Standar ini berdasarkan pada prinsip manajemen mutu yang diuraikan dalam SNI Iso
9000. Uraian ini mencakup pernyataan setiap prinsip, dasar pemikiran mengapa prinsipin
penting untuk organisasi, beberapa contoh dari manfaat yang terkait dengan prinsip dan
contoh tindakan yang umum untuk meningkatkan kinerja organisasi ketika menerapkan
prinsip ini. fokus pada pelanggan.
Memahami dan mengelola proses yang saling terkait sebagai suatu sistem yang
berkontribusi untuk efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai hasil yang
diinginkan. Pendekatan ini memungkinkan organisasi untuk mengendalikan hubungan
timbal balik dan saling ketergantungan antara proses dari sistem, sehingga kinerja
keseluruhan organisasi dapat ditingkatkan.
CPOB
Dalam setiap kegiatan pembuatan obat, industri farmasi harus memenuhi persyaratan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pembuatan obat adalah seluruh tahapan proses
yang dilakukan untuk menghasilkan obat jadi yang akan didistribusikan kepada sarana
pelayanan kesehatan yang memerlukan. Tahapan pembuatan obat meliputi pengadaan bahan
awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu
sampai diperoleh obat yang memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan
tujuan penggunaannya secara konsisten.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman dalam pembuatan obat
untuk menjamin mutu produk yang dihasilkan agar sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaan obat tersebut. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang
dibuktikan dengan adanya kepemilikan sertifikat CPOB yang diperbaharui setiap 5 tahun.
Industri farmasi dituntut dapat menghasilkan produk yang aman (safety), berkhasiat
(efficacy), dan berkualitas (quality).
Aspek-aspek CPOTB
1. Manajemen Mutu
Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan
penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar
(registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunaannya karena
tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen Mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
“kebijakan mutu” yang memerlukan partisipasi dan komitmen jajaran di semua
departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai
tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu
yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi cara
pembuatan obat yang baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Konsep dasar
Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek Manajemen Mutu yang
saling terkait. Konsep tersebut diuraikan di sini untuk menekankan hubungan dan betapa
penting konsep tersebut dalam produksi dan pengawasan produk (Badan POM, 2012).
2. Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
Pemastian Mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu,
Industri Farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personel hendaklah
memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personel hendaklah
memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab
hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis sebagai berikut:
1. Personel Kunci
3. Pelatihan
a. Seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan pembuatan obat, harus dilatih
mengenai kegiatan yang sesuai dengan tugasnya maupun mengenai prinsip
CPOB.
b. Pelatihan harus diberikan oleh orang yang ahli. Perhatian khusus diberikan bagi
mereka yang bekerja di daerah steril dan daerah bersih atau yang bekerja dengan
bahan yang mempunyai resiko tinggi, atau yang menimbulkan sensitisasi.
c. Pelatihan mengenai CPOB dilakukan secara berkesinambungan dengan frekuensi
yang memadai untuk menjamin agar personel terbiasa dengan persyaratan CPOB.
d. Pelatihan CPOB dilaksanakan menurut program tertulis yang disetujui oleh
manajer Produksi dan Pengawasan Mutu.
e. Catatan pelatihan mengenai CPOB kepada personel harus disimpan dan
efektivitas program pelatihan dan prestasi personel harus dinilai secara berkala
untuk menentukan apakah mereka telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi,
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk
memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil terjadi risiko kekeliruan, pencemaran silang dan
kesalahan lain serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dan sarana
maka perlu:
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat agar mutu obat yang dihasilkan dapat terjamin, seragam dari bets ke bets, dan
memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang,
penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu
produk.
1) Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorpsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
2) Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan
untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat hendaklah diperiksa
ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan. Hasil
pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan baik.
c. Perawatan
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek
pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan,
peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap hal yang
merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaknya dihilangkan
melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Sanitasi dan
higiene yang diatur dalam pedoman CPOB terbaru adalah terhadap personalia, bangunan,
dan peralatan. Prosedur sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara
berkala agar selalu memenuhi persyaratan.
6. Produksi
7. Pengawasan mutu
Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan
kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua
tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan
sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian, serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dijual,
sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi persyaratan. Pengawasan Mutu tidak
terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi juga mencakup semua keputusan yang
berhubungan dengan mutu produk, yaitu uji stabilitas, program pemantauan lingkungan,
pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal,
penyusunan dan perbaharuan spesifikasi bahan dan produk, serta metode pengujiannya.
Inspeksi Diri dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Tujuan Inspeksi
Diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek Produksi dan Pengawasan Mutu
industri farmasi telah memenuhi ketentuan CPOB. Program Inspeksi Diri hendaklah
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi Diri hendaklah dilakukan secara rutin.
Prosedur dan Catatan Inspeksi Diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program
tindak lanjut yang efektif.
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau
beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk
dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai
reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Produk kembalian
adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi
karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi
wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan
keamanan obat yang bersangkutan.
a. Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari
produk atau kemasannya.
b. Keluhan karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi hampir
fatal dan reaksi medis lain.
c. Keluhan mengenai efek terapetik produk seperti produk tidak berkhasiat atau
respon klinis yang rendah.
b. Penerima kontrak
1) Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi
yang memiliki sertifikat CPOB yang diterbitkan oleh Otoritas Pengawasan Obat
(OPO).
2) Memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
3) Tidak mengalihkan pekerjaan atau pengujian apapun yang dipercayakan
kepadanya sesuai kontrak kepada pihak ketiga tanpa terlebih dahulu dievaluasi
dan disetujui oleh pemberi kontrak.
4) Membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh buruk pada mutu
produk yang dibuat dan/atau dianalisis untuk pemberi kontrak.
a. Kualifikasi
b. Validasi proses
d. Validasi metode analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui bahwa metode analisis
sesuai tujuan penggunaannya. Metode analisa yang divalidasi antara lain: uji
identifikasi, penetapan kadar, dan uji impuritas