Anda di halaman 1dari 6

A.

Laporan Aklimatisasi
B. Tujuan Praktikum
Tujuan kegiatan praktik ini untuk mengetahui proses aklimatisasi anggrek. 

C. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal   : Selasa/28 Januari 2020
Pukul               : 15:00 – 16:00 WITA
Tempat            : Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian UNMUL

D. Dasar Teori

Teknik budidaya secara  in vitro dianggap selesai saat terbentuk plantlet (tanaman

kecil) yang mempunyai pucuk pada ujung yang satu dan akar pada ujung yang lainnya

kemudian memindahkan plantlet tersebut pada lingkunan luar. Masa ini merupakan masa

kritis karena plantlet harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrof yang aseptic cdan

terpenuhi semua kebutuhan untuk proses pertumbuhan (hara, kelembaban dan cahaya

matahari) menjadi kondisi autotrof yang aseptic dan kondisi alam yang serba tidak teratur. Di

lingkungan autotrof tanaman didorong untuk mampu mengadakan fotosintesis sendiri

sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Masa penyesuaian diri (adaptasi) ini secara umum

disebut aklimatisasi.

Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap

lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi, selain itu

aklimatisasi dilakukan  untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan

tumbuh yang kurang aseptik. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil

kultur terhadap lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 3 TENGGARONG


1
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aklimatisasi merupakan bagian dari

teknik budidaya khususnya ex vitro karena mencakup ruang diluar laboratorium, biasanya

dilakukan di screen house dengan tetap memperhatikan alat dan lingkungan yang steril.

Aklimatisasi sangat penting dilakukan sebagai bagian dari penyesuaian hidup suatu tanaman.

Oleh karena itu, praktik aklimatisasi perlu dilakukan demi menunjang kegiatan budidaya baik

invitro maupun exvitro.

Salah satu tahapan terpenting dalam perbanyakan tanaman secara in vitro adalah

aklimatisasi yang akan menentukan keberhasilan tumbuh planlet di lingkungan ex vitro

(Arditi, 1997). Aklimatisasi adalah proses adaptasi suatu planlet terhadap perubahan dari

lingkungan heterotrof ke lingkungan autotrof (Kartikasari, 2009). Tahapan ini dilakukan agar

tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan dalam botol kultur dengan suplai media lengkap

tetap dapat bertahan hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada kondisi lingkungan

eksternal (Yosepa et al., 2012).

Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah

proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke

kondisi lingkungan tidak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus

dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi

terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang.

Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap

lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk

mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 3 TENGGARONG


2
Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan

lingkungan (Torres, 1989).

Menurut Wulandari dan Dewi (2014) media tanam merupakan salah satu faktor

penting dalam aklimatisasi. Spaghnum moss merupakan jenis lumut-lumutan yang memiliki

sistem drainase yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media tanam untuk pertumbuhan

planlet anggrek Phalaenopsis. Selain media tanam, salah satu faktor yang penting

diperhatikan dalam tahap aklimatisasi adalah pemupukan. Pemberian pupuk pada tanaman

anggrek mengutamakan tiga unsur hara yang diperlukan, yaitu unsur nitrogen (N), fosfor (P),

dan kalium (K). Unsur N berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, unsur P

untuk merangsang pertumbuhan generatif, inisiasi akar, dan  pendewasaan tanaman, dan

unsur K sebagai katalisator (Ginting et al, 2001).

Pada aklimatisasi diperlukan ketelitian karena merupakan tahap kritis dan seringkali

menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah

dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan

dengan hal tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis

dan jaringan pembuluh yang belum sempurna. Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman

lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan

tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya lebih tinggi,

tanaman akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas. Kondisi tersebut

menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca (Wetherelll, 1982).

Mengacu pada penjelasan di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam

lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan dilatih untuk

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 3 TENGGARONG


3
terus dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut

secara umum dapat diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks

kecil yang terang dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut

kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif lingkungannya,

yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks secara bertahap pula (Torres,

1989).

Setelah tahap perakaran, maka fase selanjutnya yang harus dilakukan adalah

aklimatisasi tanaman di rumah kaca. Keberhasilan aklimatisasi selain dipengaruhi faktor

perakaran tanaman, juga kemampuan mengendalikan kondisi lingkungan, dan media tumbuh

di rumah kaca. Menurut Nova dan Sitti Fatimah (2012) keberhasilan aklimatisasi planlet

sungkai dipengaruhi oleh cara penanganan saat pengeluaran plantlet dari botol kultur, media

tumbuh saat di rumah kaca (harus steril) dan lingkungan mikro plantlet (disungkup selama 2

minggu sampai muncul daun baru).

