Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
1. Geografis Indonesia
Secara geografis, letak Indonesia termasuk sangat strategis karena diapit oleh 2
benua dan 2 samudra. Letak geografis Indonesia juga memberi pengaruh banyak
hal hingga terbentuk kondisi geografis Indonesia yang unik dan beragam.
Keadaan geografis Indonesia pun mempengaruh keadaan penduduk Indonesia
seperti pekerjaan, pola pemukiman serta sektor ekonomi dan perdagangan.

Secara umum, Indonesia termasuk negara kepulauan dan negara maritim.


Indonesia yang terletak di kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu negara
paling beragam dengan kondisi penduduk yang bervariasi, baik dari segi suku,
budaya, agama dan bahasa. Wilayah Indonesia terbentang dari Sabang sampai
Merauke. Batas wilayah Indonesia pun berbatasan dengan beberapa negara
seperti Malaysia, Australia dan Papua Nugini.

Wilayah Indonesia pun termasuk cukup luas dengan total area sebesar 5,19 juta
kilometer persegi. Wilayah perairan Indonesia pun mencapai 3,2 juta km persegi
hingga Indonesia termasuk negara maritim. Letak Indonesia secara geografis
berada pada posisi silang yaitu diantara 2 benua dan 2 samudera. Benua yang
mengapit Indonesia adalah benua Asia dan Australia. Sedangkan samudra yang
mengapit wilayah Indonesia adalah samudera Hindia dan samudera Pasifik.

Berdasarkan data Worldometers, Indonesia saat ini memiliki jumlah


penduduk sebanyak 269 juta jiwa atau 3,49% dari total populasi dunia. Indonesia
berada di peringkat keempat negara berpenduduk terbanyak di dunia
setelah Tiongkok (1,42 miliar jiwa), India (1,37 miliar jiwa), dan Amerika Serikat
(328 juta jiwa).

Sebanyak 56% atau 150 juta jiwa dari penduduk Indonesia adalah masyarakat
urban. Jumlah penduduk Indonesia terus tumbuh dari 261,1 juta jiwa pada 2016
menjadi 263,9 juta jiwa pada 2017. Pada 2018, jumlah penduduk Indonesia
mencapai 266,7 juta jiwa.

Tabel kependudukan

Komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi akuakultur Indonesia


adalah rumput laut. Rumput laut bersama ikan kerapu dan ikan kakap merupakan komoditas
utama pada budidaya laut. Dominasi rumput laut sebagai komoditas akuakultur di laut, telah
menjadi titik ungkit peningkatan produksi pada periode 2010–2014, dengan pertumbuhan
26,66%/tahun. Sedangkan untuk perairan tawar (freshwaterculture), ikan nila menempati
urutan pertama sebagai komoditas akuakultur. Namun demikian, ikan patin dan lele cukup
prosfektif untuk dikembangkan karena pertumbuhan produksi kedua komoditas ini lebih
tinggi dari komoditas akuakultur lainnya (Tabel 1).
2. Potensi Sumber Daya
Tabel 1. Produksi Akuakultur Indonesia Berdasarkan Komoditas yang
Diusahakan Tahun 2010 dan 2014

No Komoditas Produksi (ton) Pertumbuhan (%/tahun)

2010 2014

1. Rumput Laut 3.915.017 10.076.992 26,66

2. Udang 380.972 639.369 13,82

3. Kerapu 10.398 13.346 6,44

4. Kakap 5.738 5.447 -1,29

5. Bandeng 421.757 631.125 10,60

6. Ikan Mas 282.695 434.653 11,35

7. Nila 464.191 999.695 21,14

8. Lele 242.811 679.379 29,33

9 Patin 147.888 418.002 29,66

10. Lainnya 406.457 461.123 3,20


Total 6.277.923 14.359.129 22,98

Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015)

Tabel- 1 mengisyaratkan bahwa peningkatan produksi udang dibeberapa provinsi di


Jawa ,Sulawesi dan Sumatra tidak memungkinkan dengan perluasan areal
(ekstensifikasi) karena luas tambak telah lebih besar dari potensi yang ada. Di
wilayah tersebut peningkatan produksi hanya dimungkinkan dengan budidaya
intensif. Sayang sekali bahwa diwilayah ini, yang secara umum memiliki SDM dan
infrastruktur (hatchary dan suplai pakan) yang cukup untuk pengembangan budidaya
udang: ternyata budidaya intensif dan semi intensif lebih banyak gagal daripada
panennya. Oleh karena itulah maka diwilayah ini sekarang lebih banyak
petani/pengusaha yang kembali membudidayakan udang dengan cara konvensional.

