Anda di halaman 1dari 21

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi


Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke
sklera di limbus, lekuk melingkar pda persambungan ini disebut sulkus
skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah,
sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel
(yang bersambung dengan lapisan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan
bowman, stroma, membran descement, dan lapisan endotel.1
Epitel:1
 Tebalnya 50µm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih: satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke
depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel
gepeng, sel basa berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel
poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden, ikatan ini
menghambat pengaliran air, elekteolit, dan glukosa yang merupakan
barrier.
 Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya.
Bila terjadi gangguan akan menyebabkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ektoderm permukaan.

Membran Bowman:1
 Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
 Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

8
9

Stroma:1
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen ini
memakan waktu lama kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan
sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen
stroma. Diduga kertosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam
perkembangan emrio atau sesudah trauma.

Membrana Descement:1
Merupakan membran aselular dan batas belakang stroma kornea dihasilkan
sel endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan
berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40µm.

Endotel:1
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, besar 20-
40µm. Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom
dan zonula okluden. Terdiri dari sel yang tidak mengalami regenerasi yang
secara aktif memompa ion dan air dari stroma untuk mengontrol hidrasi dan
transparansi kornea.

Perbedaan antara kapasitas regenerasi epitel dan endotel penting.


Kerusakan lapisan epitel, misalnya karena abrasi, dengan cepat diperbaiki.
Endotel yang rusak karena penyakit atau pembedahan misalnya, tidak dapat
beregenerasi. Hilangnya fungsi sawar dan pompa menyebabkan hidarasi
berlebihan, distorsi bentuk regular serat kolagen, dan keruhnya kornea.1,2
1
0

Gambar Lapisan Kornea

Gambar 4. Lapisan kornea

2.2. Definisi
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea, diskontinuitas jaringan kornea
yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.2
Ulkus kornea e.c jamur adalah ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur,
biasanya karena trauma dengan tumbuh-tumbuhan, tanah, atau karena
pemakaian kortikosteroid sembarangan yang menurunkan resistensi epitel
kornea.2,3
1
1

2.3. Klasifikasi
Berdasarkan organisme penyebabnya, ulkus kornea dapat digolongkan
menjadi:3
1. Ulkus Kornea Bakteri
Ulkus kornea bakteri adalah keadaan patologik kornea yang ditandai
oleh infiltrat supuratif disertai defek epitel kornea yang bergaung. Ulkus
kornea bakteri memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah
perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi,
endolftalmitis dan kebutaan.

Gambaran ulkus dapat membantu untuk menentukan kausa penyebab


ulkus kornea, antara lain:2,3
1. Ulkus stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang berwarna putih kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat di bawah defek epitel. Apabila
tidak diobati secara adequat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion
tukak seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Ulkus
kornea marginal biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas terhadap stafilokokus aureus.
2. Ulkus pseudomonas
Gambaran ulkus biasanya dimulai dengan ulkus kecil di bagian
sentral kornea dengan infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema
epiteldan stroma. Ulkus kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam
serta menimbulkan perforasi kornea. Ulkus mengeluarkan discharge
kental berwarna kuning kehijauan.
Penatalaksanaan ulkus kornea bakteri menggunakan antibiotik.
Keputusan pemberian antibiotik awal harus didasarkan pada :3
1. Gambaran klinik berat ringannya ulkus kornea bakteri pada
pemeriksaan awal
2. Enterpretasi dari hasil pulasan gram
1
2

3. Efektivitas dan keamanan antibiotik


Pada kasus ulkus kornea bakteri terdapat 2 prinsip terapi antibiotik
yaitu :4
1. Kombinasi antibiotik berspektrum luas, fortified secara intensif tanpa
memperhatikan kasil pulasan (shoot gun therapy)
2. Antibiotik tunggal spesifik berpedoman pada hasil pemeriksaan
mikrobiologi. Cara ini diindikasikan untuk ulkus kornea bakteri ringan
dan pemeriksaan pulasan gram hanya ditemukan satu jenis bakteri.
Pengobatan awal dinilai setelah 24-48 jam.

