 2008-2012)

Oleh:

Dewi Yulfita
2011/1103217

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
Wisuda Periode Juni 2014
PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP
PRAKTIK PERATAAN LABA
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di BEI Periode
2008-2012)

Dewi Yulfita
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email: dewiyulfita@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh profitabilitas,
kebijakan dividen, dan pertumbuhan perusahaan terhadap praktik perataan
laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2008-2012. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive
sampling, sebanyak 44 perusahaan. Teknik analisis data dengan
menggunakan regresi logistik dan uji z. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tindakan perataan laba, sedangkan kebijakan dividen
berpengaruh signifikan negatif terhadap praktik perataan laba.

Kata Kunci: Perataan Laba, Profitabilitas, Kebijakan Dividen,


Pertumbuhan Perusahaan

ABSTRACT
This study aims to investigate the influence of profitability, dividend policy,
and company growth to income smoothing in manufacture company in
Indonesia Stock Exchange. This type of research that is classified as
causative research Population of this study is the manufacture companies
listed in the Indonesia Stock Exchange 2008-2012. Sample was determined
through purposive sampling technique consisted of 44 companies. The
results of this study indicated that profitability and company growth are not
significant to income smothing, but dividend policy have significant effect
on income smoothing.

Keywords: Income smoothing, Profitability, Dividend Policy, and


Company Growth
1. PENDAHULUAN perhatian utama dalam menaksir kinerja
atau pertanggungjawaban manajemen, dan
Situasi perekonomian negara yang informasi laba membantu pemilik atau
tidak menentu dan ketatnya persaingan pihak lain yang berkepentingan dalam
dunia usaha mendorong manajemen untuk menaksir kekuatan laba suatu perusahaan
bekerja lebih efektif dan efisien agar dimasa yang akan datang.
perusahaan mampu bertahan dan menjaga Dalam melakukan pertimbangan
eksistensinyasekaligus meningkatkan berinvestasi, perhatian investor sering
kinerja manajemen untuk mendapatkan terpusat pada informasi laba tanpa
hasil yang optimal bagi perusahaan. memperhatikan prosedur yang digunakan
Kinerja manajemen dapat tercermin di untuk menghasilkan laba tersebut (Bettie
dalam laporan keuangan. Laporan et al , 1994 dalam Mursalim, 2005). Hal
keuangan merupakan suatu pencerminan inilah yang mendorong manajemen untuk
dari suatu kondisi perusahaan, karena di melakukan dysfunctional behaviour
dalam laporan keuangan terdapat (prilaku tidak semestinya) untuk
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh meningkatkan kinerja manajemen
pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Sofyan (2010:163)
perusahaan seperti manajemen, menyebutkan semua aktivitas dalam
stockholders, kreditur, dan pemerintah. perusahaan merupakan kontrol dan
Sebagaimana dinyatakan dalam penguasaan manajemen termasuk juga
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan mereka yang menyusunnya. Keadaaan ini
(PSAK) No.5, dimana tujuan laporan dianggap bahwa manajemen dalam
keuangan adalah menyediakan informasi menyusun laporan keuangannya tidak
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja berada dalam posisi independen karena
serta perubahan posisi keuangan suatu dianggap ia akan mengutamakan
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah kepentingannya yang bisa merugikan
besar pemakai dalam pengambilan kepentingan publik.
keputusan ekonomi. Tindakan dysfunctional behaviour
Berdasarkan pernyataan tersebut yang dilakukan oleh pihak manajemen
diketahui bahwa laporan keuangan tersebut berkaitan dengan teori keagenan
merupakan indikator penting yang dilihat (agency theory). Teori keagenan (agency
oleh pihak-pihak yang berkepentingan theory) menyatakan bahwa manajemen
terhadap perusahaan, antara lain pihak memiliki informasi yang lebih banyak
internal maupun pihak eksternal. Pemakai mengenai perusahaan dibandingkan
internal adalah pihak manajemen yang pemilik perusahaan yang sering terdorong
bertanggung jawab terhadap perngelolaan untuk melakukan tindakan yang dapat
perusahaan harian (jangka pendek) dan memaksimalkan keuntungan dirinya
juga jangka panjang Sedangkan pemakai sendiri dan atau perusahaannya. Hal ini
eksternal adalah investor atau calon dimanfaatkan oleh manajemen untuk
investor yang meliputi pembeli saham atau melakukan manipulasi laba atau
obligasi, kreditor, supplier dan pemakai- pengelolaan laba (earning management).
pemakai lain seperti karyawan, analis Salah satu bentuk pengelolaan laba yang
keuangan, pialang saham, pemerintah, dan dilakukan manajemen perusahaan adalah
Bapepam (Mamduh dan Abdul, 2007: 27). praktik perataan laba.
Salah satu informasi yang terdapat Kasus perusahaan yang pernah
dalam laporan keuangan adalah informasi melakukan praktik perataan laba pernah
mengenai laba. Sebagaimana disebutkan terjadi pada PT. Waskita Karya. Dimana
dalam Statement of Financial Accounting terjadi kelebihan pencatatan pada laporan
Concept (SFAC) nomor 1, bahwa keuangan 2004-2007. Hal ini disebabkan
informasi laba pada umumnya menjadi karena direksi melakukan rekayasa

2
keuangan sejak tahun buku 2004-2007 atau pengakuan suatu peristiwa, (2)
dengan memasukkan proyeksi multitahun perataan laba melalui alokasi selama satu
kedepan sebagai pendapatan tertentu. periode tertentu, (3) perataan laba melalui
Pemalsuan keuangan perusahaan ini klasifikasi. Dilakukannya tindakan
terdeteksi sejak Agustus 2009 dan perataan laba ini biasanya untuk
menyebabkan Waskita mengalami defisit mengurangi pajak, meningkatkan
modal sebesar Rp 475 miliar. Rekayasa kepercayaan investor yang beranggapan
laporan keuangan BUMN bidang jasa laba yang stabil akan mempengaruhi
konstruksi ini hanya bersifat administratif kebijakan dividen yang stabil dan menjaga
(accounting). Oknum direksi yang terlibat, hubungan antara manajer dan pekerja
diakui tidak secara sengaja memalsukan untuk mengurangi gejolak kenaikan laba
laporan keuangan guna kepentingan dalam pelaporan laba yang cukup tajam.
pribadi. Ini hanya pelangaran standar sisi Perataan laba dapat diukur dengan
akuntansi saja. Kondisi perusahaan yang Indeks Eckel. Menurut Ashari, dkk (1994)
sulit menyebabkan mereka mencari jalan dalam Nia (2009) mengemukakan alasan
dengan memalsukan laporan (detik mengapa Indeks Eckel yang digunakan
Finance .com). dalam penelitian ini dipilih sebagai
Adanya fenomena perataan laba petunjuk terjadi atau tidaknya perataan
tersebut dapat menyebabkan laba 1) Objektif dan berdasarkan pada
pengungkapan laba yang menyesatkan, statistik dengan pemisahan yang jelas
sehingga akan mengakibatkan terjadinya antara perusahaan yang melakukan
kesalahan dalam pengambilan keputusan perataan laba dan yang tidak melakukan.
oleh pihak-pihak yang berkepentingan 2) Mengukur terjadinya praktik perataan
dengan perusahaan, khususnya pihak laba tanpa memaksakan prediksi
eksternal (Sulistiyawati, 2013). Praktik pendapatan, pembuatan model yang
perataan laba memperlihatkan bahwa diharapkan, pengujian biaya atau
manajer berusaha untuk menyembunyikan pertimbangan yang subjektif. 3) Mengukur
informasi ekonomis perusahaan kepada perataan laba dengan menjumlahkan
stakeholder. Alwan (2009) pengaruh dari beberapa variabel perata
mengungkapkan bahwa perataan laba laba yang potensial dan menyelidiki pola
(income smooting) merupakan salah satu prilaku perataan laba selama periode
teknik perekayasaan laba dengan tujuan waktu tertentu.
untuk menampilkan figur arus laba yang Praktik perataan laba tentu saja tidak
stabil. Berdasarkan pengertian tersebut terlepas dari faktor-faktor yang
dapat dijelaskan bahwa manajemen ingin mempengaruhinya. Faktor pendorong
memperlihat informasi yang terkandung tersebut dapat dibedakan atas faktor
dalam laporan keuangan mereka terlihat konsekuensi ekonomi dari pilihan
stabil sehingga dilakukanlah praktik akuntansi dan faktor-faktor laba (Ratih,
perataan laba. 2011). Faktor-faktor konsekuensi dari
Perataan laba hanya dapat dilakukan pilihan akuntansi merupakan kondisi yang
pada beberapa periode pelaporan dan ini dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi,
berbeda dengan teknik perekayasaan laba sehingga perubahan akuntansi yang
lainnya karena jika hanya dilakukan pada mempengaruhi angka-angka akuntansi
satu periode pelaporan hal tersebut akan mempengaruhi kondisi itu.
dimungkinkan adalah praktek peningkatan Sedangkan faktor-faktor laba adalah
laba (income increasing) dan penurunan pengaruh dari angka-angka laba periodik
laba (income decreasing). Menurut Edy yang dengan sendirinya juga mendorong
dan Arleen (2005) perataan laba dapat prilaku perataan laba. Perataan laba tidak
melalui beberapa dimensi perataan laba, akan terjadi apabila laba yang dihasilkan
yaitu: (1) perataan laba melalui kejadian sesuai dengan laba yang diharapkan.

3
Perataan laba juga dapat dipengaruhi dalam perumusan pertimbangan tentang
oleh beberapa faktor, seperti profitabilitas, efektivitas perusahaan dalam
financial leverage, pertumbuhan memanfaatkan sumber daya. Semakin
perusahaan, kebijakan dividen, tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan
kepemilikan institusional, dan reputasi semakin baik kinerja manajemen dalam
auditor. Namun, penelitian ini hanya akan mengelola perusahaan, sehingga
menggunakan profitabilitas, kebijakan perusahaan dengan tingkat profitabilitas
dividen, dan pertumbuhan perusahaan yang rendah akan cenderung melakukan
sebagai variabel independen. Alasan perataan laba. Hal ini karena jika
peneliti menggunakan ketiga variabel diasumsikan bahwa investor tidak
tersebut adalah untuk membuktikan menyukai resiko, sehingga investor akan
faktor-faktor yang mempengaruhi lebih memilih untuk menginvestasikan
tindakan perataan laba yang belum dana mereka pada perusahaan yang
sepenuhnya menunjukkan hasil yang memiliki kondisi keuangan yang baik. Hal
konsisten antara penelitian yang satu ini sejalan dengan hasil penelitian
dengan yang lainnya dan juga agar Ashari,dkk (1994) dalam Widaryanti
pengguna laporan keuangan lebih (2009) yang menemukan bahwa
berfokus terhadap laba daripada item perusahaan dengan tingkat profitabilitas
laporan keuangan lainnya. Besar rendah akan menerima dampak yang lebih
kecilnya tingkat keuntungan yang besar dibandingkan yang memiliki
diterima oleh investor tergantung pada profitabilitas tinggi, jika terjadi fluktuasi
besar kecilnya laba yang diperoleh oleh jumlah laba. Oleh karena itu perusahaan
perusahaan, dan kemungkinan perataan yang memiliki profitabilitas laba yang
laba lebih banyak terjadi. lebih rendah cenderung melakukan
Profitabilitas merupakan rasio untuk tindakan perataan laba.
menilai kemampuan perusahaan dalam Laba juga sering dikatakan sebagai
mencari keuntungan serta mengukur ukuran kemampuan perusahaan dalam
tingkat efektivitas manajemen suatu membayar dividen. Dalam Agus (2001)
perusahaan (Kasmir, 2011:196). Dalam yang dimaksud dengan kebijakan dividen
penelitian ini profitabilitas diukur dengan adalah keputusan apakah laba yang
rasio ROA (Return On Asset) dengan cara diperoleh perusahaan akan dibagikan
membandingkan laba setelah pajak dengan kepada pemegang saham sebagai dividen
total aset. Return On Asset (ROA) atau akan ditahan dalam bentuk laba
menunjukkan efektivitas perusahaan dalam ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
mengelola aset baik dari modal sendiri datang. Agus (2009) menyimpulkan bahwa
maupun dari modal pinjaman, investor kebijakan dividen memiliki pengaruh
akan melihat seberapa efektif suatu terhadap perilaku perataan laba, karena
perusahaan dalam mengelola asset. kebijakan dividen akan mempunyai
Semakin tinggi tingkat Return On Asset implikasi yang signifikan pada
(ROA) maka akan memberikan efek pengambilan keputusan investor maupun
terhadap volume penjualan saham, artinya investasi potensial dalam pembelian saham
tinggi rendahnya Return On Asset (ROA) perusahaan. Pihak investor menyukai
akan mempengaruhi minat investor dalam tingkat dividen yang tinggi dan investor
melakukan investasi sehingga akan juga merupakan pihak yang menolak
mempengaruhi volume penjualan saham risiko. Padahal perusahaan yang
perusahaan. menerapkan tingkat dividen yang tinggi
ROA menunjukkan kemampuan juga akan memiliki risiko yang tinggi
modal yang diinvestasikan dalam apabila terjadi fluktuasi laba yang besar.
keseluruhan aktiva untuk menghasilkan Tuntutan untuk dapat membagikan dividen
keuntungan netto. Informasi ini berguna yang besar dengan risiko yang kecil

