Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERKALSEMI

Oleh :

1. NOVIA SARI ANGGREINI (26)


2. SUCI LESTARI (27)

PRODI DII KEPERAWATAN BLORA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019/2020

1
 
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya. Salawat dan salam kita sanjungkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu  pengetahuan. UCapan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberi bimbingandan masukan sehingga
makalah yang berjudul “ASKEP HIPERKALSEMI” dapat diselesaikan.Pembuatan makalah ini
adalah sebagai salah satu tugas kami dalam menempuh pembelajaran di semester ini, kami
mengucapkan terimah kasih kepada dosen  pembimbing.Kiranya makalah ini bisa bermanfaat
bagi pihak yang membaca. Meski begitu, kami sadar bahwa makalah ini perlu perbaikan dan
penyempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan diterima
dengan senang hati. Akhirnya, kami ucapkan terima kasih,semoga makalah ini bermafaat bagi
semua pihak.

2
 
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................2
Daftar Isi...............................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................4
a. Latar Belakang....................................................................................4
b. Rumusan Masalah..............................................................................4
c. Tujuan ................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6
a. Definisi...................................................................................................6
b. Etiologi…...............................................................................................6
c. Patofisiologi……....................................................................................6
d. Manisfestasi Klinis ………………………………………………………….7
e. Komplikasi……………...........................................................................7
f. Pemeriksaan Penunjang........................................................................8
g. Penatalaksanaan……….......................................................................8
BAB III ASKEP………….......................................................................................9
1. Pengkajian..................................................................................10
2. Diagnosa Keperawatan…...........................................................12
3. Rencana Keperawatan...............................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................17
a. Kesimpulan ..........................................................................................17
b. Saran ………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalsium merupakan salah satu mineral penting yang berguna untuk pembentukan tulang
serta berbagai proses fisiologis, seperti transportasi antar membran sel, aktivasi dan inhibisi
beberapa enzim, regulasi metabolik intraseluler, sekresi dan aktivasi hormon, proses
pembekuan darah, kontraktilitas otot dan konduksi sistem syaraf. 90% kalsium tubuh berada
di dalam tulang, sedikit diantaranya terdapat di ruangan intra dan ekstra seluler. Homeostasis
kalsium merupakan proses kompleks yang membutuhkan berbagai hal, antara lain suplai
adekuat, proses absorbsi yang memadai di usus, serta bantuan beberapa hormon seperti
paratiroid, vitamin D dan kalsitonin. Kalsium serum merupakan satu persen dari kalsium
tubuh total, terdapat di dalam cairan ekstraseluler dan jaringan lunak. Kalsium serum terdiri
dari komponen ion (50%), terikat dengan protein (40%), terutama albumin, serta sebagian
kecil (8-10%) terikat dengan asam organik dan inorganik seperti sitrat, laktat, bikarbonat dan
sulfat.

Kalsium menstabilisasi membran sel dan memblok transpor natrium ke dalam sel.
Karenanya, penurunan kadar kalsium meningkatkan eksitabilitas sel, dan peningkatan kadar
kalsium menurunkan eksitabilitas sel.

Kadar kalsium harus tetap berada pada nilai 4,5 – 5,8 mEq/L untuk mempertahankan
iritabilitas neuromuskuler, pembekuan darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Bila kadar
kalsium < 4,5 mEq/L disebut dengan hipokalsemia, sedangkan bila kadarnya > 5,8 mEq/L
disebut dengan hiperkalsemia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hiperkalsemia ?
2. Apa saja etiologi Hiperkalsemia ?
3. Bagaimana patofisiologi Hiperkalsemia ?
4. Apa saja manifestasi klinis Hiperkalsemia?

4
5. Apa saja komplikasi Hiperkalsemia ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Hiperkalsemia?
7. Bagaimana penatalaksanaan Hiperkalsemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Hiperkalsemia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Hiperkalsemia
2. Untuk mengetahui etiologi Hiperkalsemia
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hiperkalsemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hiperkalsemia
5. Untuk mengetahui komplikasi Hiperkalsemia
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada Hiperkalsemia
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hiperkalsemia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Hiperkalsemia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. HIPERKALSEMIA
1. Definisi
Hiperkalsemia terjadi bila kadar kalsium serum total melebihi 10,5 mg/dl (5,5
mEq/L) (Sylvia, 2006:354).
Hiperkalsemia adalah kondisi di mana tingkat kalsium dalam darah di atas normal.
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang, dan memainkan peran penting dalam
kontraksi otot, memastikan bahwa saraf dan fungsi otak tetap baik, dan melepaskan
hormon. Namun, proses ini dapat dipengaruhi oleh kadar kalsium yang terlalu tinggi.

