Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Diabetes Melitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan toleransi
karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan
sedang berlangsung (PERKENI, 2002). Keadaan ini bisa terjadi pada saat 24
minggu usia kehamilan dan sebagian kadar glukosa darah penderita akan
kembali normal setelah melahirkan (Depkes RI, 2008). Namun, pada hampir
setengah angka kejadiannya, diabetes akan muncul kembali (Nurrahmani,
2012).
Perubahan hormonal dan metabolisme selama kehamilan menyebabkan
kehamilan tersebut bersifat diabetogenik, yang mana DMG cenderung
menjadi lebih berat selama kehamilan dan akan mempermudah terjadinya
berbagai komplikasi. Menurut David., et., al (2010), bahwa ibu-ibu DMG
kira-kira 1,7% dapat menyebabkan mortilitas perinatal, 4,3% melahirkan
anak secara operasi, 7,3% melahirkan anak yzng berat badan lahirnya lebih
dari 4,5 kg dan 23,5% bisa menimbulkan kasus distosia bahu pada proses
persalinan
Insiden DMG di Indonesia sekitar 1,9-3,6% dan 40-60% wanita yang
pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan
mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu 2 jam
post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DMG,
dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DMG ditegakkan apabila
kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai
dibawah 100 mg% berarti bukan DMG dan bila nilainya diantara 100-200 mg
% belum pasti DMG (Prawiroharjo, 2002).
1.2 Rumusan masalah
1.Apa itu diabetes gestasional?
2.Apa penyebabnya diabetes gestasional?
3.Bagaimana tanda dan gejala pada diabetes gastasional?
4.Bagaimana patofisiologi pada diabetes gastasional?
5.Apa saja pemeriksaan penunjang pada diabetes gastasional?
6.Bagaimana penatalaksanaan diabetes gastasional?
7.Apa saja komplikasi diabetes gastasional?
8.Bagaimana pecegahan diabetes gastasional?
9.Bagaimana Penyimpangan KDM diabetes gastasional?
1.3 Tujuan
1.Mengetahui dan memahami apa itu diabetes gastasional
2.Mengetahui penyebab diabetes gastasional
3.Mengetahui dan memahami tanda dan gejala diabetes gastasional
4.Mengetahui dan memahami bagaimana terjadinya diabetes gastasional
5.Untuk mengetahui apa saja yang digunakan untuk pemeriksaan penunjang
pada diabetes gastasional
6.Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada diabetes gastasional
7.Mengetahui komplikasi pada diabetes gastasional
8.Mengetahui dan memahami cara pencegahan pada diabetes gastasional
9.Memahami dan mengetahui penyimpangan KDM pada diabetes gastasional
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep medis