4
membuat pihak manajemen cenderung investor untuk menginvestasikan dananya
untuk melakukan perataan laba. di perusahaan tersebut. Namun
Kebijakan dividen dalam penelitian pertumbuhan yang terlalu tinggi akan
ini diukur dengan Dividend Payout Ratio dihadapkan pada risiko adanya fluktuasi
(DPR). Menurut Eduardus (2001:242), laba dimasa depan. Hal ini dikarenakan
Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan yang pertumbuhannya tinggi
menunjukkan besarnya dividen yang akan menggunakan kontrak kompensasi
akan dibayarkan perusahaan dari total dan utangnya berdasarkan akuntansi. Jika
laba yang diperoleh perusahaan. Oleh perusahaan tersebut tidak mampu
karena itu, perlu diperhatikan bahwa memenuhi kebutuhan dananya, mereka
peningkatan persentase laba yang akan dihadapkan pada risiko terganggunya
dibayarkan sebagai deviden dapat aktivitas operasi perusahaan. Oleh karena
memberi sinyal positif bagi investor. itu, perusahaan dengan tingkat
Untuk mendapatkan DPR yang tinggi, pertumbuhan yang tinggi akan cenderung
nilai saham perusahaan pun harus tinggi. melakukan perataan laba.
Dengan nilai saham yang tinggi, Tindakan perataan laba tidak terlepas
perusahaan berusaha meyakinkan investor dari kemajuan teknologi dan
bahwa risiko perusahaan sangat kecil perkembangan dunia usaha dalam
sehingga investor mau berinvestasi dalam memasuki pasar bebas yang telah
perusahaan. Jika perusahaan bisa menciptakan persaingan tinggi antar
membagikan dividen yang tinggi, berarti perusahaan. Dan juga situasi
laba pada perusahaan tersebut bisa perekonomian yang tidak menentu
dikatakan besar. Dalam kondisi laba yang mendorong manajemen perusahaan untuk
tinggi tetapi laba yang diperoleh bekerja lebih efektif dan efisien agar
perusahaan tidak terus menerus atau bisa perusahaan mampu menjaga kestabilan
dikatakan tidak stabil yang berarti risiko aktivitas operasinya sekaligus
pada perusahaan tinggi, maka perusahaan meningkatkan kinerja manajemen untuk
akan melakukan perataan laba. mendapatkan hasil yang optimal bagi
Pertumbuhan perusahaan merupakan perusahaan, sehingga diharapkan dapat
dampak dari arus dana perusahaan dari menumbuhkan kepercayaan dari luar.
perubahan operasional yang disebabkan Namun, faktanya untuk mendapatkan
oleh pertumbuhan atau penurunan volume kepercayaan dari pihak eksternal ini
usaha, (Helfert, 1997 dalam Meriani, manajemen cenderung berambisi untuk
2011). Pertumbuhan aktiva dapat dijadikan menampilkan angka laba yang tinggi
sebagai proksi dari pertumbuhan dengan mengenyampingkan usaha-usaha
perusahaan, yaitu dengan membandingkan pencapaian angka laba tersebut. Hal ini
total aktiva tahun berjalan dikurangi total tentu akan merugikan pihak pengguna
aktiva tahun sebelumnya dibagi total laporan keuangan dalam proses
aktiva tahun sebelumnya. Dengan adanya pengambilan keputusan.
peningkatan total aktiva tiap tahun, maka Penelitian terdahulu menyediakan
menandakan perusahaan bertumbuh bukti empiris yang belum konsisten, yaitu
dengan baik. Pertumbuhan perusahaan penelitian Khasan (2003), Igan (2009), dan
dapat terjadi jika produktivitas dan tingkat Ismed (2011) yang menyatakan bahwa
keuntungan untuk pemegang saham profitabilitas berpengaruh terhadap praktik
meningkat. Meningkatnya produktivitas perataan laba. Hal ini tidak konsisten
perusahaan akan meningkatkan laba dengan penelitian yang dilakukan Ratih
perusahaan sehingga keuntungan untuk (2011), Lusi (2012), dan Wulandari (2013)
pemegang saham juga akan meningkat. yang menyatakan bahwa profitabilitas
Peningkatan ini akan direspon baik oleh tidak berpengaruh terhadap praktik
investor, sehingga dapat menarik minat perataan laba.

5
Perbedaan penelitian ini dengan II. TELAAH LITERATUR DAN
penelitian sebelumnya adalah penelitian PENGEMBANGAN HIPOTESIS
sebelumnya menggunakan variabel 1. Manajemen Laba
independen yaitu profitabilitas dan Definisi tentang manajemen laba
pertumbuhan perusahaan. Sedangkan pada antara peneliti satu dengan peneliti lain
penelitian sekarang penulis menambahkan saling berbeda seiring dengan
satu variabel independen yaitu kebijakan berkembangnya penelitian tentang
dividen. Penambahan variabel ini akuntansi keuangan dan keperilakuan.
didasarkan pada bukti empiris dari Scott (2000) dalam Olivia (2007)
penelitian-penelitian terdahulu, yang menyatakan bahwa: “ earning
menyimpulkan bahwa kebijakan dividen management is the choice by a manager of
yang di proksikan dengan dividend payout a accounting policies so as to achieve
ratio merupakan salah satu faktor yang some spesific objective”. Cahyono (2001)
mempengaruhi praktik perataan laba. dalam Olivia (2007) membagi definisi
Selain itu, beda penelitian ini dengan manajemen laba menjadi dua, yaitu :
penelitian sebelumnya adalah sampel a. Definisi sempit
perusahaan dan periode penelitian yaitu Manajemen laba dalam hal ini hanya
pada periode 2008-2012. berkaitan dengan pemilihan metode
Dalam penelitian ini yang menjadi akuntansi. Dalam arti sempit,
objek penelitian adalah perusahaan manajemen laba didefinisikan sebagai
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek prilaku manajer untuk “ bermain”
Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan dengan discretionary accruals dalam
tahun 2012. Peneliti memilih perusahaan menentukan besarnya laba.
manufaktur sebagai sampel penelitian b. Definisi Luas
karena perusahaan manufaktur merupakan Manajemen laba merupakan tindakan
perusahaan yang paling banyak melakukan manajer untuk meningkatkan
praktik perataan laba (Yogi, 2008). Selain (mengurangi) laba yang dilaporkan saat
itu, perusahaan manufaktur yang terdaftar ini atas suatu unit dimana manajer
di BEI terdiri dari berbagai sub sektor bertanggung jawab, tanpa
industri yang dapat mencerminkan reaksi mengakibatkan peningkatan
investor terhadap angka laba yang (penurunan) profitabilitas ekonomis
dilaporkan pihak perusahaan secara jangka panjang unit tersebut.
keseluruhan. Hal tersebut menempatkan Dari definisi-definisi diatas, dapat
perusahaan manufaktur sebagai disimpulkan bahwa manajemen laba
perusahaan tujuan investasi yang merupakan tindakan manajer untuk
menjanjikan bagi para investor yang mencapai tingkat laba yang diinginkan atas
kemudian kemungkinan dapat mendorong suatu unit tanpa mengakibatkan
adanya suatu praktik perataan laba (income peningkatan (penurunan) profitabilitas
smoothing) yang dilakukan oleh jangka panjang unit tersebut, namun tetap
perusahaan. mengacu pada prinsip akuntansi yang
Berdasarkan uraian di atas, maka berterima umum.
penelitian ini ingin mengungkapkan Scoot (2000) dalam Olivia (2007)
sejauhmana pengaruh profitabilitas, mengidentifikasi adanya empat pola yang
kebijakan dividen, dan pertumbuhan dilakukan manajemen untuk melakukan
perusahaan terhadap praktik perataan laba manajemen laba yaitu sebagai berikut:
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar 1. Taking a Bath
di Bursa Efek Indonesia? Pola ini terjadi selama periode tekanan
organisasi berkaitan dengan reorganisasi,
termasuk pengangkatan CEO baru. Jika
perusahaan harus melaporkan kerugian,

6
maka manajemen berusaha menutupinya dilaporkan dalam posisi yang stabil akan
dengan cara menangguhkan aset, memberikan rasa lebih percaya diri bagi
menyediakan biaya yang dapat pemilik perusahaan yang disertai dengan
diperkirakan dimasa depan, dan secara tujuan untuk meningkatkan kepuasaan
umum “clear the decks. “ Hal ini pemegang saham melalui tingkat
diharapakan dapat mningkatkan laba pertumbuhan dan stabilitas laba yang
dimasa depan. dilaporkan, namun masih dalam batas
2. Income Minimization aturan akuntansi yang berlaku.
Pola ini dilakukan saat perusahaan Berdasarkan penelitian Barnea et al
memiliki profitabilitas yang tinggi, (1976) dalam Olivia (2007) menyatakan
sehingga jika pada periode mendatang laba ada tiga teknik yang digunakan manajer
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dalam dalam melakukan praktik perataan
dengan mengalokasikan laba periode laba yaitu :
sebelumnya. 1. Perataan laba melalui waktu terjadinya
3. Income Mazimization transaksi atau pengakuan transaksi.
Manajer yang terlibat dalam income Perataan laba dapat dilakukan dengan
mazimization memiliki tujuan bonus. cara mengatur waktu transaksi aktual
Perusahaan yang mendekati pelanggaran sehingga dapat mengurangi fluktuasi
perjanjian hutang juga dapat pendapatan yang dilaporkan. Perataan
memaksimalkan laba. laba dalam dimensi ini dapat
4. Income Smoothing mengurangi perbedaan laba yang
Merupakan upaya yang dilakukan dilaporkan dengan alternatif manajemen
manajer perusahaan untuk mengurangi dapat menentukan waktu pengakuan
fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga beberapa peristiwa.
perusahaan akan terlihat stabil dan tidak 2. Perataan melalui alokasi waktu.
berisiko tinggi. Manajemen memiliki kewenangan
Seringkali manajer melakukan satu untuk mengalokasikan pendapatan atau
atau kombinasi dari empat strategi ini pada beban dalam periode keuangan yang
waktu yang berbeda untuk mencapai berbeda dalam rangka melakukan
tujuan manajemen. Dalam penelitian ini perataan laba.
akan dibahas lebih lanjut tentang praktik 3. Perataan melalui klasifikasi.
perataan laba. Manajemen melakukan peraaan laba
dengan cara mengklasifikasikan item-
2. Perataan Laba (Income Smoothing) item dalam laba (extra-ordionary items
Perataan laba (income smoothing) dan ordinary items) untuk
merupakan salah satu pola dari manajemen menimbulkan kesan yang lebih merata
laba dan dapat dipandang sebagai proses pada laporan keuangan yang
manipulasi waktu terjadinya laba yang dilaporkan.
secara sengaja dimaksudkan untuk Menurut Stolowy dan Breton (2000)
menormalkan income (laba) agar laba yang dalam Ratih (2011) income smoothing
dilaporkan kelihatan stabil dan diharapkan memiliki tujuan yang jelas, yaitu
mempunyai pengaruh yang bermanfaat menghasilkan pertumbuhan profit yang
bagi evaluasi kinerja manajemen. stabil. Lain halnya dengan Barnea et.al
Tindakan tersebut sengaja dilakukan (1976) dalam Widaryanti (2009)
manajemen guna menarik minat pasar menyatakan bahwa manajer melakukan
dalam berinvestasi, karena perhatian perataan laba untuk mengurangi fluktuasi
investor seringkali hanya terpusat pada laba yang dilaporkan untuk meningkatkan
prosedur yang digunakan perusahaan kemampuan investor untuk memprediksi
untuk menghasilkan informasi laba aliran kas di masa yang akan datang.
tersebut. Di samping itu laba yang

