Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOSEN PEMBIMBING: SARI DESI ESTA ULINA SITEPU S.Kep, Ns, M.Kep
DISUSUN OLEH
T.A 2019/202
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK MENINGITIS” Oleh
DOSEN SARI DESI ESTA ULINA SITEPU S.Kep,Ns, M.Kep.
Penulisan pada makalah kami ini merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingatakan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................... 3
2.1 Definisi ............................................................................................. 3
2.2 Etiologi ............................................................................................. 4
2.3 Klasifikasi ........................................................................................ 5
2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................ 6
2.5 Tujuan paliatif care pada trauma capitis .......................................... 7
2.6 Tahapan tahapan paliatif care............................................................ 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 9
2.8 Pathways .......................................................................................... 11
BAB III ASUHANKEPERAWATAN .................................................. 14
BAB IV PENUTUP ................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita
meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi,
retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data WHO
menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia setiap tahun,
lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu,
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang bayi
di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan gejala
penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam.
Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian
yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr
Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit
tersebut, hanya dalam waktu 48 jam.
Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur
koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih
sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi
antibodi yang dapat melawan bakteri tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan, atau
keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan dan
semakin parah setelah beberapa bulan.
3
e. apa saja manifestasi klinis meningitis pada anak?
f. apa prognosis meningitis pada anak?
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Meningitis
Meninges adalah jaringan membrane penghubung yang melapisi otak dan medulla
spinalis. Ada 3 lapisan meninges yaitu: durameter, arachnoid, dan piameter.
Durameter adalah lapisan luar meninges merupakan lapisan yang liat, kasar dan
mempunyai dua lapisan membrane. Arachnoid adalah membrane bagian tengah, tipis dan
berbentuk seperti laba-laba. Sedangkan piameter adalah lapisan paling dalam,, tipis merupakan
membrane vaskuler yang membungkus seluruh permukaan otak.
5
4. Factor imunologi: defesiensi mekanisme imun, defesiensi immunoglobulin, anak yang
mendapat obat-obat imunosupresi.
5. Anak dengan kelainan simstem saraf pusat, pembedahan, atau injury yang berhubungan
dengan system persarafan
2.3 Penyebaran virus yang bisa menimbulkan meningitis
a. virus influenza: virus ini menyebar melalui batuk, bersin, dan kontak orang yang
terkena influenza
b. virus herpes simplex: seseorang dapat menyebabkan virus herpex ke bayi melalui
ciuman bahkan ketika orang yang belum terinfeksi belum memiliki gejala apapun.
Bayi baru lahir juga bisa mendapatkan virus dari ibunya saat proses kelahiran.
c. Virus varicella-zoster: virus sangat menular dan dapat menyebabkan cacar dan ruam.
Virus ini sering menyebar melalui pernapasan, berbicara atau adanya kontak dengan
luka seseoramg yang terinfeksi virus ini.
d. Campak dan gondong: virus dari penyakit ini sangan menular dan bisa menyebar
sewaktu berbicara, batuk dan bersin.
Penyebaran bakteri yang bisa menimbulkan meningitis
a. Streptocococus grup B: dapat ditularkan dari ibu ke bayi yang baru lahir
b. Escheria coli: bakteri ini menyebar dari ibu ke bayi selama persalinan jika ibunya
terkontaminasi bakteri ini dari makanan.
c. Sterptococus pneumoniae dan hemophilus influenza tipe B: bakteri ini umumnya
menyebar malalui batuk dan bersin.
d. Listeria monocytogenesis menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Janin
dapat terinfeksi ini selama ibu mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri
ini.
e. Neisseria menigitides: bekteri ini bisa menyebar melalui air liur orang deasa ke bayi.
6
Lumban pungsi dan anestesi lumbal
c. Meningitis jamur
Meningitis yang disebabkan oleh penyebaran jamur di sumsum tulang
belakang,melalui aliran darah, resiko meningitis ini meningkat akibat system kekebalan
tubuh menurun, seperti HIV dan Kanker.
d. Meningitis parasite
Meningitis ini disebabkan oleh parasite yang biasanya masuk kedalam tubuh
melalaui hidung. Amoeba yang menyebabkan meningitis ini umumnya ada naigleria
pouleri.
Amoeba ini biasnaya ditemukan pada danau, suangai air tawar, kolam renang
yang tidak dibersihkan, dan lain-lain.
e. Meningitis tuberkolosis
Meningitis yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkolosis.
8
mengembangkan lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam petekie dengan lesi purpura
samapi ekimosis pada daerah yang luas.
h. Kaku duduk (ketidakmampuan untuk menggerakkan leher ke depan karena terjadi
peningkatan tonus otot leher dan kekauan.
i. Photophobia (intoleransi terhadap cahaya terang) dan fonofobia (intoleransi terhadap
suara keras)
j. Penurunan kesadaran dihubuangkan dengan menginitis bakteri. Disorientasi dan
gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit.perubahan yang terjadi
bergantung pada beratnya penyakit. Demikian pula respon individu terhadap proses
fisiologisnya.