2. Etiologi
- Hiperkalsemia simtomatik dapat terjadi karena peningkatan dalam kalsium serum
total atau peningkatan pada presentase kalsium bebas dan terionisasi.
- Kerja berlebihan dari satu atau lebih kelenjar paratiroid yang mengatur kalsium
adalah penyebab utama dari hiperkalsemia. Kelenjar paratiroid yang terlalu aktif
biasanya menyebabkan wanita pasca menopause mengalami hiperkalsemia.
Penggunaan yang berlebihan suplemen kalsium dan vitamin D, gangguan medis
tertentu, kanker dan beberapa obat-obatan juga dapat menyebabkan hiperkalsemia.

3. Patofisiologi
Kadar kalsium yang berlebihan meningkatkan penghambatan efek pada natrium
dalam otot skelet. Hal ini menimbulkan penurunan eksitabilitas baik pada otot dan
saraf, yang akhirnya menimbulkan flaksiditas. Hiperkalsemia dihubungakan dengan
penurunan kadar fosfat. Penyebab utama adalah hiperparatiroidisme, yang
menimbulkan peningkatan hormon paratiroid, yang meningkatkan ambilan kalsium dari
tulang ke dalam sirkulasi darah. Diuretik tiazid juga dapat menyebabkan peningkatan
kadar hormon paratiroid dan hiperkalsemia. Beberapa keganasan tumor mensekresi

6
substansi seperti hormon paratiroid, yang berfungsi serupa dengan hormon paratiroid
sejati.
Hiperkalsemia menyebabkan kelemahan otot skelet, anoreksia, mual dan muntah,
konstipasi, penurunan berat badan, dan peningkatan ekskresi kalsium dalam urine.
Peningkatan kalsium sirkulasi dapat disimpan di mana saja, etapi ginjal adalah yang
paling rentan. Deposisi kalsium dapat mengakibatkan batu ginjal.

4. Manifestasi Klinis
a. Letargi
b. Kelemahan
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Poliuria
f. Gatal
g. Nyeri tulang
h. Parastesiz
i. Depresi
j. Perubahan pribadi
k. Koma.

5. Komplikasi
a. Komplikasi Akut
1) Komplikasi metabolik : Ketoasidosis diabetik, koma hiperglikemik hiperismoler
non ketotik, hipoglikemia, dan asidosis lactate.
2) Infeksi Berat
b. Komplikasi Kronik
1) Komplikasi vaskuler
a) Makrovaskuler : PJK, stroke , pembuluh darah perifer
b) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati

7
2) Komplikasi neuropati
Neuropati sensori motorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare diabetik,
buli – buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks kardiovaskuler.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar kalsium serum total : dapat > 10,5 mg/dl.
b. Kalsium terionisasi : akan > 5,5 mg/dl.
c. Hormon paratiroid: peningkatan kadar terjadi pada hipertiroidisme primer atau
sekunder.
d. Temuan sinar x : dapat menunjukkan adanya oesteoporosis rongga tulang, atau batu
ginjal

7. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Fosfat IV: untuk penyebab penurunan resiprokal kalsium serum.
2) Penurunan resorpsi tulang : dilakukan melalui peningkatan tingkat aktivitas,
indometasin, atau mitramisin. Mitramisin, antibiotik sitotoksik, bertindak secara
langsung pada tulang untuk mengurangi dekalsifikasi dan digunakan terutama
untuk mengatasi hiperkalsemia karena penyakit neoplastik.
3) Kalsitonin : untuk menurunkan resorpsi tulang, peningkatan deposisi tulang
terhadap kalsium dan fosfor, dan peningkatan ekskresi kalsium dan fosfat urine.
4) Hemodialisis : digunakan bila hiperkalsemia dihubungkan dengan gagal ginjal.

8
b. Keperawatan
Pemberian diet :
1) Diet rendah kalsium dan kortison : untuk menurunkan absorpsi usus terhadap
kalsium.
2) Hindari pemberian makanan tinggi kalsium seperti kacang Putih, jeruk, kacang
almond, ikan sardin, sayuran hijau.

9
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ASUHAN KEPERAWATAN HIPERKALSEMIA


1. Pengkajian
a. Biodata Pasien
1) Identitas klien meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no register, dan dignosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : nama ayah dan ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
3) Identitas saudara kandung meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat pekerjaan
1) Pencatatan pekerjaan dan kegemaran yang terus-menerus secara kronologis.
c. Riwayat penyakit
d. Riwayat kebisaan
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
1) Data subyektif yang muncul:
- Sakit Kepala
- Kesemutan
- Iritabilitas
- Ansieta
- Kram yang menyakitkan
- Kekakuan
- Keletihan
- Palpitasi
- Depresi
- Kebas dan kesemutan di sekitar mulut, ujung jari dan kaki

2) Data obyektif yang muncul:

10
a) System neurologis
- Kelebihan emosi
- Perubahan tingkat kesadaran
- Parasitesia pada bibir, lidah, jari, dan kaki katarak yang disebabkan oleh
kalsifikasi lensa tremor
- Hiperefleksia
- Tanda chavostek dan trousseau positif
- Tetanus
- Kejang
b) System muskoloskeletal
- Kekakuan
- Spasmekedutan
- Kelemahan
- Keletihan
- Abnormalitas gigi
c) System kardiovaskuler
- Gagal jantung akibat hipokalsemia
- Disritmia jantung
- Perubahan EKG : interveal Q-T memanjang, gelombang T memuncak
atau inversi, blok jantung
d) System pernapasan
- Suara parau
- Stridor laring
- Edema laring
- Spasme laring
e) System Gastrointestinal
- Mual muntah
- Diare
f) System integument
- Kulit dan kuku distropi, kering, dan bersisik
- Pigmentasi kutan

11
- Rambut menipis
- Alopesia
- Rigi horizontal pada kuku
- Kuku rapuh
g) Pemeriksaan diagnostik:
- Darah : penurunan kalsium serum, peningkatan fosfor serum, penurunan
bikarbonat serum, penurunan atau tidak adanya hormone paratiroid
serum.
- Urine : hipokalsiuria, hipofosfaturia

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas digitalis yang terjadi pada terapi
penggantian kalsium.
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai oksigen
sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada hipokalsemia berat.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu
makan yang menurun.

3. Rencana Keperawatan
a. Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
sekunder terhadap hipokalsemia atau toksisitas digitalis yang terjadi pada terapi
penggantian kalsium
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 3x8 jam diharapkan masalah curah
jantung adekuat, dengan kriteria hasil:
- Curah jantung pasien adekuat dibuktikan oleh cvp< 6 mmHg (< 12 cmH 20), FJ <
100
- TD dalam rentang normal: 120/80mmHg
- Tak ada tanda klinis gagal jantung atau ademapulmonel (mis, crakles,
sesaknafas).
- Pasien perawatan kritis menunjukan TAP 20 – 30 / 8 – 15 mmHg.

12
Intervensi Rasional

1. Pantau EKG terhadap tanda 1. Mengetahui keadaan jantung


hipoklasemia yang memburuk klien
(interval QT memanjang) atau
toksisistas digitalis pada
pengantian kalsium: kontasksi
ventrikel premature multi vocal
atau begiminal (KVP), takikardi
atrium paroksismal dengan
berbagai blok atrium vetrikel
(AV), blok jantung wenckebach
(AV tipe 1). 2. Dangkal, respirasi cepat adalah
2. Pantau pasien terhadap gagal karakteristik penurunan curah
jantung atau edema pulmonal : jantung. Crackles menunjukkan
crakles, ataurales, ronkhi, sesak penumpukan cairan sekunder
nafas, penurunan TD, peningkatan akibat pengosongan ventrikel kiri
FJ, peningkatan TAP, atau yang terganggu
peningkatan CVP. 3. Mengurangi hasil curah jantung
3. Catat asupan dan keluaran. Jika mengurangi perfusi ginjal,
pasien sakit parah, hitunglah hasil dengan penurunan output urin
urin per jam dan perhatikan yang dihasilkan.
penurunan output. 4. Posisi tegak dianjurkan untuk
4. Posisikan pasien di semi-Fowler's mengurangi preload dan
ke Fowler pengisian ventrikel bila
kelebihan cairan penyebabnya.

b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan suplai oksigen


sekunder terhadap spasme laringeal yang terjadi pada hipokalsemia berat

13
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan masalah
gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:
- Pasien menunjukkan kedalaman , pola, dan frekuensi pernafasan (12 – 20
nafas/menit) dalam rentang normal
- Psimtomatik dari spasme laryngeal: stridor laryngeal, dispneu, atau mengorok.
Intervensi Rasional

1. Kaji frekuensi pernafasan pasien, 1. Pola pernafasan yang cepat dan


karakter, dan irama. Waspadai dangkal serta hipoventilasi
terhadap stidornlaryngeal, mempengaruhi pertukaran gas.
dispneu, dan mengorok yang
terjadi pada spasme laring,
komplikasi hipokalsemia yang
mengancam hidup.
2. Posisi pasien dengan kepala 2. Posisi tegak atau posisi semi-
tempat tidur ditinggikan, dalam Fowler memungkinkan
posisi semi-Fowler (kepala peningkatan kapasitas toraks,
tempat tidur pada 45 derajat saat penurunan penuh diafragma, dan
terlentang) seperti yang peningkatan ekspansi paru-paru
ditoleransi. yang mencegah isi perut dari
keramaian.
3. Ubah posisi pasien setiap 2 jam. 3. Turning penting untuk mencegah
Pantau saturasi oksigen vena komplikasi imobilitas, namun pada
campuran erat setelah berbalik. pasien yang sakit kritis dengan
Jika turun di bawah 10% atau kadar hemoglobin rendah atau
gagal untuk kembali ke awal penurunan curah jantung, berpaling
segera, putar pasien kembali ke ke kedua sisi dapat menyebabkan
posisi telentang dan evaluasi desaturasi.
status oksigen.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nafsu


makan yang menurun.

14
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan masalah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil:
- BB pasien bertambah setiap minggu atau minimal tidak mengalami penurunan BB
signifikan
- Pasien menunjukkan kemauan mengonsumsi makanan bergizi sesuai rekomendasi
untuk memenuhi nutrisi tubuhnya.
- Pasien makan sendiri tanpa didorong.

Intervensi Rasional

1. Beri kesempatan pasien 1. Mengetahui tindakan yang akan


mendiskusikan alasan tidak nafsu dilakukan selanjutnya untuk
makan. membuat klien nafsu makannya
kembali
2. Observasi dan catat asupan klien 2. Mengetahui makanan yang cocok
(baik itu makanan cair atau padat) untuk klien konsumsi
yang dikonsumsi pasien
3. Tawarkan suplemen TKTP 3. Diet TKTP adalah pengaturan
(Tinggi kalori tinggi protein) jumlah proteoin dan kalori serta
jumlah protein dan kalori serta
jenis zat makanan yang dimakan
disetiap hari agar tubuh tetep
sehat.
4. Ajarkan klien diet tinggi kalsium 4. Klien dapat mengetahui makanan
namun rendah fosfor. Ingatkan yang bisa dikonsumsi dan tidak
pasien untuk tidak mengonsumsi bisa dikonsumsi
keju dan produk susu lainnya,
mengingat makanan ini tinggi
akan fosfor.
5. Beri makanan dalam porsi kecil 5. Menghindari mual muntahagar
tetapi sering pemenuhan kebutuhan nutrisi
tetap terjaga

15
BAB IV

PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Hiperkalsemia dan
hipokalsemia menunjukkan kadar kalium serum yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
nilai batas laboratorium yang normal. kondisi yang menyebabkan hiperkalsemia  atau
hipokalsemia  ringan bahkan harus diobati untuk mencegah perkembangan ke
hiperkalsemia dan hipokalsemia yang lebih parah.
Hiperkalsemia dan hypokalemia dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi
penyakit lainnya yang berbahaya dan mengancam nyawa. Untuk itu penanganan yang
tepat baik secara medis maupun keperawatan sangatlah diperlukan

B. Saran
Melihat dari begitu bahayanya efek samping yang ditimbulkan dari hipokalsemia
dan hiperkalsemia, maka diharapkan perawatan yang sesuai dapat diberikan sehingga
angka kejadian hipokalsemia dan hiperkalsemia terminimalisir.

17
Daftar Pustaka

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doenges M.E, dkk. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC

Manjoer A, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1: Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapius

Nurarif A., Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : MediAction Publishing

Sudart and Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, edisi 8. Jakarta : EGC

Wilkinson M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai