Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik a d a l a h s e b u a h p r o s e s d a r i s e o r a n g a h l i medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan d i c a t a t dalam rekam medis. R e k a m m e d i s
dan pemeriksaan fisik akan membantu d a l a m penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai
dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak . Setelah
p e m e r i k s a a n organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan
fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis
diferensial, y a k n i sebuah daftar penyebab yang
m u n g k i n menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan
terdiri dari penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang
spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital a t a u pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana cara kerja pemeriksaan fisik?
2. Bagaimana cara kerja pemeriksaan sistem?

C. Tujuan
1. Mengetahui cara kerja pemeriksaan fisik.
2. Mengetahui cara kerja pemeriksaan sistem.
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara kerja pemeriksaan fisik.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara kerja pemeriksaan sistem.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Pemeriksaan Fisik Head to Toe


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang
diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan
Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh klien secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data yang sistematif dan komprehensif,
memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika,
2010)
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat
pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai
keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu
inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan
biasanya menggunakan alat khusus seperti optalomoskop, otoskop,
speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi
adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika,
2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah
inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu
dengan bagian tubuh lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba
dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan.
Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ;
tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti:
temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi
Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan
tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu
penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot
dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya
(kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010)
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan
oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan
alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah :
bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di
perhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Kontrol infeksi
Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril,
memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
b. Kontrol lingkungan
Yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan
cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien
maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau
skerem untuk menjaga privacy klien

1. Komunikasi (penjelasan prosedur)


2. Privacy dan kenyamanan klien
3. Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr
normal ke abN)
4. Berada di sisi kanan klien
5. Efisiensi
6. Dokumentasi

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik


Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang
diperoleh dalam riwayat keperawatan.
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan
klien dan penatalaksanaan.
5. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
6. Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan
tertentu yang akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di
lakukan pemeriksaan fisik.
C. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat
sendiri, maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
- Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
- Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
- Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
- Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
D. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, pertama pada:
1. klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.
2. Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

E. Prosedur Pemeriksaan Fisik Head to Toe


1. Alat :
- Meteran
- Penlight
- Stetoskop
- Tensimeter/Spighnomanometer
- Thermometer
- Arloji/Stopwatch
- Refleks Hammer
- Otoskop
- Handscoon bersih
- Tissue
- Buku catatan
2. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan. Misalnya menutup pintu atau jendela untuk menjaga
privasi klien.
3. Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien
untuk rileks.

4. Prosedur pemeriksaan
 Cuci tangan
 Jelaskan prosuder
 Lakuan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan
pasang handschoen bila di perlukan

a. Pemeriksaan kepala

Tujuan : a) Mengetahui bentuk dan fungsi kepala

b) Mengetahui kelianan yang terdapat di kepala

Persiapan alat: a) Lampu

b) Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)

Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi: Ukuran lingkaran kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak,
kebersihan rambut dan kulit kepala,warna,jumlah dan distribusi rambut.

Normal: Simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukan tanda-tanda kekurangan
gizi ( rambut jagung dan kering)

Palpasi: Adanya pembekakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

Normal: Tidak ada penonjolan/pembekakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.


Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
memandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemriksaan
yang didapat.
b. Pemeriksaan wajah

Inspeksi: Warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.

Normal: Warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris

Palpasi: Nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang

Normal: Tidak ada nyeri tekanan edema. Setelah diaakan pemeriksaan wajah
evaluasi hasil yang di depat dengan membandikan dengan keaadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

c. Pemeriksaan mata

Tujuan : a) mengetahui bentuk dan fungsi mata

b) mengetahui adanya kelainan pada mata.

Persiapan alat: a) senter kecil

b) surat kabar atau majalah

c) kartu Snellen

d) sarung tangan

Prosedur pelaksanaan

Inspeksi: bentuk,kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimetrisan,


bola mata, warna konjunctiva dan sclera ( anemis/ikterik), penggunaan kecamata/
lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.

Normal: simetris mata kika, warna konjuctiva pink, dan sclera berwarna putih.

Tes ketajaman penglihatan

Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain.


Tajam penglihatan tersebut merupakan derajat persepsi detail dan contour beda,
visus tersebut dibagi dua yaitu:

1. Visus sentralis
Visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda
benda yang letaknya jauh. Padakeadaanini mata tidak melakukan akomodasi (E.M.
Sutrisna, dkk, hal 21).

Visus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat


benda benda dekat misalnya membaca, menulis dan lain-lain. Ada keadaan ini mata
harus akomodasi supaya baingan benda tepat jatuh di etina (EM. Sutrisna, dkk, hal
21).

2. Visus perifer

Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa


dengan perimeter. Fungsi dari visus perifer aalah untuk mengenal tempat suatu
benda terhadap sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada
bahaya dari samping. Dalam klinik visus sentralis jauh tersebut diukur dengan
menggunakan grafik huruf Snellen yang dilihat pada jarak 20 fet atau sekitar 6
meter.

Prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:


1. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.
2. Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.
3. Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan
apa yang akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan
tangannya tanpa ditekan (mata kiri ditutup dulu).
4. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu
Snellen dari kiri ke kanan, atas ke bawah.
5. Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas.
Jika tetap maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.
6. Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta untuk
membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra =
jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.
7. Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya
gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300).
8. Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk
menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak
hingga). Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.
9. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang
sama.
10. Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya “x/y”
artinya mata
kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat
sejauh y meter).

d. Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.

Persiapan Alat
a. Arloji berjarum detik
b. Garpu tala
c. Speculum telinga
d. Wangi-wangian

Prosedur Pelaksanaan
a. Inspeksi: bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga,
warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
b. Palpasi: nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.
Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala
1. Pemeriksaan Rinne

a. Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
tangan yang berlawanan.

b. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.

c. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika Ia tidak merasakan


getaran lagi.

d. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm
dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar klien.

e. Instruksikan klien untuk member tahu apakah Ia masih mendengarkan


suara atau tidak.

f. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.

2. Pemeriksaan Webber

a. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari
yang berlawanan.

b. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien.

c. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih
jelas pada salah satu telinga.

d. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut

e. Pemeriksan hidung dan sinus


Tujuan :
a) Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b) Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat :
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Sarung tangan (jika perlu)

Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi: hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung (
lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2
infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak
ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
Palpasi dan Perkusi: frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum
deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

f. Pemeriksaan mulut dan bibir


Tujuan :
Mengetahui bentuk kelainan mulut

Persiapan Alat
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung tangan bersih
d) Kasa

Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi,
dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.
Inspeksi dan palpasi strukur dalam: gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi,
tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh
dan tidak ada tanda infeksi.

g. Pemeriksaan leher
Tujuan :
a) Menentukan struktur integritas leher
b) Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
c) Memeriksa system limfatik

Persiapan Alat
Stetoskop

Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak
ada pembesaran kelenjer gondok.
Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal: arteri karotis terdengar.
Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid: (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi,
nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri,
pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada
pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
Auskultasi : bising pembuluh darah. Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
h. Dada dan aksila
Tujuan :
a) Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara
b) Mendeteksi awal adanya kanker payudara

Persiapan alat: Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)

Prosedur pelaksanaan
Inspeksi payudara: Integritas kulit
Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena
Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi. Setelah
diadakan pemeriksaan dadadan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

i. Pemeriksaan Abdomen (Perut)


Posisi klien: Berbaring
Tujuan :
a) Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut
b) Mendengarkan suara peristaltic usus
c) Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam
perut.

Persiapan :
a) Posisi klien: Berbaring
b) Stetoskop
c) Penggaris kecil
d) Pensil gambar
e) Bntal kecil
f) Pita pengukur

Prosedur pelaksanaan
Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi,
tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.
Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat
ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
Auskultasi: suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari
stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka
(bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri
renalis, arteri iliaka dan aorta.
Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum
jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.
Perkusi hepar: Batas
Perkusi Limfa: ukuran dan batas
Perkusi ginjal: nyeri
Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak
cairan =hipertimpani
Palpasi semua kuadran : (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik
organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat
menghangatkan tangan terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan
penumpukan cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

j. Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)


Tujuan :
1. Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-
bagian tertentu.

Alat :
1. Meteran Posisi klien: Berdiri. duduk
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM,
kekuatan dan tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.
Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .
Normal: teraba jelas
Tes reflex : tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.
Normal: reflek bisep dan trisep positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

k. Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan


telapak kaki)
Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit,
posisi dan letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal : simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh
Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan
Normal: teraba jelas
Tes reflex : tendon patella dan archilles.
Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

l. Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)


Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
1. Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
2. Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema,
tumor/ benjolan, infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
3. Melakukan perawatan genetalia
4. Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
1.Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
2.Sarung tangan

m. Pemeriksaan rectum
Tujuan :
1.Mengetahui kondisi anus dan rectum
2. Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
3. Mengetahui intregritas spingter anal eksternal
4. Memeriksa kangker rectal dll

