Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Fadylah Yanti

NIM : 70600118031

Sejarah mengatakan bahwa lebih dari seabad lalu kelompok pertama yang memiliki
semangat nasionalisme adalah dokter. Periode 1908, mahasiswa kedokteran yang waktu itu
bernama stovia menjadi cerminan kekuatan pergerakan mahasiswa di Indonesia. Mahasiswa
kedokteran berhasil menunjukkan jati diri sesungguhnya sebagai garda terdepan dan menjadi
ujung tombak perjuangan kemerdekaan untuk memperjuangkan Indonesia. Mereka tidak
hanya memikirkan cara agar gelar dokter bisa bertengger di belakang namanya, namun
mereka menjadi trigger analisis masalah bangsa, mulai dari masalah sosial, politik,
pendidikan hingga masalah kesehatan yang sejatinya merupakan ranah pemikiran mahasiswa
kedokteran.

Namun kita tidak sedang duduk pada tahun 1908 atau pada zaman ketika mahasiswa
kedokteran menjadi motor untuk pergerakan mahasiswa di Tanah Air. Apatis, egois,
eksklusif, individualis, study oriented, mungkin itulah paradigma dari mahasiswa fakultas
lain bahkan dari masyarakat terkait kondisi mahasiswa kedokteran saat ini. Mungkin sudah
jarang sekali mahasiswa kedokteran berdiskusi mengenai masalah kebangsaan terutama
dalam bidang kesehatan dan hanya berkutat pada diktat teoritis tanpa memperdulikan realitas
yang ada dalam masyarakat. Antusiasme mahasiswa kedokteran terhadap diskusi terbuka
mengenai kajian atau pembahasan yang mendalam mengenai kesehatan di Indonesia dan
problematikanya cenderung rendah. Kajian-kajian mengenai permasalahan kesehatan
masyarakat saat ini telah berubah menjadi kegiatan-kegiatan insidental yang menjadikan
organisasi mahasiswa hanya sebatas event organizer tanpa mengetahui manfaat dan dampak
yang bisa diberikan kepada lingkungan.

Menjadi mahasiswa kedokteran jangan hanya terjebak pada rutinitas sempit yang hanya
mempelajari segala sesuatu tentang penyakit sehingga akibatnya kewajiban untuk
menyehatkan rakyat indonesia hanya sekedar menganjurkan minum obat, vitamin, dan
sebagainya. Harus diingat bahwa selain melakukan intervensi fisik, dokter juga berperan
dalam intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. Perlu dicatat bahwa kelak dokter
tidak semata-mata hanya berkiprah sebagai sosok profesional yang hanya menjadi agen
pengobatan (agent of treatment) semata, namun juga sebagai pelaku pengubah (agent of
social change) dan pelaku signifikan dalam pembangunan (agent of development). Maka,
mengetahui permasalahan bangsa terutama mengenai kesehatan dan bergerak dalam rangka
mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik merupakan sesuatu yang harus dilakukan
mahasiswa kedokteran.

Apabila kita berbicara sudah sejauh mana peran yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran
dalam membantu memperbaiki atau meningkatkan kesehatan di Indonesia, maka coba kita
tanyakan terlebih dahulu sudah sejauh mana kita (mahasiswa kedokteran) mengerti tentang
berbagai permasalahan kesehatan di Indonesia. Tahukah kita mengenai sistem kesehatan
nasional saat ini? Tahukah kita mengapa penyakit infeksi tropis seperti TB, Malaria, dan
DBD masih mewabah setiap tahunnya padahal program eradikasi telah diterapkan pada
penyakit tersebut? Tahukah berapa anggaran yang disediakan oleh pemerintah di dalam
APBN untuk masalah kesehatan?

