Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kerja Praktek

Kerja praktek adalah suatu mata kuliah yang bertujuan memberi


kesempatan pada mahasiswa/I untuk memperoleh ilmu terhadap kondisi lapangan
kerja sesungguhnya sekaligus dapat bahan acuan untuk penyusunan skripsi.
Dengan melakukan pengamatan dan pendidikan berdasarkan kenyataan di
perusahaan, penulis mendapatkan penerapan ilmu yang didapati selama
pendidikan di perusahaan. PT Sari Dumai Sejati merupakan salah satu perusahaan
di Indonesia yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit perusahaan ini
memproduksi crude palm oil (CPO), olein, stearin, palm fatty acid destilad
(PFAD), biodiesel, dan crude palm karnel oil (CPKO). PT Sari Dumai Sejati
meliputi beberapa unit proses yaitu palm karnel plant dengan bahan baku Inti
Sawit yang menghasilkan produk utama seperti crude palm karnel oil (CPKO)
dan palm karnel meal (PKM).
Proses palm karnel plant ini menggunakan mesin expellr dan digerakkan
menggunakan motoran,dengan bahan baku dari Inti Sawit yang menghasilkan
produk utama seperti crude palm karnel oil (CPKO) dan palm karnel meal
(PKM).
Crude Palm Karnel Oil (CPKO) dan Palm Karnel Meal (PKM)
merupakan bahan setengah jadi yang diproduksi di PT Sari Dumai Sejati. CPKO
ini nanti akan diolah lagi menggunakan proses oleo dan sebagian diekspor ke
Negara asing. Begitu juga dengan palm karnel meal (PKM) akan diekspor ke
Negara-negara asing. Agar produk turunan CPKO lainnya menjadi produk yang
berkualitas, maka perlu dipelajari alur proses pemisaha Inti sawit menjadi CPKO
dengan cara fisikal di PT Sari Dumai Sejati palm karnel plant .

1.2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang diteliti oleh penulis adalah:


1. Bagaimana proses Palm Karnel Plant di PT Sari Dumai Sejati?
2. Apa saja peralatan yang digunakan dalam Palm Karnel Plant di PT Sari
Dumai Sejati?
3. Bagaimana quality control bahan baku dan produk hasil di PT Sari Dumai
Sejati Palm Karnel Plant?

1.3. Batasan Masalah

Laporan kerja praktek ini memiliki batasan masalah agar permasalahan


yang dibahas menjadi terarah. Adapun batasan masalah sebagai berikut:

1. Proses produksi yang dipelajari hanya proses pengolahan inti sawit menjadi
CPKO dan PKM dengan cara fisikal di PT Sari Dunai Sejati palm karnel
plant.
2. Peralatan yang dipelajari hanya peralatan yang digunakan di palm karnel
plant PT Sari Dumai Sejati.
3. Kualitas yang dianalisa hanya tentang bahan baku,produk CPKO dan PKM

1.4. Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Dalam melaksanakan kerja praktek ini, penulis memiliki tujuan dari kerja
praktek yang dilakukan. Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pengolahan inti sawit menjadi CPKO dan PKM
dengan cara fisikal di PT Sari Dunai Sejati Palm Karnel Plant.
2. Untuk mengaplikasikan ilmu pendidikan yang didapati di perkuliahan.
3. Untuk mempelajari dunia kerja PT Sari Dumai Sejati.

1.5. Manfaat Kerja Praktek

Adapun manfaat kerja praktek yang ingin diperoleh pada kerja praktek di
PT Sari Dumai Sejati adalah sebagai berikut:
1.5.1. Mahasiswa

a. Dapat memahami dan mengetahui berbagai aspek perusahaan seperti: aspek


teknik, aspek persediaan, aspek pemasaran dan pengendalian mutu serta tata
cara proses pengolahan inti sawit menjadi CPKO dan PKM.
b. Memperoleh kesempatan kerja praktek di lapangan.
c. Untuk memahami cara melaksanakan karya ilmiah.

1.5.2.Akademis

Untuk memperluas perkenalan STT Dumai dan khususnya program studi


Teknik Industri kepada lingkungan dan pihak perusahaan.