Manifestasi klinis
a. Neonatus: menolak untuk makan, reflex menghisap kurang, muntah, atau diare,
tonus otot kurang, kurang gerak dan menangis lemah.
b. Anak-anak dan remaja: demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti dengan
perubahan sensori, kejang, mudah testimulasi, dan stupor, koma, kaku duduk dan
opistotonus, tanda kerng dan bruzenski positif, reflex fisiologis hiperaktif, ptechiae
atau pruritus (menunjukkan adanya infeksi meningoccal)
c. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan sampai 2 tahun) : demam, anoreksia, muntah,
kejang, menangis dengan merintih, ubun ubun menonjol, kaku duduk, tanda kerng
dan bruzenski.
2.6 Prognosis
Bila tidak diobati meningitis bakteri hampir selalu fatal. Meningitis virus
sebaliknya cenderung sembuh sendiri dan jarang fatal. Pada bayi baru lahir (20-30%)
mungkin meninggal karena meningitis bacterial. Resiko kematian diprediksi dengan
berbagai faktir selain usia, seperti pathogen, yang terlibat dan waktu yang dibutuhkan
untuk membersihkan pathogen dari likour serebrospinal.
Pada anak ada beberapa potensi cacat yang munkin disebabkan oleh kerusakan
dari system saraf, termasuk tuli sensorinureal,epilepsy, gangguan kognitif, sukar dalam
memahami pelajaran,kesulitan perilaku, dan menurunya kesadaran.
9
2.6 PATHOFISIOLOGI dan PATHWAY
Pathofisiologi
VIRUS,BAKTERI,PARASIT,JAMUR
MENINGITIS
Merangsang
Membentuk cairan yang
TOKSEMIA peningkatan
kental
metabolisme tubuh
Peningkatan volume
HIPOTALAMUS fustula Peningkatan respon
gastrointestinal
Peningkatan tekanan
PENINGKATAN pada menginen Rasa mual dan muntah
SUHU TUBUH
Anoreksi
Gangguan rasa a
nyaman
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
10
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus seperti
streptokokus,stapilokokus, meningokokus, pnemokokus dan dari golongan lain seperti
tersebut di atas menginfeksi, bronkus saluran cerna . Mikrooganisme tersebut mencapai otak
mengikuti aliran darah.
2.7 Kompilkasi
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada lapisan intracranial yang meningkat sehingga memungkinkan
lolosnya cairan dari lapisan otak kedaerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventricular otak( ventrikulitis). Abses pada meningen dapat
sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler
c. Hidrosefalus peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
liquor cerebro spinal(LCS).Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla
spinalis.cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intracranial
d. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena meningitis tidak
mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat
e. Epilepsi kondisi ini terjadi karena perubahan keseimbangan cairan dari membrane sel
neuron kemudian difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membrane
f. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah menyebar ke
sererum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori
g. Serangan meningitis berulang kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas
atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotic yang di gunakan untuk
pengobatan
11
PENCEGAHAN
Selain beberapa upaya di atas, pencegahan meningitis juga dapat dilakukan dengan menerima
vaksinasi atau imunisasi. Pemberian vaksin bertujuan agar melindungi pasien dari penyebab
seperti bakteri atau virus. Beberapa vaksin yang digunakan untuk mencegah meningitis
meliputi:
PENGOBATAN
12
(intravenous) adalah langkah yang baik untuk menjamin kesembuhan serta mengurang
atau menghindari resiko komplikasi. Antibiotik yang diberikan kepada penderita
tergantung dari jenis bakteri yang ditemukan. Adapun beberapa antibiotik yang sering
diresepkan oleh dokter pada kasus meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis antara lain Cephalosporin
(ceftriaxone atau cefotaxime). Sedangkan meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Listeria monocytogenes akan diberikan Ampicillin, Vancomycin dan Carbapenem
(meropenem), Chloramphenicol atau Ceftriaxone. Treatment atau therapy lainnya
adalah yang mengarah kepada gejala yang timbul, misalnya sakit kepala dan demam
(paracetamol), shock dan kejang (diazepam) dan lain sebagainya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1.Pengkajian
Pengkajian di lakukan pada tanggal 14 april 2016 pukul 10.00 wib di ruang anak (NICU
neurologi/BII) RSUD Husada Surabaya.
A.biodata
Nama : By.L
Agama : Islam
No RM : 10.392.85
13
Sumber Informasi :Ibu
b. keluhan utama
kejang
Sebelumnya dirumah klien sudah seminggu menderita demam, flu, dan batuk. Klien mulai
kejang pada tanggal 13 april 2016 jam 23.00 wib (pada saat kejang mata melirik keats, kejang
pada seluruh badan, setelah kejang klein sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih
lewat mulut) dan langsung dibawa ke IGD rsud Husada Surabaya dan MRS di ruang anak
NICU neurologi II B.