Menurut Parnidi dan Untung (2016) Aklimatisasi merupakan tahapan dalam teknik

kultur jaringan guna membantu planlet untuk berdaptasi di lingkungan non steril.

Aklimatisasi merupakan tahap yang tidak kalah pentingnya dalam pembiakan secara kultur

jaringan. Apabila dalam tahap aklimatisasi berhasil maka secara keseluruhan

perkembangbiakan secara kultur jaringan berhasil pula. Masa aklimatisasi ini merupakan

masa kritis bagi tanaman karena tanaman yang semula mendapat nutrisi dari media secara

tiba-tiba harus mencari makanan (nutrisi) sendiri. Aklimatisasi dilakukan bila planlet telah

mencapai pertumbuhan optimal dengan struktur akar yang sempurna. Tujuan utama

aklimatisasi adalah agar planlet tersebut dapat beradaptasi pada lingkungan eksternal

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 3 TENGGARONG


4
(Aisyah, 2002). Pada saat aklimatisasi faktor suhu, cahaya, dan media tanam sangat

menentukan keberhasilan aklimatisasi.

E. Alat Dan Bahan

No Bahan Alat
1 Explan Pot
2 Akar pakis Baskom
3 Arang Pinset
4 Fungisida
5 Bakterisida
6 Air

F. Prosedur Kerja

1.      Siapkan alat dan bahan

2.      Media tanam disiapkan dalam pot, pot diisi akar pakis dan arang dengan perbandingan

1/1

3.      Eksplan disterilisasi dengan direndam larutan dari campuran bakterisid, fungisida dan air

selama 10 menit

4.      Eksplan dikeringkananginkan

5.      Eksplan ditanam pada media pot dengan bantuan pinset

G. Kesimpulan
Aklimatisasi adalah suatu tahap penyesuaian suatu organism terhadap lingkungan baru yang
akan dimasukinya. Pada aklimatisaisi anggrek, hal-hal yang dilakukan adalh, penyiapan
eksplan, sterilisasi dan aklimatisasi pada media pot.

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 3 TENGGARONG


5
Daftar Pustaka
Agromedia, redaksi. 2006. Buku Pintar.Tanaman Hias. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Aisyah, S., 2002, Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertum-buhan Bibit dari
Plantlet Tebu (Saccharum officinarum var.Ps 80-1424) pada Tahap Aklimatisasi Pembibitan
Tebu, Tesis, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro

Arditi, J. 1997. Orchid Biology, Reviews, and Perpectives 1. Cornell University Press. Ithaca
and London (US).

Ginting, B.,  W. Prasetio, T. Sutater.  2001.  Pengaruh Cara Pemberian Air, Media, dan


Pemupukan terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. BALITHI. Jakarta

Kartikasari, R. 2009. Pengaruh perbedaan media tanam terhadap keberhasilan aklimatisasi


Phalaenopsis sp. Skripsi.  Universitas Negeri Malang. Malang.

Nova Kristina dan Sitti Fatimah. 2012. Induksi Perakaran dan Aklimatisasi Tanaman Tabat
Barito Setelah Konservasi In Vitro Jangka Panjang. Bl. Littro. Vol. 23 No. 1, 11 – 20

Parnidi dan Untung SetyoBudi. 2016. Keragaan Klon-Klon Abaca (Musa textilis Nee)  Hasil
Kultur in-Vitro pada Fase Aklimatisasi. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek. Balai
Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat: Malang

Purnami N.L.,  Yuswanti H. dan Astiningsih. 2014. Pengaruh Jenis dan Frekuensi
Penyemprotan Leri Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Phalaeonopsis sp. Pasca
Aklimatisasi. Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 3, No. 1, Januari 2014.

Torres, K. C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops.Chapman and Hall.


New York. London.

Wetherelll, D. F. 1982. introduction to in vitro Propagation. Avery Publishing Group Inc.


Wayne, New Jersey.

Wulandari T, dan Dewi S. 2014. Karakterisasi Morfologi dan Pertumbuhan Populasi Planlet
Anggrek Phalaenopsis Hasil Persilangan Selama Tahap Aklimatisasi  . Jurnal Hort
Indonesia. 5(3):137-147.

Yosepa, T., C. Siregar, E. Gusmayanti. 2012. Pengaruh penggunaan jenis media terhadap
aklimatisasi anggrek Dendrobium sp. (hibrida). J. Sains Mahasiswa Pertanian. 2(2): 1-2.

Ellok Dwi Sulichantini. 2020. Laboratorium Kultur Jaringan. Samarinda. Fakultas Pertanian
UNMUL.

http://msholihah0.blogspot.com/2017/02/laporan-magangkegiatan-iii-aklimatisasi.html

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGRI 3 TENGGARONG


6

Anda mungkin juga menyukai