Tinea Barbae
Tinea Barbae
TINEA BARBAE
Disusun Oleh :
NUR AINI MADAUL
7113080349
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
RSU DR. DJASAMEN SARAGIH
PEMATANGSIANTAR
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tulisan yang
berjudul “Tinea Barbae” dalam rangka melengkapi persyaratan Kepaniteraan
Klinik Senior di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Djasamen
Saragih Pematangsiantar.
Dalam kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan rasa
terimakasih kepada dr. Dame Maria Pangaribuan, Sp.KK yang telah memotivasi,
membimbing, dan mengarahkan penulis selama menjalani program Kepaniteraan
Klinik Senior di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin dan dalam menyusun
tulisan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itulah, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PEDAHULUAN
Infeksi jamur dapat berada pada bagian permukaan, sub kutaneus atau
sistemik; tergantung pada karakteristiknya. Tinea barbae sendiri merupakan
infeksi trychophyton dan mycosporum. Tinea barbae hanya menyerang pria,
khususnya pria dewasa, karena penularannya sebagian besar berasal dari
pemakaiaan pisau cukur di tukang cukur pria. Maka dari itu, peningkatan kadar
higine dapat sangat membantu untuk mengurangi angka kejadian tinea barbae.
Saat ini tinea barbae lebih sering menyerang orang-orang pedesaan seperti petani
dan peternak, karena terkena langsung dari hewan ternak seperti kuda dan anjing
mereka. Predileksi dari tinea barbae adalah pada daerah bawah hidung , dagu dan
daerah leher.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi
Tinea barbae adalah infeksi dermatofita di daerah jenggot pada muka dan
leher hanya terbatas pada laki-laki dewasa. Jamur pada janggut ini juga dikenal
sebagai jamur pada janggut ini juga dikenal sebagai tinea sycosis dan umumnya
juga sering disebut sebagai barber’s itch. Penyakit ini terutama terjadi pada orang-
orang di bidang agrikultural, khususnya yang orang-orang yang kontak dengan
binatang di sawah. Daerah yang sering terkena biasanya di dareah leher atau
wajah.
Epidemiologi
Tinea barbae hanya dijumpai pada pria dewasa, terutama yang bekerja
sebagai peternak dan petani di pedesaan. Tinea barbae dapat mengenai semua
bangsa , tetapi lebih sering pada kulit putih dan lebih sering mengenai pria di
negara beriklim tropis dengan kelembapan tinggi. Kebersihan yang kurang dari
lingkungan yang kotor merupakan faktor yang mempermudah terjadinya infeksi.
Etiologi
2
Organisme penyebab
Sebagai tambahan, keparahan dari reaksi host lebih besar ketika rambut
terlibat. Kombinasi dari kedua faktor ini mungkin menjelaskan reaksi keparahan
yang ekstrim yang terlihat pada pasien-pasien dengan tinea barbae. Organisme
yang paling sering terlibat adalah T. Mentagrophytes dan T. Verrucosum, baik
yang didapat dari sapi. T. Mentagrophytes juga didapat dari kuda dan anjing. M.
Canis merupakan penyebab yang jarang pada tinea barbae. Pada area endemik
dari T. Schoenleinii dan T. Violaceum , mereka sering terlibat penyakit ini,
meskipun mereka adanya keterlibatan rambut dan folikel. T. Rubrum adalah
penyebab yang jarang dari tinea barbae dan mungkin merupakan infeksi yang
didapat dari bagian-bagian tubuh yang lain atau ditularkan melalui garukan pada
daerah cukur dari pencukuran yang tidak bersih.
Patogenesis
3
Tipe klinis
Tinea barbae biasanya menimbulkan lesi yang unilateral dan lebih sering
melibatkan area jenggot dari pada kumis atau bibir atas. Gejalanya mempunyai 3
tipe klinis. Tipe klinis dari penyakit ini terbagi menjadi tipe inflamasi/ deep
berupa lesi supuratif yang dalam serta bernodul, tipe superficial berupa patch yang
sebagian tanpa rambut, berkrusta dan superficial dengan folikulitis dan tipe
sirsinata.
1. Tipe inflamasi/deep
Tipe ini biasanya disebabkan oleh T. Mentagrophytes dan T. Verrucosum.
Tinea barbae tipe inflamasi dianalogkan dengan tipe kerion pada tinea
kapitis. Tipe deep berkembang dengan lambat dan menghasilkan nodul
yang menebal dan bengkak seperti kerion. Lesi yang timbul berbentuk
nodul seperti rawa disertai krusta seropurulen. Bengkak pada tipe ini
biasanya konfluen dan berbentuk infiltrasi difusa seperti rawa dengan
abses. Kulit yang terkena meradang, rambut-rambut menjadi hilang, dan
pus mungkin muncul melalui folikel sisa yang terbuka. Rambut-rambut di
daerah ini tidak mengkilat, rapuh, dan mudah diepilasi untuk
mendemonstrasikan sebuah masa purulen disekitar akarnya. Pustulasi
perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus dan kumpulan pus
seperti abses, yang akhirnya menjadi lesi alopecia. Umumnya lesi ini
hanya terbatas pada satu bagian muka atau leher pada laki-laki.
2. Tipe superfisial
4
Tipe superfisial dicirikan dengan folikulitis pustula yang tidak terlalu
meradang dan mungkin dihubungkan dengan T. Violaceum atau T.
Rubrum. Tipe superfisial dari tinea barbae mempunyai lesi pada tinea
corporis. Ada lesi berbentuk lingkaran dengan tipe vesikopustul. Reaksi
host terhadap penyakit ini tidak terlalu parah, meskipun alopecia mungkin
timbul di pusat lesi.
Tipe ini disebabkan oleh sedikit peradangan atropofil, bentuk tinea barbae
ini sangat menyerupai folikulitis bakteri, dengan eritema difusa ringan dan
papul folikular dan pustul. Rambut yang kusam dan rapuh membentuk
infeksi endotriks dengan T. Violaceum sebagai etiologi yang lebih sering
daripada T. Rubrum. Rambut yang terinfeksi biasanya mudah dicabut.
Yang jarang, E.floccosuin mungkin menyebabkan lesi verrukosa yang
menyebar yang dikenal sebagai epidermofitosis verrukosa.
Gambar: tinea barbae superfisialis; papul folikel dan pustul sering salah
diagnosis dengan folikulitis staphylococcus aureus.
3. Tipe sirsinata
Tipe ini sangat mirip dengan tinea sirsinata dari kulit glabrous, tinea
barbae sirsisinata menunjukkan batas vesikopustular yang aktif menyebar
dengan lingkaran pusat dan rambut yang jarang-jarang pada daerah
tersebut.
5
Gambar: tinea barbae tipe sirsinata; memiliki tepi
Gejala klinis
Tinea barbae pada umumnya bersifat unilateral; dan lebih sering mengenai
dagu / janggot dari pada area bawah hidung /kumis. Penderita biasanya mengeluh
gatal dan pedih pada daerah yang terkena, disertai bintik –bintik kemerahan yang
terkadang bernanah. Terdapat pustular folikulitis pada folikel rambut yang
dikelilingin oleh inflamasi kemerahan. Selain itu terdapat atau pustule. Rambut-
rambut disekitarnya akan gugur dengan sendirinya. Dengan berkurangnya
folikel, akan terlihat bintik kemerahan yang berbentuk bulat. Papul-papul akan
berkumpul menjadi plak.
Histopatologi
Reaksi seluler terhadap tinea barbae sama dengan yang direproduksi pada
tinea capitis dengan tipe yang lebih parah. Organisme mungkin tampak ada batang
rambut dan folikel dan sejumlah besar antrospora tampak pada batang rambut dan
hidup bebas pada debris seluler. Kadang-kadang organisme ini tidak tampak
adanya infiltrat pyogen yang akut yang terlihat. Pada lesi kronik atau dalam
penyembuhan, infiltrat peradangan kronik dengan sel raksasa mungkin terlihat.
Diagnosis
6
Pemeriksaan kulit :
Laboratorium
Diagnosis Banding
7
perempuan anatara usia 16 dan 35, itu sangat jarang terlihat pada pria. Hal
ini juga jarang terjadi pada anak-anak, namun, jika mereka terpengaruh
paling sering terjadi anatara usia 7 bulan sampai 12 tahun. Penyebab
dermatitis perioral tidak diketahui namun diyakini bahwa penggunaan
jangka panjang krim steroid mungkin menjadi faktor.
8
papula (pinheads),pustula(jerawat), nodul(papula besar) dan mungkin
jaringan parut.
Terapi
9
2 sediaan. Pengobatan sebaiknya dilanjutkan selama dua atau tiga minggu seiring
hilangnya gejala-gejala klinis .
Intrakonazol 100mg/hari selama 4-6 minggu dapat sangat efektif. Yang
telah mengobati secara efektif dengan intrakonazol 100mg/ hari (selama 2 bulan
terapi ) pada seorang petani yang terinfeksi trichopyton verrucosum.
Sebagai pengobatan topikal biasanya digunakan 2 kelompok anti jamur ,
yaitu azol dan alilamin. Meskipun rekomendasi pengobatan umum sudah ada
untuk pasien tinea barbae, tetap penting diingat bahwa sering pada pasien tersebut,
regimen pengobatan, khusunya periode pengobatan, sebaiknya ditentukan
berdasarkan masing-masing pasien tersebut berdasarkan pada gejala klinis dan
penilaian laboratoriumnya. Eliminasi dari sumber infeksi, khusnya yang kontak
dengan hewan yang tetrinfeksi akan menjadi sangat penting untuk hasil akhir dari
pengobatan ini. Lebih lanjut lagi, pengobatan infeksi jamur lainnya seperti tinea
pedis sangat penting, karena kemungkinan terjadinya auto inokulasi pada janggut.
Prognosis
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12