Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Air raksa termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar

rendah, logam berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia.

Beberapa logam berat lainnya adalah magnesium (Mg), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium

(Cr), dan besi (Fe). Air raksa (Hg) diperlukan untuk pertumbuhan kehidup-an biologis, tetapi

dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh karena itu, keberadaan logam berat perlu

mendapat pengawasan, terutama dari segi jumlah kandungannya di dalam air (Noviardi drr.,

2007). Air raksa dalam kondisi temperatur kamar berbentuk zat cair, bila terjadi kontak dengan

logam emas akan membentuk larutan padat (Sevruykov drr., 1960). Larutan padat biasa disebut

amalgam, yaitu merupakan paduan antara air raksa dengan beberapa logam (emas, perak,

tembaga, timah, dan seng).

Dalam rangka upaya meminimumkan timbulnya dampak pencemaran lingkungan akibat

pengolahan bijih emas metode amalgamasi, telah dilakukan pemantauan pencemaran air raksa

(Hg) pada wilayah pertambangan rakyat dan pengolahan bijih emas di Waluran, Sukabumi, oleh

Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi pada tahun 2004 dan 2005 (Wahyu,

2006).

Penambangan bijih emas di Waluran, Kabupaten Sukabumi, dilakukan secara tambang bawah

tanah, dan hanya batuan yang mengandung emas (bijih) cukup tinggi yang diambil (selective

mining). Bijih emas hasil penambangan tersebut kemudian diolah dengan menggunakan metode

amalgamasi.
Metode pengolahan yang digunakan oleh para pelaku usaha penambangan bijih emas di

Waluran ini adalah amalgamasi cara langsung. Dalam metode ini semua material (bijih emas,

media giling, kapur tohor, air, dan air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses,

sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas oleh air raksa terjadi secara

bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif dengan beberapa alasan, yaitu

memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi

butir-butir kecil/flouring (Peele, 1956), sehingga daya ikat air raksa terhadap emas kurang, dan

butir-butir air raksa yang kecil mudah terbuang bersama ampas sewaktu dilakukan pendulangan

memisahkan ampasdengan amalgam.

Akibatnya, metode ini menghadapi dua permasalahan utama, yaitu kehilangan air raksa

yang cukup tinggi dan perolehan emas yang rendah. Kehilangan air raksa dalam pengolahan bijih

emas yang cukup tinggi ini telah mencemari air Sungai Ciliunggunung, tempat pengolahan bijih

emas metode amalgamasi dilakukan.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

Pencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas

di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi

1.3. TUJUAN

(1) Tujuan Umum

Untuk Mengetahui BAGAIMANA UPAYA PENANGGULANGAN PENCEMARAN

AIR RAKSA.
(2) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian pencemaran

b. Untuk mengetahui pengertian Pencemaran Air Raksa

c. Untuk mengetahui Bagaimana cara penanggulan pencemaran air Raksa

1.4. MANFAAT

a. Untuk mengetahui cara upaya penanggulangan pencemaran air raksa


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PENCEMARAN AIR

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan

orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik

dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam

Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang

didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan

hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen

komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah

dan pencemaran udara.

Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang

ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No.23/1997. Dalam PP No. 20/1990

tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : “pencemaran air

adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke

dalam air oleh kegiaan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya” (Pasal 1,angka 2). Definisi

pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tiga) aspek, yaitu

aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).

Pencemaran air juga merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan
dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk

murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah

pegunugnan atau hutan yang terpencil dengna udara yang bersih dan bebas dari pencemaran air,

air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahn-bahan terlarut, seperti CO2, O2 dan N2,

serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang terbawa air hujan

dari atmosfer.

Air pemukaan dan air sumur pada umunya mengandung bahan-bahan metal terlarut,

seperti Na, Mg, Ca dan Fe. Air yang mengandung komponen-komponen tersebut dalam jumlah

tinggi disebut air sadah.

