Spatial Thinking
Spatial Thinking
ASISTEN:
1. ABIMANYU PUTRA P. 3. ADE FEBRI SANDHINI P.
2. YUSTINA NADIA A. L. 4. NABILLA ASTRIVIANY
.
A. TUJUAN
1. Mengenalkan prinsip berpikir spasial
2. Menerapkan prinsip berfikir spasial untuk memecahkan masalah spasial
B. PEMBAHASAN
Berpikir spasial merupakan sekumpulan kemampuan koginitif yang terdiri dari tiga
unsur yaitu ruang (space), alat (tools), dan proses pemikiran atau pertimbangan (process
of resoning) (Setiawan, 2015). Dengan mengaplikasikan hubungan dalam struktur
keruangan, misalnya peta, maka kita dapat menganalisis sifat-sifat statis dan dinamis
suatu objek dan hubungannya dengan objek lainnya, sehingga masalah teridentifikasi dan
solusi pun dapat disusun. Aspek utama dalam spatial thinking antara lain: memahami
konteks masalah, mengenali komponen keruangan, memepelajari sesuatu berdasarkan
hasil observasi, daya ingat tentang keadaan sebelumnya, dan daya imajinasi untuk
mencari sudut pandang baru (modelling).
Salah satu contoh penerapan spatial thinking adalah sebagai landasan penentuan
lokasi yang paling baik untuk perumahan. Data spasial yang dibutuhkan untuk
permasalahan ini adalah peta tematik dengan beberapa informasi, yakni fasilitas umum,
kontur, jaringan jalan, sungai, area pertanian dan permukiman. Peta – peta tersebut
disusun secara berurutan dari yang paling diprioritaskan diletakkan di layer paling bawah.
Pemilihan peta dan penyusunan layer setiap orang berbeda – beda, karena pada dasarnya
spatial thinking dapat dikatakan sebagai suatu hal yang subyektif.
Dari peta – peta tematik yang disediakan, semua peta penting untuk memecahkan
masalah ini. Peta – peta tersebut disusun mulai dari peta kontur. Peta kontur digunakan
untuk mengetahui daerah mana yang relatif datar dan tidak terjal. Peta kontur menjadi
prioritas utama karena kontur permukaan tanah sangat berpengaruh pada pembangunan
perumahan. Pendirian bangunan pada kontur yang relatif datar akan mengurangi risiko
bencana seperti tanah longsor. Layer kedua digunakan untuk peta permukiman. Setelah
mengetahui daerah yang dipilih memiliki kontur aman, selanjutnya perlu diketahui
apakah daerah tersebut merupakan lahan kosong atau justru sudah digunakan untuk
permukiman. Daerah yang dipilih harus daerah yang belum dijadikan permukiman, karena
jika daerah tersebut merupakan daerah permukiman perlu dilakukan relokasi yang
membutuhkan biaya sangat besar. Selain itu juga bisa menimbulkan konflik karena
adanya penggusuran.
Setelah peta kontur dan peta permukiman, layer selanjutnya digunakan untuk peta
akses jalan. Akses jalan diperlukan dalam proses pembangunan proyek dan untuk
kepentingan penduduk yang nantinya akan tinggal di perumahan tersebut. Tidak mungkin
suatu perumahan dibangun tanpa adanya akses jalan. Oleh karena itu, dari layer ketiga ini
C. KESIMPULAN
1. Berpikir spasial merupakan kemampuan koginitif yang terdiri dari tiga unsur yaitu
ruang (space), alat (tools), dan proses pemikiran atau pertimbangan (process of
resoning)
2. Prinsip berpikir spasial untuk menyelesaikan masalah spasial dapat diterapkan
dibeberapa bidang, contohnya pemanfaatan layering peta untuk menentukan lokasi
ideal pembangunan perumahan.