Anda di halaman 1dari 3

Om swastiastu

Perkenalkan nama saya dwi dari kelas 12 ips 3 , disini saya akan memaparkan beberapa
pengalaman saya belajar matematika di sekolah yang saya cintai ini . sebelum itu saya akan
memberikan suatu gambaran umum apa sih itu matematika dan kenapa kebanyakan orang
tidak menyukai pelajaran tersebut ? . MATEMATIKA adalah ilmu tentang kuantitas,
struktur, ruang, dan perubahan. Matematikawan menemukan pola, merumuskan Dugaan baru,
dan membangun kebenaran melalui metode deduksi ketat yang berasal dari aksioma dan
definisi bertepatan. Istilah mathematics ( inggris ), mathematic ( German ), wiskunde
( Belanda ), berasal dari bahasa Yunani dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan
atau ilmu, atau dari kata lain yang serupa yaitu mathanein yang berarti belajar atau berpikir.
Jadi, secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh
dengan bernalar”, yang lebih menekankan pada aktifitas penalaran ratio. Matematika
terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan
penalaran. Mungkin penjelasan tadi agak sulit di mengerti , tapi yang jelas matematika
menggunakan angka angka sebagai simbolnya dan adanya rumus untuk mencapai jawaban
tersebut . tapi yang kita bahas kali ini adalah KENAPA SIH KEBANYAKAN ORANG
TIDAK MENYUKAI PELAJARAN TERSEBUT?. bahkan saya sendiri bertanya kepada
diri saya , kenapa pelajaran tersebut di benci banyak siswa ? padahal ada rumusnya dan bisa
di pecahkan apabila kita mengetahui rumus tersebut, gitu simpelnya . nah dri artikel yang
pernah saya baca , ternyata banyak faktor yang memungkinkan siswa tidak menyukai
pelajaran tersebut .
1. Angka dan rumus yang diajarkan secara abstrak. Alasan utama matematika
sangat sulit adalah karena matematika merupakan pelajaran abstrak yang hanya berisi
angka dan rumus. Bagi siswa sendiri, permainan angka tentu lebih sulit dibandingkan
dengan mendengarkan cerita dan kisah sejarah yang memang berhubungan dengan
kehidupan secara real.
Ini ibarat siswa ditanya oleh guru matematika, “10.000 dibagi 4 sama dengan
berapa ?, siswa akan berpikir lebih lama untuk menjawabnya. Berbeda jika guru
memberikan uang Rp. 10.000 yang dibagikan kepada 4 siswa, tentu siswa dengan
cepat membagi uang masing-masing mendapatkan Rp. 2.500.

2. Konsentrasi Penuh Saat Pelajaran Matematika. Matematika memang dirasa


menjadi pelajaran yang sulit dalam sekolah, untuk itu setiap pelajaran matematika
dimulai, para siswa pasti lebih tegang dan memusatkan konsentrasi untuk memahami
materi. Sehingga ini membuat pikiran mereka lebih mudah kelelahan dan tentu
membuat mereka merasa bosan, apalagi bagi siswa yang memang benci sekali dengan
pelajaran ini.
3. Tidak Cukup Hanya Dengan Menghafal Rumus. Untuk memahami matematika,
tidak hanya cukup dengan menghafal rumus, butuh penalaran dalam memahami soal,
menghubungkan satu rumus dengan rumus lainnya, dan kebiasaan mengerjakan soal.
Tanpa itu mungkin Gan sis akan kesulitan untuk menemukan jawaban benar.
Ya, sudah sangat sering siswa memahami pelajaran matematika yang ketika itu
diterangkan oleh gurunya, tetapi jika guru memberikan soal baru yang terkait, siswa
merasa kesulitan, apalagi ketika mengerjakan ujian dengan soal baru dari beberapa
materi yang sudah disampaikan.
4. Butuh Penjabaran Kompleks Untuk Soal Sederhana . Waktu mengerjakan satu
soal matematika tentu lebih lama dibandingkan mengerjakan soal bahasa atau sejarah.
Ini karena jawaban memang harus kompleks dengan langkah yang sistematis bahkan
untuk soal sederhana.
Begitu pula demikian, materi dasar yang diajarkan di sekolah dasar akan selalu terkait
dengan materi yang diajarkan sampai ke tingkat perkuliahan. Jika siswa belum
menguasai materi matematika sekolah dasar, pastinya siswa harus belajar giat lagi
untuk kembali mempelajarinya.
5. Kebanyakan Guru Matematika Adalah Guru Yang Serius. Sering dikabarkan
bahwa guru matematika adalah guru yang killer dan sangat jarang ditemui guru
matematika yang bisa menghibur dan memotivasi siswa, Ini mungkin karena materi
matematika yang menuntut siswa untuk belajar serius dengan konsentrasi dan
ketelitian lebih, sehingga seriang apapun guru matematika menyampaikan materi,
siswa tetap merasa guru matematika sangat serius.

