ENZIM SCHARDINGER
KELOMPOK 1 (KELAS E)
DOSEN PEMBIMBING:
Dra, Uswatun Chasanah,M.Kes.,Apt
Raditya Weka Nugraheni, M.Farm., Apt
Firasti Agung.N.S., M.Biotech.,Apt
Amaliyah Dina, M.Farm.,Apt
Firdha Anita Yulianti,S.Farm.,Apt
Renny Primasari,S.Farm.,Apt
c) Konsentrasi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, laju reaksi meningkat secara linier dengan
bertambahnya konsentrasi enzim
d) Konsentrasi substrat
Pada konsentrasi enzim tetap dan konsentrasi substrat rendah, kompleks enzim-
substrat yang terbentuk sedikit (masih banyak enzim bebas/tidak berikatan dengan
substrat). Bila konsentrasi substrat diperbesar, maka makin banyak substrat yang
bereaksi dengan sisi aktif enzim, sehingga konsentrasi enzim-substrat makin besar dan
menyebabkan meningkatnya laju reaksi. Namun pada batas konsentrasi substrat tertentu,
semua enzim telah bereaksi dengan substrat (tidak terdapat enzim bebas). Dalam
kondisi ini, bertambahnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambahnya
konsentrasi enzim-substrat, sehingga laju reaksinya pun tidak meningkat (Poedjiadi,
1994).
e) Inhibitor
Inhibitor adalah beberapa zat kimia yang dapat menghambat kerja enzim, misalnya
garam-garam dan logam berat seperti air raksa. Inhibitor dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam yaitu inhibitor kompetitif, inhibitor non-kompetitif dan inhibitor umpan balik
(Poedjiadi, 1994). Inhibisi kompetitif klasik terjadi pada tapak pengikatan-substrat
(katalitik). Struktur kimia sebuah inhibitor analog-substrat (I) umumnya menyerupai
struktur kimia substrat (S). oleh karena itu, inhibitor tersebut dapat berikatan secara
reversible dengan enzim sehingga yang seharusnya membentuk kompleks EnzS, justru
membentuk kompleks enzim inhibitor (Enzl). Pada inhibisi nonkompetitif, tidak terdapat
persaingan antara S dan I. struktur inhibitor biasanya tidak atau hanya sedikit mirip
dengan struktur S dan dapat dianggap berkaitan dengan domain yang berbeda pada
enzim. Inhibitor nonkompetitif reversible menurunkan kecepatan reaksi maksimal yang
diperoleh pada pemberian sejumlah enzim (Vmaks yang lebih rendah), tetapi biasanya
tidak mempengaruhi nilai Km (Murray,2001).
f) Waktu inkubasi
Waktu inkubasi yang dibutuhkan enzim untuk bereaksi dengan substrat secara
optimum adalah berbeda-beda. Ada beberapa enzim membutuhkan waktu inkubasi yang
lama untuk bereaksi dengan substrat.
Susu adalah bahan makanan yang sempurna karena mengandung protein, lemak,
karbohidrat (laktosa), vitamin dan garam anorganik. Dalam susu terdapat pospat baik
sebagai protein, maupun sebagai ion pospat anorganik. Kesegaran susu dapat ditandai
dengan masih aktifnya enzim-enzim yang terdapat didalamnya diantaranya aktifnya
enzim amylase, lipase, peroksidase, katalase dan sebagainya (Tim Dosen Biokimia,
2001).
Uji metilen biru dapat memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri yang terdapat
dalam susu. Pada uji ini akan ditambahkan sejumlah zat yang biru ke dalam susu,
kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri dalam susu tersebut untuk
melakukan aktifitas yang dapat mengakibatkan perubahan warna zat tersebut. Semakin
tinggi jumlah bakteri dalam susu tersebut, semakin cepat terjadinya perubahan warna zat
tersebut. Uji metilen biru didasarkan pada kemampuan bakteri dalam susu untuk tumbuh
dan menggunakan oksigen terlarut, sehingga menyebabkan perubahan penurunan
kegiatan oksidasi-reduksi dari campuran tersebut. Maka akibatnya metilen biru yang
ditambahkan akan tereduksi menjadi putih metilen. Selain itu bekerja pula enzim yang
disebut Schardinger enzyme (Girindra, 1990).
Schardinger pada tahun 1902 mengamati bahwa metilen biru berkurang formaldehida
di dalam susu segar. Enzim yang bersangkutan dalam oksidasi ini dan aldehida lainnya
dikenal sebagai "enzim Schardinger" (Booth, 1935).
Enzim Schardinger merupakan enzim yang termasuk golongan enzim oksidase ini
terdapat antara lain di dalam susu ncubato dikenal pula sebagai enzim xanthine oksidase
karena dapat mengoksidase xanthine. ncubator juga dapat mengoksidasi aldehid. Di
dalam percobaan ini ncubator blue digunakan sebagai penangkap hydrogen (Anonim,
2012).
Denaturasi protein adalah proses perubahan struktur lengkap dan karakteristik protein
akibat gangguan interaksi sekunder,tersier, dan kuartener. Denaturasi akibat panas
menyebabkan molekul-molekul yang menyusun protein bergerak dengan sangat cepat.
Sehingga sifat protein yaitu hidrofobik menjadi terbuka. Akibatnya molekul akan
bergerak semakin cepat dan memutus ikatan hydrogen didalamnya(Sumardjo,2008).
Proses denaturasi berlangsung tetap dan tidak berubah,suatu protein yang mengalami
proses denaturasi akan mengalami perubahan visikator atau berkurangnya kelarutan
cairan sehingga mudah mengendap. Senyawa kimia seperti urea dan garam dapat
memecah ikatan hydrogen yang menyebabkan denaturasi protein karena dapat memecah
interaksi hidrofilik dan meningkatkan daya larut gugus hidrofobik dalam air deterjen atau
sabun dapat menyebabkan denaturasi karena senyawa pada deterjen dapat membentuk
jembatan antara gugus hidrofilik dengan hidrofobiksehingga terjadi denaturasi.selain
deterjen dan sabun, aseton dan alcohol juga dapat menyebabkan denaturasi
(Winarno,2008).
VIII. Kesimpulan
1. Enzim Schardinger bekerja pada kondisi anaerob.
2. Pemanasan yang tinggi dapat merusak kerja enzim yang schardinger yang terdapat
dalam susu.
3. Enzim schardinger dapat mengkatalisis oksidasi formaldehid dengan berubahnya
warna pada metilen biru dari biru menjadi putih.
Daftar Pustaka
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W., 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Institut Teknologi
Bandung Press
Shahib, M.N. 1992. Pemahaman Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti
Soewoto, Hafiz, dkk.2000.Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.
Stoker, H.S., 2007, General, Organic, and Biological Chemistry, Fourth Edition, Houghton
Mifflin Company, Boston.
Wirahadikusumah, m. 1989. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam Nukleat. Bandung: Institut
Booth, V.H., 1935, CCVI The Identity of Xanthine Oxidase and The Schardinger Enzyme
(online), (http://www.biochemj.org/bj/029/1732/0291732.pdf), diakses pada tanggal 1
April 2019 pukul 19.00 WIB.
Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar.
Tim Dosen Biokimia, 2001, Penuntun Praktikum Biokimia, Universitas Negeri Makassar,
Makassar.