Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOLOGI SEL dan MOLEKULER TENTANG

TRANSDUKSI SEL

Dosen Pengampuh Mata Kuliah Biologi Umum :

Dr. Djuna Lamondo, M.Si

Disusun oleh:

KELOMPOK IV

Rahmi Idrus (432419044)

Nurfadila potutu (432419004)

Ain nun djafar (432419018)

Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Gorontalo

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel merupakan unit struktural dan fungsional terkecil dari organisme. Dikatakan demikian karena sel
yang tersusun atas banyak organel tersebut dapat melakukan aktivitas-aktivitas layaknya organisme.
Misalnya fungsi respirasi pada mamalia yang dilakukan oleh paru-paru untuk menghasilkan energi dapat
pula dilakukan oleh sel. Bagian sel yang berperan untuk menghasilkan energi adalah mitokondria.

Allah berfirman:

“Dia telah menciptakan manusia dari mani tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.” (QS. An-Nahl : 4)

Berdasarkan ayat tersebut, air mani atau sperma dalam ilmu biologi merupakan sebuah sel.
Sperma dapat berkoordinasi dengan sel telur (ovum) untuk membentuk embrio yang selanjutnya
tumbuh menjadi manusia. Ayat tersebut telah mencontohkan atau memberi isyarat pada manusia untuk
mempelajari betapa petingnya suatu komunikasi sel ataupun interaksi sel. Hal tersebut dikarenakan
fungsi yang dilakukan sel sendiri tidak cukup untuk menunjang kehidupan sel tersebut.

Sel tidak akan mampu bekerja dan membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi dengan sel yang
lain. Miliaran sel penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk mengkoordinasikan
aktivitasnya sehingga memungkinkan organisme untuk tumbuh dan berkembang. Mulai dari sel yang
berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan sistem organ yang menjalankan organisme untuk
hidup.Sel sebagai unit terkecil kehidupan, juga mengalami proses komunikasi antar sesama sel
(komunikasi sel). Oleh karena itu penting untuk mempelajari komunikasi sel yang akan dibahas lebih
mendetail dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi sel?

2. Apa saja jenis-jenis hubungan antar sel?

3. Apa yang dimaksud dengan reseptor sinyal?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai komunikasi sel.


5. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis hubungan antar sel.

2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai reseptor sinyal.

3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai second messenger.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi Sel

Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang lain ataupun antara sel
dengan lingkungannya. Komuniasi sel juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi sel dari
sel pesinyal menuju ke sel target untuk mengatur pengembangan dan pengorganisasiannya menjadi
jaringan, mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya serta mengkoordinasikan aktivitasnya.

Peran komunikasi dalam kehidupan pada tingkat selular tak kalah pentingnya. Komunikasi dari satu sel ke
sel yang lain mutlak bagi organisme multiseluler, misalnya manusia dan pohon. Triliunan sel dalam
organisme multiseluler harus berkomunikasi satu sama lain untuk mengoordinasikan aktivitasnya dalam
suatu cara yang memungkinkan organisme berkembang dari telur yang dibuahi, kemudian bias bertahan
hidup dan bereproduksi sendiri. Komunikasi diantara sel-sel juga penting bagi banyak organisme
uniseluler.

2.2 Hubungan Antarsel (Cell Junctions)

Tubuh manusia yang terdiri dari berbagai bentuk dan struktur sel yang beragam dengan kuantitas yang
tinggi, memungkinkan adanya sebuah hubungan yang dilakukan oleh berbagai sel tersebut. Cell junctions
merupakan situs hubungan yang menghubungkan banyak sel dalam jaringan dengan sel lainnya dan
dengan matriks ekstraseluler. Cell junctions merupakan suatu struktur dalam jaringan organisme
multiseluler. Cell junctions dapat diklasifikasikan ke dalam 3 grup fungsional yaitu occluding junctions
(menempelkan sel bersama-sama dalam epitel dengan cara mencegah molekul-molekul kecil dari
kebocoran satu sisi sel ke sel lainnya), anchoring junctions (melekatkan sel-sel (dan sitoskeleton) ke sel
tetangga atau ke matriks ekstraseluler), dan communicating junctions (memerantarai jalan lintasan
sinyal-sinyal kimiawi atau elektrik dari satu sel yang sedang berinteraksi ke sel lainnya).