Nah itu lah beberapa alasan / faktor yang mempengaruhi ketidaksukaan mereka terhadap pelajaran
matematika. Tapi disini saya akan berikan pengalaman saya selama belajar matematika di
smansaku . mohon maaf sebelumnya ini adalah penilaiann atas nama pribadi dan tidak ada
bermaksud menjelek jelekan maupun merendahkan martabat bapak atau ibuk guru . Dari kelas 10
Sampai Kelas 12 Menurut saya metode pengajaranya Sama saja , Kenapa saya bias katakana sama
? karena gakada mindshet saya yang berubah setelah diajarkan beberapa guru yang berbeda ,
mungkin faktor tersebut ada di nomor 5 diatas . Gini ya buk atau pak , ketika saya belajar
matematika dan ketika saya paham apa yang di sampaikan oleh guru yang sedang memaparkan itu
dan bisa menjawab soal yang di berikan tu rasanya ringan sekali bagaikan kapas yang
berterbangan , maka sebaliknya apabila saya tidak paham , pasti rasanya kayak badmood gitu buk
, ah udahlah rasanya ketinggalan 1 angka itu berpengaruh bagi saya , apalagi ketinggalan 2 jam
pelajaran matematika . Jadi maksud saya tu gini cara penyampaianya itu bedaa tapi tetep metode
untuk membuat siswa paham betul akan soal yang diberikan tu kurang , kenapa begitu ? misalkan
di berikan contoh A bertanya kepada siswa apakah udah mengerti ? sebagian bilang sudah dan
sebagian bilang belum artinya masih ragu , dam guru tersebut melanjutkan ke contoh B , nih
siswaa yang masih rag utu merasa jengkel gitu buk , coba ibu / bapak harus pastikan 1 kelas itu
sudah paham akan soal tersebut . terkadang siswa tu takut bertanya karena ketidakketahuanya
terhadap apa yang ada di hadapanya . terkadang sebagian siswa yang tidak mengerti tu
mempunyai feeling bahwa klok dia ingin bertanya kyknya dia mikir siswa lain yang udh mengerti
itu kita membuang waktu utk membahas soal yang siswa tsb masih ragu . jadi bisa dikatakan
bahwa kemampuan setiap anak itu berbeda . disini harus patut guru guru sadari bagaimana
kekuatan dan kemampuan otaknya menjawab soal tersebut dengan seksama . yang jelas
kebanyakan guru melanjutkan ke pertanyaan yang ke B padhal ada sebagian siswa belum
mengerti soal yang A . kenapa sih harus dikejar kejar materi selanjutnya ? emang ketika udah
smpai materi atau bab terakhir tu kita jadi pinter ? apakah tdk bisakah kita barengan “ pinter sama
“ bisa ? mungkin menurut guru siswa yg sebagian tidak mengerti dari penjelasan tersebut adalah
hal yg sepele , namun perlu disadari faktor tersebut yang cenderung akan membuat siswa akan
malas ketika pertemuan selanjutnya. kalua kata halusnya bisa dikatakan hanya sekedar mencatat
aja . disini siswa kan cara memahaminya berbeda beda , ada yang dengan cara membaca dia
langsung bisa ataupun mendengar , dan disini guru – guru harus bisa memaklumi tersebut , kalau
saya pribadi saya lebih paham apabila metode mendengar dibandingkan membaca kenapa