2.1.1.Definisi
Diabetes Melitus Gestasional pada kemahilan adalah sebagai
derajat apapun itoleransi gulkosa dengan onset atau pengakuan
pertama pada kehamilan (WHO,2011).Hal ini berlaku baik insulin
atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah
atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan.ini
tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi gulkosa yang
belum diakui mungkin telah dimulai bersama kehamilan.
2.1.2. Klasifikasi
Pada Diabetes Melitus gestasional ada dua kemungkinan yang
dialami oleh si ibu:
1.Ibu tersebut memang telah menderita DM saat hamil
2.Ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan kehamilan menurut Pyke:
1. Klas I: Gestasional diabetes,yaitu diabetes yang timbul
pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
2. Klas II: Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai
sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
3. Klas III: Pregestasional diabetes yang disertai dengan
komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati,
nefropati, penyakit pembuluh darah panggul dan
pembuluh darah perifer, 90% dari wanita hamil yang
menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM
Gestasional (Tipe II)
2.1.3.Etologi
Diabetes Melitus dapat merupakan kelainan herediter dengan
cara insufisiensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah,
konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis.Diabetes
dalam kehamilan menimbulakan banyak kesulitan, penyakit ini akan
menyebabkan perubahan- perubahan metabolik dan hormonal pada
penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes
akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Risiko tinggi DM gestasional:
1. Umur lebih dari 30 tahun
2. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2
3. Riwayat DM pada keluarga( ibu atau ayah)
4. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya
5. Pernah melahirkan anak besar>4.000 gram
6. Adanya glukosuria.
2.1 4.Manifestasi klinis
1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar gulkosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap gulkosa sehingga
terjadi osmotic dieresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Polidipsi(banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakar terlalu banyak dan kehilangan
cairan banyak karena poliuri,sehingga untuk mengimbangi klien
lebih banyak minum.
3. Polipagi(banyak makan)
Hal ini diseabkan gulkosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar) sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan .Tapi walaupun klien banyak makan ,tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4. Penurunan berat badan
5. Kesemutan
6. Pandangan kabur
7. Pruritus vulvae pada wanita
8. Lemas,lekas lelah,tenaga kurang
2.1 5.Patofisiologi
Pada DMG,selain perubahan fisiologi tersebut,akan terjadi
suatu keadaan di mana jumlah/ fungsi insulin menjadi tidak optimal.
Terjadi perubahan kinetik insulin dan resisten terhadap efek
insulin.Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu
bertambah (kadar gula darah tinggi,kadar insulin tetap tinggi). Melalui
difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga
ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal (menyebabkan
kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi juga
hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia,
dan sebagainya).
Jika pada pemeriksaan berat badan bayi ditemukan banyinya
besar sekali maka perlu dilakukan induksi pada minggu ke 36-38 untuk
mencegah terjadinya komplikasi saat persalinan. Proses persalinan ini
harus dalam pengawasan ketat oleh dokter spesialis kebidanan dan
dokter spesialis penyakit dalam.
Biasanya setelah bayi lahir maka kadar gula darah akan
kembali normal, apabila tidak, maka perlu dilanjutkan pemberian
antidiabetes oral sampai jangka waktu tertentu. Pada kehamilan normal
terjadi banyak peruahan pada pertumbuhan dan perkembangan fetus
secara optimal. Pada kehamilan normal kadar glukosa darah ibu lebih
rendah secara bermakna. Hal ini disebabkan oleh:
1. Pengambilan glukosa sirkulasi meningkat
2. Produksi glukosa dari hati menurun
3. Produksi alanin (salah satu precursor glukoneogenesis)
menurun.
4. Aktifitas ekskresi ginjal meningkat
5. Efek-efek hormon gestasional (kortisol, human plasenta
lactogen, estrogen, dll).
6. Perubahan metabolisme lemak dan asam amino
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Gula Darah

Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah puasa dan 2
jam post prandial. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat
melakukan pengukuran adalah:

1. Tiga hari sebelum pemeriksaan, jangan melakukan perubahan


pola makan dan aktivitas fisik.
2. Puasa selama minimal 8 jam sebelum tes, boleh minum air putih.
3. Lakukan pengukuran kadar gula darah puasa terlebih dulu,
kemudian minum glukosa anhidrosa 75 gram pada 250 ml air
dalam waktu 5 menit.
4. Setelah itu, kembali berpuasa selama 2 jam, lalu melakukan
pemeriksaan konsentrasi glukosa 2 jam post prandial.
2. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) perlu dilakukan untuk melihat pertumbuhan


dan perkembangan fetus. Berdasarkan hasil USG, dokter kandungan
dan endokrin dapat melakukan evaluasi tatalaksana pada bayi
maupun ibu dan dapat membuat perencanaan tatalaksana persalinan.