Tabel 1. Evaluasi klinis pengobatan ulkus kornea bakteri

Tanda Perbaikan Perburukan


Ukuran defek epitel Tidak Meluas
berubah/mengecil

Infiltrasi stroma Menurun Meningkat


- batas
Lebih jelas Kurang jelas
- dalam
- ukuran Tidak berubah Lebih dalam

Reaksi sel darah putih pada Tidak Lebih luas


stroma berubah/mengecil Meningkat

Reaksi pada bilik mata Menurun/terlokalisasi Meningkat


depan

Terapi awal dilanjutkan jika respon klinik terhadap pengobatan


membaik walaupun pada hasil uji resistensi menunjukkan bakteri resisten.
Untuk merubah pengobatan awal perlu dipertimbangkan respon klinik
terhadap pengobatan awal, hasil kultur, dan hasil uji resistensi. Jenis
1
3

antibiotik dapat diubah jika secara klinis terjadi perburukan dan hasil uji
resistensi menunjukkan organisme resisten.5
Obat-obatan penunjang :
1. Sikloplegi
2. Kortikosteroid
3. Inhibitor enzim
4. Lensa kontak lunak
5. Antioksidan
Tidak terdapat kesepakatan waktu dihentikannya atau dikuranginya
pemberian antibiotik pada ulkus kornea bakteri. Keberhasilan eradikasi
kuman tergantung pada jenis bakteri, lamanya infeksi, beratnya supurasi
dan faktor-faktor lain. 4
Tanda yang memperlihatkan perbaikan adalah :5
1. Reepitelisasi
2. Infiltrat seluler yang berkurang
3. Stroma supurasi menjadi kasa
4. Edema pada perbatasan antara ulkus dengan stroma berkurang

Gambar 5. Ulkus kornea karena bakteri

2. Ulkus Kornea Jamur


Ulkus kornea akibat jamur dapat digolongkan menjadi:4
1. Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dengan
cabang-cabang hifa.
1
4

a. Jamur bersepta : Fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus


sp, Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp,
Phialophora sp, Curvularia sp, Altenaria sp.
b. Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
2. Jamur ragi (yeast)
Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
3. Jamur difasik
Pada jaringan hidup membentuk ragi, sedangkan pada media
perbiakan membentuk misellium : Blastomices sp, Coccididies sp,
Histoplasma sp, Sporothrix sp.
Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah
Aspergllus sp dan Fusarium sp.

Untuk menegakkan diagnosis klinik pada jamur dapat dipakai pedoman


berikut :6
1. Riwayat trauma terutama tumbuhan, tanah, dan pemakaian streoid
topikal lama.
2. Kurang nyeri dibandingkan dengan ulkus bakteri
3. Ulkus luas, tepi ulkus sedikit menonjol, kering dan irregular, putih
abu-abu, atau coklat sesuai koloni jamur. Tonjolan seperti hifa di
bawah endotel utuh.
4. Lesi satelit
5. Plak endotel
6. Hipopion, kadang-kadang rekuren
7. Formasi cincin sekeliling ulkus
8. Lesi kornea yang indolen
Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang
memproduksi mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga
terjadi nekrosis kornea dan reaksi radang yang cukup berat.6
1
5

Diagnosis Laboratorium :6
1. Melakukan pemeriksaan kerokan kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan
spatula kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop.
Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta
India, dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%, 50-60%,
60-75% dan 80%.
2. Biopsi Jaringan kornea
Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.
3. Nomarski differential interference contrast microscope
Untuk melihat morfologi jamur dari kerokan kornea (metode
Nomarski).