demikian karena kelebian saya adalah suka bersuara dan lebih hafal apabila disuru ulangan lisan .
but ini bukan tentang mengunggulkan cara saya memahami sesuatu . yang jelas peran guru
matematika sangatlah penting mensupport siswanya agara 1 kelas paham akan materi tersebut .
bagaimana meyakinkan bahwa anak tersebut bisa . sekarang ibu suru kelas 12 belajar pelajaran
kelas 10 apakah masih ingat ? kalau tidak kan seharusnya dari kelas 10 itu berkaitan materi
materinya kenapa demikian ? karena gurunya gak pernah menghiraukanya . hanya sekedar
membahas materi sampai bab akhir dan sampai di ujian siswa pun tidak paham betul sama
sekali .sebagai Contoh Tugas yang di kerjakan di sekolah adalah A kemudian Tugas yang dirumah
adalah B dan Untuk Ulangan contohnya C , ya wajar aja siswanya gak bingung , karena tidak
sesuai yang di dapat sebelumnya . dan maksudnya sperti itu tidak lain adalah menguji seberapa
kita bisa memecahkan soal tanpa kita dapet clue sebelumnya . nah Sekarang saya bertanya apakah
penerapan tersebut sudah bisa dikatan berhasil ? data yang mana bisa menyebutkan cara tersebut
berhasil ? sedangkan nilai yang diperoleh kecil dan sampai kapan akan berlanjut seperti ini ?
kenapa gk dari tugas sekolah , pr , dan ulangan soalnya yang A semua? Tinggal ganti angka dan
caranya memakai cara yang udah dibahas ? dan kenapa sih ketika ulangan tu guru sudah
meyakinkan seberapa kemampuan anak anak jawab yang jujur sesuai dengan kemampuan , tapi
tetap saja siswa tersebut menyontek ? dan parahnya yang di contek juga nilainya jelek . trus apa
jadinya ? ya hancur siswa nya disalahkan udah nyontek nilainya kecil . siswa tu mempunyai
feeling ketergantungan terhadap nilai yang diberikan belum lagi guru tersebut ya bisa dikatakan
karakternya tegas . apa yang saya maksud ketergantungan ? iya jelas aja orang saat membahas
materi tersebut dia belum paham betul dan dikasi dia ulangan yang berbeda dari materi yang ia
tidak mengerti . mau siswa tersebut di berikan 100 x ulangan , kalau ia udah mengerti dasar ia
pasti akan menjawab dengan seksama . maka sebaliknya apabila ibu hanya memberikan 2-3 x
ulangan kalau siswa tsb tidak punya dasar untuk mengerjakan soal tsb ya gak bakal akan ada
perubahan . kalau bertanya kenapa ia tidak bisa menjawab soal ulangan tersebut ya karena ia tida
punya landasan dasar untuk menjawab soal ulangan tsb dan kembali lagi ke kata kata saya diatas .
kalau kata bijaknya ya “ Saya tu lebih takut kepada orang yang melatih 1 jurus 1000 kali ,
Dari pada seorang yang melatih 1000 jurus 1 kali “ . Lagi 1 , Terkadang hal yang di mengerti
belum tentu bisa di pahami . terimakasih atas waktu yang diberikan kepada saya untuk
menceritakan kisah kasih saya belajar matematika di smansaku , semoga ada perubahan yang
membuat siswa semakin nyaman untuk belajar matematika.
OM SANTIH , SANTIH , SANTIH OM

Anda mungkin juga menyukai