Jadi, air yang tidak tercemar tidak selalu merupakan air murni, tetapi merupakan air yang tidak

mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan

sehingga air.

2.2 Aspek-Aspek Pencemaran Air

Ada beberapa aspek sebagai pengukuran tingkat pencemaran air, apakah air tersebut

termasuk air yang tercemar ataukah tidak tercemar. Aspek-aspek pencemaran air yaitu terdiri

dari aspek kimia-fisika pencemran air dan aspek biokimia pencemaran. Adapun aspek kimia-

fisika pencemaran air itu adalah sebagai berikut :

a. Nilai pH, Keasaman dan Alkhalinitas.

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 –

7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH

normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal

bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan
mengganggu kehidupan biota akuatik.

Alkalinitas berkaitan dengan kesadahan air, yan merupakan salah satu sifat air. Adanya

ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) di dalam air akan mengakibatkan sifat kesadahan air

tersebut.

b. Suhu

Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai proses industri. Air

pendingin tersebut setelah digunakan akan mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan,

kemudian dikembalikan ke tempat asalnya, ayitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan

lebih tingi dari pada air asalnya. Naiknya suhu air akan menimbulkan akibat sebagai berikut :

- Menurunya jumlah oksigen terlarut dalam air

- Meningkatkan kecepatan reaksi kimia

- Mengganggu kehidupan ikan dan hewan air alinya

- Jika bata suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan

mati.

d. Oksigen Terlarut

Untuk mempertahankan hidupnya, makhluk yang tinggal di dalam air, baik tumbuhan

maupun hewan, bergantung kepada oksigen terlarut. Jada kadar oksigen terlarut dapat dijadikan

ukuran untuk menetukan kualitas air.

e. Karbondioksida Dalam Air

Kepekaan oksigen terlarut dalam air bergantung kepda kepekaan karbondioksida yang

ada. Jika udara (yang mengandung 0,03% karbondioksida) bersentuhan dengna permukaan air

pada tekanan standar maka kelarytan karbondioksida terhadap perubahan suhu.

f. Warna dan Kekeruhan


Warna air yang tidak normaal biasanya merupakan indikasi terjadinya pencemaran air.

Warna air dibedakan menjadi dua macam yaiti warna sejati (akibat bahan-bahan terlarut) dan air

semu (akibat bahan terlaru, bahan tersuspensi diantaranya yang bersifat koloid.

Kekeruhan menunjukan sifat toptis air, yang mengakibatkan pembiasan cahaya ke dalam

air. Kekruhan membatasi masukannya cahaya ke dalam iar. Kekurahan ini terjadi karena adanya

bahan terapung, dan terurainya zat tertentu, seperti bahan organik, jasad renik, lumpur tanah liat

dan benda yang terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh air, semakin tinggi daya hantar

listriknya dan semakin banyak pula padatannya.

g. Padatan

Pada dasarnya air yang tercemar selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan

menjadi empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sfat lainnya, terutama

kelarutannya, yaitu :

- Padatan terendap (sedimen)

- Padatan tersuspensi dan koloid

- Padatan terlarut total

- Minyak dan Lemak

h. Nitrat

Jika kandungan nitrat tersebut akan berubah menjadi nitrit di perut. Keracunan nitrit akan

mengakibatkan wajah membiru dan kematian.

i. Posfor

Posfor memasuki air melalui berbagai jalan yaitu kotoran, limbah, sisa pertanian, kotoran

hewan dan sisa tumbuhan dan hewan yang mati. Pencegahan pencemaran posfor dapat dilakukan

dengan melarang penggunaan ditergen yang mengandung posfat. Juga dengan mewajibkan
pengolahan limbah industri dengan memberikann air kapur atau aluminium sulfat agar posfatnya

mengendapa dan dapat dibuang.

Selain itu ada juga yang disebut dengan aspek biokimia pencemaran air. Aspek ini

menggunakan dua pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air yaitu :

a. Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand Test = uji kebutuhan oksigen biokimia).

b. Uji COD (Chemical Oxygen Demand = uji kebutuhan oksigen kimia).

2.3 SUMBER PENCEMARAN AIR

Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat tau komponen lain (polutan) kedalam

perairan sehingga mutu air menurun. Adanya perubahan warna, bau,rasa dan pH air

menunjukkan terjadinya pencemaran air. Sumber-sumber pencemaran air,terutama berasaldari

limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian dan limbah hasil tambang.    

1.Limbah Industri

Limbah industri mengandung berbagai macam zat berbahaya, salah satunya logam berat.

Contoh logam berat: timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan merkuri atau raksa (Hg) yang sangat

berbahaya bagi manusia. Logam berat (Merkuri) dapat masuk  kedalam tubuh manusia melalui

hewan laut yang sudah tercemar dan jika dikomsumsi manusia dapat menyebabkan gangguan

atau kerusakan sistem saraf. Penyakit yang disebabkan karena penimbuna logam berat seperti ini

disebut minamata.

Limbah industri yang dibuang ke perairan dan mengendap dapat menyebabkan hal-hal

sebagai berikut:

a. Pendangkalan perairan

b. Air menjadi kotor dan berubah warna menjadi hitam


c. Muncul bau karena penguraian oleh dekomposer berlangsung tidak sempurna.

Penguraian limbah dan bangkai organisme oleh dekomposer menghasilkan zat anorganik

dalam jumlah yang melimpah. Hal ini menyebabkan ganggang dan enceng gondok tumbuh subur

di perairan.

Agar limbah pabrik  tidak menjadikan sumber polutan, dapat dilakukan dengan cara-cara

sebagia berikut:

a. Setiap limbah pabrik harus mempunyai penampungan dan instalasi pengolahan limbah

sehingga aman apabila limbah dibuang ke perairan.

b. Menanam tanaman sejenis alang-alang di sekitar tempat pembuangan limbah. Tumbuhan ini

berfungsi untuk menyerap zat-zat racun dari limbah air.

c. Memberikan sanksi hukum yang tegas bagi perusahaan yang sengaja membuang limbah tanpa

melalui proses pengolahan terlebih dahulu

2. Limbah Pertanian

Limbah pertnian yang dapt menyebabkan pencemaran lingkungan adalah pemakaian

pupuk buatan yang berlebihan. Sebagaianpupuk yang tidak diserap tanaman akan terbuang

bersama aliran air. Akibatnya perairan banyak mengandung zat hara. Hal ini dapat menyebabkan

tumbuhan tumbuhan air berkembang biak dengan sangat cepat. Peristiwa ini disebut eutrofikasi.

Misalnya,terjadi blooming algae.


Eutrofikasi menyebabkan sinar matahari sinar matahari yang akan masuk kedalam

perairan terhalang permukaan air yang dipenuhi ganggang. Akibatnya proses fotosintesis oleh

fitoplankton terhambat, dan mengakibatkan kadar O2 dalam air menurun,

Penggunaan insektisida yang bertujuan mengurangi jumlah hama penyerang lahan

pertanian ternyata dapat menyebabkan pencemaran. Penggunaan insektisida yangterus menerus

dan secara berlebihan akan mengganggu keseimbangan ekosistem.

Penggunaan insektisida dapt membunuh makhluk hidup yang sebenarnya bermanfaat

dalam membantu penyerbukan tanaman atau predator bagi hama. Hama juga dapt menjadi kebal

akibat penggunaan insektisida yang terus menerus, yang suatu saat akan terjadi ledakan jumlah

hama.

DDT ( Dikloro Difenil Triloretana ) merupakan salah satu jenis insektisida berbahaya, senyawa

DDT tidak dapt terurai di alam. Zat pencemar ini dapat masuk dan tertimbuan dalam tubuh

manusia karena tidak dapt dicerna. 

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pencemaran air akibat limbah

pertanian adalah:

a. Pemakaian pupuk buatan sesuaidosis yang telah ditentukan

b. Tidak melakukan pemupukan ketika turun hujan

c. Menggunakan pestisida yang mudah terurai oleh alam dan dosis       yang tepat.

d. Menggunakan bahan-bahan organik dalam mengolah limbah


3. Limbah Rumah Tangga

Kegiatan rumah tangga tiap hari menghasilkan sampah dan air buangan yang

mengandung detergen. Dalam jumlah besar apabila limbah masuk ke perairan akan

menyebabkan pencemaran ekosistem perairan. Selanjutnya, sampah akan diuraikan oleh

mikroorganisme. Proses penguraian tersebutmengakibatkan kandungan oksigen dalam perairan

menurun. Penurunan kandungan oksigen akan merugikan biota perairan.

Pencemaran air oleh limbah detergen  mengakibatkan mikroorganisme pengurai mati,

akibatnya sampah yang menumpuk tidak cepat terurai . Hal ini mengakibatkan pendangkalan

perairan dan dapat menimbulkan banjir.

4. Limbah Hasil Tambang

Bocornya kapal-kapal tankerpengangkut benda cair misalnya minyak bumi dapat

menyebabkan pencemaran air. Adanya lapisan minyak pada per, menyebabkaan perairan oksigen

tidak dapatberdifusi dengan ke dalam air. Hal ini berpengaruh terhadap mikroorganisme perairan

secara langsung. Selain itu juga mengakibatkan sinar matahri tidak mampu menembus seluruh

permukaan laut, sehingga fitoplankton tidak dapat berfotosintesis

2.4 PENYEBAB PENCEMARAN AIR

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa

masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan

kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada

prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair.

Selain itu juga terdapat bahan pencemaran air seperti logam berat. Air sering tercemar
oleh berbagai komponen anorganik, diantarnya berbagai jenis logam berat yang berbahaya, yang

beberapa di anatarnya banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga diproduksi secara

kontinyu dalam skala industri. Logam berat yang berbahay yang mencemari lingkunga, yang

terutama dalah Merkuri (Hg). Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan

Nikel (Ni). Logam-logam berat diketahui dapat menggumpal di dalam tubuh suatu organisme

dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang terakumulasi.

Dua macam logam berat yang sering mengkontaminasi air adalah Merkuri dan Timbal.

Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.

Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap

harus menanggulangi pencemaran tersebut. Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan

penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu.

Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang

menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat

cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu

tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat

3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus memenuhi

persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tettuang dalam Peraturan

Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik,

radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001).

Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut.

Misalnya criteria air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria

yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air
kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk keperluan

pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air.

2.2. Merkuri

Merkuri atau Raksa atau Air raksa (Latin: Hydrargyrum, air/cairan perak) adalah unsur

kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Merkuri merupakan elemen

alami, sering mencemari lingkungan. Kebanyakan merkuri yang terdapat di alam dalam bentuk

senyawa dengan elemen lain dan jarang dijumpai dalam bentuk elemen terpisah.

Komponen merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, udara, air dan organisme

hidup melalui prose fisika, kimia, dan biologi yang kompleks

Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima

unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar,

serta mudah menguap. Hg akan memadat pada tekanan 7.640 Atm. Kelimpahan Hg di bumi

menempati di urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Di alam, merkuri (Hg)

ditemukan dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg1+), dan bivalen (Hg2+).

Sifat kimia dan fisika merkuri membuat logam tersebut banyak digunakan untuk keperluan kimia

dan industri. Beberapa sifat tersebut diantarnya adalah :

 Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar

(250C) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -390C.

Kisaran suhu dimana merkuri terdapat dalam bentuk cair

 sangat lebar yaitu 3960C, dan kisaran suhu ini merkuri mengembang secara

merata.Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.


 Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik

dibanding semua logam lain.

Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen yang

disebut dengan amalgam.

 Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua makhluk

hidup.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 PENANGGULANGAN PENCEMARAN AIR

Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:

•        Perubahan perilaku masyarakat

•        Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair

1.    Perubahan Perilaku Masyarakat

Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran

terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk

mencegah dan menanggulangi

pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya

dengan tidak membuang sampah dan limbah industri ke sungai.


Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang tempat hendaknya diberantas

dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di lingkungan masing-masing

secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah ditentukan.

Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar

sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-cuci-

kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan

pelanggarnya dijatuhi hukuman.

Limbah industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan

setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau

sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.

Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:

1.  Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.

2.  Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda motor

3.  Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan sebagai tempat

kakus

4.  Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu

2    Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair

Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di

daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah

disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan

sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur / air tanah.


Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air

cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung

dialirkan ke selokan atau sungai.

Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam

beberapa kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat

kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada

kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi

ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti.

Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang

tidak tercemar.

Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:

a)   Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan

yang mengendap atau

mengapung.

b)   Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara

biologis

c)   Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan

padatan tersuspensi,terlarut atau berwarna dan bau.

Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen yang ingin

dihilangkan.

–    Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk

mengendapkan fosfor.

–    Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau bau.
–    Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan menggunakan

tenaga listrik

–    Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air

–    Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit

Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi

bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan.

Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap

dikelola lebih lanjut. Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng gondok dapat

dimanfaatkan untuk menyerap bahan pencemar di dalam air.

3.2 CARA PENANGGULANGANNYA/PENGENDALIANNYA

Pencemaran air oleh Mercury tidak bisa diatasi hanya dengan cara penyaringan,

koagulasi kopulasi, pengendapan, atau pemberian tawas. Hal ini karena Mercury di air berbentuk

ion. Cara terbaik untuk menghilangkan Mercury dalam air ini adalah dengan pertukaran ion.

Yaitu mempergunakan suatu resin yang mampu mengikat ion Mercury hingga menjadi jenuh,

kemudian diregenerasi kembali dengan penambahan suatu asam, sehingga Mercury bisa

dinetralisir.

Namun karena biaya ionisasi ini sangat mahal, maka biaya termurah dan terbaik adalah

dengan mencegah Mercury tidak masuk perairan. Cara lain, yaitu penyulingan. Tapi setali tiga

uang, biaya yang akan dikeluarkan untuk penyulingan pun sangat mahal.

Penelitian tentang pengobatan keracunan merkuri sangat terbatas. Akhir- akhir ini dapat
digunakan chelators N-acetyl-D,L-penicillamine (NAP), British Anti-Lewisite (BAL), 2,3-

dimercapto-1-propanesulfonic acid (DMPS), and dimercaptosuccinic acid (DMSA). Pada

penelitian dengan sampel kecil dilakukan pada pekerja tambang yang ter ekpos air raksa

diberikan DMSA dan NAP. Obat ini bekerja dengan cara memperkecil partikel air

raksa,sehingga pengeluaran ke ginjal bisa di tingkatkan.

Akan tetapi Pencegahan adalah lebih baik dari pengobatan. Artinya, ini kembali pada soal

koordinasi unsur-unsur masyarakat terkait. Khususnya untuk kasus PETI (Penambangan Emas

Tanpa Izin), kebijakan publik, Gubernur, Bupati, dan Departemen Pertambangan sangat

menentukan dalam mengurangi pencemaran sungai. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan

penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat penambang. Tentu saja bukan perkara yang mudah,

sebab penggunaan Mercury berkait dengan mata pencaharian serta juga pendapatan daerah.

Tidak selalu pengobatan dapat berhasil dan kecacadan yang terjadi sudah permanen, oleh

karena itu peran pemerintah untuk melakukan AMDAL terhadap suatu perusahaan yang

menggunakan air raksa harus dilakukan dengan benar dan sanksi yang tegas apabila AMDALnya

membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan Pengendalian Pencemaran

Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah

satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air adalah

melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).

Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang

berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap untuk

mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga berusaha untuk
menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu

penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis yaitu

suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan peraturan

perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam bentuk

kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini

hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan

dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan dan

menanamkan perilaku disiplin.