Klasifikasi fungsional cell junctions:

A. Occluding junctions

1. Tight junctions (hanya vertebrata)

2. Septate junctions (invertebrata)

B. Anchoring junctions

1. Situs-situs pelekatan filamen aktin

Cell-cell junctions (adherens junctions)

Cell-matrix junctions (focal adhesions)

2. Situs-situs pelekatan intermediate filament

Cell-cell junctions (desmosom)


Cell-matrix junctions (hemidesmosom)

C. Communicating junctions

1. Gap junctions

2. Chemical synapses

3. Plasmodesmata (hanya tumbuhan)

A. Occluding junctions

Fungsi occluding junctions adalah menghubungkan sel epitel yang satu dengan sel epitel yang lain,
membagi sel atas 2 domain yaitu domain apikal dan basolateral, mencegah protein membran di domain
apikal bergerak ke domain basolateral, dan menyegel ruang antar 2 sel serta mencegah lalu lintas
molekul di ruang antar sel.

1. Tight junctions

Tight junctions merupakan occluding junctions yang penting dalam mempertahankan perbedaan
konsentrasi molekul-molekul hidrofilik kecil diseberang lembaran-lembaran sel epitel. Protein
transmembran utama pada tight junctions adalah claudin yang penting untuk pembentukan tight
junctions dan fungsinya berbeda dalam tight junctions yang berbeda. Protein transmembran utama yang
kedua pada tight junctions adalah occludin, fungsinya tidak jelas. Claudin dan occludin berikatan dengan
protein membran periferal intraseluler yang disebut protein ZO. Claudin, occludin, dan protein ZO
ditemukan dapat berikatan dengan tight junctions.

2. Septate junctions

Septate junctions merupakan occluding junctions yang utama pada invertebrata. Morfologinya berbeda
dengan tight junctions. Protein yang disebut Discs-large, yang dibutuhkan untuk pembentukan septate
junctions pada Drosophila, secara struktur berhubungan dengan protein ZO yang ditemukan dalam tight
junctions vertebrata.

B. Anchoring junctions

Anchoring junctions menghubungkan sitoskeleton suatu sel ke sitoskeleton sel tetangganya atau ke
matriks ekstraseluler. Anchoring junctions tersebar luas dalam jaringan-jaringan hewan dan paling
melimpah dalam sel-sel jantung, otot, dan epidermis. Fungsi anchoring junctions adalah
menghubungkan sel dengan sel, menghubungkan sitoskeleton 2 sel yang berdampingan, menyatukan sel
dalam satu kesatuan kokoh, dan menghubungkan sel dengan matriks ekstraseluler.Protein penyusun
anchoring junctions adalah intracellular anchor proteins dan transmembrane adhesion proteins.

Anchoring junctions terdapat dalam 4 bentuk yang berbeda secara fungsional yaitu adherens junctions
dan desmosom (memegang sel bersama-sama dan dibentuk oleh transmembrane adhesion proteins
yang termasuk dalam famili cadherin), focal adhesions dan hemidesmosom (mengikat sel-sel pada
matriks ekstraseluler dan dibentuk oleh transmembrane adhesion proteins pada famili integrin).

C. Communicating junctions

1. Gap junctions

Gap junctions merupakan celah sempit di antara membran 2 sel atau dinding sel (sekitar 2-4 nm) yang
dihubungkan oleh channel protein. Gap junction memungkinkan transfer sitoplasmik langsung dari sinyal
listrik dan kimia antara sel-sel yang berdekatan. Bentuk sederhana dari sel untuk komunikasi sel adalah
transfer langsung dari sinyal listrik dan kimia melalui gap junction, protein saluran yang menciptakan
jembatan sitoplasma antara sel-sel yang berdekatan. persimpangan kesenjangan terbentuk dari serikat.
Sebuah bentuk persimpangan kesenjangan dari penyatuan protein membran mencakup, disebut
connexins, pada dua sel yang berdekatan. yang connexins bersatu membuat saluran protein (connexon)
yang bisa membuka dan menutup. Ketika saluran terbuka, sel-sel yang terhubung berfungsi seperti sel
tunggal dengan beberapa inti (syncytiuma).

Gap junctions disusun oleh connexon (12 satuan protein), connexon tersusun atas 6 sub unit connexin
transmembran. Komunikasi gap junctions juga dapat diregulasi oleh sinyal-sinyal ekstraseluler. Ketika gap
junction terbuka, ion dan molekul kecil seperti asam amino, ATP dan AMP berdifusi langsung dari
sitoplasma dari satu sel ke sitoplasma berikutnya. Seperti saluran membran lainnya, molekul yang lebih
besar dikecualikan. di samping itu, gap persimpangan adalah satu-satunya cara yang bisa lewat sinyal
kimia langsung dari sel ke sel. pergerakan molekul melalui gap junction dapat dimodulasi atau dimatikan
sepenuhnya.

Contohnya adalah neurotransmitter dopamine yang mengurangi komunikasi gap junctions diantara kelas
neuron dalam retina sebagai jawaban atas peningkatan dalam intensitas cahaya. Fungsi gap junctions
adalah membolehkan jalan lintasan ion-ion dan molekul-molekul kecil yang dapat larut dalam air.

