Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PEMBAHASAN

Tabel X Distribusi Hasil Evaluasi Kegiatan Pendidikan Kesehatan Diare


Pada Balita Di RW 02 Kelurahan Grogol Kecamatam Limo Kota
Depok Tahun 2020 (n=25)

Kegiatan Pre Test Mean n Post Test Mean n

Baik 40 % 2,4 80% 5

Kurang
60% 2,16 20% 1
baik
Total 100% 4,56 25 100% 6 25
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Berdasarkan data tabel menunjukan bahwa terjadi peningkatan


pengetahuan setelah dilakukan pendidikan kesehatan maengenai diare pada balita
RW 02 Kelurahan Grogol untuk mengatasi diare pada balita dengan rata-rata
pretest 2,4 menjadi saat post test 5. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
perbedaan tingkat pengetahuan ibu dengan balita di RW 02 Kelurahan Grogol
antara sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mengenai diare.

Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses yang terjadi pada


dirimanusiauntukberubahkearahyanglebihbaikyangbertujuanuntuk meningkatkan
derajat kesehatan baik perorangan maupun masyarakat (Syafi`udin,,2018).
Pendidikan kesehatan adalah suatu komponen dari program kesehatan yang meliputi
rencana untuk mengubah perilaku, sikap dan tindakan serta meningkatkan pengetahuan
individu, kelompok maupun masyarakat yang bertujuan untuk membantu dalam
pengobatan (kuartif), rehebalitatif, preventif dan promotif (Hardita, Qur’aniati and
Kristiawati, 2014).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febrina (2012)
tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang diare
pada anak jalanan di semarang. Pendidikan kesehatan yang diberikan dengan hasil rata-
rata nilai saat pre-test adalah 10,85 dan nilai saat post-test adalah 16,10 mengalami
kenaikan yang signifikan.

Hambatan dalam melakukan implementasi saat penyuluhan kesehatan adalah


orang tua yang kurang focus saat diberikan pendidikan kesehatan karena anak yang
nangis, anak kecil yang berlarian dan ibu yang mengobrol. Kelebihan dari kegiatan ini
adalah ibu dapat menambah ilmu saat mengahadapi anak diare, ibu juga mengetahui cara
pencegahan, penyebab, serta tanda dan gejala saat anak diare. Solusi saat penyuluhan
kesehatan selanjutnya adalah untuk membuat suatu kelompok bermain untuk balita
seperti menggambar, diberikan boneka dan mainan agar anak lebih tenang dan sibuk
dengan kegiatannya sehingga ibu tidak terganggu konsentrasinya saat diberikan
penyuluhan kesehatan.

Tabel X Distribusi Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Aspek


Demonstrasi Pijat Bayi Masalah Diare Pada Balita Di RW 02
Kelurahan Grogol Kecamatam Limo Kota Depok Tahun 2020
(n=25)

Kegiatan Pre Test Mean n Post Test Mean n

Baik 52 % 1,72 84% 3,63

Kurang
48% 0,92 16% 0,48
baik
Total 100% 2,64 25 100% 6 25
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Berdasarkan data sebelum dilakukan demonstrasi kesehatan mengenai