Dilain pihak di wilayah Kalimantan, NTB, NTT, Maluku, Irian dan Sumatra,
produksi udang masih mungkin ditingkatkan melalui perluasan areal dengan
teknologi budidaya konvensional dan semi intensif. Mengingat keterbatasan
sumberdaya pengembangan budidaya ( SDM dan infrastruktur) yang ada di wilayah
ini; maka pengembangan budidaya intensif masih sulit dilakukan dan karenanya
lebih diarahakan pada budidaya konvensional dan semi intensif.

Berbicara mengenai situasi pembinaan dan kecenderungannya di Kalimantan Barat,


secara, keseluruhan ditemukan gambaran berdasarkan Data yang di keluarkan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000, sebagai berikut:

1. Pertumbuhan penduduk di Kalimantan Barat sudah mulai menurun dalam dua


decade terakhir. Pertumbuhan penduduk yang rendah ini terkait dengan semakin
tingginya usia perkawinan, jumlah anak yang berkurang dalam keluarga dan
turunnya tingkat melahirkan. Penurunan tingkat kesuburan di antara perempuan usia
20-29 tahun mengidikasikan suksesnya program keluarga berencana dan
meningkatnya jumlah wanita masuk ke dalam angkatan kerja.
2. Disektor pendidikan tingkat partisipasi sekolah dasar meningkat tajam 20 tahun
terakhir. Perkembangan dunia pendidikan di Kalimantan Barat tampaknya cukup
mengembirakan dan ini merupakan dukungan yang positif untuk pelaksanaan
program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun sekaligus peningkatan mutu
SDM. Indicator keberhasilan tersebut dapat kita ukur melalui perkembangan
prasarana SD dan SMP yang ternyata terus bertambah. Pertambahan sekolah
tersebut adalah sebagai konsekuensi dari pertambahan murid yang setiap tahunnya
cukup besar. Sehubungan dengan itu, jumlah guru juga harus ditambah. Tetapi
untuk jenjang pendidikan menengah atas jumlah sekolah mengalami penurunan.
Dari sini jelas angka anak putus sekolah juga masih sangat tinggi.
3. Untuk bidang kesehatan, masih badanya ketimpangan hasil pembangunan antar
daerah dan golongan, derajat kesehatan masyarakat yamng masih tertinggal
dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain, dan kurangnya kemandirian dalam
pembinaan kesehatan.

3. Potensi Layak Dipasarkan

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi udang pada


tahun ini meningkat setidaknya 70.000 ton dengan fokus utama pada pengembagan
udang windu.Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan saat ini
total produksi udang windu baru mencapai sekitar 30% dari total produksi udang
nasional yang pada tahun lalu mencapai sekitar 680.000 ton. Adapun, udang
vaname masih mendominasi dengan kontribusi mencapai sekitar 60% dari total
produksi udang.

Ekspor komoditas perikanan bertumpu pada dua jenis komoditas utama yaitu
udang dan kelompok ikan laut seperti tuna, cangkalang dan tongkol. Komoditas
udang merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang paling diminati
karena memiliki kandungan gizi yang tinggi, nilai ekonomi tinggi dan mempunyai
peluang pasar baik di dalam maupun di luar negeri. Terdapat berbagai jenis udang
yang dihasilkan di perairan Indonesia. Udang yang banyak diproduksi untuk diekspor
umumnya adalah udang vannamei dan udang windu. Kedua jenis udang tersebut
diproduksi melalui budidaya tambak udang yang tersebar di beberapa daerah di
Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Lampung,
Kalimantan Timur, NTB, Riau, Aceh dan Sulawesi Selatan (Rakhmawan, 2009).
Komoditas udang berperan dalam peningkatan subsektor perikanan, karena
mempunyai kontribusi 60 persen dari total nilai ekspor subsektor perikanan.