7
Sedangkan menurut Foster (dalam dividen yang dibagikan lebih kecil dari
Muchammad, 2001 dalam Ratih, 2011 ) harapan investor maka akan
serta Dwiatmini dan Nurkholis (2001), mengakibatkan terjadinya pelepasan
tujuan perataan laba adalah sebagai saham perusahaan yang akan
berikut: mengakibatkan penurunan harga saham
1. Memperbaiki citra perusahaan di mata dari perusahaan tersebut.
pihak luar bahwa perusahaan tersebut 3) Pertumbuhan Perusahaan
memiliki resiko yang rendah. Pertumbuhan perusahaan merupakan
2. Memberikan informasi yang relevan dampak dari arus dana perusahaan dari
dalam melakukan prediksi terhadap perubahan operasional yang disebabkan
laba di masa yang akan datang. oleh pertumbuhan atau penurunan volume
3. Meningkatkan kepuasaan relasi bisnis usaha, (Helfert, 1997 dalam Wulandari
4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal 2013). Dari sudut pandang investor,
terhadap kemakmuran manajemen pertumbuhan suatu perusahaan merupakan
5. Meningkatkan kompensasi bagi tanda bahwa perusahaan memiliki aspek
manajemen. yang menguntungkan, dan mereka
Beberapa faktor yang diduga mengharapkan rate of return (tingkat
mempengaruhi perataan laba: pengembalian) dari investasi mereka
1) Profitabilitas memberikan hasil yang lebih baik.
Profitabilitas diproksikan dengan Sedangkan bagi pihak internal sendiri
Return on Asset (ROA). ROA diperoleh pertumbuhan perusahaan yang positif
dari laba bersih dibagi dengan total aktiva. menandakan bahwa kelangsungan hidup
Laba bersih tersebut merupakan laba perusahaan tetap terjamin.
sebelum dilakukan perataan laba. Laba 4) Financial Leverage
sebelum perataan laba diperoleh dengan Financial leverage diproksikan dengan
mengurangi laba bersih dengan nilai Total debt to equity ratio yang diperoleh melalui
Accruals (TA). Menurut Scott (2009: 365), total hutang dibagi dengan total ekuitas.
perusahaan cenderung melakukan income Adanya indikasi perusahaan melakukan
minimization saat memperoleh tingkat perataan laba untuk menghindari
profitabilitas tinggi. Tingkat profitabilitas pelanggaran perjanjian utang dapat dilihat
yang stabil akan memberikan keyakinan melalui kemampuan perusahaan tersebut
pada investor bahwa perusahaan tersebut untuk melunasi utangnya dengan
memiliki kinerja yang baik dalam menggunakan aktiva yang dimiliki.
menghasilkan laba. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage
2) Kebijakan Deviden yang tinggi diduga melakukan perataan
Dalam Sartono (2001) yang dimaksud laba karena perusahaan terancam default
dengan kebijakan dividen adalah sehingga manajemen membuat kebijakan
keputusan apakah laba yang diperoleh yang dapat meningkatkan pendapatan.
perusahaan akan dibagikan kepada 5) Kepemilikan institusional
pemegang saham sebagai dividen atau Kepemilikan saham yang besar oleh
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan pihak institusional merupakan salah satu
guna pembiayaan investasi dimasa mekanisme untuk mengawasi kinerja
datang.Kebijakan dividen menyangkut manajemen. Pemegang saham instituional
keputusan untuk membagikan laba atau dapat mengimbangi informasi yang
menahannya guna diinvestasikan kembali dimiliki oleh manajemen sehingga asimetri
di dalam perusahaan. Dividen yang terlalu informasi yang terjadi antara manajemen
besar bukan berarti tidak diinginkan oleh dan pemilik rendah. Hal tersebut
investor, tetapi menjaga agar tidak terjadi menyebabkan manajemen tidak leluasa
kesulitan likuiditas keuangan pada untuk melakukan pengelolaan atas
perusahaan di waktu mendatang. Apabila labanya.

8
Penelitian ini menggunakan indeks motivasinya sendiri, yaitu untuk
Eckel untuk menentukan praktik perataan mensejahterakan dirinya melalui
laba. Indeks Eckel ini bisa didapat dengan profitabilitas perusahaan yang selalu
membandingkan antara koefisien variasi meningkat. Konflik kepentingan
dari perubahan laba dalam satu periode diperparah karena principal tidak dapat
dengan koefisien korelasi dari perubahan memonitor aktivitas agen secara intens
penjualan dalam satu periode, atau dapat untuk memastikan bahwa agent bekerja
juga diformulasikan sebagai berikut: sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Dalam hubungan keagenan, manajer
memiliki informasi yang asimetri kepada
pihak-pihak ekternal perusahaan, seperti
kreditor dan investor. Informasi yang
Keterangan: asimetri ini terjadi ketika manajer
CV = Koefisien variasi variabel, memiliki informasi internal ( tentang
yaitu standar deviasi dibagi prospek, resiko dan nilai perusahaan) yang
dengan nilai yang diharapkan lebih cepat, banyak serta akurat, hal ini
∆I = perubahan laba dalam satu disebabkan manajemen mempunyai
periode kemampuan untuk mengakses informasi
∆S = perubahan penjualan dalam internal perusahaan secara lebih leluasa
satu periode dibandingkan dengan pihak eksternal
perusahaan. Dalam kondisi demikian,
Nilai CV ∆I dan CV∆S dihitung dengan manajer dapat menggunakan informasi
rumus: yang diketahuinya untuk memanajemen
laporan keuangan sedemikian rupa dalam
usahanya untuk memaksimalkan
kemakmurannya. Hal ini menimbulkan
dorongan bagi agent (manajer) untuk
Keterangan: melakukan praktik perataan laba.
∆x = perubahan laba (I) atau penjulan
(S) antara tahun n dengan n-1 4. Asymmetry Information Theory
= rata-rata perubahan laba (I) atau Salah satu kondisi yang menyebabkan
penjualan (S) antara tahun n perbedaan antara agent dan principal,
dengan n-1 disamping masalah keagenan adalah
ketidakmerataan informasi (information
3. Teori Keagenan asymmetry) yang berakibat pada besarnya
Teori agency menyangkut dua pihak peluang manajer untuk melakukan hal
yaitu agent dan principal. Perataan laba yang menguntungkan bagi
timbul ketika terjadi konflik kepentingan kepentingannya. Terdapat beberapa
antara manajer (agent)t dengan pemilik kondisi perusahaan yang dapat
dana (principal) dimana setiap pihak menimbulkan kondisi information
berusaha untuk mencapai atau asymmetry yaitu perusahaan yang sangat
mempertahankan tingkat kemakmuran besar, memiliki penyebaran secara
yang menjadi harapannya. Agent geografis, memiliki produk yang beragam
termotivasi untuk memaksimalkan serta membutuhkan teknologi. Hal ini jelas
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan akan memberikan pengaruh kepada
psikologinya, antara lain dalam hal investor dimana akan sulit secara objektif
memperoleh investasi, pinjaman, maupun dalam membedakan antara perusahaan
kontrak kompensasi sehingga memicu yang berkualitas tinggi dengan perusahaan
konflik kepentingan antara principal dan yang berkualitas rendah.
agent. Pihak principal juga memiliki

9
Dalam penyajian informasi dijadikan dasar pemicu praktik perataan
akuntansi, khususnya penyusunan laporan laba, yaitu sebagai berikut:
keuangan, agent juga memiliki informasi 1. The Bonus Plan Hypothesis
yang asimetri sehingga dapat lebih Pada perusahaan yang memiliki rencana
fleksibel mempengaruhi pelaporan pemberian bonus, manajer perusahaan
keuangan untuk memaksimalkan akan lebih memilih metode akuntansi yang
kepentingannya. Tujuan laporan keuangan dapat menggeser laba dari periode
adalah menyediakan informasi yang mendatang ke periode saat ini sehingga
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini
perubahan posisi keuangan suatu dilakukan karena manajer lebih menyukai
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemberian bonus yang lebih tinggi untuk
besar pemakai laporan keuangan dalam masa kini. Sehingga memicu manajer
pengambilan keputusan ekonomi (Ikatan melakukan praktik perataan laba.
Akuntansi Indonesia, 2009). Dengan 2. The Debt/ Equity Hypothesis (Debt
adanya kondisi yang asimetri, maka agent Covenant Hypothesis)
dapat mempengaruhi angka-angka Pada perusahan yang mempunyai debt
akuntansi yang disajikan dalam laporan to equity ratio tinggi, manajer perusahaan
keuangan dengan cara melakukan perataan cenderung menggunakan metode akuntansi
laba (Wulandari, 2013). yang dapat meningkatkan pendapatan atau
laba. Hal ini karena perusahaan dengan
5. Teori Akuntansi Positif debt to equity ratio yang tinggi akan
Positive Accounting Theory (PAT) mengalami kesulitan dalam memperoleh
juga memandang bahwa suatu badan usaha dana tambahan dari pihak kreditur bahkan
sebagai nexus of contract. Gambaran perusahaan terancam melanggar perjanjian
tersebut tampak dengan jelas pada utang. Hal ini mendorong manajemen
hipotesis-hipotesis yang dirumuskan PAT untuk melakukan praktik perataan laba.
yang menunjukkan adanya pergeseran 3.The Political Cost Hypothesis (Size
kontrak. Pada awalnya kontrak keagenan Hypothesis)
terjadi antara manajemen (agent) dan Pada perusahaan besar yang memiliki
pemilik (principal). Selanjutnya agen dan biaya politik tinggi, seperti biaya pajak
prinsipal meluas meliputi kontrak antara yang tinggi, manajer akan lebih memilih
perusahaan dengan supplier, karyawan, metode akuntansi yang dapat membuat
capital providers, bahkan dengan laba yang dilaporkan pada periode berjalan
masyarakat luas. PAT mengakui tiga menjadi lebih rendah daripada laba yang
bentuk hubungan keagenan yaitu (1) antara sesungguhnya. Salah satunya dengan
manajemen dan pemilik; (2) antara melakukan praktik perataan laba. Biaya
manajemen dan kreditor; (3) antara politik muncul karena laba perusahaan
manajemen dan pemerintah. yang tinggi dapat menarik perhatian
Teori akuntansi positif didasarkan investor.
pada proposisi bahwa manajer, pemegang
saham, dan regulator/politisi adalah 6. Profitabilitas
rasional dan mereka berusaha untuk Profitabilitas merupakan
memaksimumkan fungsi keberadaan kemampuan suatu perusahaan untuk
mereka, yang secara langsung terkait mendapatkan laba (keuntungan) dalam
dengan kompensasi (the bonus plans) dan suatu periode tertentu (Kasmir, 2011:196).
kemakmuran yang akan mereka dapatkan. Pengertian yang sama disampaikan oleh
Dalam teori akuntansi positif, Watts dan Mamduh dan Abdul (2007:83) bahwa
Zimmerman (1986) dalam Wulandari profitabilitas adalah kemampuan suatu
(2013) merumuskan tiga hipotesis yang perusahaan dalam menghasilkan

10
keuntungan (profit) pada tingkat pemegang saham, rasio ini tidak
penjualan, aset, dan modal saham tertentu. memperhitungkan dividen maupun capital
Profitabilitas suatu perusahaan akan gain untuk pemegang saham. ROE
mempengaruhi kebijakan para investor dipengaruhi oleh ROA dan tingkat
atas investasi yang dilakukan. Kemampuan leverage keuangan perusahaan. Rasio ROE
peurusahaan untuk menghasilkan laba bisa dihitung sebagai berikut :
akan dapat menarik para investor untuk ROE =
menanamkan dananya guna memperluas
usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas
7. Kebijakan Dividen
yang rendah akan menyebabkan para
Dalam Agus (2001) yang dimaksud
investor menarik dananya. Sedangkan bagi
dengan kebijakan dividen adalah
perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat
keputusan apakah laba yang diperoleh
digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas
perusahaan akan dibagikan kepada
pengelolaan badan usaha tersebut (Kasmir,
pemegang saham sebagai dividen atau
2011:196).
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
Mamduh dan Abdul (2007:83)
guna pembiayaan investasi dimasa datang.
menyebutkan ada tiga rasio yang sering
Kebijakan dividen menyangkut keputusan
digunakan untuk mengukur profitabilitas,
untuk membagikan laba atau menahannya
yaitu :
guna diinvestasikan kembali di dalam
a. Profit Margin
perusahaan. Dividen yang terlalu besar
Profit margin menghitung sejauh mana
bukan berarti tidak diinginkan oleh
kemampuan perusahaan menghasilkan
investor, tetapi menjaga agar tidak terjadi
laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.
kesulitan likuiditas keuangan pada
Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada
perusahaan di waktu mendatang. Apabila
analisis common size untuk laporan laba
dividen yang dibagikan lebih kecil dari
rugi. Rasio ini bisa diinterpretasikan juga
harapan investor maka akan
sebagai kemampuan perusahaan menekan
mengakibatkan terjadinya pelepasan
biaya-biaya (ukuran efisiensi) di persahan
saham perusahaan yang akan
pada periode tertentu. Profit margin yang
mengakibatkan penurunan harga saham
tinggi menandakan kemampuan
dari perusahaan tersebut.
perusahaan menghasilkan laba yang tinggi
Dalam Brigham dan Houston (2001)
pada tingkat penjualan tertentu. Rasio
terdapat teori kebijakan dividen,
profit margin bisa dihitung sebagai
antaranya:
berikut:
1) Dividen Tidak Relevan
Profit margin = Nilai suatu perusahaan tidak ditentukan
b. Return On Total Asset (ROA) oleh pembayaran dividen. MM
Rasio ini mengukur kemampuan berpendapat bahwa nilai perusahaan
perusahaan menghasilkan laba berdasarkan ditentukan oleh pendapatan yang
tingkat aset yang tertentu. ROA juga dihasilkan oleh aktivitasnya, bukan pada
sering disebut ROI (Return On Invesment). bagaimana pendapatan tersebut dibagi
Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut : diantaranya dividen dan laba di tahan.
ROA = 2) Teori Bird In-the Hand
Menurut Brigham dan Houston (2001)
c. Return On Equity (ROE) menyatakan bahwa biaya modal sendiri
Rasio ini mengukur perusahaan (Ks) akan naik jika DPR rendah karena
menghasilkan laba berdasarkan modal investor lebih suka menerima dividen dari
saham tertentu. Rasio in merupakan pada capital gains. Investor memandang
ukuran profitabilitas dari sudut pandang dividen yield (D1/P0) lebih pasti dari pada
pemegang saham. Meskipun rasio ini capital gains yield (g). Jadi, perusahaan
mengukur laba dari sudut pandang yang menganut konsep ini harus