2. Desmosom

Desmosom menghubungkan intermediate filaments dari sel ke sel. Desmosom biasanya ada di epitel
(misalnya kulit). Desmosom juga ditemukan dalam jaringan otot dimana mereka mengikat sel-sel otot ke
sel yang lainnya. Protein pelekatan sel pada desmosom, desmoglein dan desmokolin, merupakan
anggota famili cadherin pada molekul-molekul pelekatan sel yang merupakan protein transmembran
yang menjembatani ruang antara sel-sel epitel yang berdekatan dengan cara pengikatan homofilik pada
domain ekstraseluler ke cadherin desmosom lainnya pada sel yang berdekatan. Kedua protein tersebut
memiliki 5 domain ekstraseluler dan memiliki domain pengikatan kalsium.

Penyakit-penyakit blistering (melepuh) seperti Pemphigus vulgaris dapat berkenaan dengan cacat genetik
dalam protein desmosom atau berkenaan dengan respon autoimun.

3. Plasmodesmata
Plasmodesmata merupakan hanya junction interseluler dalam tumbuhan. Suatu sel tumbuhan mungkin
memiliki antara 103 dan 105 plasmodesmata yang menghubungkannya dengan sel-sel yang berdekatan.
Di tumbuhan, plasmodesmata melakukan banyak fungsi yang sama seperti gap junctions.
Plasmodesmata berfungsi menghubungkan sel yang satu dengan sel lainnya melalui retikulum
endoplasma dengan celah yang disebut desmotubul; memberikan suatu rute yang mudah untuk
pergerakan ion-ion, molekul-molekul kecil seperti gula dan asam amino, dan makromolekul seperti RNA
antar sel.

2.3 Pensinyalan Sel

Pensinyalan sel merupakan bentuk interaksi antara sel dengan cara komunikasi langsung atau dengan
mengirimkan sinyal kepada sel target. Interaksi dalam hal ini, sel pemberi sinyal menghasilkan tipe
khusus dari molekul sinyal yang dapat dideteksi oleh sel target. Sel target memiliki protein reseptor yang
mampu mengenali dan berespon secara spesifik terhadap molekul sinyal.

A. Pensinyalan Lokal

Merupakan komunikasi sel melalui kontak langsung. Baik sel hewan maupun sel tumbuhan memiliki
sambungan sel yang bila memang ada memberikan kontinuitas sitoplasmik diantara sel-sel yang
berdekatan. Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat dengan bebas melewati sel
yang berdekatan. Disamping itu, sel hewan mungkin berkomunikasi melalui kontak langsung diantara
molekul-molekul pada permukaannya.

Pensinyalan lokal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Pensinyalan parakrin (Para = dekat)

Pada pensinyalan parakrin, sel pensekresi bertindak pada sel target didekatnya dengan melepas molekul
pengatur local ke dalam fluida ekstraselulerPensinyalan ini terjadi pada sitem saraf hewan. Sinyal listrik
di sepanjang sel saraf memicu sekresi sinyal kimiawi yang dibawa oleh molekul neotransmiter. Molekul
ini berdifusi melintasi sinapsis, ruang sempit antara sel saraf dengan sel targetnya (seringkali berupa sel
saraf yang lain). Neotransmiter akan merangsang sel target.

Persinyalan autokrin

Tipe ini dapat mengkoordinasi keputusan dengan grup-grup sel serupa. Pada autocrine signaling, sel
mensekresikan molekul sinyal yang dapat berikatan kembali dengan reseptornya sendiri. Autocrine
signaling merupakan tipe paling efektif ketika dilakukan secara serempak dengan sel-sel tetangga yang
tipenya sama. Autocrine signaling dianggap menjadi suatu mekanisme yang mungkin mendasari "efek
komunitas" yang diamati pada perkembangan awal, selama grup sel-sel serupa dapat menanggapi sinyal
yang menginduksi diferensiasi tapi tidak dapat pada sel tunggal bertipe sama yang terisolir. Sel kanker
seringkali menggunakan autocrine signaling untuk mengatasi kontrol normal pada perkembangbiakan
dan kelangsungan hidup sel.
B. Pensinyalan Jarak Jauh (endokrin)

Hewan dan tumbuhan menggunakan zat kimia yang disebut hormon (hormone) untuk melakukan
pensinyalan jarak jauh. Dalam pensinyalan hormon pada hewan, yang disebut juga pensinyalan
endokrin., sel-sel yang terspesialisasi melepaskan molekul hormon yang berjalan melalui sistem sirkulasi
(sistem peredaran darah) menuju sel target di bagian tubuh yang lain.

Hormon tumbuhan (seringkali dsebut regulator pertumbuhan tumbuhan) terkadang mengalir alam
pembuluh, namun lebih sering mencapai targetnya dengan cara bergerak dari sel ke sel atau berdifusi
melalui udara sebagai gas.

C. Tahapan Pensinyalan Sel

Penelitian awal Sutherland menyiratkan bahwa respon yang berlangsung di ujung penerimapada
percakapan seluler dapat dibagi menjadi tiga tahapan, antara lain :

a. Penerimaan (reception).

Penerimaan adalah ketika sel target mendeteksi molekul sinyal yang berasal dari luar sel. Sinyal
kimiawi ‘terdeteksi’ ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang terletak di permukaan
sel atau di dalam sel.

b. Transduksi (transduction).

Pengikatan molekul sinyal dengan cara mengubah protein reseptor sehingga menginisiasi proses induksi.
Tahap transduksi mengubah sinyal menjadi bentuk yang dapat menyebabkan respon seluler spesifik.
Pada sistem Sutherland, pengikatan epinefrin ke bagian luar protein reseptor dalam membran plasma sel
hati berlangsung melalui serangkaian langka untuk mengaktifkan glikogen fosforilase. Transduksi ini
kadang-kadang terjadi dalam satu langkah, tetapi lebih sering membutuhkan suatu urutan perubahan
dalam sederetan molekul yang berbeda (jalur transduksi) sinyal. Molekul di sepanjang jalur itu sering
disebut molekul relay.

c. Respons (response).

Pada tahap ketiga dari pensinyalan sel, sinyal yang ditransduksi akhirnya memicu respons seluler spesifik.
Respon ini mungkin merupakan aktivitas seluler apapun yang bisa dibayangkan, misalnya katalis oleh
suatu enzim (misalnya, glikogen fosforilase), penyusunan ulang sitoskeleton, atau aktivitas gen-gen
spesifik dalam nucleus. Proses pensinyalan sel membantu memastikan bahwa aktivitas-aktivitas krusial
seperti ini berlangsung dalam sel yang benar, pada waktu yang tepat, dan dalam koordinasi yang sesuai
dengan sel-sel lain pada organisme tersebut.Reseptor Sinyal

Sebagian besar reseptor sinyal merupakan protein membran plasma. Ligan-ligan milik reseptor semacam
ini larut dalam air dan umumnya terlalu besar untuk bisa secara bebas menembus membran plasma.
Akan tetapi, beberapa reseptor sinyal terletak di dalam sel seperti reseptor dalam membran sel dan
reseptor intraselular.

Reseptor dalam intraseluler

Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk mencapai reseptor ini pembawa
pesan kimiawi menembus membran plasma sel target. Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini
adalah hormon steroid dan tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.

Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada membran sel melainkan pada
sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma terlebih dahulu sebelum bertemu
dengan reseptor jenis ini (karena ukuran molekul kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid
sehingga terlarut dalam membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid
(testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.

Mekanisme jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon seluler) seperti
berikut:

· Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul relay (sebagian besar
merupakan protein).

· Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan (molekul sinyal bahkan tidak
pernah masuk sel).Sinyal direlay sepanjang suatu jalur, artinya informasi tertentu dilewatkan. Pada tiap
tahap sinyal ditransduksi menjadi bentuk berbeda yaitu berupa perubahan konformasi suatu protein
yang disebabkan oleh fosforilasi.

Fosforilasi protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam sel dan merupakan mekanisme
utama transduksi sinyal. Jalur pensinyalan bermula ketika molekul sinyal terikat pada reseptor eseptor ini
kemudian mengaktifkan satu molekul relai, yang mengaktifkan protein kinase 1. Protein kinase 1 aktif ini
mentransfer satu fosfat dari ATP ke molekul protein kinase 2 yang inaktif, sehingga akan mengaktifkan
kinase kedua ini. Akibatnya, protein kinase 2 yang aktif ini mengkatalisis fosforilasi (dan aktivasi) protein
kinase 3. Akhirnya protein kinase 3 aktif ini memfosforilasi protein yang menghasilkan respons akhir sel
atas sinyal tadi. Enzim fosfatase mengkatalisis pengeluaran gugus fosfat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Komunikasi sel adalah hubungan/interaksi antara satu sel dengan sel yang lain ataupun antara sel
dengan lingkungannya

2. Hubungan antar sel ada 3 yaitu gap junction, contact dependent signal, dan persinyalan sel
(persinyalan lokal dan persinyalan jarak jauh).

3. Reseptor sinyal merupakan molekul khusus pada permukaan sel target yang merespon sinyal dari
luar sel.

Anda mungkin juga menyukai