Pada era perdagangan liberalisasi ini, akan semakin terbuka bagi komoditas
udang Indonesia di pasar dunia, konsekuensinya adalah komoditas tersebut harus
mampu bersaing di pasaran bebas karena berhadapan dengan produk sejenis dari
negara lain. Jika daya saing udang Indonesia relatif tinggi maka akan meningkatkan
volume dan nilai ekspor nasional. Namun sebaliknya, jika daya saing udang

Indonesia rendah maka akan menjadi ancaman bagi keberlanjutan produksi dan
ekspornya sehingga pada akhirnya akan dapat mengganggu stabilitas ekonomi
nasional.
4. Jumlah penduduk dlm wilayah

5. Peluang untuk mendapatkan Pasar (%)

0,324 kg / tahun × 12 =3,888 kg / tahun

£ 3,9 kg / tahun /orang konsumsi udang × jumlah penduduk 268.074.600

=1,045,490,94 Konsumsi udang diindonesia pertahun / tahun

6. Strategi Pemasaran
Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai maupun laut atau
danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua “genangan” air yang berukuran
besar baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari
dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa
dijadikan makanan laut (seafood). Udangjuga banyak dikonsumsi oleh berbagai
kalangan masyarakat. Jadi untuk strategi pemasarannya, kitaakan memasarkan
udang agar laku di pasaran. Udang yang kita panen akan dipasarkan dibeberapa
tempat, misalnya di pasar, restoran, hotel, dan tempat tempat yang memiliki usaha
dengan produk udang.Udangyang akan kami pasarkan ada berbagai macam
pemasaran, diantaranya seperti:
1. Udang segar setelah dipanen langsung dipasarkan:Jadi kami telah memiliki
banyak langganan pedagang ikan atau udang yang siap memasok udang kami
setelah dipanen.
2 .Udang windu yang dibekukan :Selain udang segar langsung panen yang
dipasarkan, kami juga memasarkan udang dalam bentuk beku atau yang
dimasukkan kedalam pendingin dan diberi pengawet alami. Biasanya udang dalam
bentuk seperti ini banyak kita jumpai di supermarket atau swalayan di kota-kota
besar.

3. Produk udang dalam bentuk olahan makanan: Udang vanname juga dapat
dipasarkan dalam bentuk olahan makanan. Misalkan udang yang diolah menjadi
krupuk udang. Udang kami sudah pasti rasanya renyah dan karena udang ini proses
produksinya menggunakan bahan alami dan tanpa bahan pengawet pastinya.
Produk krupuk udang ini juga dipasarkan sesuai dengan kantong anda, yang
pastinya murah dan berkualitas.

Antara lain:kerupuk udang,terasi udang ,naget udang,bakso udang, stik


udang
BAB 2

Proses produksi

A.Mesin dan alat yang digunakan

Shrimp Processing / Proses Pengolahan Udang

Ice flake, biasa disediakan didekat tambak, guna ice flake ini agar udang yang dipanen dan
dikirim ke pabrik masih terjaga dalam kondisi fresh.
Screw conveyor, digunakan mendistribusikan ice flake ke blong / container-container yang
akan diisi oleh ice flake tsb.
Wash tank Receiver (Bak Pencuci penerimaan)
Diperlukan guna mencuci udang setelah diterima dari tambak/pihak lain.
Wash tank receiver menggunakan belt dari Polypropylene yang dilengkapi dengan flight
sayap dengan tinggi 50 mm, agar udang lebih mudah terangkut setelah pencucian.
Bak juga dilengkapi dengan pompa sirkulasi dan overflow serta lubang pembuangan pada
sisi kanan dan kirinya. Agar sanitasi dengan mudah dilakukan. Power 380V, 3 phase, 50hZ
Vibrating mesin dan sortir
Pada tambak biasa ada semacam kerang-kerang kecil, batu kecil dan lainnya. Agar benda-
benda ini tidak sampai pada proses selanjutnya maka dibutuhkan mesin vibrating dan juga
space area untuk orang sortir. Bilamana mendapati benda-benda tersebut.
Timbangan
Alat timbangan diperlukan untuk menimbang secara manual, setelah proses sortir, sehingga
dapat diketahui hasil panen secara aktual
Bak Penampung
Bak diperlukan untuk tempat tampungan udang pada saat ditimbang. Biasanya bak
menggunakan bahan plastic
Grader Machine (mesin grader / sortir ukuran).
Mesin ini dibuat dari bahan stainless steel dengan berbagai macam kapasitas, disesuaikan
dengan kebutuhan.

B.kapasitas produksi

1 ton / hari

C.Harga Mesin

300 juta

Anda mungkin juga menyukai