11
membagikan seluruh EAT dalam bentuk jumlah dividen yang dibayarkan per
dividen. lembar saham terhadap laba per lembar
3) Teori Perbedaan Pajak (Tax Diffrential saham. Informasi earning per share
Theory) merupakan informasi yang banyak
Menurut Agus (2001) teori ini dipubikasikan dan banyak digunakan oleh
menyatakan bahwa adanya pajak terhadap pemegang saham ataupun calon investor
keuntungan dividen dan capital gains, sebagai indikator kinerja suatu perusahaan.
membuat para investor menyukai capital Begitu pula dividend payout ratio
gains karena dapat menunda pembayaran merupakan salah satu kebijakan
pajak. Oleh karena itu, investor akan manajemen yang menjadi dasar
mensyaratkan keuntungan yang lebih pertimbangan investasi bagi investor yan
tinggi pada saham yang memberikan mementingkan rate of return dari dana
dividend yield yang tinggi dan capital yang diinvestasikan.
gains yield yang rendah dari pada saham, Dividend Payout Ratio (DPR)
makanya perusahaan lebih baik menahan merefleksikan kebijakan manajemen
seluruh EAT (DPR=0%) dalam menentukan pembagian pendapatan
4) Teori Signaling Hypotesist antara penggunaan pendapatan untuk
Suatu kenaikan dividen merupakan dibayarkan kepada pemegang saham
sinyal bahwa perusahaan meramalkan sebagai dividen atau digunakan didalam
suatu penghasilan yang baik dimasa perusahan sebagai laba yang ditahan untuk
mendatang, demikian juga sebaliknya. membiayai pertumbuhan perusahaan,
Teori signaling hypotesis adalah teori yang sehingga besar kecilnya dividend payout
menyatakan bahwa investor menganggap ratio sangat ditentukan oleh
perubahan dividen sebagai pertanda bagi kecenderungan manajemen dalam
perkiraan manajemen atau laba. mengelola pendapatan perusahaan. Jika
5) Teori Clientele Effect manajemen lebih memprioritaskan tingkat
Teori ini menyatakan bahwa pemegang dividen, maka rasio dividend payout ratio
saham yang berbeda akan memiliki lebih tinggi dibandingkan jika manjemen
preferensi yang berbeda terhadap lebih memprioritaskan reinvestasi untuk
kebijakan dividen perusahaan, sehingga pertumbuhan perusahaan.
menurut teori ini, dividen seharusnya Rasio pembayaran dividen dapat
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dihitung sebagai berikut (Eduardus,
segmen investor tertentu. Kelompok 2001:242) :
investor dengan tingkat pajak yang tinggi DPR =
akan menghindari dividen karena dividen
mempunyai tingkat pajak yang tinggi DPS =
dibandingkan dengan capital gains. Selain EPS =
itu, capital gain juga dapat menunda
pembayaran pajak. Sebaliknya, kelompok
investor dengan pajak yang rendah akan 8. Pertumbuhan Perusahaan
menyukai dividen. Selanjutnya, kelompok Ismed (2011) menyatakan bahwa
pemegang saham yang membutuhkan pertumbuhan perusahaan merupakan
penghasilan pada saaat ini lebih menyukai dampak dari arus dana perusahaan atas
DPR yang tinggi. Sedangkan, kelompok perubahan operasional yang disebabkan
pemegang saham yang tidak membutuhkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume
uang saat ini lebih senang jika perusahaan usaha. Dengan kata lain, pertumbuhan
menahan sebagian besar laba bersih perusahaan menimbulkan konsekuensi
perusahaan. pada keputusan investasi dan keputusan
Menurut Eduardus (2001: 242) pembiayaan. Dari sudut pandang investor,
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan pertumbuhan suatu perusahaan merupakan

12
tanda perusahaan memiliki aspek yang Pengukuran pertumbuhan perusahaan
menguntungkan dan investor pun akan dapat diproksikan dengan pertumbuhan
mengharapkan tingkat pengembalian (rate aktiva (Kallapur dan Trombley, 1997
of return) dari investasi yang dilakukan dalam Alwan, 2009). Aktiva perusahaan
menunjukkan perkembangan yang baik. menunjukkan keputusan penggunaan dana
Oleh karena itu, manajer terdorong untuk atau keputusan investasi pada masa lalu.
melakukan perataan laba seiring dengan Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya
semakin tingginya pertumbuhan suatu yang mempunyai potensi memberikan
perusahaan. manfaat ekonomis pada perusahaan dimasa
Alwan (2009) menemukan adanya yang akan datang. Pertumbuhan
pengaruh pertumbuhan perusahaan perusahaan dapat dihitung dengan rumus:
terhadap praktik perataan laba. Temuan ini
konsisten dengan pernyataan berikut ini. Pertumbuhan aktiva =
Pertama, perusahaan yang tumbuh akan
mendapatkan perhatian dari masyarakat
sehingga untuk meminimalkan risiko
Keterangan :
eksternal, perusahaan memutuskan untuk
t : tahun berjalan
melakukan perataan laba. Kedua,
t-1 : tahun sebelumnya
perusahaan yang pertumbuhannya tinggi
Dalam penelitian ini penulis
akan menggunakan kontrak kompensasi
menggunakan perubahan total aktiva
dan utangnya berdasarkan akuntansi, dan
sebagai proksi dari pertumbuhan
untuk mengurangi risiko fluktuasi laba
perusahaan. Dengan adanya peningkatan
yang tidak dapat dikendalikan di masa
total aktiva tiap tahun, maka menandakan
depan maka perusahaan melakukan praktik
perusahaan bertumbuh dengan baik.
perataan laba.
Pertumbuhan perusahaan dapat terjadi jika
Pertumbuhan perusahaan dapat
produktivitas dan tingkat keuntungan
diukur melalui tingkat penjualan dan
untuk pemegang saham meningkat.
pertumbuhan aset (Deitiana, 2011).
Meningkatnya produktivitas perusahaan
1) Pertumbuhan penjualan
akan meningkatkan laba perusahaan
Pertumbuhan penjualan
sehingga keuntungan untuk pemegang
mencerminkan manifestasi keberhasilan
saham juga akan meningkat. Peningkatan
investasi pada periode masa lalu dan dapat
ini akan direspon baik oleh investor,
dijadikan presiksi pertumbuhan masa yang
sehingga dapat menarik minat investor
akan datang. Pertumbuhan penjualan
untuk menginvestasikan dananya di
merupakan indikator permintaan dan daya
perusahaan tersebut.
saing perusahaan dalam suatu industri
(Deitiana, 2011). Pertumbuhan penjualan
Penelitian Terdahulu
dapat dihitung dengan rumus:
Olivia (2007) menguji hubungan
antara ukuran perusahaan, profitabilitas,
Pertumbuhan penjualan
leverage operasi, dan net profit margin
= terhadap praktik perataan laba. Penelitian
Keterangan: ini menggunakan perusahaan manufaktur
t : tahun berjalan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada
t-1 : tahun sebelumnya periode 2003-2005. Hasil penelitian ini
Pertumbuhan penjualan yang tinggi, maka menemukan bahwa dari keempat variabel
akan mencerminkan pendapatan yang diuji hanya leverage operasi yang
meningkat sehingga pembayaran dividen berpengaruh signifikan terhadap praktik
cenderung meningkat. perataan laba.
2) Pertumbuhan aset/aktiva Alwan (2009) menguji hubungan
antara ukuran perusahaan,dividend payout

13
ratio, resiko spesifik, dan pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian ini
perusahaan terhadap praktik perataan laba. menunjukkan bahwa hanya variabel
Penelitian ini menggunakan perusahaan leverage yang berpengaruh signifikan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek terhadap praktik perataan laba, sedangkan
Jakarta pada periode 2002-2006. Hasil profitabilitas, pertumbuhan perusahaan,
penelitian ini menemukan bahwa ukuran dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh
perusahaan, dividend payout ratio, dan signifikan terhadap praktik perataan laba.
resiko spesifik tidak berpengaruh
signifikan terhadap praktik perataan laba,
sedangkan variabel pertumbuhan Hubungan Antar Variabel
perusahaan pada perusahaan manufaktur Hubungan Profitabilitas dengan Praktik
berpengaruh signifikan terhadap praktik Perataan Laba
perataan laba. Profitabilitas merupakan ukuran
Ratih (2011) meneliti faktor-faktor yang dijadikan para investor untuk menilai
yang mempengaruhi praktik perataan laba sehat atau tidaknya suatu perusahaan dan
pada 75 perusahaan manufaktur dan 42 juga dapat mempengaruhi proses
perusahaan keuangan yang terdaftar pada pengambilan keputusan investasi ke
BEI selama tahun 2006-2009. Penelitian depannya. Profitabilitas dapat diukur
ini juga menggunakan indeks Eckel untuk dengan menggunakan return on asset
menentukan praktik perataan laba. Hasil (ROA) yang dihitung dengan
penelitian Ratih menunjukkan bahwa membandingkan antara laba bersih setelah
hanya ukuran perusahaan yang pajak dengan total aktiva yang dimiliki
berpengaruh signifikan terhadap praktik perusahaan. Profitabilitas digunakan untuk
perataan laba, sedangkan profitabilitas, mengukur seberapa besar tingkat laba yang
financial leverage, dan jenis industri tidak dihasilkan oleh perusahaan. Semakin
berpengaruh signifikan terhadap praktik tinggi profitabilitas, maka semakin baik
perataan laba. kinerja manajemen dalam mengelola suatu
Sulistiyawati (2012) bermaksud perusahaan. Apabila profitabilitas yang
menguji pengaruh nilai perusahaan, diperoleh tinggi menandakan manajemen
kebijakan dividen, dan reputasi auditor mempunyai kinerja yang baik begitu pula
terhadap praktik perataan laba pada terjadi sebaliknya. Apabila profitabilitas
perusahaan yang terdaftar pada BEI. yang diperoleh rendah, menandakan
Sulistiyawati menggunakan indeks Eckel kinerja manajemen kurang optimal dan
untuk menentukan praktik perataan laba. akan menciptakan image negatif dari pihak
Berdasarkan analisis terhadap beberapa eksternal perusahaan yang beranggapan
variabel ini, dapat disimpulkan bahwa bahwa manajemen tidak dapat mengelola
semua variabel independen yang terdiri sumber daya perusahaan secara efisien,
dari nilai perusahaan, kebijakan dividen, sehingga perusahaan dengan tingkat
dan reputasi auditor tidak berpengaruh profitabilitas yang rendah cenderung
signifikan terhadap praktik perataan laba. melakukan praktik perataan laba untuk
Wulandari (2013) menganalisis menarik investor berinvestasi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perusahaan tersebut.
perataan laba dan pengaruhnya terhadap Profitabilitas diduga mempengaruhi
nilai perusahaan dengan menggunakan 76 praktik perataan laba karena secara logis
sampel perusahaan manufaktur yang profitabilitas terkait langsung dengan
terdaftar di BEI periode 2008-2011. objek perataan laba. Ashari,dkk (1994)
Penelitian ini menggunakan indeks Eckel. dalam Khasan (2003) menyatakan bahwa
Variabel independen yang digunakan fluktuasi dalam laba akan memberikan
adalah profitabilitas, leverage, dampak yang lebih banyak pada
pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan yang memiliki profitabilitas

14
rendah sehingga mereka mempunyai Dividend payout ratio merupakan
motivasi yang kuat untuk melakukan perbandingan antara dividend per share
praktik perataan laba. Disamping itu, dan earning per share.
manajemen termotivasi untuk melakukan Pihak manajemen umumnya tetap
praktik perataan laba agar laba yang mempertahankan kebijakan dividen,
dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga sekurang-kurangnya pembagian dividen
dapat meningkat kepercayaan investor saham untuk menjaga kestabilan nilai
terhadap perusahaan. Oleh karena itu saham. Semakin tinggi dividen, maka ratio
perusahaan yang memiliki profitabilitas DPR akan semakin tinggi karena
rendah cenderung untuk melakukan pembagian dividen tergantung pada laba
praktik perataan laba. yang diperoleh perusahaan, Jika
perusahaan bisa membagikan dividen yang
Hubungan Kebijakan Dividen dengan tinggi berarti laba dalam perusahaan
Tindakan Perataan Laba tersebut bisa dikatakan besar. Jika dalam
Kebijakan dividen yang diproksikan kondisi laba yang tinggi tetapi laba yang
dalam dividend payout ratio sangat diperoleh perusahaan tidak terus-menerus
mempengaruhi praktik perataan laba, atau bisa dikatakan tidak stabil yang
karena kebijakan dividen akan mempunyai berarti risiko perusahaan tinggi, maka
implikasi yang signifikan pada perusahaan akan melakukan perataan laba
pengambilan keputusan investor maupun (Agus, 2009). Selain itu, pajak yang
investasi potensial dalam pembelian saham dikenakan atas dividen lebih tinggi jika
perusahaan (Agus, 2009). Pihak investor mereka berinvestasi dalam jangka panjang
menyukai tingkat dividen yang tinggi dan dibandingkan dengan pajak atas capital
investor juga merupakan pihak yang gain. Hal ini tentunya menimbulkan risiko
menolak risiko. Padahal perusahaan yang yang tinggi pula, padahal investor adalah
menerapkan kebijakan dividen dengan pihak yang menolak risiko. Oleh karena
tingkat dividend payout ratio yang tinggi itu, hal ini mendorong manajemen
juga akan memiliki resiko yang lebih besar melakukan praktik perataan laba.
jika terjadi fluktuasi di dalam laba. .
Tuntutan untuk dapat membagikan dividen
yang besar dengan risiko yang kecil Hubungan Pertumbuhan Perusahaan
membuat pihak manjemen cenderung dengan Praktik Perataan Laba
untuk melakukan praktik perataan laba. Pertumbuhan perusahaan merupakan
Dividend payout ratio merupakan salah satu faktor pendorong praktik
salah satu kebijakan manajemen yang perataan laba. Hal ini disebabkan karena
menjadi dasar pertimbangan investasi bagi pertumbuhan perusahaan merupakan tolak
investor yang mementingkan rate of return ukur kinerja perusahaan. Reni (2009)
dari dana yang diinvestasikan. Dividend menyatakan bahwa lambatnya
Payout Ratio (DPR) merefleksikan pertumbuhan perusahaan merupakan
kebijakan manajemen dalam menentukan sinyal bagi investor bahwa kinerja
pembagian pendapatan antara penggunaan perusahaan menurun.
pendapatan untuk dibayarkan kepada Perusahaan dengan pertumbuhan
pemegang saham sebagai dividen atau yang semakin meningkat setiap tahun
digunakan didalam perusahaan sebagai merupakan perusahaan yang mengalami
laba ditahan untuk membiayai perkembangan yang baik dan memiliki
pertumbuhan perusahaan. Agus (2001) aspek yang baik dimasa yang akan datang
menjelaskan dividend payout ratio (DPR) serta merupakan perusahaan yang mampu
mengukur proporsi laba bersih per satu memberikan keuntungan bagi pemegang
lembar saham yang dibayarkan dalam saham. Pertumbuhan perusahaan dapat
bentuk dividen kepada pemegang saham. terjadi jika produktivitas dan tingkat