Sedangkan penanggulangan secara teknis bersumber pada perlakuan industri terhadap

perlakuan buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah

alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.

Selain itu juga, suatu laporan yang dibuat oleh Enviromental Protection Agency (EPA) memuat

beberpa rekomedasi untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri di lingkungan.

Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut :

Pestisida alkil merkuri tidak boleh digunakan lagi.

Penggunaan pestisida yang menggunakan komponen merkuri lainnya dibatasi untuk daerah-

daerah tertentu.

 Semua industri yang menggunkan merkuri harus membuang limbah industri dengan terlebih

dahulu mengurangi jumlah merkurinya sampai batas normal.

Pelaksanaan rekomendasi tersebut tidak seluruhnya dapat memecahkan masalah


pencemaran merkuri di lingkungan. Pencemaran tetap terjadinya pada lumpur di dasar sungai

atau danau dan menghasilkan CH3Hg+ yang dilepaskan ke badan air sekililingnya

DAFTAR PUSTAKA

http://tsani-oke.blogspot.co.id/2011/06/pengertian-pencemaran-pencemaran-adalah.html

http://www.belajarbagus.com/2015/02/pengertian-pencemaran-lingkungan.html

http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-jenis-pencemaran-lingkungan-dan-cara-

penanggulanganya/
https://wyuliandari.wordpress.com/2008/09/25/strategi-pengendalian-pencemaran-lingkungan/

http://www.miung.com/2013/04/pengertian-polusi-pencemaran-air-udara.html

http://firazahira.blogspot.co.id/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp_82_01.htm

http://smart-pustaka.blogspot.co.id/2011/03/bioremediasi.html

A. ANALISIS JURNAL TERSEBUT

Jb:

Berdasarkan analisis jurnal yang berjudul pencemaran air raksa yang mengakibatkan

kerusakan lingkungan hidup dan mengakibatkan derajat kesehatan masyarakat terganggu

di negara cina

B. BUAT KESIMPULAN DARI ANALISIS TERSEBUT

Kesimpulan saya adalah Kadar merkuri, logam Fe, serta logam lainnya begitu tinggi

karena pendulangan untuk memisahkan amalgam dengan ampas hasil pengolahan dilaku-

kan di sungai. Ampas yang terbuang ke sungai itu mengandung logam-logam berat yang

tidak terikat oleh air raksa membentuk amalgam. Keracunan karena merkuri dapat

menyebabkan kerusakan saraf di otak, terganggunya fungsi ginjal dan hati, serta merusak
janin pada wanita hamil. Konsentrasi logam berat Mn, Cu, Pb, dan As masih berada di

bawah nilai maksimum kriteria air Kelas I (air baku untuk minum), tetapi untuk besi (Fe)

sudah di atas nilai maksimum kriteria air Kelas I. Konsentrasi Fe di lokasi pengamatan

ini berada di atas ambang batas kriteria air Kelas I (air baku untuk minum). Logam Fe

merupakan unsur hara mikro yang diperlukan tumbuhan. Bagi tubuh manusia, Fe

dibutuhkan dalam konsentrasi kecil, tetapi akan menjadi racun dalam jumlah besar.

Meskipun air sungai tidak dikonsumsi langsung oleh manusia, namun air sungai tersebut

dipergunakan sebagai sarana irigasi

C. BERIKAN KRITIK DAN SARAN DARI KESIMPULAN TERSEBUT

Kritik : pemilik industri setempat kurang kesadaran dan rendah pengetahuan akan

bahaya limbah buangan industri tersebut bagi kerusakan lingkungan hidup dan kesehatan

manusianya

Saran : menyarankan kepada pemilik industri agar membuat suatu lembaga untuk

mengolah air buangan dari industri itu sendiri sehingga tidak terjadi pencemaran air dan

membuat AMDAL agar air terselamatkan

D. BUATKANLAH DALAM MAKALAH DAN LAMPIRKAN JURNAL TERSEBUT

Anda mungkin juga menyukai