pijat bayi pada ibu dengan balita di RW 02 Kelurahan Grogol menunjukan rata-
rata pengetahuan ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 52% dan
berpengetahuan kurang baik sebanyak 48 %. Kemudian dilakukan demonstrasi
dengan metode ceramah menggunakan peraga phantom bayi sebagai media untuk
mempergakan dan diberikan leaflet kepada ibu-ibu untuk lebih memahami
langkah-langkah yang harus dilakukan selama 20 menit, lalu dilakukan post-test
untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan ibu dengan balita di RW 02
Kelurahan Grogol di dapatkan hasil berpengetahuan baik 84% dan
berpengetahuan kurang baik sebnyak 16 %. Maka terdapat perbedaan atau
perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah di lakukan demonstrasi pijat
bayi dengan masalah diare.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian simanungkalit (2019) terdapat
perbedaan rata-rata antara frekuensi buang air besar pada balita dengan diare
sebelum diberikan baby massage dengan mean 2,00 dan standar deviasi 0,739 dan
sesudah diberikan baby massage dengan mean 4,42 dan standar deviasi 1,240.
Maka terdapat perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah di lakukan
massage.
Pemijatan pada bayi akan merangsang nervus vagus, dimana saraf ini akan
meningkatkan peristaltik usus sehingga pengosongan lambung meningkat dengan
demikian akan merangsang nafsu makan bayi untuk makan lebih lahap dalam
jumlah yang cukup. Selain itu nervus vagus juga dapat memacu produksi enzim
pencernaan sehingga penyerapan makanan maksimal. Disisi lain pijat juga dapat
memperlancar peredaran darah dan meningkatkan metabolisme sel, dari rangkaian
tersebut berat badan bayi akan meningkat.
Hambatan dalam melakukan implementasi dengan metode demonstrasi
adalah kurangnya konsentrasi ibu sehingga ibu tidak mendapat informasi secara
penuh atau langkah per langkah.Kelebihan di lakukannya demonstrasi ini adalah
ibu dapat melihat langsung peragaan pemijatan bayi yang tepat sehingga ibu dapat
mempraktikan dengan tepat kepada anak.
Tabel X Distribusi pengetahuan tentang ISPA dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan mengenai ISPA, demonstrasi Fisioterapi dada, dan
Batuk efektif dalam menangani masalah ISPA pada Balita Di RW
02 Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kota Depok Tahun 2020
(n=23)

Pengetahuan
Pre Test Mean n Post Test Mean n
ISPA
Baik 60,9% 6,5 91,3% 6,5
Kurang baik 39,1% 4,2 8,7% 2
Total 100% 1,61 23 100% 1,91 23
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Berdasarkan hasil data tabel X mengenai hasil pre test dari kegiatan
penyuluhan kesehatan mengenai ISPA yang dilakukan sebelum kegiatan pada
tanggal 6 februari2020 data dari total sampel (n = 23) didapatkan hasil sebesar
60,9% memiliki pengetahuan mengenai ISPA baik dan sebesar 39,1 % memiliki
pengetahuan mengenai ISPA kurang baik. Hasil post test didapatkan data dari
total sampel (n = 23) yang dilakukan setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan
kesehatan mengenai ISPA, didapatkan hasil sebesar 91,3 % memiliki pengetahuan
mengenai ISPA baik dan sebesar 8,7 % memiliki pengetahuan mengenai ISPA
kurang baik.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hardita, dkk. (2015) tentang Brainstroming dalam Pencegahan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Oleh Ibu dengan hasil hitung
menggunakan uji Wilchoxon signed rank test diketahui bahwa nilai p = 0,02 (p <
0,05), yang menunjukan bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan dalam
pencegahan ISPA. Upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu dengan balita
mengenai pengetahuan ISPA adalah dengan memberikan penyuluhan atau
pendidikan kesehatan.Peningkatan penegtahuan ISPA ini sangat dibutuhkan oleh
para ibu agar dapat memahami dalam penatalaksanaan dan pencegahan ISPA
(Fatmawati, 2017). Dalam penerapan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh
Fatmawati (2017), tentang Pengaruh Pendidikan Kesehtan Dengan Media Leaflet
Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan ISPA pada Balita di
Posyandu didapatkan hasil uji T test di dapatkan nilai p-value= 0,00 < 0,05
dengan selisih nilai mean -2.35. Hal ini menunjukkan ada pengaruh yang
signifikan antara pengetahuan responden sebelum dengan setelah diberikan
pendidikan kesehatan.

Kelebihan yang terdapat pada implementasi kegiatan penyuluhan


kesehatan mengenai ISPA adalah tersedianya alat-alat pendukung yang memadai
dalam mendukung implementasi kegiatan. Tersedianya alat-alat pendukung
berupa proyektor dan layar lebar membantu ibu-ibu yang memiliki balita untuk
memperhatikan dan memahami materi yang dipaparkan oleh tim penyuluh. Ibu
yang memiliki balita di RW 02 Kelurahan Grogol dapat hadir dalam kegiatan
penyuluhan kesehatan mengenai ISPA.Ibu dan balita antusias dalam menghadiri
dan mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai ISPA