15
keuntungan untuk pemegang saham Kebijakan dividen juga diperkirakan
meningkat. Kedua hal ini akan saling berpengaruh terhadap praktik perataan
berhubungan. Meningkatnya produktivitas laba, karena kebijakan dividen mempunyai
perusahaan akan meningkatkan laba implikasi yang signifikan pada
perusahaan sehingga keuntungan untuk pengambilan keputusan investor dalam
pemegang saham juga akan meningkat. melakukan investasi. Investor menyukai
Peningkatan ini mendapatkan perhatian tingkat dividen yang tinggi, padahal
dari masyarakat terutama investor untuk perusahaan yang menerapkan tingkat
menanamkan modalnya sehingga perlu dividen yang tinggi akan memiliki tingkat
untuk meminimalkan risiko agar kinerja risiko yang tinggi apabila terjadi fluktuasi
perusahaan tetap bagus, sehingga laba yang besar. Kebijakan dividen
memotivasi manajer untuk melakukan menggunakan dividend payout ratio
praktik perataan laba. (DPR) sangat mempengaruhi perilaku
Pertumbuhan yang terlalu tinggi perataan laba. Semakin tinggi dividen,
akan dihadapkan pada risiko adanya maka ratio DPR akan semakin tinggi hal
fluktuasi laba dimasa depan yang tak tersebut disebabkan karena pembagian
terkendali karena perusahaan yang dividen tergantung pada laba yang
pertumbuhannya tinggi akan menggunakan diperoleh perusahaan, sehingga semakin
kontrak kompensasi dan utangnya tinggi laba suatu perusahaan kemungkinan
berdasarkan akuntansi. Jika perusahaan perusahaan akan melakukan praktik
tersebut tidak mampu memenuhi perataan laba.
kebutuhan dananya, mereka akan Variabel independen ketiga adalah
dihadapkan pada risiko terganggunya pertumbuhan perusahaan yang diproksikan
aktivitas operasi perusahaan. Selain itu, melalui total aktiva yang dimiliki
semakin besar pertumbuhan masa lalu, perusahaan. Perusahaan yang sedang
semakin tidak pasti laba yang diperoleh tumbuh akan membutuhkan banyak dana
dimasa mendatang. Oleh karena itu, untuk membiayai operasionalnya. Jika
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan perusahaan tersebut tidak mampu
yang tinggi akan cenderung melakukan memenuhi kebutuhan dananya, hal ini
perataan laba. Hal ini sejalan dengan akan mempengaruhi proses produksi
penelitian Alwan (2009) yang menemukan mereka. Proses produksi yang terhambat
bahwa pertumbuhan perusahaan akan mempengaruhi laba. Dengan
berpengaruh terhadap tindakan perataan demikian pertumbuhan perusahaan akan
laba. sangat mempengaruhi angka laba yang
dicapai perusahaan, Hal ini mendorong
Kerangka Konseptual perusahaan untuk melakukan praktik
Faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba seiring dengan semakin
praktik perataan laba salah satunya adalah tingginya pertumbuhan suatu perusahaan.
profitabilitas perusahaan yang akan diukur Berdasarkan kerangka pemikiran
dengan menggunakan return on asset yang telah dikemukakan di atas, maka
(ROA). Profitabilitas merupakan salah satu kerangka konseptual penelitian dapat
ukuran penting dari rasio keuangan digambarkan dalam bentuk diagram seperti
perusahaan yang sering dijadikan acuan yang disajikan dalam Gambar di bawah
oleh investor dalam membeli ataupun ini.
menjual saham suatu perusahaan. Investor
perlu membuat perbandingan kinerja antar
perusahaan (dari waktu ke waktu) agar
dapat mengendalikan perbedaan sumber
daya yang dimiliki.

16
yaitu http://www.idx.co.id. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik dokumentasi
berupa literatur, jurnal, penelitian
terdahulu, dan laporan-laporan yang
dipublikasikan untuk mendapat gambaran
masalah yang akan diteliti serta melalui
data sekunder berupa financial data and
ratios dari IDX yang diterbitkan oleh
Bursa Efek Indonesia.

Hipotesis Variabel Penelitian dan Pengukuran


Berdasarkan identifikasi masalah, Variabel
kajian teori dan hasil penelitian Variabel Dependen
sebelumnya, maka dapat dirumuskan Indeks perataan laba (income
hipotesis penelitian sebagai berikut: smoothing) merupakan variabel dependen
H1 : Semakin kecil profitabilitas maka dalam penelitian ini dan skala pengukuran
semakin besar probabilitas yang digunakan adalah variabel dummy.
manajemen perusahaan melakukan Kelompok perusahaan yang melakukan
tindakan perataan laba praktik perataan laba diberi nilai 1 (satu),
H2 : Semakin besar kebijakan dividen sedangkan kelompok perusahaan yang
maka semakin besar probabilitas tidak melakukan praktik perataan laba
manajemen perusahaan melakukan diberi nilai 0 (nol). Untuk
tindakan perataan laba mengelompokkan perusahaan sebagai
H3 :Semakin besar pertumbuhan perata laba atau bukan perata laba
perusahaan maka semakin besar digunakan indeks Eckel dengan rumus
probabilitas manajemen perusahaan sebagai berikut:
melakukan tindakan perataan laba

III.METODE PENELITIAN Keterangan:


Penelitian ini merupakan jenis CV = Koefisien variasi variabel, yaitu
penelitian kausatif. Populasi yang standar deviasi dibagi dengan nilai yang
digunakan pada penelitian ini adalah diharapkan
seluruh perusahaan manufaktur yang ∆I = perubahan laba dalam satu
terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari periode
tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 ∆S = perubahan penjualan dalam satu
sebanyak 138 perusahaan. Sampel dipilih periode
dengan menggunakan purposive sampling,
sehingga didapat sebanyak 44 perusahaan Nilai CV ∆I dan CV∆S dihitung dengan
sampel. Data perusahaan sampel rumus:
ditampilkan pada tabel 1 (lampiran). Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari
media elektronik. Data yang dibutuhkan Keterangan:
dalam penelitian ini berupa laporan ∆x = perubahan laba (I) atau penjulan
tahunan (annual report) dan laporan (S) antara tahun n dengan n-1
keuangan perusahaan-perusahaan tercatat = rata-rata perubahan laba (I) atau
periode 2008-2012. Data-data tersebut penjualan (S) antara tahun n dengan n-1
diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia n = banyaknya tahun yang diamati

17
Kriteria perusahaan yang melakukan 1 terhadap total aset pada t-1 (Alwan,
tindakan perataan laba adalah: 2009:203) :
a. Perusahaan dianggap melakukan
tindakan perataan laba apabila indeks
eckel lebih kecil daripada 1 (CV∆S >
CV∆I)
b. Perusahaan dianggap tidak melakukan Teknik Analisis Data
tindakan perataan laba apabila indeks 1. Metode Analisis Regresi Logistik
eckel lebih besar atau sama dengan 1 Dalam penelitian ini metode analisi
(CV∆S ≤ CV∆I) data yang digunakan adalah logistic
regression dengan pengolahan data
Variabel Independen melalui software EViews. Model yang
Variabel independen adalah tipe dipakai adalah model logit, yaitu model
variabel yang menjelaskan atau regresi yang digunakan untuk menganaisi
mempengaruhi variabel yang lain. Yang variabel dependen dengan kemungkinan di
menjadi variabel independen dalam antara 0 dan 1 (Wing, 2007). Model ini
penelitian ini adalah: digunakan karena variabel dependen yang
a. Profitabilitas digunakan berupa variabel dummy (perata
Profitabilitas diukur dengan laba = satu dan bukan perata laba = nol).
menggunakan rumus laba bersih setelah Kategori paling dasar dari model tersebut
pajak dibagi dengan total aktiva, maka menghasilkan binary values seperti angka
dapat dirumuskan sebagai berikut (Sofyan, 0 dan 1. Angka yang dihasilkan mewakili
2010:305) suatu kategori tertentu yang dihasilkan dari
perhitungan probabilitas terjadinya
kategori tersebut.
b. Kebijakan Dividen Asumsi autokorelasi dan
Dalam Agus (2001) yang dimaksud heterokedastisitas tidak dilakukan karena
dengan kebijakan dividen adalah variabel dependen bersifat kategorikal,
keputusan apakah laba yang diperoleh sehingga tidak ada error antara estimasi
perusahaan akan dibagikan kepada variabel independen dan nilai sebenarnya.
pemegang saham sebagai dividen atau Model analisis dari regresi logistik ini
akan ditahan dalam bentuk laba ditahan adalah:
guna pembiayaan investasi dimasa datang.
Rasio pembayaran dividen dapat dihitung
sebagai berikut (Eduardus, 2001:242) :
Keterangan:
DPR = = Log dari perbandingan antara
peluang perata dan bukan perata laba
DPS = a = Konstanta
b1= Koefisien regresi dari profitabilitas
EPS= b2= Koefisien regresi dari kebijakan
dividen
b3= Koefisien regresi dari pertumbuhan
c. Pertumbuhan Perusahaan perusahaan
Pertumbuhan perusahaan = Standar error
menggambarkan tolak ukur keberhasilan Langkah-langkah Analisis:
perusahaan. Pertumbuhan perusahaan a. Uji Asumsi Normalitas
dapat diukur dengan rasio selisih total aset Uji asumsi normalitas dilakukan agar
pada tahun t dengan total aset pada tahun t- penggunaan model pada skripsi ini sesuai

18
dengan asumsi model logit, dimana error Untuk menghitung besarnya
terms tidak terdistribusi dengan normal. proporsi sumbangan antar variabel
Uji ini dilakukan dengan menggunakan independen terhadap variabel
Jarque-Bera (JB) test of normality. Untuk dependentdapat dilakukan dengan melihat
mengetes tingkat normalitas suatu model, R square (R²). Semakin besar R², maka
dibangun sebuah desain hipotesis yang semakin besar (kuat) hubungan antara
digunakan adalah sebagai berikut. variabel terikat dengan variabel bebas
Ho : error terms terdistribusi normal (Nachrowi, 2006:125), dapat dilihat
H1 : error terms tidak terdistribusi dengan menggunakan rumus berikut:
normal
Nilai statistik JB yang digunakan
digunakan dalam kriteria penolakan H0 Dimana :
dilakukan dengan menggunakn XiY = dalam angka deviasi
perhitungan skewness dan kurtosis. Nilai Pada penggunaan Eviews akan
tersebut kemudian disubstitusikan ke menghasilkan koefisien determinasi
dalam formula nilai kritis JB sebagai McFadden R2. Koefisien ini digunakan
berikut. untuk mengukur seberapa besar variasi
JB = n dari variabel dependennya dapat dijelaskan
oleh variasi nilai dari variabel-variabel
Dimana:
bebasnya. Dengan kata lain nilai-nilai
n : jumlah observasi
tersebut statistik mengukur tingkat
S : Koefisien skewness
keberhasilan model regresi yang kita
K: Koefisien kurtosis
gunakan dalam memprediksi nilai variabel
Ho ditolak apabila nilai statistik JB
dependen atau mengetahui kecocokan
lebih besar dbandingkan nilai kritis.
(goodness of fit) dari model tersebut. Nilai
Penolakan Ho juga dapat dilakukan
R2 memiliki rentang nilai antara nol hingga
dengan melihat p-value JB ketika nilai
satu (0<R2<1). Semakin mendekati nilai
tersebut lebih kecil dari α.
satu maka hampir semua variabel
Uji Likelihood Ratio
independen dapat menjelaskan variabel
Uji Likelihood Ratio (LR stat)
dependen dan model tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui apakah
dikatakan semakin baik. Nilai Mc. Fadden
variabel-variabel independen secara
R2 atau nilai pseudo R2 akan
bersama-sama mempengaruhi variabel
menghasilkan nilai yang lebih rendah
dependen secara nyata. Probabilita (LR
dibandingkan dengan nilai R2 pada regresi
stat) diketahui dengan melihat nilai p-
OLS biasa. Oleh karena itu, nilai Mc.
value dari LR test statistic, dengan desain
Fadden R2 atau nilai yang berada diantara
hipotesis sebagai berikut:
0,2 hingga 0,4 dianggap sebagai nilai yang
Ho : Variabel-variabel independen secara
paling baik.
bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel dependen
2. Uji Hipotesis
H1 : Variabel-variabel independen secara
a. Uji Signifikansi Parsial
bersama-sama mempengaruhi variabel
Uji Signifikansi Parsial untuk
dependen
melihat secara individual apakah suatu
Kriteria penolakan Ho adalah
variabel independen berpengaruh
dengan melihat nilai probabilitas, dimana
signifikan terhadap variabel dependen
penolakan Ho dilakukan ketika
dalam regresi pada umumnya dilihat
probabilitas memiliki nilai yang lebih kecil
dengan menggunakan t-test, namun dalam
dari α.
regresi yang menggunakan metode logit,
c. Koefisien Determinasi (R²)
uji tersebut dilakukan dengan pendekatan
normal, sehingga kriteria pengujian