Mungkin mayoritas dari kita tidak mengetahui beberapa permasalahan kesehatan yang tadi
telah disebutkan dan menganggap ketidaktahuan itu adalah sesuatu yang biasa. Padahal
masalah kesehatan adalah masalah yang menjadi fokus pemikiran di dalam diri mahasiswa
kedokteran. Sudah seharusnya pertanyaan-pertanyaan tersebut berada pada tataran pengkajian
di dalam organisasi mahasiswa dan berupaya mencari solusi permasalahan dengan berbagai
tindakan yang nyata.Perlu disadari kembali bahwa sejatinya mahasiswa tanpa ada hak untuk
menolak telah dibebani tiga buah peran yakni sebagai agen perubahan (agent of change),
penjaga nilai (guardian of value), dan cadangan masa depan (iron stock). Sudah saatnya kini
mahasiswa kedokteran aktif berdiskusi mengenai kepentingan rakyat yang mungkin digerus
oleh kebijakan-kebijakan yang tidak menguntungkan. Sudah saatnya kita mengembalikan
peran lembaga mahasiswa kedokteran yang hanya sebagai event organizer menjadi basis
pembentukan karakter mahasiswa ideal. Sudah saatnya pula kita menghilangkan stigma
masyarakat tentang citra buruk mahasiswa kedokteran yang terlihat apatis, individualis,
pragmatis, dan oportunis. Mahasiswa kedokteran adalah pelaku sekaligus cadangan masa
depan dalam intervensi menyeluruh terhadap permasalahan kesehatan fisik-mental-sosial
bangsa.

Mahasiswa kedokteran harus sudah mulai membuka mata, hati, dan pikiran dalam diri agar
lebih mengenal kompetensi inti dan membangun kapasitas dalam berkontribusi serta
menjawab kebutuhan masyarakat. Tugas mahasiswa kedokteran tidak hanya berkutat dalam
ruang lingkup akademis saja, namun ada beban serta tanggungjawab moril yang lebih besar
dari itu. Permasalahan kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, ini
adalah hal yang harus kita hadapi dan menjadi fokus utama kita semua secara bersama,
terpadu dan terarah secara kolektif yang mengatasnamakan bangsa Indonesia.

Dengan kesadaran, semangat, serta kesungguhan dari dalam diri, diharapkan kelak kita akan
menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang sehat seutuhnya, menjadi bangsa yang sehat baik
dari segi fisik, mental, maupun sosial. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan renungan
untuk mengembalikan makna, fungsi, dan peran identitas mahasiswa khususnya mahasiswa
kedokteran untuk mengambil peran dalam berkontribusi dalam mewujudkan indonesia sehat.
Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!

Saya meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan sesuatu unik dan khas sebagai pemberi
warna dalam kehidupan. Dengan potensi dan anugerah tersebut kita diharapkan mampu
menebar kebaikan bagi sesama. Dan kembali kepada pernyataan di atas “sudah sukseskah
diriku?”, bagi saya sukses terbesar dalam hidup ini adalah ketika kita mampu memberi
kemanfaatan kepada orang lain dengan anugerah potensi yang telah diberikan kepada kita
sesuai dengan “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” dan
makna sukses ini akan selalu menjadi haluan hidup .

Saya ingin bergabung dengan TBM AN-NAFIS karena saya ingin menjadi mahasiswa
kedokteran yang benar benar berada di bidangnya. Yang belajar untuk akdemis dan bisa
membantu masyarak yang belum terlalu mengerti akan pentingnya soal kesehatan. Saya ingin
indonesia sehat dan bersih. Saya benar – bena inginr membantu orang orang awam yg akan
soal kesehatan. Memang penyakit pasti selalu ada tapi setidaknya kita bisa mengatasi /
mengurangi jumlah penderita di Indonesia. Saya tau saya masih mahasiswa tapi saya juga
selalu belajar untuk menjadi orang yang berguna dengan membantu orang. Insyaallah ketika
saya bergabung menjadi anggota TBM AN- NAFISsaya akan betul betul menjalankan tugas
dengan semestinya karena ada tanggung jawab yang saya pegang. Dan semua yang di
lakukan tidak boleh ada kata lelah, insyaallah semua berkah. Ayo kita wujudkan indonesia
sehat dan bersih. Ayolah kita mengurangi jumlah pendrita. Walaupun kita bukan dokter tapi
setidaknya kita mahasiwa kedokteran yang sedang belajar dan berjuang menjadi dokter.
Bisalah ini di anggap latihan seblum pra-koas dan dokter. Saya mau memdapatkan
pengalaman. Agar insyaallah ketika menjadi dokter sudah tidak cannggung dan tidak ada
malpraltek karena sering dilakukan dengan anggota tim batuan media AN- NAFIS.

Anda mungkin juga menyukai