Hambatan dalam melakukan implementasi kegiatan penyuluhan


kesehatan mengenai ISPA adalah tidak fokusnya perhatian pada ibu-ibu yang
memiliki balita pada penyuluhan yang dipaparkan karena terkadang anak balita
yang dibawa oleh ibu menangis, meminta ingin pulang, atau bahkan sang anak
berlali kesana kemari. Hal tersebut menjadi alasan mengapa ibu-ibu kurang
terfokus pada kegiatan penyuluhan yang dipaparkan. Selain itu hambatanm
dirasakan pada saat kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai ISPA berupa belum
terkoordinir dengan baik tugas-tugas dalam tim sehingga tampak ada sebagian
anggota tim yang masih belum memahami pembagian tugas saat dilakukannya
implementasi kegiatan.
Tabel X Distribusi Pengetahuan Tentang Pengetahuan Batuk Efektif &
Fisioterapi Dada Dalam Kegiatan Penyuluhan Kesehatan
Mengenai ISPA, Demonstrasi Fisioterapi Dada, Dan Batuk
Efektif Dalam Menangani Masalah ISPA Pada Balita Di RW 02
Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kota Depok Tahun 2020
(n=23)

Pengetahuan
Fisioterapi
Pre test Mean N Post test Mean n
dada dan
Batuk Efektif
Baik 91,3% 3,1 95,7% 3
Kurang baik 8,7% 2 4,3% 2
Total 100% 1,91 23 100% 1,96 23
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Berdasarkan hasil data table X mengenai hasil pre test dari kegiatan
penyuluhan kesehatan mengenai fisioterapi dada dan batuk efektif yang dilakukan
sebelum kegiatan pada tanggal 6 februari2020 data dari total sampel (n = 23)
didapatkan hasil sebesar 91,3 % memiliki pengetahuan mengenai fisioterapi dada
dan batuk efektif baik dan sebesar 8,7 % memiliki pengetahuan mengenai ISPA
kurang baik. Hasil post test didapatkan data dari total sampel (n = 23) yang
dilakukan setelah dilakukannya kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai
fisioterapi dada dan batuk efektif, didapatkan hasil sebesar 95,7 % memiliki
pengetahuan mengenai fisioterapi dada dan batuk efektif baik dan sebesar 4,3 %
memiliki pengetahuan mengenai ISPA kurang baik.

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Fauzi, dkk . (2014) tentang
Pengaruh batuk efektif dengan fisioterapi dada terhadap pengeluaran sputum pada
balita dengan hasil hitung menggunakan uji Wilchoxon signed rank test diketahui
bahwa nilai p = 0,003 (p < 0,05), yang menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan antara pemberian batuk efektif dan fisioterapi dada terhadap
pengeluaran sputum pada balita.Fisioterapi dada merupakan kelompok terapi yang
digunakan dengan kombinasi untuk memobilisasi sekresi pulmonar.Terapi ini
terdiri dari drainage postural, perkusi dada, dan vibrasi.Fisioterapi dada harus
diikuti dengan batuk produktif dan pengisapan pada klien yang mengalami
penurunan untuk batuk. (Potter dan Perry, 2006) Menurut Muttaqin (2008), tujuan
fisioterapi dada adalah membuang sekresi bronkial, memperbaiki ventilasi, dan
meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan. Dalam pemberian penerapan
pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh Ariasti (2014), tentang Pengaruh
Fisioterapi Dada Terhadap Kebersihan Jalan Napas Pada Pasien ISPA didapatkan
hasil ujiPaired t-testmenunjukan hasil t hitung sebesar -5,839 dengan p-value 0.00
< 0.05.. Hal ini menunjukkan ada pengaruh pemberian fisioterapi dada terhadap
kebersihan jalan napas pada pasien ISPA.

Kelebihan dari kegiatan demonstrasi fisioterapi dada dan batuk efektif ini
adalah antusias dari ibu dengan balita sudah cukup baik, terlihat ketika dilakukan
demonstrasi ibu dengan balita memperhatikan dengan seksama. Keadaan cukup
kondusif karena kelompok agregat balita menyediakan pojok bermain yang berisi
beberapa mainan dan kegiatan mewarnai bagi balita yg ikut serta sehingga
distraksi yang terjadi dapat terminimalisir.Ibu dan balita antusias dalam
menghadiri dan mengikuti kegiatan Demonstrasi Fisioterapi Dada dan Batuk
Efektif.Tersedianya alat-alat pendukung berupa alat peraga (phantom bayi dan
alat pendukung lainnya) membantu ibu-ibu yang memiliki balita untuk
memperhatikan dan memahami materi yang dipaparkan oleh tim penyuluh.