Alat :
1.Sarung tangan sekali pakai
2.Zat pelumas
3.Penetangan untuk pemeriksaan

Prosedur Pelaksanaan
1.Wanita:
Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris,
edema, pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema
dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau)
Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran ·
Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa ·
Pemeriksaan anus dan rectum: Feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani
pengeluaran dan perdarahan.
Normal: Tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi
hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. Pria:
Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran ·
Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada
pengeluaran pus atau darah
Inspeksi dan palpassi skrotum: Integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes
dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan ·
Pemeriksaan anus dan rectum : Feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani,
pengeluaran dan perdarahan. ·
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda
infeksi dan pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut. Muskuloskeletal
Inspeksi: persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa bagian tubuh.
Amati :
Kemudahan dan rentang gerakan.
Setiap tanda-tanda inflamasi pada atau disekitar sendi
Kondisi jaringan sekitar.
Setiap deformitas musculoskeletal, termasuk kurvatura abnormal dari tulang
belakang.
Kaji : Tulang belakang, terutama selama amsa remaja. Pergelangan kaki dan Tungkai
Inspeksi : Sendi pergelangan kaki.
Palpasi: Setiap sendi.
Raba :sepanjang tendon Achilles.
Pencet: Masing-masing kaki bawah, sehingga menekan sendi metatar sofalangeus; kemudian
hallus valgus, corns, calluses. Nyeri sendi pada artritis dan kondisi lain. Palpasi
setiap sendi antara ibu jari dan jari Anda.
Kaji: Batas gerak.
Dorsofleksi dan plantar fleksikan kaki terhadap pergelangannya (sendi
tibiotalar). Stabilkan pergelangan kaki dengan satu tangan dan putar ke dalam dan ke luar tumit
(sendi subtalar).
F. Konsep Dasar Pemeriksaan Sistem
G. Prosedur Pemeriksaan Sistem
1.Sistem Cardiovaskuler
Cara inspeksi
Jantung, secara topografik jantung berada di bagian depan rongga
mediastinum. Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring
terlentang atau
dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemu
kan misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan
penderita. Pulsasi iniletaknya sesuai dengan apeks jantung. Diameter
pulsasi kira-kira 2 cm, dengan punctum maksimum di tengah-
tengah daerah tersebut. Pulsasi timbul pada waktusistolis ventrikel. Bila
ictus kordis bergeser ke kiri dan melebar, kemungkinanadanya pembesaran
ventrikel kiri.
Cara Palpasi
Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau berdiri
iktusterlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak medial dari linea
midclavicularissinistra. Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal
IV.
Denyutan nadi pada dada
Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga adanya
kelainan pada aorta.
Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang interkostal
II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden.
Getaran/Trhill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katup bawaan
atau penyakit jantung congenital. Getaran yang lemah akan lebih mudah
dipalpasi apabila orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi
jantung dan darah akan mengalir lebih cepat. Dengan terabanya getaran
maka pada auskultasi nantinya akanterdengar bising jantung.
Cara Perkusi
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung.Perkusi
jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung yaitu
efusi pericardium dan aneurisma aorta.
Batas kiri jantunga.
a. Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
b. Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita
tetapkansebagai batas jantung kiri.
c. Normal : Atas : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)Bawa
h: ICS V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri(tempat iktus)
Batas Kanan Jantung
a. Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
b. Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh
daridinding depan thorakc.
c. Normal : Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang intercostal
III-IV kanan, di linea parasternalis kanan.
d. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis
kanan.

Cara auskultasi
Auskultasi bunyi jantung dilakukan pada tempat-tempat sebagai berikut :
a. Dengarkan BJ I pada :
- ICS IV line sternalis kiri (BJ I Tricuspidalis)
- ICS V line midclavicula/ICS III linea sternalis kanan (BJ I Mitral)
b. Dengarkan BJ II pada :
- ICS II lines sternalis kanan (BJ II Aorta)
- ICS II linea sternalis kiri/ICS III linea sternalis kanan (BJ II Pulmonal)
c. Dengarkan BJ III (kalau ada)
- Terdengar di daerah mitral
- BJ III terdengar setelah BJ II dengan jarak cukup jauh, tetapi tidak
melebihiseparo dari fase diastolik, nada rendah
- Pada anak-anak dan dewasa muda, BJ III adalah normal
- Pada orang dewasa/tua yang disertai tanda-tanda oedema/dipneu, BJ
IIImerupakan tanda abnormal.
- BJ III pada decomp. disebut Gallop Rythm.

Dari jantung yang normal dapat didengar lub-dub, lub-dub, lub-dub.