1.5.3. Perusahaan
a. Dapat melihat keadaan perusahaan dari sudut pandang mahasiswa
yang melakukan kerja praktek.
b. Sebagai sumbangan perusahaan dalam memajukan pembangunan
di bidang pendidikan dan meningkatkan sumber daya manusia di
Kota Dumai.

1.6. Tempat dan Waktu


Kegiatan kerja praktek lapangan ini dilaksanakan selama 2 bulan
mulai dari 1 November s/d 29 Desember 2017. Tempat pelaksanaannya di
PT Sari Dunai Sejati, jalan raya lubung gaung.

1.7. Sistemika Penulisan Laporan


Dalam penulisan laporan praktek kerja lapangan ini dibagi menjadi
enam bagian pokok yang prinsipnya antara bagian yang satu dengan yang
lainnya saling terkait. Adapun bagian tersebut adalah:

BAB I : Pendahuluan
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,
batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II : Tinjauan Umum Perusahaan
Bab ini berisikan informasi mengenai perusahaan.
BAB III : Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Bab ini berisikan tentang landasan teori yang menjadi acuan dalam proses
pembahasan.
BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisikan tentang hasil serta data-data yang ada dan pembahasan
mengenai data-data tersebut.
BAB V : Penutup bab ini berisikan tentang kesimpulan beserta
saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Sari Dumai Sejati adalah sebuah perusahaan yang bergeral di
bidang industri pengolahan CPO (crude palm oil) berstatus penanaman
modal dalam negeri (PMDN) dengan izin dari Menteri Negara Penggerak
Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal No.
4741/PMDN/1995, No. Proyek 3115-09-012169 Tanggal 29 Agustus
1995. Fasilitas pengolahan CPO yang dimiliki PT Sari Dumai Sejati
adalah Refinery plant, dry fractionation plant dan PK plant, yang
memproduksi RBDPO,PFAD,Olien Sterarin,CPKO dan PKE dengan
kapasitas produksi Refinery dan Dry Fractionation 3000 metrik ton/hari
dan PKC plant 700 metrik ton/hari.
Pada tahun 2002, mulai dibangunpabrik yang berlokasi di
Kelurahan Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai,
Propinsi Riau, yang berjarak sekitar 15 km (+ 30 menit ) dari Kota Dumai.
Luas lahan areal pabrik pengolahan CPO sekitar 17,5 Ha. Untuk
mendukung kegiatan pabrik, maka kegiatan PT Sari Dumai Sejati
dilengkapi dengan fasilitas pendukung, seperti : demaga (jetty), tangki
penimbunan CPO dan produk, perumahan karyawan staff dan kantor
security. Dermaga memiliki tipe jetty dengan panjang 400 meter, tangki
timbun berjumlah 36 Unit. PT Sari Dumai Sejati merupakan bagian dari
Asian Agri Group.
Asian Agri Group untuk wilayah Sumatera telah memiliki luas
lahan sawit sekitar 150.000 Ha dan 17 unit PKS (Pengelola Kelapa Sawit).
Bahan baku yang dibutuhkan oleh PT Sari Dumai Sejati berupa CPO
disuplai dari PKS yang tergabung dalam Asian Agri Group yang
didistribusikan melalui kapal-kapal dan truck pengangkut CPO tergabung
dalam Asian Agri Group yang didistribusikan melalui kapal-kapal dan
truck pengangkut CPO.
Kegiatan operasi pabrik dimulai pada tanggal 15 April 2004,
sehingga setiap tanggal 15 April diperingati sebagai hari jadi PT Sari
Dumai Sejati. Diharapkan dari kegiatan industri pengolahan CPO dan
fasilitas pendukung yang dimiliki oleh PT. Sari Dumai Sejati selain
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, juga akan berguna dalam
menciptakan lapangan kerja, membantu pembangunan daerah,
mengembangkan wilayah, meningkatkan pendapatan daerah, membuka
peluang berusaha bagi masyarakat sekitar baik langsung maupun tidak
langsung.