Hambatan dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu dengan balita baru


mengetahui tentang fisioterapi dada dan batuk efektif sehingga dalam
redemonstrasi ibu terlihat canggung dan terlihat kebingungan dalam melakukan
tahap langkah2 fisioterapi dada dan batuk efektif.
Tabel X Distribusi Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Aspek
Demostrasi Pembuatan Jahe Madu Masalah ISPA Pada Balita di
RW 02 Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kota Depok Tahun
2020 (n=16)

Kegiatan Pre-test Mean n Post-test Mean n


Baik 43.8% 7.42 7 100% 9.69 16
Kurang baik 56.2% 5.4 9 0% 0 0
Total 100% 6.31 16 100% 9.69 16
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Berdasaran data tabel X menunjukkan bahwa terjadi peningkatan


pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan pembuatan jahe madu untuk
mengatasi ISPA pada balita dengan rerata post test 7,42 menjadi 9,69. Hal
membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan Ibu dengan Balita di
RW 02 Kelurahan Grogol antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
Madu Jahe. Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi
kesehatan. Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan mampu
meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui (mekanisme penyuluhan,
penyampaian informasi dan demonstrasi penyuluhan).Pendidikan kesehatan
diharapkan mampu meningkatkan sikap dan perilaku kesehatan.Media yang
digunakan dalam pendidikan kesehatan pembuatan minuman madu jahe berupa
power point, proyektor dan leaflet.Suasana dalam penyuluhan kesehatan
pembuatan minuman madu jahe kondusif dan ibu antusias mendengarkan materi
yang disampaikan.
Jahe merupakan salah satu obat herbal yang efektif mengatasi batuk
karena mengandung minyak atsirih yang merupakan zat aktif, komponen utama
berupa senyawa zingiberen dan zingiberol yang mempunyai efek antiseptic,
antioksidan, dan mempunyai aktifitas terhadap bakteri dan jamur yang digunakan
sebagai peluruh dahak atau obat batuk. Sedangkan madu mengandung antibiotic
yang berfungsi meredakan batuk dan Vitamin C yang berfungsi mengatasi batuk,
tanpa menimbulkan efek samping. Madu yang ditambahkan rebusan jahe akan
menambah citarasa dibandingkan dengan hanya rebusan jahe itu sendiri, sehingga
kombinasi minuman jahe madu efektif untuk menurunkan keparahan batuk tanpa
menimbulkan efek samping (Qomariah dkk, 2018 dalam Wardani, 2019).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulfina
(2015) tentang efektifitas pemberian minuman jahe terhadap penurunan keparahan
batuk pada anak dengan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Lima Puluh
Pekanbaru.Minuman jahe madu diberikan 2 kali dalam 1 hari selama 5 hari
kepada responden.Jahe yang mengandung minyak atsiri berkisar 3% merupakan
sebuah zat aktif yang dapat mengobati batuk.
Hambatan dalam melakukan implementasi dengan metode demonstrasi
yaitu beberapa balita mulai rewel karena sudah mulai tidak nyaman sehingga
konsentrasi Ibu teralihkan.Sehingga kami membuat pojok bermain sebagai
metode untuk mengurangi distraksi pada ibu.

Tabel X Distribusi Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Aspek


Demostrasi Kompres Hangat Masalah ISPA Pada Balita di RW 02
Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kota Depok Tahun 2020
(n=16)

Kegiatan Pre-test Mean n Post-test Mean n


Baik 62.5% 7,50 10 100% 9,81 16
Kurang baik 37.5% 5,66 6 0% 0 0
Total 100% 6,81 16 100% 9,81 16
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Berdasaran data tabel X menunjukkan bahwa terjadi peningkatan