19
menggunakan nilai z. Dengan (meratakan) laba perusahaan selama
menggunakan nilai z-test kita dapat beberapa periode dengan tujuan tertentu,
mengambil kesimpulan hipotesis apakah yang dapat diukur dengan melihat
Ho ditolak atau tidak ditolak. Desain perbandingan antara perubahan penjualan
hipotesis yang dapat dikembangkan adalah dengan perubahan laba bersih perusahaan,
sebagai berikut. khususnya perusahaan-perusahaan
Ho : Xi = 0 manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek
H1 : Xi ≠ 0 Indonesia dengan tahun pengamatan 2008-
Kriteria penerimaan hipotesis 2012.
1. Jika prob < 0.05, z hit > z tabel, maka 2. Variabel Independen
Ho ditolak dan H1 diterima. Ini berarti a. Profitabilitas
bahwa ada pengaruh secara parsial antar Profitabilitas yang dimaksud dalam
variabel bebas terhadap variable terikat. penelitian ini adalah kemampuan
2. Jika prob > 0.05 z hit < z tabel, maka perusahaan dalam periode tertentu dalam
Ho diterima dan H1 ditolak. Ini berarti menghasilkan laba, sehingga profitabilitas
bahwa tidak ada pengaruh secara parsial suatu perusahaan menunjukkan
variabel bebas dengan variabel terikat. perbandingan antara laba dengan aktiva
b. Uji Signifikansi secara Serentak yang menghasilkan modal tersebut.
Uji Signifikansi secara serentak Profitabiitas diproksikan menggunakan
dalam persamaan yang menggunakan rasio return on asset (ROA). ROA
metode logit dapat dilakukan dengan merupakan salah satu bentuk rasio
menagnalisis nilai Likelihood Ratio (LR) profitabilitas yang digunakan untuk
statistic. Uji ini dilakukan untuk melihat mengukur kemampuan perusahaan dengan
secara bersama-sama pengaruh variabel keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
independen terhadap variabel dependen, aktiva yang digunakan untuk operasi
apakah variabel independen daam suatu perusahaan dalam menghasilkan
model persamaan bersama-sama keuntungan.
memepengaruhi variabel dependen. Desain b. Kebijakan Dividen
hipotesis dalam pengujian ini adalah Kebijakan dividen adalah keputusan
sebagai berikut. menyangkut untuk membagikan laba atau
Ho : Xi = 0 menahannya guna diinvestasikan kembali
H1 : Xi ≠ 1 di dalam perusahaan. Kebijakan dividen
Pengambilan keputusan LR ratio yang menggunakan dividen payout ratio
dapat dilihat dengan melihat merupakan perbandingan antara dividend
probabilitasnya (p-value). Jika nilai p- per share dan earning per share. Dividend
value lebih kecil dari nilai alpha (α) maka payout ratio adalah ratio yang digunakan
dengan tingkat keyakinan 1- α kita dapat untuk pembayaran dividen. Pembayaran
menolak hipotesis nol atau dengan kata dividen tergantung pada laba yang
lain variabel-variabel independen dalam dihasilkan perusahaan dalam periode
model persamaan bersama-sama tertentu.
berpengaruh signifikan terhadap variabel c. Pertumbuhan perusahaan
dependennya pada tingkat keyakinan 1-α. Pertumbuhan perusahaan merupakan
dampak dari arus dana perusahaan atas
Definisi Operasional perubahan operasional yang disebabkan
1. Variabel Dependen oleh pertumbuhan atau penurunan volume
Variabel dependen dalam penelitian ini usaha. Pertumbuhan perusahaan yang
adalah praktik perataan laba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
dilakukan oleh manajemen dan merupakan mengukur seberapa besar pertumbuhan
salah satu pola dari manajemen laba aktiva atau sumber daya perusahaan.
dimana manajemen berusaha menstabilkan Pertumbuhan aktiva dapat diartikan

20
sebagai perubahan total aktiva per tahun, pertumbuhan perusahaan secara bersama-
yang dapat dihitung dengan cara sama mempengaruhi praktik perataan laba
menyelisihkan antara total aktiva tahun secara nyata.
berjalan dan total aktiva tahun sebelumnya
dibagi total aktiva tahun sebelumnya. Uji Koefisisen Determinasi
Koefisien determinasi McFadden R2
IV.HASIL PENELITIAN DAN digunakan untuk mengukur seberapa besar
PEMBAHASAN variasi dari variabel dependennya yang
Uji asumsi normalitas terdiri dari profitabilitas, kebijakan dividen
Uji asumsi normalitas dilakukan agar dan pertumbuhan perusahaan mampu
penggunaan model pada skripsi ini sesuai menjelaskan variabel dependen yaitu
dengan asumsi model logit, dimana error perataan laba. Dengan kata lain nilai-nilai
terms tidak terdistribusi dengan normal. tersebut statistik mengukur tingkat
Uji ini dilakukan dengan menggunakan keberhasilan model regresi yang kita
Jarque-Bera (JB) test of normality. Hasil gunakan dalam memprediksi nilai variabel
nilai Jarque-Bera (JB) dapat dilihat pada dependen atau mengetahui kecocokan
gambar 1 (lampiran). (goodness of fit) dari model tersebut. Hasil
Dari hasil gambar 1, terlihat bahwa koefisien determinasi McFadden R2 dapat
nilai statistik JB lebih besar dibandingkan dilihat pada tabel 2 ( lampiran).
nilai kritis (lebih besar dari 2). Dan juga Dari hasil pengolahan data pada
nilai probabilitas JB lebih kecil dari alpha tabel 2 dengan metode regresi logistik
0,05. Ini berarti model yang digunakan diketahui bahwa koefisien determinasi
sesuai dengan asumsi model logit, dimana yang dilihat dari Koefisien determinasi
error terms tidak terdistribusi dengan McFadden R-Squared adalah 0,0736
normal. Hal ini menunjukkan bahwa (7,4%). Artinya adalah variabel
model regresi logit layak digunakan. independen yaitu profitabilitas, kebijakan
dividen, dan pertumbuhan perusahaan
Uji Likelihood Ratio mampu menjelaskan variasi dari variabel
Uji Likelihood Ratio (LR stat) dependen yaitu perataan laba sebesar
digunakan untuk mengetahui apakah 7,4%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel-variabel independen secara faktor-faktor lain yang diluar dari variabel-
bersama-sama mempengaruhi variabel variabel yang diteliti.
dependen secara nyata. Probabilita (LR
stat) diketahui dengan melihat nilai p- Uji Analisis Regresi Logistik
value dari LR test statistic, dengan desain Untuk menguji hipotesis digunakan
hipotesis sebagai berikut: uji regresi logistik yang dilakukan
Ho : Variabel-variabel independen secara terhadap semua variabel yaitu
bersama-sama tidak mempengaruhi profitabilitas, kebijakan dividen, dan
variabel dependen pertumbuhan perusahaan dalam
H1 : Variabel-variabel independen secara memprediksi perataan laba. Hasil
bersama-sama mempengaruhi pengujian dapat dilihat dalam tabel 2
variabel dependen (lampiran).
Hasil nilai probabilitas dari LR test Berdasarkan tabel 2 diperoleh persamaan
statistic dapat dilihat pada tabel 2 logistik, yaitu:
(lampiran). Ln (P/1 – P) = 0,831 + 2,315X1 – 2,107 X2
Dari hasil pengujian pada tabel 2 – 1,373X3
diperoleh nilai probabilitas dari LR test Angka yang dihasilkan dari
statistic lebih kecil dari nilai alpha 0,05, pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai
sehingga H1 diterima dan dapat dikatakan berikut:
profitabilitas, kebijakan dividen, dan

21
1) Konstanta (a) Kebijakan dividen mempunyai
Dari hasil uji analisis regresi logistik pengaruh yang signifikan dalam
terlihat bahwa konstanta sebesar 0,831 memprediksi tindakan perataan laba
menunjukkan bahwa tanpa adanya karena ukuran probabilitasnya sebesar
pengaruh dari variabel bebas yaitu 0,0001 < 0,05. Pada z-statistik juga dapat
profitabilitas, kebijakan dividen dan dilihat zhitung menunjukkan angka -3,993,
pertumbuhan perusahaan maka lebih kecil bila dibandingkan ztabel -1,650.
probabilitas perataan laba akan bertambah Namun arah koefisien regresi berlawanan
sebesar 0,831. dengan arah yang dihipotesiskan, sehingga
2) Koefisien regresi (b) X1 hipotesis ditolak. Artinya, semakin besar
Variabel profitabilitas (X1) memiliki kebijakan dividen maka tidak semakin
koefisien regresi sebesar 2,315, artinya besar probabilitas mnajemen perusahaan
jika variabel profitabilitas meningkat melakukan praktik perataan laba.
sebesar satu satuan maka probabilitas Pertumbuhan perusahaan tidak
perataan laba (Y) akan mengalami mempunyai pengaruh yang signifikan
peningkatan sebesar 2,315, dengan dalam memprediksi perataan laba karena
anggapan variabel bebas lainnya tetap. pertumbuhan perusahaan memiliki
3) Koefisien regresi (b) X2 probabilitas sebesar 0,0959 > 0,05
Variabel kebijakan dividen (X2) sedangkan nilai z-statistik juga dapat
memiliki koefisien regresi negatif sebesar dilihat dari zhitung menunjukkan angka -
–2,107, artinya jika variabel kebijakan 1,6649 lebih kecil bila dibandingkan ztabel
dividen meningkat sebesar satu satuan -1,650 , sehingga hipotesis ditolak.
maka probabilitas perataan laba (Y) akan Artinya, semakin besar pertumbuhan
mengalami penurunan sebesar 2,107, perusahaan maka tidak semakin besar
dengan anggapan bahwa variabel bebas probabilitas manajemen perusahaan
lainnya tetap. melakukan praktik perataan laba.
4) Koefisien regresi (b) X3
Variabel pertumbuhan perusahaan (X3), Pembahasan
memiliki koefisien regresi negatif sebesar a. Pengaruh Profitabilitas (X1)
–1,373, artinya jika variabel pertumbuhan Terhadap Praktik Perataan Laba (Y)
perusahaan meningkat sebesar satu satuan Hasil pengujian statistik dengan
maka probabilitas perataan laba (Y) akan menggunakan regresi logistik
mengalami penurunan sebesar 1,373, menunjukkan bahwa profitabilitas tidak
dengan anggapan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap praktik
lainnya tetap. perataan laba. Artinya, tinggi rendahnya
profitabilitas tidak mempengaruhi
Pengujian Hipotesis manajemen untuk melakukan praktik
Profitabilitas tidak mempunyai perataan laba. Sehingga dapat dikatakan
pengaruh yang signifikan terhadap praktik bahwa hipotesis ditolak. Artinya semakin
perataan laba, karena ukuran kecil profitabilitas maka tidak semakin
probabilitasnya sebesar 0,1352 > 0,05. besar probabilitas manajemen perusahaan
Pada z-statistik juga dapat dilihat zhitung melakukan praktik perataan laba.
menunjukkan angka 1,4939 lebih kecil bila Perataan laba dapat dilakukan secara
dibandingkan ztabel 1,960. Dari hasil ini dua arah. Artinya bahwa ada kemungkinan
berarti hipotesis ditolak. Dengan demikian bahwa laba yang terlalu besar diperkecil
dapat diambil kesimpulan semakin kecil sehingga tidak fluktuatif dibanding dengan
profitabilitas maka tidak semakin besar laba periode-periode sebelumnya. Namun
probabilitas manajemen perusahaan kemungkinan lain bahwa perusahaan juga
melakukan praktik perataan laba. melakukan perataan laba dengan cara
menaikkan laba. Karena adanya perbedaan