2.1.7.Penatalaksanaan
Tujuan terapeutik dari masing-masing diabetes adalah untuk
mencapai kadar glukosa darah tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa
mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dengan serius. Terdapat lima
komponen penatalaksanaan untuk diabetes, yaitu : diet, latihan,
pemantauan, obat-obatan dan penyuluhan (Tarwoto, 2012).
Menurut Tarwoto (2012) prinsip utama dalam penanganan pasien waktu
sakit yaitu :
1. Pengobatan segera penyakit lain yang diderita pasien denga diabetes.
Pengoatan penyakit tidak berbeda dengan anak normal. Pasien
sebaiknya segera berobat karena mungkin memerlukan antibiotik atau
terapi lainnya.
2. Pemberian insulin
Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dL, segera lakukan pemeriksaan
keton darah. Bila keton darah >1mmol/L berarti dosis insulin kurang
dan perlu ditambah . Bila kadar glukosa darah >250mg/dL dan keton
darah <1 mmol/L, tidak perlu ditambahan insulin dan periksa kembali
glukosa darah setelah 2 jam.
3. Pemberian minum yang cukup
Berikan minum sebanyak mungkin kepada pasien. Bila glukosa tetap
tinggi, maka pada pasien masih akan terjadi diuresis osmotik yang
menyebabkan kehilangan cairan.
4. Pasien harus istirahat
Anjurkan pasien agar beristirahat di rumah bila merasa tidak enak
badan.
5. Pemberian obat yang tidak mengandung gula
Penting untuk tidak memberikan obat-obatan yang mengandung gula.
6. Peralatan untuk mengantisipasi ‘sick-day management’ di rumah
Setiap keluarga sebaiknya dapat menyiapkan peralatan yang
diperlukan.
7. Penyuluhan
Glukosa darah pasien dapat meningkat selama sakit karena
glukoneogenesis. Muntah merupakan gejalah serius yang perlu
penangan segera.
8. Pemberian nutrisi
Bila pasien merasa mual dan tidak mau makan, maka dianjurkan untuk
tetap minum cairan berkalori.
Ada lima kategori obat hipoglikemik oral, yaitu:
a. Sulfonilurea
1.) Secara primer menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta
selama waktu kerja farmakologis obat (4 sampai 24).
2.) Sulfonilurea sering berhasil jika digunakan secara tunggal.
3.) Efek samping meliputi penambahan berat badan
4.) Dikontraindikasikan pada defisiensi insulin (diabetes tipe 1),
kehamilan dan menyusui.
b. Biguanida (metformin)
1.) Menurunkan glukosa darah dengan menurunkan absorpsi
glukosa usus, meningkatkan sensitivitas insulin dan ambilan
glukosa perifer hepar.
2.) Tidak menyebabkan hipoglikemia.
3.) Keuntungan lain meliputi penurunan kadar kolesterol total,
trigliserida, dan LDL.
4.) Karena terkadang berefek samping kehilangan selera makan
dan penurunan berat badan, obat ini lebih disukai penanganan
pasien obese.
5.) Efek samping meliputi gastrointestinal minor yang dapat
dikontrol dengan menurunkan dosis. Konsekuensi serius yang
jarang terjadi adalah asidosis laktat, ini biasanya muncul bila
ada kontraindikasi seperti insufisiensi ginjal yang tidak
ketahuan.
6.) Dikontraindikasikan pada gangguan ginjal, kehamilan, dan
ketergantungan insulin, dan harus digunakan dengan hati-hati
pada pasien hepar, jantung, atau paru.
c. Derivat asam benzoat (meglitinida, repaglinida)
1.) Secara struktur berbeda dari sulfonilurea, tetapi serupa dalam
mekanisme stimulasi sekresi insuli.
2.) Dirancang untuk meningkatkan sekresi insulin saat makan dan
harus diminum saat makan.
d.   Inhibitor alfa-glukosidase (acarbose, voglibose, miglitol)
1)   Mempunyai aksi memengaruhi enzim di dalam usus yang
memecah gula kompleks. Memperlambat kecepatan pencernaan
polisakarida, mengakibatkan keterbatasan absorpsi glukosa dari
karbohidrat yang dikonsumsi. Tampaknya memperbaiki kadar
glukosa darah setelah makan dan menurunkan hemoglobin
terglikosilasi.
2)   Tidak menyebabkan hipoglikemia
3)   Efek samping berupa serupa degan intoleransi laktosa karena
efek gula yang tidak tercerna oleh bakteria kolon (diare, nyeri
abdomen, flatus dan distensi abdomen).
e.    Tiazolidinedion (rosiglitazon, pioglitazon)
1)   Meningkatkan sensitivitaas hepar dan menurunkan resistensi
insulin.
2)   Efek sampingnya minimal dan meliputi retensi cairan dan kadang
peningkatan enzim fungsi hepar secara reversibel.

2.1.8. Komplikasi Diabetes Gestasional

Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional tetap dapat


melahirkan bayi yang sehat. Tetapi bila kondisi ini tidak ditangani
dengan tepat, beberapa komplikasi dapat terjadi pada bayi saat lahir,
seperti:

 Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan oleh tingginya


kadar gula dalam darah (macrosomia).
 Lahir prematur yang mengakibatkan bayi kesulitan bernafas
(respiratory distress syndrome). Kondisi ini juga dapat terjadi
pada bayi yang lahir tepat waktu.
 Lahir dengan gula darah rendah (hipoglikemia) akibat produksi
insulin yang tinggi. Kondisi ini dapat mengakibatkan kejang
pada bayi, namun dapat ditangani dengan memberinya asupan
gula.
 Risiko mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.

Selain pada bayi, ibu hamil juga berpotensi mengalami komplikasi,


seperti hipertensi dan preeklamsia, yang dapat membahayakan nyawa
ibu dan bayi. Ibu hamil juga berisiko terserang diabetes gestasional
pada kehamilan berikutnya, atau malah terkena diabetes tipe 2.

2.1.9. Pencegahan Diabetes Gestasional


Hingga saat ini, belum diketahui apakah diabetes gestasional dapat
dicegah atau tidak. Namun demikian, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menekan risiko terserang penyakit ini, yaitu:

 Memperbanyak konsumsi makanan dengan serat tinggi, seperti


sayuran dan buah-buahan. Di samping itu, hindari makanan
yang mengandung lemak atau kalori tinggi.
 Berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh
sebelum dan saat hamil. Dianjurkan untuk melakukan olahraga
ringan hingga sedang, seperti berenang, jalan cepat, atau
bersepeda minimal 30 menit per hari. Bila tidak memungkinkan,
lakukan olahraga singkat namun berkala, seperti sering berjalan
kaki atau melakukan pekerjaan rumah.
 Turunkan berat badan saat merencanakan kehamilan dengan
menjalani pola makan sehat secara permanan. Langkah ini juga
akan memberikan manfaat jangka panjang, seperti memiliki
jantung sehat.

2.2.10 Penyimpangan KDM


perubahan hormonal
KEHAMILAN
& metabloisme

H.hCg
perub.fisiologis:
pemb.uterus
peningkatan

Mual, muntah, H.Kortisol,

tidak nafsu makan Estrogen & HPL


menekan vesika
urinaria

resistensi insulin
Kekurangan
Volume Cairan
darah menjadi
kental
peningkatan kadar
gula darah

ginjal merespon
untuk sekresi
DMG

poliuri
pemberian insulin

resiko infeksi
ansietas
2.2. Konsep keperawata
2.2.1 Pengkajian (Doengoes, 2001)
a. Aktivitas / istrahat.
Tanda :
a. Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot,
b. tonus otot menurun.
c.Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas
d. Letargi / disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Tanda :
a. Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan
b. pada ekstremitas dan tachicardia.
c. Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun /
tidak ada.
d. Disritmia, krekel : DVJ
Gejala :
e. Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi :
f. mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala,
g. kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan
h. penglihatan, gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau
i. mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma), aktifitas
j. kejang
c. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajahmeringis
dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.
d. Keamanan
Gejala :
a. Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
b. Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia/
paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadarkalium
mmenurun dengan cukup tajam).
c. Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).
d. Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun :
e. hiperaktif (diare).
e. Pemeriksaan Diagnostik
Gejala :
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m
osm/l.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan ibu dan
janin.
2. risiko infeksi berhubungan dengan kekebaln tubuh menurun
3. risiko tinggi cidera berhubungan dengan hiperglikemia dan
hipogliikemia
2.2.3 Intervensi

2.3.

Anda mungkin juga menyukai