Penatalaksanaan ulkus kornea akibat jamur, sebagai berikut:7,8


1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya : berikan topikal
Amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin >
10 mg/ml, golongan Imidazole.
2. Jenis jamur telah diidentifikasi
a. Jamur berfilamen : topikal Amphotericin B, Thiomerosal,
Natamycin, Imidazle.
b. Ragi (yeast) : Amphotericin B, Natamycin, Imidazole
c. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati
: Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha
terakhir. Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi
awal. Diberikan juga obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia
posterior untuk mengurangi uveitis anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :8


1. Debridement
2. Flap konjungtiva, partial atau total
1
6

3. Keratoplasti tembus
- Penyembuhan lama dan anti jamur topikal masih diperlukan paling
kurang 3 minggu setelah epitelisasi sempurna terjadi
- Penanganan yang tidak akurat sering terjadi perforasi kornea dan
diakhiri dengan eviserasi.
Gambar 6. Ulkus kornea katrena fungi

3. Ulkus Kornea Viral5


 Dapat karena toksik dari antiviral topikal sendiri atau karena
pemakaian antiviral dihentikan dan diberikan kortikosteroid
 Dapat terjadi Endoteliosis, uveitis, dan retinitis, yang memerlukan
antiviral sistemik
 Sensibilitas kornea menurun, dapat terjadi Neurotropik Ulcer
Gambar 7. Ulkus kornea karena viral

2.4. Etiologi dan Faktor Resiko


Berikut merupakan jamur yang dapat menginfeksi pada ulkus kornea:7
1. Jamur berfilamen (filamentous fungi): bersifat multiseluler dengan
cabang-cabang hifa.
1
7

2. Jamur bersepta: fusarium sp, Acremonium sp, Aspergilus sp,


Clodosporium sp, Penicillium sp, Paecilomyces sp, phialophora sp,
Curvularia sp, Altenaria sp.
3. Jamur tidak bersepta: Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
4. Jamur ragi (yeas)
Jamur uniselular dengan pseudohifa dan tunas : candida albicans,
Cryptococcus sp, Rodotolura sp.
5. Jamur difasik
Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang pada media perbiakan
membentuk miselium : Blastomices sp, Coccidididies sp, Histoplasma
sp, Sporothrix sp.
Tampaknya di Asia Tenggara penyebabnya yang terbanyak adalah
Aspergllus sp dan fusarium sp.

Faktor resiko terjadinya ulkus kornea dapat dibedakan atas dua, yaitu :
7

1. Faktor Okular
a. Trauma
Trauma akibat tumbuh-tumbuhan, trauma kimia dan panas, Iatrogenic
trauma ocular, seperti Keratoplasty dan Keratorefractive surgery.
b. Abnormalitas pada permukaan mata
Misdirection of lashes, Incomplete lid closure
c. Infeksi pada adneksa
Blepharitis, Meibomitis, Dry Eye, Dacryocystitis
d. Nutrisi
Defisiensi vitamin A
e. Lensa kontak
Kebersihan lensa kontak, penggunaan solusi yang terkontaminasi
f. Compromised cornea

2. Faktor Sistemik
1
8

Diabetes mellitus, Stevens-Johnson Syndrome, Blepharoconjunctivitis,


Infeksi Gonococcal dengan konjungtivitis, Immunocompromised status.7

2.5 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk
dan kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di
retina. Oleh karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat
menimbulkan gangguan penglihatan.8
Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses
infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian.
Badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma
kornea, segera bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi
pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi
perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma,
leukosit polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat,
yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak
jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan
timbullah ulkus kornea.7,8

2.6 Manifestasi Klinis


Pada pasien dengan ulkus kornea karena jamur, biasanya terdapat
riwayat trauma mata saat beraktivitas di luar/lapangan. Selain itu juga perlu
diketahui faktor risiko yang dimiliki, seperti:8
- Trauma (misalnya, lensa kontak, benda asing); dalam sebuah studi tentang
keratitis jamur dari Florida Selatan, trauma dengan terhadap sayuran
(tumbuhan) adalah faktor risiko utama pada 44% pasien.
- Penggunaan kortikostreroid topical.
- Operasi kornea seperti keratoplasti, operasi katarak kornea bersih (tanpa
benang), atau laser in situ keratomileusis (LASIK).
1
9

- Keratitis kronis karena herpes simpleks, herpes zoster, atau konjungtivitis


vernal.
- Laki-laki muda.
- Sehat.
- Tidak memiliki penyakit mata yang signifikan.
- Riwayat trauma sebelumnya (terutama karena tumbuhan)
- Pekerjaan pertanian.

Gejala-gejala yang muncul meliputi:9


- Sensasi Benda asing
- Meningkatknya rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada mata
- Pandangan mendadak kabur
- Mata menjadi merah (kemerahan yang tidak biasa)
- Kerusakan yang luas dan keluarnya cairan dari mata
- Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya

Untuk menegakkan diagnosis klinik didasarkan pada analisis factor


risiko dan karakteristik tampilan kornea. Tanda-tanda yang paling sering
ditemukan pada pemeriksan slitlamp tidak spesifik dan meliputi:9
- injeksi konjungtiva
- defek pada epitel
- infiltrasi pada stroma
- hipopion

Tampilan klinis yang spesifik pada keratitis jamur meliputi suatu infiltrat
dengan tepi berbulu, tepi yang meninggi, tekstur yang kasar, pigmentasi
putih-keabu-abuan, lesi satelit, hipopion, plak endotel, dan tampilan cincin
putih pada kornea dan lesi satelit pada tepi focus primer infeksi.9
Reaksi di atas timbul akibat investasi jamur pada kornea yang
memproduksi mikotoksin, enzim-enzim serta antigen jamur sehingga terjadi
nekrosis kornea dan reaksi radang yang cukup berat.8
2
0

2.7 Diagnosis
Diagnosis dari ulkus kornea ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan laboratorium.8,9
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma, benda asing dan
abrasi pada kornea, riwayat pernah terkena kerattis yang berulang,
pemakaian lensa kontak, serta kortikosteroid yang merupakan presdiposisi
infeksi virus dan jamur, dan juga gejala klinis yang ada.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
Untuk memeriksa ulkus kornea diperlukan slit lamp atau kaca
pembesar dan pencahayaan terang. Harus diperhatikan pantulan cahaya
saat menggerakkan cahya di atas kornea, daerah yang kasar menandakan
defek pada epitel.
Cara lain untuk melihat ulkus adalah dengan tes fluoresein. Pada tes
fluoresein defek epitel ditandai dengan adanya daerah yang berwarna hijau.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosa kausa dan juga
penting untuk pemilihan terapi yang tepat dengan hasil kultur kerokan.
a. Melakukan pemeriksaan kerokan kornea
Pemeriksaan kerokan kornea sebaiknya dengan menggunakan
spatula kimura yaitu dari dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop.
Dapat dilakukan pewarnaan KOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta
India, dengan angka keberhasilan masing-masing 20-30%,50-60%,60-
75% dan 80%.
b. Biopsi Jaringan kornea
Diwarnai dengan Periodic acid schiff atau Methenamine Silver.

2.8 Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan jamur pada kornea pengobatan didasarkan pada
jenis dari jamur.10
2
1

1. Belum diidentifikasi jenis jamur penyebabnya


Berikan topikal amphotericin B 0,25 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml,
Natamycin > 10 mg / ml, golongan imidazole.
2. Jamur berflamen
topikal Amphotericin B, Thiomerosal, Natamycin, imidazle.
3. Ragi (yeast)
Amphotericin B, Natamycin, imidazole
4. Golongan Actinomyces yang sebenarnya bukan jamur sejati
Golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.
Pemberian Amphotericin B subkonjungtival hanya untuk usaha terakhir.
Steroid topikal adalah kontraindikasi, terutama pada saat terapi awal.
Diberikan juga obat siklopegik (atropin) guna mencegah sinekia posterior
untuk mengurangi uveitis anterior.

Terapi bedah dilakukan membantu medikamentosa yaitu :11


a. Debridement
b. Flap konjungtiva, partial atau total
c. Keratoplasti tembus

1.9 Diagnosis Banding


Diagnosis banding untuk mata merah disertai penurunan visus, sebagai
berikut:
1. Ulkus Kornea6,7
Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam.
Ulkus yang kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih
kembali. Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan
menimbulkan sikatriks kornea.
Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi
siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat. Pada kasus yang
lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.
a. Ulkus Kornea oleh Bakteri6
2
2

Streptokokus
Gambaran tukak kornea khas, tukak yang menjalar dari tepi ke arah
tengah kornea (serpinginous). Tukak berwarna kuning keabu-abuan
berbentuk cakram. Tukak cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan
perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh Streptokokus
Pneumonia.
Stafilokokus
Pada awalnya berupa tukak yang berwarna putih kekuningan disertai
infiltrat secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema
stroma dan infiltrasi sel lekosit. Walaupun terdapat hipopion tukak
seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal. Tukak kornea marginal
biasanya bebas kuman dan disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas
terhadap Stafilokokus Aureus.
Pseudomonas
Biasanya dimulai dengan tukak kecil di bagian sentral kornea dengan
infiltrat berwarna keabu-abuan disertai edema epitel dan stroma. Trauma
kecil ini dengan cepat melebar dan mendalam serta menimbulkan perforasi
kornea. Tukak mengeluarkan discharge kental berwarna kuning kehijauan.

b. Ulkus Kornea oleh Virus


Tukak kornea oleh virus herpes simpleks cukup sering dijumpai.
Bentuk khas dendrit dapat diikuiti oleh vesikel-vesikel kecil di lapisan
epitel yang bila pecah akan menimbulkan tukak. Tukak dapat juga terjadi
pada bentuk diiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.7

2. Keratitis
Keratitis merupakan infeksi atau peradangan pada kornea tanpa adanya
kematian jaringan. Keratitis biasanya diklasifikasikan menurut lapisan
kornea yang terkena, keratitis superfisial apabila mengenai lapisan epitel
atau lapisan Bowman dan keratitis profunda atau interstitial yang
mengenai lapisan stroma.12
2
3

Adanya trauma dapat menyebabkan kerusakakan epitel kornea dan


terdapat invasi mikroorganisme. Karena kornea avascular, maka
pertahanan pada waktu peradangan tak langsung dating sehingga badan
kornea, wandering cells dan sel lain yang terdapat dalam stroma kornea
segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian disusul oleh dilatasi
pembuluh darah yang terdapat pada limbus dan tampak seperti injeksi
perikornea sehingga awalnya dapat terjadi peradangan atau infeksi tanpa
adanya kematian jaringan kornea.2,12
Gejala pada keradangan kornea yaitu visus menurun, mata merah,
fotofobia, nyeri, terdapat hiperemi perikornea, dan vasodilatasi iris. Hasil
tes fluorescein memberikan hasil negative. Terapi keratitis didasarkan pada
penyebab.2
3. Erosi kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkeluoasnya epitel terluar/
superfisial kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel
kornea. Erosi dapat terjadi pada tanpa cedera pada membrane basal. Gejala
pasien meerasa sakit sekali akibat erosi yang merusak kornea yang
mempunyai serat sensible yang banyak, mata berair, dengan
blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan terganggu oleh
karena media kornea yang keruh. Pada erosi kornea, didapatkan tes
flouresein positif yaitu defek kornea akan berwarna hijau. Untuk
menghilangkan rasa sakit dapat diberikan anestesi topical. Untuk
menghindari infeksi bakteri dapat diberikan antibiotic. Dapat diberikan
bebat tekan selama 48 jam. Untuk erosi kecil biasanya akan tertutup
kembali setelah 48 jam dan dapat sembuh tanpa meninggalkan jaringan
parut.2,12
4. Uveitis
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek
langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen
dari luar atau antigen dari dalam. Radang iris dan badan siliar
menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi
2
4

peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos yang
tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebi jelas
bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler. Fibrin
dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru
mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada
permukaan lensa (sinekia posterior).4,12
5. Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya akibat
infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Pasien biasanya
mengeluhan nyeri dan mata merah. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata
dan struktur di dalam nya. Peradangan supuratif di dalam bola mata akan
memberikan abses di dalam badan kaca. Penyebab endoftalmitis supuratif adalah
kuman dan jamur yang masuk bersama trauma tembus (eksogen) atau sistemik
melalui peredaran darah (endogen).4,12

1.10 Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi
kepada ahli mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak
kecil pada kornea dapat mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek
yang sangat buruk bagi mata.
- Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam
mata
- Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa
menutup sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan
basah
- Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan
merawat lensa tersebut.

2.11 Komplikasi
Pengobatan ulkus yang tidak adekuat dan terlambat dapat menimbulkan
komplikasi yaitu :14
2
5

1. Terbentuk jaringan parut kornea sehingga dapat menurunan visus mata


2. Perforasi kornea
3. Iritis dan ridosiklitis
4. Descematokel
5. Glaukoma sekunder
6. Endoftalmitis atau panoftalmitis
7. Katarak

2.12 Prognosis
Dengan penanganan sedini mungkin, infeksi pada kornea dapat sembuh,
tanpa harus terjadi ulkus. Bila ulkus kornea tidak diterapi, dapat merusak
kornea secara permanen. Dan juga dapat mengakibatkan perforasi dari
interior mata, sehingga menimbulkan penyebaran infeksi dan meningkatkan
resiko kehilangan penglihatan yang permanen. Semakin telat pengobatan
ulkus kornea, akan menimbulkan kerusakan yang banyak dan timbul jaringan
parut yang luas.14
DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, et al. Kornea dalam Oftalmologi Umum. Jakarta: Widia


Medika, 2000, hal. 129-40.
2. Ilyas, Sidarta. Ulkus kornea dalam Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2006. Hal. 159-67.
3. James, Bruce., Chew, Chris., Bron Anthony. Lecture Notes Oftamologi.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006. hal. 5.
4. Wijaya, Nana. 1993. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal
5. American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. San
Francisco. 2008.
6. Ross, Michael. 2019. Fungal Keratitis. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com 19 Oktober 2019.
7. Ulkus Kornea. Diunduh dari : www.razimaulana.files.wordpress.com.
Diakses tanggal 19 Oktober 2019.
8. Sharma, Namrata. Corneal Ulcers Diagnosis and Management. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers. 2008. Hal 8-10
9. Garg, Prashant, G. Rao. Corneal Ulcers: Diagnosis and Management.
Community Eye Health. 12 (30). Hal 21-23
10. Farida, Yusi. 2015. Corneal Ulcer Treatment. Diakses dari:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/511
/512, 20 Oktober 2019.
11. Council of Medical Schemes. Corneal Ulcers. Council of Medical
Schemes Script. 2017. Hal 1-3
12. American Academy of Ophtalmology. Managing the Red Eye. San
Fransisco. 2009. Hal 24-33
13. Witcher, John et al. Prevention of Corneal Ulceration in Developing
World. 2002. 42 (1). Hal. 71-77
14. Road, Melvin. Corneal Ulcers. 2018. Sidney Kimmel Medical College at
Thomas Jefferson University. Diakses

23
https://www.msdmanuals.com/home/eye-disorders/corneal-
disorders/corneal-ulcer, 22 Oktober 2019.

24

Anda mungkin juga menyukai