22
pola perataan laba tersebut menyebabkan industri. Jika profitabilitas perusahaan jauh
profitabilitas tidak berpengaruh signifikan diatas rata-rata industri, investor tidak akan
terhadap tindakan perataan laba secara mau berinvestasi pada perusahaan tersebut.
positif saja maupun secara negatif saja Hal ini karena investor lebih menyukai
(Widaryanti:2009). Tingkat profitabilitas perusahaan dengan angka laba yang stabil.
yang stabil memiliki keuntungan bagi Selain itu juga dapat dibuktikan bahwa
manajemen, yaitu mengamankan posisi rata-rata perusahaan yang melakukan
atau jabatan dalam perusahaan. praktik perataan laba memilki ROA yang
Manajemen terlihat memiliki kinerja baik cukup tinggi, serta hasil perhitungan ROA
apabila dinilai dari tingkat laba yang nya terus mengalami kenaikan dari tahun
mampu dihasilkan. Profitabilitas yang ketahun bahkan kenaikannya mencapai
stabil akan meningkatkan kepercayaan 50% lebih. Rata-rata perusahaan yang
pasar sehingga perusahaan menjaga tidak melakukan praktik perataan laba
konsistensi tingkat labanya. Tingkat perhitungan ROAnya mengalami
profitabilitas yang stabil ini memberikan penurunan atau kenaikan yang terjadi tidak
keyakinan pada investor atas investasi terlalu signifikan.
yang dilakukan karena perusahaan dinilai Hal ini bertentangan dengan the
baik dalam menghasilkan laba. bonus plan hypothesis yang menyatakan
Profitabilitas yang rendah tetapi bahwa pada perusahaan yang memiliki
stabil menujukkan bahwa kondisi rencana pemberian bonus, manajer
perusahaan baik dimana laba yang perusahaan akan lebih memilih metode
dihasilkan tidak berfluktuatif dan akan akuntansi yang dapat menggeser laba dari
mendapat respon positif dari pihak masa depan ke masa kini sehingga dapat
eksernal sehingga perusahaan tidak perlu menaikkan laba masa ini. Ini dapat berarti
lagi untuk melakukan praktik perataan bahwa pada perusahaan dengan
laba. Disamping itu, tidak berpengaruhnya profitabilitas rendah mendorong manajer
ROA diduga karena investor cenderung untuk melakukan praktik perataan laba
mengabaikan informasi ROA yang ada agar laba yang dihasilkan perusahaan
secara maksimal (Ratih,2011), sehingga meningkat, sehingga mereka memperoleh
manajemen pun menjadi tidak termotivasi bonus yang lebih tinggi.
melakukan perataan laba melalui variabel Hasil penelitian ini sesuai dengan
tersebut. penelitian Ratih (2011) dan Lusi (2012)
Profitabilitas dijadikan patokan oleh yang menyatakan bahwa tidak terdapat
investor dalam menilai sehat tidaknya pengaruh yang signifikan dari rasio
perusahaan karena profitabilitas profitabilitas terhadap praktik perataan
merupakan komponen laporan keuangan laba. Namun, hasil penelitian ini tidak
perusahaan yang bertujuan untuk menilai sesuai dengan penelitian yang dilakukan
kinerja manajemen, membantu oleh Igan (2009) dan Ismed (2011) yang
mengestimasi kemampuan laba yang mengemukakan bahwa profitabilitas
representatif dalam jangka panjang dan berpengaruh terhadap timbulnya perataan
menaksir resiko dalam investasi atau laba.
meminjamkan dana (Igan,2009). Sehingga
sebelum pengambilan keputusan investasi, b. Pengaruh Kebijakan dividen (X2)
investor akan melakukan analisis Terhadap Praktik Perataan Laba (Y)
mengenai informasi keuangan perusahaan, Hasil pengujian statistik dengan
biasanya informasi keuangan perusahaan menggunakan regresi logistik
ini akan dibandingkan dengan informasi menunjukkan bahwa kebijakan dividen
keuangan periode sebelumnya dan berpengaruh signifikan terhadap praktik
informasi keuangan pada perusahaan perataan laba karena ukuran
sejenis yang dapat dilihat melalui rata-rata probabilitasnya sebesar 0,0001 < 0,05.

23
Namun arah koefisien regresi berlawanan dari dana yang diinvestasikan. Investor
dengan arah yang dihipotesiskan, sehingga yang tidak menyukai risiko lebih
hipotesis ditolak. Dengan demikian dapat menyukai tingkat dividend payout ratio
diambil kesimpulan semakin besar yang rendah. Namun, semakin rendah
kebijakan dividen maka tidak semakin dividen sebuah perusahaan dapat
besar probabilitas manajemen perusahaan menyebabkan investor yang sudah
melakukan praktik perataan laba. menanamkan sahamnya akan
Dalam kondisi keputusan investasi memindahkan sahamnya ke perusahaan
yang given, apabila perusahaan lain. Bagi investor yang akan menanamkan
membagikan dividen kepada pemegang modal kedalam perusahaan tersebut, calon
saham, maka perusahaan harus investor seringkali tidak berminat apabila
mengeluarkan saham baru sebagai dividen yang dibagikan perusahaan rendah
pengganti sejumlah pembayaran dividen ditambah lagi jika laba perusahaan
tersebut. Dengan demikian meningkatnya berfluktuasi yang menyebabkan dividen
laba yang dihasilkan perusahaan untuk ikut berfluktuasi. Untuk menarik minat
dibagikan dalam bentuk dividen akan investor, perusahaan harus meyakinkan
diimbangi dengan penurunan harga saham investor bahwa risiko perusahaan kecil.
sebagai akibat penjualan saham baru. Oleh karena itu, manajemen termotivasi
Sehingga investor mengkehendaki melakukan praktik perataan laba agar
perusahaan untuk menahan laba setelah mengubah persepsi investor mengenai
pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan perusahaan sehingga investor tetap tertarik
investasi dan juga dengan turunnya harga berinvestasi di perusahaan. Persepsi
saham membuat calon investor enggan investor tersebut adalah walaupun
untuk menanamkan modalnya dan lebih perusahaan membagi dividen rendah, akan
memilih menginvestasikan dananya pada tetapi laba perusahaan stabil sehingga
perusahaan yang mempunyai kondisi dividen yang dibagikan stabil.
keuangan yang lebih baik (Agus,2001). Kondisi ini diperkuat oleh data
Oleh karena itu, manajer harus penelitian ini seperti pada PT. Holcim
meyakinkan investor bahwa risiko Indonesia Tbk pada tahun 2008 memiliki
perusahaan rendah dengan melakukan DPR 0,06309 dan indeks eckel 0,999997
perataan laba. Meski dividen yang (melakukan praktik perataan laba).
dibayarkan rendah, tetapi laba yang Sedangkan PT Alimindo Light Metal
diperoleh stabil sehingga dividen juga Industry Tbk memiliki DPR 3,33129 dan
akan stabil. Dengan demikian, kebijakan indeks eckel 1,000047 (tidak melakukan
dividen berpengaruh signifikan negatif praktik perataan laba). Hal ini
terhadap praktik perataan laba. menunjukkan semakin kecil DPR semakin
Penelitian ini sejalan dengan besar probabilitas perusahaan melakukan
penelitian Eko, dkk (2012) yang praktik perataan laba.
menemukan adanya pengaruh signifikan
negatif kebijakan dividen terhadap praktik
perataan laba. Namun bertentangan dengan c. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan
penelitian yang dilakukan oleh (X3) Terhadap Praktik Perataan
sulistiyawati (2013) yang menyatakan Laba (Y)
kebijakan dividen yang diukur dengan Hasil pengujian statistik dengan
dividend payout ratio tidak berpengaruh menggunakan regresi logistik
terhadap praktik perataan laba. menunjukkan bahwa pertumbuhan
Dividend payout ratio merupakan perusahaan tidak berpengaruh signifikan
salah satu kebijakan manajemen yang terhadap praktik perataan laba. Hal ini
menjadi dasar pertimbangan investasi bagi berarti tindakan perataan laba yang
investor yang mementingkan rate of return dilakukan oleh pihak manajemen tidak

24
dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan untuk tidak melakukan praktik perataan
suatu perusahaan, tapi dipengaruhi oleh laba. Selain itu, manajemen merasa perlu
variabel lain yang tidak diteliti, sehingga untuk melakukan paralelisasi antara
dapat dikatakan bahwa hipotesis ditolak. pertumbuhan dengan laba. Perlakuan
Artinya, semakin besar pertumbuhan semacam ini akan menghindarkan
perusahaan maka tidak semakin besar manajemen dari tuntutan negatif pihak
probabilitas manajemen perusahaan prinsipal.
melakukan praktik perataan laba. Hasil penelitian ini sesuai dengan
Pertumbuhan yang semakin penelitian Ismed (2011) dan Wulandari
meningkat setiap tahun merupakan (2013), yang menemukan bahwa
indikator bahwa perusahaaan mengalami pertumbuhan perusahaan tidak
perkembangan yang baik dan memiliki berpengaruh terhadap praktik perataan
prospek yang baik di masa yang akan laba. Namun, penelitian tidak sesuai yang
datang dan merupakan perusahaan yang diungkapkan oleh Hanafi (1995) dalam
mampu memberikan keuntungan bagi Almasriva (2011) yang menyatakan bahwa
pemegang saham. Perusahaan dengan semakin besar pertumbuhan masa lalu,
tingkat pertumbuhan yang tinggi akan semakin tidak pasti laba yang akan
dipandang baik oleh masyarakat dan diperoleh dimasa mendatang, maka
pemerintah. Pandangan yang baik ini akan manajer cenderung melakukan praktik
mempengaruhi pandangan investor perataan laba. Begitu pula halnya dengan
terhadap perusahaan tersebut dan secara penelitian Alwan (2009) yang mengatakan
tidak langsung akan mempengaruhi bahwa perusahaan yang tumbuh berusaha
keputusan investor untuk berinvestasi pada mengurangi risiko tak terduga dengan
perusahaan tersebut. Oleh karena itu, melakukan praktik perataan laba.
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang tinggi tidak perlu lagi melakukan V. PENUTUP
tindakan perataan laba untuk Kesimpulan
mempengaruhi keputusan investasi oleh Kesimpulan yang dapat diambil dari
investor. pengaruh profitabilitas, kebijakan dividen,
Perusahaan yang pertumbuhannya dan pertumbuhan perusahaan terhadap
tinggi cenderung mempunyai risiko praktik perataan laba pada perusahaan
keuangan yang lebih rendah sehingga sektor manufaktur yang terdaftar di BEI
memungkinkan perusahaan tidak periode 2008-2012 adalah sebagai berikut:
melakukan praktik perataan laba a. Profitabilitas tidak berpengaruh
(Gaver,1993 dalam Almasriva, 2011). signifikan negatif terhadap praktik
Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan perataan laba pada perusahaan sektor
menunjukkan sampai seberapa jauh manufaktur yang terdaftar di Bursa
perusahaan akan menggunakan alternatif Efek Indonesia periode 2008-2012.
sumber pembiayaan. Perusahaan dengan b. Kebijakan dividen berpengaruh
tingkat pertumbuhan yang tinggi akan signifikan, namun dengan arah negatif
menggunakan ekuitas sebagai sumber terhadap praktik perataan laba pada
pembiayaannya. Hal ini menghindarkan perusahaan sektor manufaktur yang
perusahaan dari keharusan untuk terdaftar di Bursa Efek Indonesia
membayar bunga dan utang, yang tentunya periode 2008-2012.
ini mempunyai risiko yang tinggi jika c. Pertumbuhan Perusahaan tidak
sampai utang tersebut tidak mampu berpengaruh signifikan positif terhadap
dilunasi. Sehingga penggunaan ekuitas praktik perataan laba pada perusahaan
sebagai sumber pembiayaan pada sektor manufaktur yang terdaftar di
perusahaan yang mempunyai pertumbuhan Bursa Efek Indonesia periode 2008-
yang tinggi, memungkinkan perusahaan 2012.