2.2. Organisasi Perusahaan


Struktur, bentuk dan sistem pengelolaan (manajemen perusahaan)
sangat mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan. Untuk mencapai
tujuan perusahaan, maka ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan.
Sehingga diperlukan struktur organisasi perusahaan yang baik agar
tercapai efisiensi dan efektivitas perusahaan.

2.2.1. Struktur Organisasi Perusahaan


Struktur organisasi PT Sari Dumai Sejati disusun secara vertikal dari
pimpinan tertinggi hingga pelaksana-pelaksana dibawahnya. (lihat gambar
2.1). Struktur ini menunjukkan tanggung jawab dan wewenang masing-
masing personil yang terlibat dalam pengelolaan pabrik, serta hubungan
keterkaitan antara personil tersebut. Pimpinan tertinggi perusahaan
dikepalai oleh General Manager.

2.2.3. Jumlah Karyawan


Kegiatan Pabrik Pengolahan CPO dan CPKO PT Sari Dumai Sejati
menyerap tenaga kerja karyawan/I sebanyak 800 orang yang terdiri dari
berbagai tingkat pendidikan. Perbandingan jumlah karyawan laki-laki dan
perempuan dapat dilihat pada Tabel 2.1 sedangkan distribusi karyawan
berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-Laki 710 88.89
Perempuan 90 11.11
Sumber: Dokumen PT. Sari Dumai Sejati 2017

Tabel 2.2. Jumlah Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tingkat Jumlah Persentase (%)
Pendidikan
Starata 127 18.95
Diploma 213 25.29
SMTA 414 50.63
SMTP 46 5.13
Jumlah 800 100
Sumber: Dokumen PT. Sari Dumai Sejati 2017

2.4. Jam Kerja


Jam kerja di PT. Sari Dumai Sejati ditetapkan sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan perusahaan, dengan berpedoman pada ketentuan
perundang-undangan dan peraturan pemerintah/Departemen Tenaga Kerja
yang berlaku dan/atau peraturan lain menggantikannya. UU No. 1 tahun
1957, 7 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu, untuk 6 hari kerja dalam 1
minggu, atau 8 jam 1 minggu, untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, atau 8
jam 1 hari kerja dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.
Jam kerja normal operasional yang berlaku pada PT. Sari Dumai Sejati
dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Normal Operasional


Hari Jam Kerja Istirahat Jam Kerja
Kerja
Senin s.d. 08.00 – 12.00 – 13.00 –
Kamis 12.00 13.00 16.00
Jumat 08.00 – 12.00 – 13.00 –
12.00 13.00 16.00
Sabtu 08.00 – (tanpa ===
12.00 istirahat)
Sumber: Dokumen PT. Sari Dumai Sejati 2017
Jadwal kerja shift di PT. Sari Dumai Sejati diatur sesuai shift, dan shift
ditetapkan 3 shift dalam satu hari dan masing-masing shift bekerja 7
jam, kelebihan kerja dihitung sebagai lembur.
1. Shift I : Pukul 07.00 s.d. 15.00
2. Shift II : Pukul 15.00 s.d. 23.00
3. Shift III : Pukul 23.00 s.d. 07.00

2.4.1. Waktu Kerja


Waktu kerja untuk masing-masing bagian di PT. Sari Dumai Sejati
baik pekerja kantor, pekerja produksi shift dan non-shift¸ bagian
logistik/transport, gudang kemasan dan bagian keamanan akan diatur
terpisah dengan berpedoman jam kerja perusahaan. Masing-masing
pekerja yang bersangkutan sesuai sifat dan kondisi kerja setelah
menjalankan pekerjaan selama 4 jam terus-menerus akan diberikan waktu
istirahat paling sedikit 30 menit dan waktu istirahat tidak diperhitungkan
sebagai jam kerja.