pengetahuan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan kompres hangat untuk
mengatasi demam pada balita dengan rerata post testdari 7,50 menjadi 9,81. Hal
membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengetahuan Ibu dengan Balita di
RW 02 Kelurahan Grogol antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
kompres hangat. Pendidikan kesehatan adalah upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat, sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi
kesehatan. Hasil yang diharapkan dari pendidikan kesehatan mampu
meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui (mekanisme penyuluhan,
penyampaian informasi dan demonstrasi penyuluhan).Pendidikan kesehatan
diharapkan mampu meningkatkan sikap dan perilaku kesehatan.Media yang
digunakan dalam pendidikan kesehatan pembuatan minuman madu jahe berupa
power point, proyektor dan leaflet.Suasana dalam penyuluhan kesehatan
pembuatan minuman madu jahe kondusif dan ibu antusias mendengarkan materi
yang disampaikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Suntari,
dkk (2019) yang berjudul pengaturam suhu tubuh dengan metode kompres hangat
pada balita demam didapatkan hasil kompres hangat memberikan penurunan suhu
tubuh sebesar 0.54C, rata-rata suhu 30 menit setelah tindakan akan menjadi turun,
hasil uji statistic yaitu nilai signifikan p=0,000 yang berarti p<o,o5 maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres hangat terbukti dapat
menurunkan demam pada balita. Jadi dengan memberikan kompres pada balita
atau anak-anak yang mengalami demam dapat dilakukan tindakan kompres
hangat.
Kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui evaporasi. Dengan
kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh diluar akan hangat sehingga tubuh
akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhiryna tubuh akan
menurunkan control pengatur suhu, dengan suhu diluar hangat akan membuat
pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori-
pori kuliat akan membuka dan mempermudah pengeluaran panas sehingga akan
menurunkan suhu tubuh (Dewi, 2016).
Hambatan dalam melakukan implementasi dengan metode demonstrasi
yaitu beberapa balita mulai rewel karena sudah mulai tidak nyaman sehingga
konsentrasi Ibu teralihkan.Sehingga kami membuat pojok bermain sebagai
metode untuk mengurangi distraksi pada ibu.
Tabel X Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Aspek Pengetahuan
Tentang Diare Pada Ibu Yang Memiliki Balita di RW 02 Kelurahan
Grogol Tahun 2020 (n=16)

Kegiatan Pre-test Mean n Post-test Mean n


Baik 75 % 9,16 12 81,2 % 10 13
Kurang 25 % 7,75 4 18,8 % 9 3
Total 100 % 16 100 % 16
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Tabel X menunjukan bahwa komunitas ibu yang memiliki anak balita di


RW 02 sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang diare dengan tingkat
pengetahuan responden yang berpengetahuan baik adalah 75 %.Sedangkan
responden yang berpengetahuan kurang adalah 25 %.Setelah dilakuakn
penyuluhan kesehatan tentang diare menunjukkan rata-rata pengetahuan
responden yang berpengetahuan baik yaitu 63.6 %.Sedangkan responden yang
berpengetahuan kurang yaitu 36.6 %.

Menurut Notoatmodjo (2012) bahwa pendidikan kesehatan dapat


mengubah pengetahuan seseorang, masyarakat dalam pengambilan tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang ada
dikota Yogjakarta oleh Suyanto tahun 2013, yang menyatakan bahwa ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu yang memiliki
balita setelah diberikan intervensi dalam hal ini pendidikan kesehatan, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu
yang memiliki balita tentang peyakit diare.

Metode yang digunakan adalah metode ceramah,tanya jawab serta


demonstrasi diare.Media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu,
laptop, infocus serta leaflet.Dari hasil pendidikan kesehatan menghasilkan
pengetahuan ibu yang memiliki balita cenderung meningkat. Hal ini sejalan
dengan Penelitian yang dilakukan oleh Yunita (2016) tentang efektifitas
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan ibu
dalam penanganan diare balita di sekitar UPT TPA Cipayung, Depok menyatakan
bahwa nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum dilakukan penyuluhan
17,13 dan sesudah dilakukan penyuluhan nilai rata-rata responden meningkat
menjadi 24.33 berdarkan hasil Paired Sample t-test dengan tingkat kesalahan α
0,05 diperoleh hasil yang signifikan yaitu (p=0,000) yang berarti p-value< 0,05.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Budiyanto (2016) penelitian dengan menggunakan media promosi kesehatan yaitu
leaflet, menyatakan bahwa media leaflet mempunyai pengaruh dalam
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mencuci tangan dengan sabun,
berdasarkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan Uji t-test maka dinyatakan
ada perbedaan pengetahuan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan menggunakan media leaflet (t-hit 8, 172 > t-tabel 2,120)
dengan skor pengetahuan awal 77,65 menjadi 91,76.
Namun selain metode dan media yang digunakan dalam pendidikan
kesehatan, karakteristik masyarakat juga mempengaruhi pengetahuan
masyarakatnya.Sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang diare
pengetahuan ibu dengan balita kurang baik.Namun karena antusias dan rasa ingin
tahu ibu terhadap diare untuk penanganan diare pada balita, tingkat pengetahuan
ibu dengan balita setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang diare
meningkat.Hambatan dalam melakukan implementasi yaitu metode ceramah yang
digunakan menyebabkan beberapa ibu yang memiliki balita tampak bosan dan
mulai mengantuk sehingga kurang efektif dan beberapa balita cukup rewel karena
waktu pendidikan kesehatan saat jam mereka tidur siang.
Tabel X Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Aspek Demonstrasi
Pembuatan Larutan Gula Garam Pada Ibu YangMemiliki Balita di
RW 02 Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kota Depok Tahun
2020 (n= 16)