25
Keterbatasan Penelitian 4. Penelitian berikutnya diharapkan
Penulis menyadari bahwa hasil dapat menambah jumlah sampel dan
penelitian ini belum menghasilkan mewakili masing-masing sektor
kesimpulan yang sempurna, hal ini karena industri sehingga hasilnya mampu
masih terdapat beberapa keterbatasan menggambarkan secara menyeluruh
dalam penelitian ini, yaitu: keadaan perusahaan go public di
1. Penelitian ini hanya menguji Indonesia.
pengaruh profitabilitas, kebijakan
dividen, dan pertumbuhan DAFTAR PUSTAKA
perusahaan terhadap praktik perataan Agus Sartono. 2001. Manajemen
laba. Keuangan, Teori dan Aplikasi. Edisi
2. Penggunaan indeks Eckel dalam Keempat. Yogyakarta: BPFE.
penelitian ini dilakukan mengingat
terbatasnya sampel yang digunakan, Agus Purwanto. 2009. “Analisis Faktor-
sehingga pengklasifikasian sampel faktor yang Mempengaruhi Perataan
ke dalam perata dan bukan perata Laba pada Perusahaan Publik di
dapat berpengaruh terhadap tidak Indonesia. Jurnal Bisnis Strategi.
signifikannya hasil penelitian. Vol. 13.
3. Penelitian ini hanya meneliti
perusahaan manufaktur yang Almasriva Aini. 2011. “Pengaruh
terdaftar di BEI, sehingga untuk profitabilitas, Tingkat Pertumbuhan,
sektor industri yang berbeda dapat dan Risiko Keuangan terhadap
dimungkinkan terjadinya perbedaan Praktik Perataan Laba pada
kesimpulan yang diperoleh. Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Indonesia”. Skripsi. Fakultas
Ekonomi. Universitas Negeri Padang
Saran
Berdasarkan simpulan yang dikemukakan Alwan Sri Kustono. 2009. “Pengaruh
di atas, maka saran-saran yang diajukan Ukuran, Dividen Payout, Risiko
adalah: Spesifik, dan Pertumbuhan
1. Untuk peneliti selanjutnya dapat Perusahaan terhadap Praktik
menambah pengujian faktor-faktor Perataan Laba pada Perusahaan
yang mempengaruhi perataan laba Manufaktur Studi Empiris Bursa
selain profitabilitas, kebijakan Efek Jakarta 2002-2006”. Jurnal
dividen dan pertumbuhan Ekonomi Bisnis Vol. 14 No. 3,
perusahaan November 2009.
2. Bagi peneliti berikutnya, mengingat
kelemahan indeks eckel yang cukup Ahmed Riahi Belkaoui. 2007. Teori
sederhana dan kurang sensitif, Akuntansi Buku 2. Jakarta: Salemba
sebaiknya praktik perataan laba Empat
diidetifikasi dengan model/indeks
lain, misalnya model Michelson agar Deitiana, Tita. Pengaruh Rasio Keuangan,
hasilnya lebih tepat. Pertumbuhan Penjualan, dan
3. Penelitian ini dapat dikembangkan Deviden terhadap Harga Saham.
untuk sektor industri selain Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.
perusahaan yang termasuk dalam 13, No.1, April 2011. Hlm 57-66.
perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI, misalnya sektor Eduardus Tandellin. 2001. Analisis
property and real estate dan Investasi dan Manajemen Portofolio.
perusahaan lembaga keuangan. Yogyakarta: PT.BPFE

26
Perataan Laba pada Perusahaan
Edy Suwito dan Arleen Herawaty. 2005. Publik Non Finansial di Indonesia”.
“Analisis Pengaruh Karakteristik Tesis. Universitas Diponegoro.
Perusahaan terhadap Tindakan
Perataan Laba yang Dilakukan oleh Lusi Christiana. 2012. “Faktor-faktor yang
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Mempengaruhi Praktek Perataan
Efek Jakarta”. Simposium Nasional Laba pada Perusahaan Manufaktur
Akuntansi VIII. Solo. 15-16 di BEI”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
September. Akuntansi Vol. 1 No. 4, Juli 2012

Eko Budi Santoso dan Sherly Novia Salim. Mamduh M Hanafi dan Abdul Halim.
2012. “Pengaruh Profitabilitas, 2007. Analisis Laporan
Financial Leverage, Dividen, Keuangan.Yogyakarta:UPP STIM
Ukuran Perusahaan, Kepemilikan YPKN.
Institusional, dan Kelompok Usaha
terhadap Perataan Laba”. CBAM Muhammad Arfan dan Desry Wahyuni.
Vol 1 No.1, Desember 2012 2010. “Pengaruh Firm Size, Winner/
Loser Stock, dan Debt To Equity
Igan Budiasih. 2009. “Faktor-faktor yang Ratio terhadap Perataan Laba”.
Mempengaruhi Praktik Perataan Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi
Laba”. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. Vol.3 No 1, 2010, 52-65.
4 No. 1, Januari 2009.
Mursalim. 2005. Income Smoothing dan
Indri Setiawan. 2011. “ Analisis Motivasi Investor: Studi Empiris
Pengambilan Keputusan Perusahaan pada Investor di BEJ. SNA VIII Solo.
Manufaktur dalam Melakukan September.
Praktek Perataan Laba”. Skripsi.
Universitas Semarang. Ni Nyoman Ayu Suryandari. 2012.
“Analisis Faktor-faktor yang
Ismed Wijaya.2011.“Pengaruh Mempengaruhi Income Smoothing.
Profitabilitas, Financial Leverage Media Komunikasi FIS Vol. 11 No
Dan Pertumbuhan Perusahaan 1, 1-15 April 2012.
Terhadap Propensity Income
Smoothing Pada Perusahaan Nia Oktavia. 2009. Pengaruh Ukuran
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Perusahaan, Profitabilitas, dan
Efek Indonesia”.Tesis. Universitas Finansial Leverage Terhadap
Sumatera Utara. Praktik Perataan Laba. Skripsi.
Fakultas Ekonomi. Universitas
Jesica Handoko, dkk. 2012. “Faktor-faktor Negeri Padang.
yang Mempengaruhi Praktek Olivia M. Sumtaky. 2007. “Faktor-faktor
Perataan Laba pada Perusahaan yang Mempengaruhi Praktik
Manufaktur di BEI”. Jurnal Ilmiah Perataan Laba pada Perusahaan
Mahasiswa Akuntansi Vol. 1 No. 4, Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Juli 2012 Efek Jakarta”. Skripsi. Universitas
Brawijaya.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan
Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. Ratih Kartika Dewi. 2011. “Analisa
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Khasan Faozi. 2003. “Analisis Faktor- Praktik Perataan Laba (Income
faktor ang Mempengaruhi Praktik Smoothing) pada Perusahaan

27
Manufaktur dan Keuangan yang Widaryanti. 2009. “Analisis Perataan Lab
Terdaftar di BEI (2006-2009)”. dan Faktor-faktor yang
Skripsi. Universitas Diponegoro. Mempengaruhi pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek
Reni Oktavia. 2009. “Pengaruh Struktur Indonesia”.Fokus Ekonomi Vol.4
Modal, Dividen, dan Pertumbuhan No.2, 2009, 60-77.
Perusahaan Terhadap Harga Saham
Perusahaan LQ 45 pada PT Wing Wahyu Winarni. 2007. Analisis
BEJ”.Skripsi. Universitas Negeri Ekonometrika dan Statistika dengan
Padang. Eviews. Yogyakarta: STIM YKPN.

Rita J.D. Atawarman. 2011. “Analisis Wulandari. 2013. “Analisis Faktor-Faktor


Pengaruh Ukuran Perusahaan, yang Mempengaruhi Income
Profitabilitas, dan Kepemilikian Smoothing dan Pengaruhnya
Manajerial terhadap Praktik Perataan Terhadap Nilai Perusahaan pada
Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan Manufaktur yang Listed
Perusahaan Manufaktur pada Bursa di Bursa Efek Indonesia Periode
Efek Indonesia”. Jurnal Ilmu 2008-2011”. Skripsi. Universitas
Ekonomi Advantage Vol. 2 No. 2, 19 Diponegoro Semarang.
Februri 2011.
Yogi Subhekti. 2008. “Faktor-faktor yang
Scott William. 2009. Financial Accounting Mempengaruhi Perataan Laba
Theory. Prentice Hall Canada Inc.: (Income Smoothing) dan Bukan
Scarborough, Ontorio. Perataan Laba (Non-Income
Smoothing) pada Perusahaan yang
Sofyan Syafri Harahap. 2010. Analisis Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Kritis atas Laporan Keuangan. Tahun 2002-2006”. Tesis.
Jakarta: Rajawali Pers. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

28
LAMPIRAN

Tabel 1
Data Pemberian Kode Dummy Berdasarkan Perhitungan Indeks Eckel pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
Indeks Eckel
No Nama Perusahaan
2008 DUMMI 2009 DUMMI 2010 DUMMI 2011 DUMMI 2012 DUMMI
1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0.999999 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
2 Holcim Indonesia Tbk 0.999997 1 0.999996 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
3 Semen Gresik Tbk 1.000000 0 1.000001 0 1.000000 0 1.000000 0 0.999998 1
4 Asahimas Flat Glass Tbk 0.999998 1 1.000005 0 0.999980 1 1.000000 0 1.000000 0
5 Arwana Citramulia Tbk 0.999995 1 0.999997 1 0.999997 1 0.999998 1 0.999995 1
6 Surya Toto Indonesia Tbk 0.999998 1 0.999985 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
7 Alimindo Light Metal Industry Tbk 1.000047 0 0.999692 1 0.999981 1 0.999995 1 1.000022 0
8 Budi Acid Jaya 1.000007 0 0.999962 1 1.000007 0 0.999993 1 1.000027 0
9 Ekadharma International Tbk 0.999982 1 0.999756 1 0.999973 1 1.000001 0 0.999988 1
10 Trias Sentosa Tbk 0.999940 1 0.999985 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000005 0
11 Berlina Tbk 0.999942 1 0.999998 1 0.999970 1 0.999997 1 0.999995 1
12 Yanaprima Hastapersada Tbk 0.999976 1 1.000000 0 0.999994 1 1.000012 0 1.000001 0
13 Champion Pacipic Indonesia Tbk 1.000046 0 0.999853 1 0.999971 1 0.999999 1 1.000004 0
14 Charoen Pokphand Indonesia Tbk 1.000008 0 0.999925 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
15 Japfa Comfeed Indonesia Tbk 0.999997 1 0.999997 1 1.000000 0 1.000000 0 0.999999 1
16 Sierad Produce Tbk 0.999987 1 0.999996 1 0.999987 1 1.000015 0 1.000019 0
17 Malindo Feedmill Tbk 1.000034 0 1.000020 0 0.999757 1 0.999999 1 0.999998 1
18 Fajar Surya Wisesa Tbk 1.000009 0 0.999958 1 1.000000 0 1.000003 0 1.000014 0
19 Astra Internasional Tbk 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
20 Astra Otoparts Tbk 1.000000 0 0.999999 1 0.999999 1 1.000000 0 1.000000 0
21 Selamat Sempurna Tbk 0.999999 1 0.999996 1 0.999998 1 0.999998 1 0.999999 1
22 Indospring Tbk 0.999895 1 0.999981 1 0.999998 1 1.000020 0 0.999866 1
23 Sepatu Bata Tbk 0.999963 1 1.000007 0 0.999997 1 1.000001 0 0.999997 1
24 Kabelindo Murni Tbk 1.000055 0 1.000201 0 0.999534 1 0.999665 1 0.999988 1
25 Supreme Cable Manufacturing Tbk 1.000024 0 0.999956 1 0.999942 1 0.999991 1 0.999996 1
26 Voksel Electric Tbk 1.000031 0 0.999686 1 1.000025 0 0.999835 1 0.999998 1
27 Cahaya Kalbar Tbk 0.999996 1 0.999980 1 1.000010 0 0.999965 1 1.000005 0
28 Delta Djakarta Tbk 0.999989 1 0.999995 1 0.999999 1 1.000000 0 0.999998 1
29 Sekar laut Tbk 1.000052 0 0.999766 1 1.000071 0 0.999957 1 0.999953 1
30 Ultrajaya Milk Industry Tbk 0.999946 1 1.000005 0 0.999991 1 0.999998 1 0.999993 1
31 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.999998 1 0.999999 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
32 Mayora Indah Tbk 0.999998 1 0.999997 1 0.999999 1 1.000000 0 0.999999 1
33 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.999990 1 0.999998 1 0.999999 1 1.000000 0 1.000000 0
34 Gudang Garam Tbk 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
35 Handaya Mandala Sampoerna Tbk 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
36 Kimia Farma Tbk 0.999999 1 0.999998 1 0.999988 1 0.999998 1 0.999999 1
37 Darya varia Laboratoria Tbk 1.000003 0 0.999998 1 0.999994 1 0.999999 1 0.999997 1

29
38 Merck Tbk 0.999999 1 0.999996 1 1.000002 0 0.999995 1 1.000003 0
39 Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk 0.999990 1 0.999997 1 1.000002 0 0.999998 1 0.999999 1
40 Mustika Ratu Tbk 0.999941 1 1.000003 0 0.999993 1 0.999995 1 0.999997 1
41 Mandom Indonesia Tbk 1.000000 0 0.999999 1 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
42 Unilever Indonesia Tbk 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0 1.000000 0
43 Lion Metal works Tbk 0.999986 1 1.000002 0 0.999996 1 0.999993 1 0.999992 1
44 Lionmesh Prima Tbk 0.999930 1 1.000126 0 0.999579 1 0.999949 1 0.999893 1

Tabel 2
Hasil Regersi Metode Logit

Dependent Variable: Y
Method: ML - Binary Logit (Quadratic hill climbing)
Date: 04/02/14 Time: 08:02
Sample: 2008 2012
Included observations: 220
Convergence achieved after 4 iterations
Covariance matrix computed using second derivatives

Variable Coefficient Std. Error z-Statistic Prob.

C 0.831424 0.277269 2.998613 0.0027


X1 2.315137 1.549778 1.493850 0.1352
X2 -2.107285 0.527715 -3.993225 0.0001
X3 -1.372626 0.824406 -1.664988 0.0959

McFadden R-
squared 0.073623 Mean dependent var 0.550000
S.D. dependent var 0.498628 S.E. of regression 0.477702
Akaike info criterion1.311316 Sum squared resid 49.29100
Schwarz criterion 1.373019 Log likelihood -140.2448
Hannan-Quinn
criter. 1.336233 Restr. log likelihood -151.3905
LR statistic 22.29151 Avg. log likelihood -0.637476
Prob(LR statistic) 0.000057

Obs with Dep=0 99 Total obs 220


Obs with Dep=1 121

30
Gambar 1
Hasil Uji Normalitas
30
Series: RESID
Sample 2008 2012
25
Observations 220

20 Mean 4.66e-14
Median 0.264875
Maximum 0.858980
15 Minimum -0.760314
Std. Dev. 0.474419
10 Skewness -0.245530
Kurtosis 1.396551

5 Jarque-Bera 25.77839
Probability 0.000003
0
-0.75 -0.50 -0.25 0.00 0.25 0.50 0.75

31

Anda mungkin juga menyukai