2.4.2. Kerja Lembur


Apabila perusahaan memerlukan maka pekerja harus bersedia
untuk melakukan kerja lembur sesuai dengan ketetapan perusahaan antara
lain :
1. Untuk memenuhi rencana kerja perusahaan dan pelayanan terhadap
pelangganan.
2. Jika pada waktu-waktu tertentu atau berulang dan atau ada pekerjaan yang
harus segera diselesaikan dan tidak mungkin ditangguhkan.
3. Dalam keadaan terjadinya bahaya seperti kebakaran, banjir, bencana alam,
wabah dan lain-lain.
4. Dalam hal pekerjaan regu untuk melanjutkan pekerjaan karena penggantinya
belum datang.
Pelaksanaan kerja lembur diatur sebagai berikut :
1. Perintah Kerja lembur dari atasan masing-masing secara tertulis
disampaikan sebelum lembur kerja tersebut dilaksanakan, kecuali dalam
keadaan yang sangat mendesak.
2. Setelah kerja lembur selesai dilaksanakan, laporan pelaksanaan kerja lembur
ditulis dalam surat lembur oleh atasan masing-masing disertai Surat
Perintah Lembur (SPL) dan diserahkan ke bagian personalia.
3. Kerja lembur yang bukan atas dasar perintah pimpinan perusahaan (tanpa
SPL) dianggap tidak ada lembur karena dianggap tidak sah.

Setiap pekerja yang telah menyatakan sangggup bekerja lembur


harus sungguh-sungguh melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya.
Penyalahgunaan waktu pada jam-jam lembur dianggap sebagai
pelanggaran. Bagi pekerja staf/pimpinan tidak berhak mendapat upah
lembur sesuai ketentuan yang berlaku
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Klasifikasi Minyak Sawit

Minyak dan lemak merupakan ester adam dan gliserine, dalam ilmu sains
lebih dikenal dengan nama tligliserida, Minyak dan lemak merupakan senyawa
organis yang sangat penting terdapat dalam makanan, karena dapat langsung
dicerna dalam tubuh manusia menjadi sumber energi. Minyak dan lemak tidak
hanya dikenal sebagai sumber makan bagi manusia, tetapi merupakan bahan baku
lilin, margarin, detergen, kosmetik, obat-obatan dan pelumas. Tentunya diolah
dengan proses yang berbeda, untuk digunakan dasar industri sebgai bahan
kosmetika dan konsumer produk, trigliserida harus dihidrolisa yang menghasilkan
asam lemak dan gliserin. Asam lemak lanjut dihidrogenasi menjadi alkohol.
Keduanya asam lemak dan alkohol merupakan bahan baku pembuatan berbagai
jenis kosmetik. Minyak dan lemak dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Minyak
merupakan cairan pada suhu kamar tertentu, sedangkan lemak membeku berupa
padatan atau semi padatan. Perbedaan ini tidak begitu mencolok, tergantung
keadaan alam dan iklim tempat minyak dan lemak berbeda.

3.2. Penggolongan Minyak dan Lemak

Perbedaan fisis sangat erat hubungannya susunan asam lemak, sehingga


dibedakan atas tiga jenis, yaitu:
1. Minyak tak mengering
Adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan Ion (IV) dibawah 100. Minyak
kelapa, minyak sawit dan minyak inti sawit dimasukkan dalam golongan ini.
2. Minyak semi mengering
Adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan Ion sekitar 100-130. Asam
lemaknya terutama asam lemak tak jenuh, diantaranya linoleat dan asam
linoleat. Yang termasuk golongan ini adalah minyak kacang kedelai.
3. Minyak Mengering
Adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan Ion diatas 130, asam lemaknya
terutama asam lemak tak jenuh dan sedikit sekali asam lemak jenuh,
diantaranya asam oleat, asam linoleat dan asam linoleat, biasanya jenis
minyak ini dipakai sebagai bahan baku pembuatan cat.
Asam lemak jenuh lebih stabil dibandingkan asam lemak tidak jenuh,
akibatnya titik leleh asam lemak jenuh lebih tinggi. Kestabilan asam lemak jenuh
mudah dipengaruhi oleh temperatur. Penggolongan minyak dan lemak seperti ini
sangat diperlukan, karena sangat mempengaruhi produk hasil hidrolisa trigliserida
dan destilasi asam lemak. Dalam hal ini salah satu parameter utama untuk
menghidrolisa trigliserida adalah bilangan Ion (IV), disamping paramater lain. Hal
ini disebabkan bilangan Ion sangat dipengaruhi performa proses hidrolisa
trigliserida dan destilasi asam lemak. Hal ini akan dibahas lebih mendalam pada
pokok bahasa hidrolisa trigliserida.