Sebelumnya klien pernah MRS dengan diare pada saat berumur 2 bulan.
Ibu mengungkapkan bahwa saat klein menderita panas dan kejang didalam keluarga tidak
ada yang menderita sakit flu atau batuk.
Ibu mengungkapkan bahwa Selama hamil ia rajin kontrol kebidan didekat rumahnya. Ia
mengatakan bahwa ia juga mengkonsumsi makanan sehat selalu. Air ketuban berwarna
kehitaman dan kental.
G.status imunisasi
Menurut ibu anaknya sudah mendapatkan imunisasi BCG, Polio I, DPT dan Hepatitis.
h.status nutrisi
ibu mengatakan By.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 2 bulan, setelah dirawat di
ruang anak, ibu tidak memberi ASI dan diganti dengan fasilactogen.
14
i.Data psikososial
ibu mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar abnaknya
bisa cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama denga keluraga.
Ibu dan nenek klien selalu menuggu klien dan hanya pada hari minggu ayah dan kakak klien
datang mengunjungi klien.
j.pemeriksaan fisik
1.Keadaan umum
Kepala berbentuk simetris rambut bersih hitam dan penyebarannya merata ubun-ubun
besar masih belum menutup teraba lunak dan cembung lingkar kepala 36cm mata Nampak
anemis icterus tidak ada telinga tidak ada serumen hidung tidak ada terdapat pernafasan
cuping hidung mulut bersih leher tidak terdapat pembesaran kelenjar
4.Abdomen
Bentuk supel hasil perkusi timpani tidak terdapat meteorismus bising usus normal 5x/mnt
hepar dan limpa tidak teraba kandung kemih terasa kosong
5.Ekstrimitas
Tidak terdapat spina bifida pada ruas tulang belakang tidak ada kelainan dalam segi
bentuk,uji kekuatan otot tidak dilakukan klien mampu menggerakkan ekstremitas sesuai
15
dengan arah gerak sendi.ekstremitas kanan sering terjadi spastik terjadi setiap 10x selama
1mnt.
6.Refleks
16
Kolaborasi :berikan terutama pada A;masalah belum
cairan perinfus pasien teratasi
denganperhatian ketat
4.untuk P:lanjutkan intervensi
2.monitorAGD mengetahui
tanda-tanda
Bila diperlukan
normal pada bayi
pemberian oksigen
17
4.berikan anti 3.memberikan ekstra 3.saat demam A:masalah belum
piuretika dan cairan susu kebutuhan cairan teratasi
pengobatan sesuai akan meningkat
4.memberikan anti P:lanjutkan intervensi
anjuran dokter
piuretika sesuan 4.menurunkan
2.S: ibu klien
anjuran okter panas pada pusat
mengatakan bahwa
hipotalamus
kejang masih ada
A: masalah belum
teratasi
P: lanjutkan
intervening
18
diazepam,phenob
arbital
4. Kurangnya 1.Kaji tingkat 1.Mengkaji tingkat 1.Mengkaji sejauh 1.S: Ibu mengatakan
pengetahuan pengetahuan pengetahuan keluarga mana bahwa tanda spastik
keluarga b/d keluarga pengetahuan yang tidak terjadis
2. memberi penjelasan
keterbatasan di miliki keluarga
2. beri penjelasan kepada keluarga sebab O: - Tangan dan kaki
informasi dan kebenaran
kepada keluarga dan akibat kejang klien sebelah kiri tidak
informasi yang di
sebab dan akibat terlihat kaku dan
3.Memberikan health dapat
kejang tegang
education agar selalu
2.penjelasan
3.berikan health sedia obat penurun -keadaan umum
tentang kondisi
education agar panas pasien masih lemah
yang di alami
selalu sedia obat
4.memberitahu dapat membantu A: Masalah teratasi
penurun panas
keluarga jika anak menambah
P: hentikan intervensi
4.beritahukan ibu mendapat imunisasi wawasan keluarga
jika anak akan agar di beritahukan
3.mencegah
mendapat pada petugas imunisasi
peningkatan suhu
imunisasi agar bahwa anak pernah
lebih tinggi dan
memberitahu menderita kejang
serangan kejang
kepada petugas demam
ulang
imunisasi bahwa
anaknya pernah 4. imunisasi
menderita kejang pertussis
demam memberikan
reaksi panas yang
19
dapat
menyebabkan
kejang demam
20
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta Dapat Diaplikasikan untuk
pendidikan kesehatan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Asupan O2 tidak
Penumpukan cairan serebro adekuat
di otak
hipoksia
23