Anda di halaman 1dari 2

1. Adakah Cara Mencegah Amputasi Akibat Diabetes?

Pengidap diabetes perlu menjaga kondisi kaki dan mengamati perubahan yang
mungkin terjadi, seperti munculnya lepuhan, retak, luka, bengkak, bintik putih, kapalan
tebal, hingga perubahan warna. Jika kaki terasa lebih dingin atau lebih hangat
dibanding biasanya, bisa jadi ada yang terjadi pada kaki. Tanya anggota keluarga lain
untuk memastikan perubahan pada kaki yang kamu rasakan benar adanya.

 Berhenti merokok. Kebiasaan ini merusak pembuluh darah kecil pada


kaki dan memengaruhi aliran darah menujunya. Hentikan kebiasaan
merokok jika kamu didiagnosis diabetes untuk meminimalkan risiko
amputasi.

 Gunakan sepatu pelindung. Luka kecil pengidap diabetes bisa berujung


pada risiko amputasi. Jadi, pastikan kamu menggunakan sepatu
pelindung ke mana pun kamu pergi.

 Rutin kontrol ke dokter, setidaknya satu tahun sekali. Hal ini membantu
dokter memantau gaya hidup dan perkembangan diabetes yang kamu
alami. Kontrol ke dokter bisa mendeteksi adanya kelainan pada kaki sejak
dini, sehingga meminimalkan risiko amputasi.

2. Bagaimana kita sebagai tim medis untuk melakukan Pertolongan


Pertama Saat Amputasi

Ada beberapa langkah pertolongan pertama yang dapat dilakukan terhadap korban
amputasi, antara lain:

 Periksa pernapasan dan denyut jantung korban. Jika perlu, lakukan resusitasi
jantung paru (CPR).
 Lakukan upaya untuk menenangkan korban. Hal ini perlu dilakukan karena kondisi
amputasi sangat nyeri dan menakutkan.
 Lakukan tindakan untuk menghentikan perdarahan dengan menekan luka secara
langsung. Tinggikan bagian tubuh yang mengalami amputasi. Jika perdarahan masih
berlangsung, periksa kembali sumber perdarahan dan beri tekanan pada sumber
perdarahan tersebut.
 Jika korban mengalami perdarahan yang hebat dan mengancam jiwa, gunakan
perban atau bebat, dan tutuplah luka dengan kuat. Namun, penggunaan perban tidak
boleh dalam jangka waktu yang lama, karena dapat membahayakan korban.
 Simpan bagian tubuh yang terputus dan pastikan ada seseorang yang selalu
mendampingi korban. Lalu bersihkan bagian tubuh yang terputus dengan perlahan.
 Bungkuslah bagian tubuh yang terputus dengan kain basah yang bersih, kemudian
masukkan ke dalam plastik yang tertutup rapat dan letakkan plastik tersebut ke
dalam wadah berisi air es.
 Jangan letakkan bagian tubuh yang terputus secara langsung tanpa menggunakan
plastik dan jangan gunakan dry ice.
 Jika tidak tersedia air dingin, sebisa mungkin jauhkan bagian tubuh yang terputus
dari hal-hal yang bersifat panas. Bawalah ke rumah sakit atau simpan dengan baik
hingga tim medis datang.
 Dinginkan bagian tubuh yang teramputasi, sehingga bagian tubuh yang terpisah
masih memungkinkan untuk disambung kembali. Tanpa didinginkan, bagian tubuh
yang teramputasi hanya dapat bertahan 4-6 jam untuk bisa disambungkan kembali.
Namun, jaga agar bagian tubuh korban yang lain tetap hangat.
 Lakukan langkah-langkah untuk mencegah syok. Baringkan korban di tempat yang
datar, angkat tungkai sekitar 30 cm, dan tutuplah tubuh korban dengan selimut.
Jangan posisikan korban dengan posisi ini jika pasien mengalami cedera kepala,
leher, punggung, atau tungkai, dan juga jika posisi ini membuat korban tidak
nyaman.
 Ketika perdarahan dapat dihentikan, periksa kondisi korban jika ada tanda cedera
yang membutuhkan penanganan segera. Lakukan penanganan dengan baik
terhadap luka patah tulang, luka robek, dan cedera lainnya.
 Dampingi korban hingga pertolongan medis tiba.

Anda mungkin juga menyukai