3.3. Penggunaan Komoditi Kelapa Sawit


Kelapa sawit bermanfaat, mulai dari industri makanan sampai
industri kimia. Data selengkapnya mengenai produk dan penggunaan
minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia


Pemanfaatan Keterangan
Industri Mentega, shortening, coklat, es
makanan cream, pakan ternak, minyak
goreng
Produk obat- Krim, shampoo, lotion, Vitamin
obatan dan A and beta carotene.
kosmetik
Industri berat Industri kulit (untuk membuat
dan ringan kulit halus dan lentur dan tahan
terhadap tekanan tinggi atau
temperatur tinggi), cold
rollingand fluxing agent pada
industri perak, dan juga sebagai
bahan pemisah dari material
cobalt dan tembaga di industri.
Sumber: Pratama, Yoga. 2007.

Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber


pupuk kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik
melalui referensi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba
alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) mencapai 23% dari jumlah pemanfaatan limbah
kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik sehingga
memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi. Bagi perkebunan kelapa
sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintesis sampai dengan 50%.
Ada beberapa alternatif pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan, yaitu
sebagai pupuk kompos, merupakan bahan organik yang telah mengalami
proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme.
Kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain:
1. Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
2. Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi
pertumbuhan tanaman.
3. Bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama
tanaman.
4. Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang mersap
dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim.
3.4. Proses Produksi Komoditi Kelapa Sawit
3.4.1. Pembibitan
Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai
paling lambat satu tahun sebelum penanaman di lapangan. Standar yang
biasa dilakukan, kapasitas pembibitan 1 ha kelapa sawit dapat
menyediakan bibit tanaman untuk kebun seluas 71 hektar. Lokasi
pembibitan harus mendapat perhatian, terutama hal-hal sebagai berikut :
1. Dekat dengan sumber air
2. Bebas genangan air atau banjir
3. Dekat dari pengawasan, mudah dikunjungi
4. Tidak jauh dari areal yang akan ditanami
5. Tidak terlalu jauh dengan seumber tanah top soil untuk mengisi
polybag.
Untuk memperoleh bibit yang berasal dari biji dapat dilakukan
dengan mengusahakan sendiri atau memesan ke produsen resmi bibit
kelapa sawit yang telah ditunjuk pemerintah. Kegiatan mengusahakan bibit
kelapa sawit dimulai dengan melakukan penyemaian dan pembibitan.

3.4.2. Persemaian
Persemaian bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan bibit yang
merata sebelum dipindahkan ke pembibitan. Medium persemaian biasanya
dipilih pasir atau tanah berasir. Persemaian dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu dalam bentuk bedengan atau polibag, Berikut langkah-langkah
persemaian.
1. Penyiraman dilakukan dua kali sehari kecuali jika ada hujan 7-8 mm.
2. Gulma dibuang/dicabut atau disemprot dengan herbisida setiap 3
bulan. Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan.
3. Bibit yang buruk harus dibuang.

Pemupukan dilakukan beberapa kali selama masa pembibitan,


selengkapnya seperti terlihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Umur dan Jenis Pupuk yang Digunakan Pada Persemaian
Pupuk Dossis / priode Umur
Urea 0,2 % 3-4 lt/100 bibit 4-5 minggu
Urea 0,2 % 3-5 lt/ 100 bibit 6-7 minggu
Rustica 1 gr/bibit 8-16 minggu
15.15.6.4
Rustica 1 gr/bibit 8-16 minggu
12.12.17.2
Sumber: Pratama, Yoga. 2007

3.4.3. Sistem Pembibitan


Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem
pembibitan ganda (double stoge system) dan sistem pembibitan tunggal
(single stage system), Pada penerapan sistem tahap ganda, penanaman
bibit dilakukan sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut oembibitan
pendahuluan, yaitu kecambah ditanam dengan menggunakan plastik
polibag kecil sampai bibit berumur 3 bulan, kemudian tahap kedua bibit
tersebut ditanam ke pembibitan utama yang menggunakan plastik polibag
besar selama 9 bulan.
Pada sistem pembibitan tahap tunggal, bibit langsung ditanam di
dalam plastik polibag besar hingga berumur 12 bulan tanpa harus ditanam
di dalam plastik polibag kecil. Pada prinsipnya sistem manapun yang
dipilih tujuannya sama, yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas
dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasinya yang besar
sehingga faktor kematian bibit dipembibitan dan setelah dilapangan dapat
ditekan.

Pekerjaan yang dilakukan pada pembibitan ini meliputi :


1. Pembuatan pembibitan awal (0-3 bulan), meliputi pekerjaan :
persiapan lahan dan perataan lahan, pengadaan alat dan bahan,
pembuatan naungan. Pembuatan jaringan irigasi dan penanaman.
2. Pembuatan pembibitan utama (3-9 bulan), meliputi pekerjaan :
persiapan lahan dan perataan lahan, pengadaan alat dan bahan,
pemindahan tanaman dari plastik kecil ke plastik besar, pengaturan
jarak, dll.
3. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, penyiraman,
pengendalian hama penyakit, penyiangan gulma, dan seleksi bibit.

3.4.4. Pembukaan Lahan dan Penyiapan Lahan


Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan,
daerah bekas alang-alang, atau bekas perkebunan. Daerah-daerah tersebut
memiliki topografi yang berbeda-beda. Namun, yang perlu diperhatikan
dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetapterjaganya lapisan oleh
tanah, Selain itu, harus memperhatikan urutan pekerjaan, alat, dan teknik
pelaksanaannya.
Metode pembukaan lahan yang sebaiknya dilakukan adalah
pembukaan lahan tanpa bakar, karena dengan cara membakar hutan
dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan
No. 38 Tahun 1995, tentang pelarangan membakar hutan. Selain itu alasan
menggunakan metode ini adalah :
Mempertahankan kesuburan tanah, menjamin pengembalian unsur
hara, mencegah erosi permukaan tanah, dan membantu pelestarian
lingkungan.

3.4.5. Penanaman
Penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan atau pada bulan Oktober sampai Februari. Tahapan pekerjaan
penanaman adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Lubang Tanam
2. Umur dan Tinggi Bibit
3. Susunan dan Jarak Tanam
4. Waktu Tanam
5. Teknik Penanaman

3.4.6. Pemeliharaan Tanaman


Pada tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi dua fase, yaitu
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).
Pada masa TBM merupakan masa pemeliharaan yang banyak memerlukan
tanaga dan biaya, karena pada dasarnya merupakan penyempurnaan dari
pembukaan lahan dan persiapan tanaman, selain itu pada masa ini sangat
menentukan keberhasilan pada masa TM.
1. Konsolidasi.
2. Pemeliharaan jalan, benteng, teras, parit dan lain-lain.
3. Penyulaman.
4. Pengendalian gulma.
5. Pemupukan.
6. Pemeliharaan tanaman penutup tanah.
7. Kastrasi/ablasi.
8. Penyerbukan (polinasi).
9. Pengendalian hama dan penyakit.

3.4.7. Panen dan Produksi


3.4.7.1. Umur Panen
Kelapa sawit berbuah setelah berumur 25 tahun dan buahnya
masak 55 bulan setelah penyerbukan. Kelapa sawit dapat dipanen jika
tanaman berumur 31 bulan sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari
5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Satu tandan beratnya
berkisar 10 kg lebih.

3.4.7.2. Cara Panen


Tandan matang dipanen semuanya dengan kriteria 25-75% buah
luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5 – 25% buah luar
memberondol.
1. Potong pelepah daun yang menyangga buah
2. Tandan dipotong
3. Bertanda di bekas potongan dengan nama atau tanggal panen
4. Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan
dengan cara ditengkupkan.
3.4.8. Produksi
Pada dasarnya, ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik
yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan
minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit Secara ringkas,
tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak diuraikan
sebagai berikut :
1. Pengangkutan TBS ke Pabrik
2. Perebusan TBS
3. Perontokan dan Pelumatan Buah
4. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit
5. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit
6. Pengeringan dan Pemecahan Kulit
7. Pemisahan Inti Sawit dari Tempurung
Gambar 3.1 Aliran Proses Pengolahan Kelapa Sawit

Penerimaan TBS

Proses Sterilisasi

Mesin Bantingan

Tandan Kosong Buah Sawit

Proses

Pengepresan

CPO Kotor Biji Sawit Serat

Proses
Pemecaha
Penjernihan n

Limbah Limbah

Cair Cair
CPO Jernih Hidro

Pengolahan Pengolahan
3.5. Alat Transfortasi pada PK plant
Fungsi dari alat transfortasi pada proses pengolahan inti sawit
ialah,untuk memindahkan bahan baku dari suatu tempat ke tempat lain.
Dan ada beberapa alat transfortasi yang digunakan pada PK plant.

3.5.1. Elevator
Merupakan alat untuk pemindah bahan baku,yang dilengkapi
dengan rantai dan buket. Dan penggunaan nya untuk memindahkan
bahan,yang letak pemindahannya memerlukan arah vertical (atas ke bawah
atau sebaliknya).
Gambar 3.1. Elevator
Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

3.5.2. Conveyor
Merupakan alat untuk pemindah bahan baku,yang terdiri dari
beberapa macam jenis antara lain: Screpper,belt,dan screw. Yang
digunakan untuk memindahkan bahan dengan daerah lintasan horizontal.
Gambar 3.2. Conveyor bagian Atas
Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

Gambar 3.3. Conveyor bagian samping


Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

3.5.3 Scoper
Pada alat ini,CPKO yang masuk ke dalam tanki akan tersaring
terlebih dahulu.Cara kerja alat ini sama halnya seperti elevator,namun
perbedaan pada alat ini yaitu munggunakan buket yang berbentuk
saringan.Sehingga PK dan PKM yang ikut bersamaan dengan CPKO akan
tersaring dalam buket.

Gambar 3.4. Scoper


Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN KEGIATAN PKL
4.1 Proses PK Plant
PK plant merupakan proses pengolahan inti sawit menjadi
suatu produk yang akan menjadi bahan baku yang akan di olah
kembali pada proses olein chemical. Proses PK plant ini bertujuan
untuk memisahkan minyak yang ada pada inti sawit.Proses PK plant
terdiri dari 2 cara yaitu secara fisika dan kimia. Proses PK plant di PT
Sari Dumai Sejati menggunakan proses PK plant secara fisika dimana
mesin expeller menjadi faktor penting dalam proses PK plant. Tahapan
proses PK plant dimulai dari pembongkaran inti,kemudian first
press,lalu dilanjutkan dengan proses scound press,dan proses
terahirnya dilakukan pada proses niagara.

4.1.1. Pembongkaran Bahan Baku


Pada bagian ini,inti sawit yang datang dari PKS melalui
pengangkutan mobil. Dimana inti sawit akan dibongkar menggunakan
tenaga manusia ,kemudian inti di masukkan ke dalam silo dan hover
melalui alat transfortasi seperti elevator dan conveyor. Pada tahap
pembongkaran inti sawit ini,juga di bantu oleh alat berat yang di
operasikan oleh operator.
Gambar 4.1. Tempat pembongkaran bahan baku
Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

4.1.2. Proses First Press

First press merupakan proses penggilingan inti sawit yang


menghasilkan minyak palm karnel oil (PKO) dan palm karnel meal
(PKM). Pada proses first press ini,penggilingan inti sawit
menggunakan mesin expeller dengan jenis EK-200 sebanyak 47 unit.
Mesin expeller ini di bantu oleh elektro motor yang berkapasitas 55
kw,dan untuk memperlambat putaran dari elektro motor tersebut,maka
digunakan gear box. palm karnel oil (PKO) yang di hasilkan pada
proses first prees ini,mendapakan 30-50% dari berat inti sawit. Dan
palm karnel meal (PKM) yang di dapat pada proses first press ini,masi
mengandung kadar minyak dengan rata-rata 13%. Kemudian palm
karnel oil (PKO) yang di dapat dari proses first press ini,akan di
masukkan kedalam tangki timbun,dan juga palm karnel meal (PKM)
yang di dapat akan di masukkan ke dalam hover.
Gambar 4.2. Area First press
Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

4.1.3. Proses Second Press


Proses second press merupakan proses yang tidak jauh beda
dengan proses first press.Sistim kerjanya sama-sama berfungsi untuk
menggiling bahan baku,tetapi pada proses second press ini bahan baku
yang proses adalah hasil dari proses first press tersebut. Dan pada
proses ini putaran gear box lebih lambat dari psoses first press.
Dimana hasil palm karnel oil (PKO) lebih kecil dibanding dengan
proses first press,dan hasil akhir dari proses second press ini adalah
palm karnel expeller (PKE). Palm karnel expeller (PKE) yang
dihasilkan pada proses ini,mengandung kadar minyak kurang lebih
7%. Palm karnel meal (PKM) yang di hasilkan akan di transfer ke
dalam warehouse, dan palm karnel oil (PKO) yang dihasilkan pada
proses second press masuk ke dalam tengki timbun.

Gambar 4.3. Area Second press


Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

4.1.4. Niagara Filter


Proses niagara filter ini ialah proses pembersihan dan
penjernihan PKO (palm karnel oil) dari PKM dan PKE,yang terbawa
masuk ke dalam tengki timbun. Pada proses ini menggunakan
pompa,sehingga minyak dapat naik dan masuk ke dalam filter.
Gambar 4.4. Niagara Filter bagian bawah
Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)
Gambar 4.5. Niagara Filter bagian atas
Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

Gambar 4.6. Niagara Filter bagian dalam


Sumber: PT Sari Dumai Sejati (2017)

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Proses pengolahan inti sawit menjadi CPKO dan PKE di PT
Sari Dumai Sejati,dimulai dari beberapa tahapan yaitu Proses
Pembongkaran Bahan Baku ialah Proses pembongkaran inti
sawit dari mobil angkutan dengan menggunakan tenaga
manusia. Proses First Press merupakan suatu proses
penggilingan inti sawit yang menghasilkan minyak palm karnel
oil (PKO) dan palm karnel meal (PKM). Proses second press
merupakan proses yang tidak jauh beda dengan proses first
press.Sistim kerjanya sama-sama berfungsi untuk menggiling
bahan baku,tetapi pada proses second press ini bahan baku
yang proses adalah hasil dari proses first press tersebut. Proses
niagara filter ini ialah proses pembersihan dan penjernihan
PKO (palm karnel oil) dari PKM dan PKE,yang terbawa masuk
ke dalam tengki timbun. Pada proses ini menggunakan
pompa,sehingga minyak dapat naik dan masuk ke dalam filter.
2. PT Sari Dumai Sejati bagian Palm Karnel Plant, menggunakan
teknologi dalam proses produksi CPKO dan PKE yang bersifat
automatis. Dimana manusia sebagai pengontrol dan operator
dari alat dan mesin yang digunakan. Alat-alat yang di digunkan
dalam Palm Karnel Plant ialah tanki timbun,
Elevator,Conveyor,Niagara Filter,Elektro motor,dan mesin
Expeller
3. Raw material untuk proses produksi PT Sari Dumai Sejati
mempunyai standar mutu yang ketat. Diharapkan akan
menghasilkan produk CPKO dan PKE yang juga sesuai standar
yang diinginkan perusahaan. CPKO yang memiliki kadar FFA
5.0% Maksimal,Moisture 0.5%. PKE memiliki kadar Oil
conten 7% maksimal,dan Moisture 12% warna masih dibawah
28, serta kotoran dan lain-lain masih terjaga dibawah 0,05.

5.2. Saran
Untuk proses produksi CPKO sudah optimal dilakukan oleh pihak
produksi. Begitu juga pihak quality analysis sudah melakukan kewajiban dengan
baik. Hanya saja harap dilakukan perbaikan terhadap expeller yang kurang bersih
pada bagian bawah,sehingga PKM banyak masuk ke dalam tangki timbun.Dan
pada bagian Niaga filter kurangnya angina masuk,sehingga pada saat
pengosongan filter masih terdapap CPKO.

Anda mungkin juga menyukai