Kegiatan Pre-test Mean n Post-test Mean n


Baik 62,5 % 9,1 10 68,75 % 10 11
Kurang 37,5 % 7,66 6 31,25 % 9 5
Total 100 % 16 100 % 16
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Hasil pre-test sebelum dilakukan demostrasi pembuatan larutan gula


garam pada ibu dengan balita menunjukkan rata-rata pengetahuan responden yang
berpengetahuan baik adalah 10 orang (62,5%). Sedangkan responden yang
berpengetahuan kurang adalah 6 orang (37,5%). Kemudian setelah dilakukan
demonstrasi dengan metode ceramah dan menggunakan media alat dan bahan
(gula, garam, air hangat, sendok, gelas) selama 30 menit, dilakukan post-test
untuk mengetahui adanya peningkatan pengetahuan responden. Hasil post-test
menunjukkan responden yang berpengetahuan baik adalah 11 orang (68,75%).
Sedangkan responden yang berpengetahuan kurang adalah 5 orang (31,25%).
Perilaku merupakan domain dari pengetahuan atau kognitif (Notoatmodjo, 2012).
Ini bisa dilihat dari hasil demonstrasi yang mempengaruhi psikomotor dari
prosentase 62,5 % menjadi 68,75 %.
Tabel X Hasil Evaluasi Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Aspek Demonstrasi
Cuci Tangan Pada Ibu Yang Memiliki Balita di RW 02 Kelurahan
Grogol Kecamatan Limo Kota Depok Tahun 2020(n= 16)

Kegiatan Pre-test Mean n Post-test Mean n


Baik 62,5 % 9,1 10 68,75 % 10 11
Kurang 37,5 % 7,66 6 31,25 % 9 5
Total 100 % 16 100 % 16
Sumber : Data hasil survei mahasiswa Profesi Ners UPNVJ, 2020

Hasil pre-test sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan tentang cuci


tangan pada ibu dengan balita menunjukkan rata-rata pengetahuan responden
yang berpengetahuan baik adalah 10 orang (62,5%). Sedangkan responden yang
berpengetahuan kurang adalah 6 orang (37,5%). Kemudian setelah dilakukan
demonstrasi cuci tangan selama 15 menit, dilakukan post-test untuk mengetahui
adanya peningkatan pengetahuan responden. Hasil post-test menunjukkan
responden yang berpengetahuan baik adalah 11 orang (68,75%). Sedangkan
responden yang berpengetahuan kurang adalah 5 orang (31,25%).

Sesuai dengan pengertian tentang pengetahuan menurut (Notoatmodjo,


2012) dengan melakukan penginderaan berupa penyuluhan kesehatan dengan
metode ceramah dan media leaflet terhadap ibu yang memiliki balita, ibu menjadi
tahu tentang pencegahan diare dengan cuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, M. 2016. Efektiviatas Pemanfaatan Media Leaflet Dalam


Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Mencuci Tangan Dengan
Sabun, Malang (Online)

Yunita, L. 2016. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Dengan Metode Ceramah


Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Dalam Penanganan Diare Balita
Di Sekitar UPT TPA Cipayung, Depok (Online)

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian

Lubis, Z. 2013. PengaruhPenyuluhan Dengan Metode Ceramah dan Diskusi


Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Anak Tentang
PHBS Di Sekolah Dasar Negeri 065014 Kelurahan Namogajah
Kecamatan Medan Tuntungan (Online)

Suyanto.(2013). Pengaruh pendidikan kesehatan tentang diare terhadap


pengetahuan dan sikap ibu balita dalam pencegahan diare di
pracimantoro kabupaten wonogiri.STIKES Surya Global.

Anda mungkin juga menyukai