Lub adalahsuara penutupan katup mitral dan katup trikuspid, yang
menandai awalsistole. Dubadalah suara katup aorta dan katup pulmonalis
sebagai tanda awal diastole. Padasuara dub, apabila pasien bernafas akan
terdengar suara yang terpecah.2.

2. Sistem Pencernaan
Cara inspeksia.
a. Pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.
b. Inspeksi cavum oris, lidah untuk melihat ada tidaknya kelainan.
c. Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala
untukmelemaskan/relaksasi otot- otot abdomen.
d. Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
e. Pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan
warnaabdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola
vena, dan striaeserta bayangan vena dan pergerakkan abnormal.
f. Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
g. Perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau
penegangan. Bilaabdomen tampak menegang, minta pasien untuk
berbalik kesamping daninspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran
area antara iga-iga dan panggul,tanyakan kepada pasien apakah
abdomen terasa lebih tegang dari biasanya.
h. Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan
memasang
tali/ perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul diked
ua sisi tali/ perban untuk menandai dimana batas lingkar abdomen,
lakukan monitoring, bilaterjadi peningkatan perenggangan abdomen,
maka jarak kedua simpul makinmenjauh.
i. Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
j. Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya
gerakan peristaltik atau denyutan aortik.
Cara palpasi abdomena.

a. Posisi pasien berbaring terlentang dan pemeriksa disebelah kanannya.


b. Lakukan palpasi ringan di tiap kuadran abdomen dan hindari area yang
telahdiketahui sebelumnya sebagai titik bermasalah, seperti apendisitis.
c. Tempatkan tangan pemeriksa diatas abdomen secara datar, dengan jari-
jariekstensi dan berhimpitan serta pertahankan sejajar permukaan
abdomen.
d. Palpasi dimulai perlahan dan hati-hati dari superfisial sedalam 1 cm
untukmendeteksi area nyeri, penegangan abnormal atau adanya massa.
e. Bila otot sudah lemas dapat dilakukan palpasi sedalam 2,5– 7,5 cm,
untukmengetahui keadaaan organ dan mendeteksi adanya massa yang
kurang jelasteraba selama palpasi
f. Perhatikan karakteristik dari setiap massa pada lokasi yang dalam,
meliputi ukuran, lokasi, bentuk, konsistensi, nyeri, denyutan dan
gerakan
g. Perhatikan wajah pasien selama palpasi untuk melihat adanya tanda/
rasa tidak nyaman.
h. Bila ditemukan rasa nyeri, uji akan adanya nyeri lepas, tekan dalam
kemudian lepas dengan cepat untuk mendeteksi apakah nyeri timbul
dengan melepaskan tekanan.
i. Minta pasien mengangkat kepala dari meja periksa untuk melihat
kontraksi otot-otot abdominal
Cara palpasi hepar
a. Posisi pasien tidur terlentang.
b. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
c. Letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior
pasien pada iga kesebelas dan keduabelas dan tekananlah kearah
atas.
d. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah
ke kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung
jari terletak di garis klavikular di bawah batas bawah hati.
e. Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
f. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat
abdomen mengempis.
Cara palpasi kandung empedu
a. Posisi pasien tidur terlentang.
b. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien.
c. Letakkan telapak tangan kiri pemeriksa dibawah dada kanan
posterior pasien pada iga XI dan XII dan tekananlah kearah atas.
d. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari
mengarah ke kepala / superior pasien dan ekstensikan sehingga
ujung-ujung jari terletak di garis klavikular di bawah batas
bawah hati
e. Kemudian tekan lembut ke dalam dan ke atas.
f. Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi hati saat
abdomen mengempis.
g. Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
h. Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta pasien untuk
menarik napas dalam selama palpasi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya
memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau
tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya.
Tujuan dari pemeriksaan fisik yaitu :
1. Mengkaji secara umum dari status umum keadaan klien.
2. Mengkaji fungsi fisiologi dan patologis atau gangguan.
3. Mengenal secara dini adanya masalah keperawatan klien baik aktual maupun
resiko.
4. Merencanakan cara mengatasi permasalahan yang ada,serta menghindari
masalah yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang
baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien
yang sedang di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan
fisik ini sangat penting dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam
keadaan sadar maupun tidak sadar.
Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
untuk menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk
proses keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

B. Saran
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu
kesehatan khususnya ilmu keperawatan penting sekali memahami dan
mahir melakukan pemeriksaan fisik dalam asuhan keperawatan secara tepat
agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun
di masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai