Anda di halaman 1dari 37

MATERI

PERILAKU PETERNAKAN
Disusun untuk sebagai pegangan dalam melaksanakan kegiatan perilaku peternakan
Yang diampu oleh pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Peternakan

Disusun Oleh :
Panitia Perilaku Peternakan

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
OKTOBER 2019
I. PENETASAN TELUR

Telur tetas yang normal berbentuk bulat telur atau oval. Telur dengan bentuk bulat atau terlalu
lonjong merupakan telur abnormal sehingga mempengaruhi posisi embrio menjadi abnormal yang
mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas (Nuryati, et al., 1998). Letak rongga udara harus
normal yaitu pada bagian yang tumpul dan simetris berada di tengah-tengah (Chan dan Zamrowi,
1993).

Kuning telur merupakan bagian yang paling penting bagi isi telur, sebab pada bagian inilah
terdapat dan tempat tumbuh embrio hewan, khususnya pada telur yang telah dibuahi. Bagian kuning
telur ini terbungkus semacam selaput tipis yang sangat kuat dan elastis yang disebut membrane
vetelina. Kuning telur memiliki komposisi gizi yang lebih lengkap daripada putih telur dan terdiri dari
air, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin (Stadellman, 1995).Untuk mendapatkan telur telur yang
bagus untuk di tetaskan harus di yakini bahwa telur- telur tersebut berasal dari induk induk ayam yang
memenuhi syarat sebagai induk yang baik seperti:

1. Telah di Vaksinasi secara lengkap

2. Sehat

3. Mempunyai postur dan bentuk badan yang baik

4. Berasal dari galur murni.

Sebelum digunakan peralatan penetasan difumigasikan terlebih dahulu. Semua alat dicuci
bersih dan disemprot dengan obat pembasmi hama. Juga bisa digunakan alkohol 70% untuk bahan
penyemprot. Selanjutnya alat dikeringkan dan dimasukkan dalam ruang penetasan (Chan dan
Zamrowi, 1993).

Telur biasanya tidak bisa langsung dapat dimasukkan ke dalam alat penetasan, mengingat ada
periode tertentu untuk persiapan penetasan telur. Untuk itu diperlukan waktu penyimpanan sebelum
penetasan. Masa penyimpanan sebaiknya tidak lebih dari 7 hari, karena penyimpanan yang melebihi
waktu tersebut akan menurunkan prosentase penetasan telur tetas (Nesheim et al., 1979).

Pada prinsipnya penetasan telur dengan mesin tetas adalah mengkondisikan telur sama seperti
telur yang dierami oleh induknya. Baik itu suhu, kelembaban dan juga posisi telur. Dalam proses
penetasan dengan menggunakan mesin tetas memiliki kelebihan di banding dengan penetasan secara
alami, yaitu : dapat dilakukan sewaktu-waktu, dapat dilakukan dengan jumlah telur yang banyak,
menghasilkan anak dalam jumlah banyak dalam waktu bersamaan, dapat dilakukan pengawasan dan
seleksi pada telur (Yuwanta, 1983).

Suhu yang diperlukan alat penetas harus memiliki kesamaan dengan kondisi suhu induk unggas
pada saat mengeram. Adapun keadaan suhu yang perlu diperhatikan pada penetasan telur ayam dan
bebek berkisar 38◦ C – 40◦ C dan lamanya penetasan 21 hari untuk telur ayam dan 28 hari untuk telur
bebek. (Sudrajat, 2003)

Pada 24 jam pertama setelah menetas maka anak ayam masih dibiarkan di dalam alat penetasan
dan tidak diberi makan. Hal ini disebabkan di dalam tubuh DOC masih ada persediaan makanan pada
yolk. Biarkan cangkang pada tempatnya, karena berguna untuk melatih anak ayam mematuk dan
menimbulkan rangsangan makan, karena terdapat sisa-sisa makanan dalam cangkang tersebut (Chan
dan Zamrowi, 1993).

2
Setelah semua telur menetas dan berada 24 jam dalam mesin tetas maka anak ayam diambil dan
dilakukan seleksi anak ayam. Selain itu dilakukan aktivitas lain seperti pemotongan paruh, vaksinasi
marek untuk ayam layer, packing (pengemasan DOC) ke dalam box, dan penyimpanan sementara
sampai anak ayam dikirim ke peternakan (Sudaryani dan Santosa, 2000).

1.1 ALAT DAN BAHAN


1.3.1 Alat
1. Satu set mesin Tetas lengkap dengan peralatannya, berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya penetasan telur.
2. Thermometer untuk mengukur suhu di dalam mesin tetas.
3. Thermostat untuk mengatur suhu di dalam mesin tetas.
4. Cawan Petri, berfungsi sebagai wadah KMnO4.
5. Timbangan O’haus, berfungsi sebagai timbangan.
6. Meteran, berfungsi sebagai alat ukur mesin tetas.
7. Egg tray, berfungsi sebagai tempat telur.
8. Candler, berfungsi sebagai alat peneropong telur.
9. Higrometer sebagai alat untuk mengukur suhu dan kelembaban udara
10. Alat tulis
11. Timbangan untuk menimbang telur
12. Jangka sorong untuk mengukur diameter terpanjang telur
1.3.2 Bahan
1. Telur hasil seleksi untuk masuk ke mesin tetas.
2. Bahan fumigasi : KMnO4, Formalin 40%
3. Air
4. Bahan sanitasi : antiseptik, incanol, dll.

1.2 METODE PRAKTIKUM


1.2.1 Tatalaksana Penetasan Telur
A. Seleksi telur tetas
Telur yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: telur didapatkan dari induk
jantan dan betina yang berumur kurang dari 12 bulan, tidak cacat (retak, kasar,
cangkang lembek, kuning dobel, dll), tidak memiliki bau busuk, memliki berat
normal 40-45gr/butir untuk telur ayam kampung, rongga udara terlihat jelas
dan tidak berpindah-pindah.
Telur yang sudah dipilih dibersihkan dari korotan yang menempel, semprot
dengan desinfektan dan diberi nomor serta diberi tanda atas dan bawah dengan
huruf A dan B.
Timbang berat masing – masing telur serta ukur diameter telur menggunakan
jangka sorong.
B. Persiapan Mesin Tetas
1. Periksa kelengkapan mesin tetas, lampu, kebersihan mesin, nampan, tempat
telur, thermoregulator, higrometer.

3
2. Nyalakan mesin tetas dan Pengaturan suhu dilakukan dengan cara mengatur
sekrup pada thermoregulator yang disesuaikan dengan suhu yang
dibutuhkan untuk proses penetasan telur.
3. Stabilkan suhu 38 – 39 ◦C dan kelembaban 55 – 66 %.
4. Fumigasi mesin tetas. Tutup semua ventilasi mesin, ukur volume mesin
tetas untuk mengetahui dosis KMnO4 dan formalin yang tepat. Dosis dapat
dilihat pada tabel 1.1. lakukan fumigasi 1 hr sebelum mesin digunakan dan
dengan kekautan fumigasi 2.
Tabel 1.1. dosis KMnO4 dan formalin dalam fumigasi mesin tetas.

volume ruang Dosis KMnO4 (gr) Dosis formalin (cc)


(M3)
1 20 40
2 40 80
5 100 200
10 200 400

Letakan KMnO4 pada cawan petri, kemudian tuangkan formalin secara


perlahan, karena campuran KMnO4 dan formalin akan segera menghasilkan
gas, maka tutup segera pintu mesin tetas.
Apabila tidak memungkinkan dilaksanakan fumigasi, dapat dilaksanakan
proses sanitasi sederhana dengan menyemprotkan bahan sanitasi secara merata
di dalam ruangan mesin tetas.
C. Proses penetasan telur.
Dalam proses penetasan telur ayam dengan inkubator biasanya memerlukan
waktu antara 21-22 hari dengan tahapan seperti berikut: 
Hari pertama : Pada pagi hari, masukkan telur yang sudah siap dan
dilengkapi dengan nomor, ke dalam mesin tetas dengan posisi kemiringan telur
± 40◦, bagian lancip dibawah dan bagian tumpul diatas dan tutup pintu rapat-
rapat sampai dengan hari ke-3. 
Hari ke-4: Putar telur 3x sehari dipagi hari, siang dan sore (Jangan keluarkan
telur dari mesin). Buka ventilasi ¼ bagian selama 15 menit untuk
mendinginkan telur setelah itu balik telur. 
Hari ke-5 dan ke-6: balik telur dan dinginkan.
Hari ke-7: Balik telur dan mulailah menyortir telur yang kosong/infertil,
dengan candling (peneropongan telur). Catat nomor telur yang infertil.
Hari ke 8 s.d 11: Balik telur dan dinginkan. 
Hari ke-12: Buka ventilasi ½ bagian dan mulailah membalik telur.
Hari ke 13 : balik telur dan dinginkan.
Hari ke 14 : Balik telur dan sortir lagi bibit yang mati dengan cara candling
(Bibit yang mati akan terlihat cairan atau darah sedangkan yang hidup akan
terlihat titik yang bercabang).
Hari ke 15 s.d 17: Balik telur dan dinginkan. 
Hari ke-18 : Balik telur dan pastikan mesin masih dalam keadaan tertutup. 

4
Hari ke-19 : Ketika telur mulai retak mulailah menambah kelembaban udara
pada mesin tetas dengan cara menggantungkan kain basah disekitar telur. 
Hari ke-20: Ketika telur sudah mulai menetas tutup kaca pengintai dengan
kertas atau kain hitam. 
Hari ke-21 : Keluarkan bak air dan kain dari mesin karena telur sudah
menetas. 
Hari ke-22 : Mulailah memindahkan anak ayam yang telah menetas ke tempat
induk buatan.
D. Perlakuan pasca tetas
Setelah anak ayam menetas dan dikeluarkan dari mesin, seharusnya jangan
langsung beri makan atau minum terlebih dahulu. Pada umumnya anak ayam
dapat bertahan selama 2 hari tanpa diberi makan dan minum karena masih
terdapat cadangan makanan didalam tubuhnya. Jika memang ingin
memindahkan anak ayam, pastikan tempat tersebut benar-benar bersih dan
sehat. Timbang beratnya dan amati keadaan morfologinya.

1.2.2 Pencatatan
Catat setiap harinya pada lembaran yang telah disediakan yaitu nama petugas,
tanda tangan, kelompok, suhu, dan kejadian yang diluar dugaan. Pada hari ke 7
catat telur yang fertil dan infertil dan pada hari ke 14 catat embrio yang mati.
Hitung fertilitas dan kematian embrio pada telur yang ditetaskan pada satu periode.
Pada hari ke 21 catat telur yang menetas dan yang tidak menetas. Hitung daya tetas
pada 1 periode penetasan yang dilakukan.
jumlah telur fertil
Fertilitas telur = x 100 %
jumlah telur yang ditetaskan

jumlah embrio mati


Kematian embrio telur = x 100 %
jumlah telur fertil

jumlah telur yang menetas


Dayatetas telur= x 100 %
jumlah telur yang ditetaskan

5
II. LAB PAKAN

A. Deskripsi Singkat
Peternakan merupakan kegiatan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil
kegiatan tersebut. Hewan yang banyak diternakkan antara lain sapi, kambing, ayam, dan domba.
Hasil peternakan antara lain daging, susu, dan telur. Perilaku peternakan merupakan suatu kegiatan
lapang yang dilakukan untuk menumbuhkan jiwa peternakan dalam kehidupan sehari hari.
Kegiatan beternakan antara lain pembuatan pakan, pemberian pakan dan minum, penjagaan, serta
pemeliharaan.
Laboratorium Nutrisi dan Pakan ternak merupakan suatu tempat untuk pengujian bahan pakan
serta pembuatan bahan pakan untuk diberikan pada ternak. Pakan ternak merupakan salah satu
faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ternak. Kebutuhan pakan ternak meliputi jenis,
jumlah, kualtas, bahan yang diberikan pakan yang diberikan pada ternak yang searalangsung dapat
mempengaruhi tingkat produksifitas ternak serta tingkat keuntungan yang diperoleh. Usaha
budidaya ternak sangat dipengaruhi oleh total biaya pakan yang dikeluarkan, dimana biaya pakan
dapat mencapai 60-70% dari seluruh biaya produksi yang diperlukan untuk usaha budidaya ternak.
Oleh karena itu bahan pakan yang akan digunakan selayaknya diuji dulu secara fisik, kimia, dan
biologis sehingga pakan yang diberikan memenuhi standar yang telah ada. Bahan pakan meliputi
pakan kasar, konsentrat, leguminosa, rumput hiajauan, fermentasi, vitamin, dan mineral serta
pakan tambahan.
A. Capaian Pembelajaran
Setelah mengikuti kegiatan perilaku peternakan pada Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak
diharapkan Mahasiswa mampu mengerti serta memahami mengenai fungsi pakan, nama-nama
rumput, jenis bahan pakan beserta kandungannya.
B. Komponen Penilaian
1. Kehadiran 25%
Kehadiran merupakan salah satu komponen penunjang dalam melakukan proses penilaian
karena setiap pertemuan akan membahas berbagai macam model persoalan yang akan
didiskusikan bersama.
2. Keaktifan 20%
3. Nilai keaktifan dilihat dari adanya peran aktif mahasiswa dalam memberikan kontribusi
positif terhadap perkuliahan, seperti keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, dan
memberikan solusi alternatif dari permasalahan yang sedang dibahas.

4. Praktikum 40%
Aspek yang dinilai ketika praktikum adalah kedisiplinan di dalam laboratorium, ketrampilan
dalam melaksanakan praktikum, laporan lisan akhir praktikum dan mahasiswa wajib hadir
dalam kegiatan praktikum.
5. Penugasan 15%
Tugas terstruktur seperti merangkum materi yang telah disampaikan dengan contoh format
penulisan:
6
Nama: Sefrinda, B. S. Sabila, S. B. 1999. Jam mulai:
Kelas: PPKH IIIB. (Sabila, 1999: 26). Jam berhenti:
NIRM: 04.03.18.220. Sefrinda, Blitar, III PPKH 2B. Lama kegiatan:

(JUDUL)

a. Paragraf 1: 5xm 1 SP.


b. Paragraf2: 5xm 1 SP.
c. Tabel 1. ............. (minimal 10 baris) dibawah table terdapat (Sumber: Sefrinda, 2019: 1.)
ditambah keterangan 3xm. (1 SP. SP boleh dari nama sendiri berdasarkan tabel yang
dibuatnya.)
d. Deskripsi gambar 3xm (1 SP. SP boleh dari nama sendiri berdasarkan gambar yang
diambilnya.)
C. Kriterian Penilaian
Penilaian dilakukan berdasarkan semua komponen nilai yang ada. Nilai akhir yang diperoleh
mahasiswa merupakan rata-rata dari perolehan tiap komponen dengan melibatkan bobot masing-
masing. Nilai akhir merupakan gambaran kemampuan dan kualitas mahasiswa terhadap ilmu yang
sudah diperoleh selama kegiatan perilaku peternakan di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak.
Nilai akhir akan dikonversi ke dalam bentuk angka dan huruf dengan rincian sebagai berikut :

Interva Angka
Nilai Huruf Status Kelulusan
l Konversi
90-100 A 4,00 LULUS
80-89 B 3,00 LULUS
60-79 C 2,50 LULUS
40-59 D 1,00 – 2,49 TIDAK LULUS

D. Daftar Referensi
Artikel Jenis Pakan Ternak dan Kandungan Nutrisinya. 2018.
https://pakanternak.fapet.ugm.ac.id/2018/02/13/
Jurnal Silase Yenni.
Laboratorium Pakan Ternak Dinas Peternakan Kabupaten Blitar.
Materi dari Dosen Agrinak.

E. Rencana Pembelajaran Perilaku


Bentuk
No Kemampuan Akhir Bahan Kajian Kriteria/Indikat
Pembelajara
. yang Diharapkan (Materi Ajar) or Penilaian
n
1. Mahasiswa mampu: a. Pengertian MATERI
a. Memahami Perilaku
pengertian Peternakan

7
perilaku
peternakan
dalam
dalam
laboratorium
Laboratoriu
Nutrisi dan
m Nutrisi
Pakan Ternak.
dan Pakan
b. Mahasiswa
Ternak.
mampu
e. Fungsi
memahami
fungsi
fungsi
Laboratoriu
Laboratorium
m Nutrisi
Nutrisi dan
dan Pakan
Pakan Ternak.
Ternak.
c. Mahasiswa
b. Pakan
mampu
Ternak pada
menyebutkan
Laboratoriu
berbagai jenis
m Nutrisi
pakan ternak
dan Pakan
beserta
Ternak
kandungannya.
c. Materi yang
d. Mahasiswa
diberikan
dapat mengerti
d. Materi
langkah
rangkuman
membuat
dari dosen
silase tebon
jagung sebagai
pakan ternak.
Mahasiswa dapat:
a. Melakukan
kegiatan
perilaku
peternakan
dengan baik
a. Kegiatan di
pada
Laboratoriu
Laboratorium
m Nutrisi
Nutrisi dan
dan Pakan
Pakan Ternak.
Ternak
b. Menyebutkan PRAKTIKU
2. b. Tanaman
nama-nama M
disekitar
rumput serta
Laboratoriu
dapat
m Nutrisi
membedakan
dan Pakan
ciri-ciri rumput
Ternak
di depan
maupun
samping
Laboratorium
Nutrisi dan
Pakan Ternak.

8
F. Materi
a. Perilaku peternakan merupakan suatu kegiatan lapang yang dilakukan untuk menumbuhkan
jiwa peternakan dalam kehidupan sehari hari. Kegiatan beternakan antara lain pembuatan
pakan, pemberian pakan dan minum, penjagaan, serta pemeliharaan.
b. Laboratorium Nutrisi dan Pakan ternak merupakan suatu tempat untuk pengujian bahan
pakan serta pembuatan bahan pakan untuk diberikan pada ternak. Pakan ternak merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya ternak. Kebutuhan pakan ternak
meliputi jenis, jumlah, kualtas, bahan yang diberikan pakan yang diberikan pada ternak yang
searalangsung dapat mempengaruhi tingkat produksifitas ternak serta tingkat keuntungan yang
diperoleh. Usaha budidaya ternak sangat dipengaruhi oleh total biaya pakan yang dikeluarkan,
dimana biaya pakan dapat mencapai 60-70% dari seluruh biaya produksi yang diperlukan
untuk usaha budidaya ternak. Oleh karena itu bahan pakan yang akan digunakan selayaknya
diuji dulu secara fisik, kimia, dan biologis sehingga pakan yang diberikan memenuhi standar
yang telah ada. Bahan pakan meliputi pakan kasar, konsentrat, leguminosa, rumput hiajauan,
fermentasi, vitamin, dan mineral serta pakan tambahan.
c. Bahan Pakan Ternak
Memang banyak jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk pakan ternak. Tetapi secara
umum, bahan pakan ternak dibagi menjadi 5 jenis, pakan kasar, pakan penguat atau konsentrat,
mineral, vitamin, dan pakan tambahan.
1. Pakan Kasar
Pakan kasar adalah pakan yang bervolume besar tetapi berat dari setiap unit volume-nya
rendah. Makanan yang termasuk pakan kasar dapat berasal dari hijauan, antara lain:
- Rumput, bisa rumput lapangan, rumput tanaman, rumput grinting, rumput benggala,
rumput kolonjono, rumput tuton.
- Daun leguminos.
- Sisa hasil panen seperti jerami, baik jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung, maupun
jerami kacang tanah.
Pakan ternak yang berasal dari hijauan memiliki kandungan serat kasar sekitar 18% tetapi
memiliki kandungan energi yang rendah. Hijauan yang menjadi sumber nutrisi yang baik
adalah hijauan yang mengandung protein kasar sebanyak 20 % total bahan kering seperti
leguminosa atau kacang – kacangan. Sedangkan, pakan dari sisa hasil panen seperti jerami,
hanya memiliki kandungan protein kasar sekitar 3 – 4 % bahan kering. Dari pakan hijau –
hijauan yang berasal dari daun dan rumput yang berkualitas, hewan ternak seperti sapi
hanya dapat berproduksi 70% dari kemampuan seharusnya. Namun bagaimanapun juga,
pakan kasar sangat diperlukan untuk hewan ternak ruminansia karena memiliki serat kasar
tinggi yang dibutuhkan untuk merangsang rumen serta menentukan kadar lemak susu.
Jenis Rumput Unggulan Untuk Pakan Ternak Hijauan

9
a. Rumput Gajah
Rumput gajah toleran terhadap berbagai macam jenis tanah. Rumput gajah dapat
tumbuh dari dataran rendah hingga dataran tinggi, yang tahan terhadap lingkungan
sedang, serta curah hujan yang cukup, suka dengan tanah lempung yang subur, tetapi
tidak tahan terhadap genangan.
b. Rumput Benggala
Rumput jenis ini memiliki ciri – ciri bersifat perennial, batangnya kuat dan tegak, serta
membentuk rumpun dengan akar membentuk serabut dalam. Memiliki bunga berwarna
hijau atau keunguan.
c. Rumput Raja
Pengembangan rumput raja biasanya dilakukan dengan stek batang atau pols dan
mampu tumbuh dengan baik pada daerah dengan tanah yang ringan sampai berat. Ciri –
ciri rumput raja antara lain, berdaun tunggal, batang berbentuk persegi dan silindris,
berakar serabut, dan tumbuh di daerah yang kering. Memiliki struktur daun yang kasar,
batang keras dan tebal. Bentuk daunnya panjang, dengan permukaan daun yang luas.
d. Rumput Meksiko
Seperti namanya, rumput ini berasal dari Mexico dan Amerika Tengah. Yang dapat
hidup di daerah tropis yang basah dan juga di daerah subtropis dengan tanah berair.
Serta memiliki ciri daun yang lebih lebar dari rumput jenis lain, dengan panjang daun
sekitar 1,5 meter dan memiliki lebar daun sekitar 10 centimeter.
e. Rumput Setaria
Rumput setaria atau sering juga dikenal dengan nama Rumput Golden Timothy yang
berasal dari Afrika dan memiliki siklus hidup parenial. Cirinya tumbuh membentuk
rumpun yang kuat dan lebat, dengan daun yang lebar dan sedikit berbulu pada bagian
permukaan atasnya.
Untuk mempermudah pemberian pakan rumput pada sapi maupun kambingatau domba,
sebaiknya menggunakan mesin pencacah aneka rumput untuk mengecilkan ukuran
rumput. Manfaatnya akan mudah mencerna rumput yang akan dikonsumsi.
2. Pakan Penguat (Konsentrat)
Pakan penguat atau disebut juga konsentrat adalah pakan ternak yang memiliki kandungan
serat kasar rendah, dibawah 18%. Nutrisi utama dari pakan konsentrat berupa energi dan
protein. Ada dua perbedaan konsentrat, yakni konsentrat sebagai sumber energi dan
sebagai sumber protein. Konsentrat sumber energi adalah konsentrat yang memiliki kadar
protein kurang dari 20%. Sebaliknya, konsentrat sumber protein adalah konsentrat yang

10
memiliki kadar protein di atas 20%. Konsentrat merupakan suatu bahan pakan ternak yang
diberikan bersamaan dengan bahan pakan ternak lainnya untuk meningkatkan kandungan
gizi pakan ternak yang dicampurkan sebagai pakan pelengkap. Perternak sapi perah, agar
dapat menjaga produksi susu sapi, pakan ternak yang diberikan harus sebagian besar dari
pakan ternak konsentrat. Karena sapi yang hanya diberikan pakan ternak dari hijauan akan
memproduksi susu 30% lebih rendah dari sapi yang diberikan pakan ternak hijauan yang
ditambah dengan pemberian konsentrat. Sebab, sapi tidak mampu menampung pakan kasar
sesuai dengan energi yang dibutuhkan. Karenanya, untuk mencukupi energi, maka
diperlukanlah tambahan pakan konsentrat. Pakan konsentrat bisa berasal,
Dari hewan:
- Tepung daging dan tulang
- Tepung darah
- Tepung bulu
- Tepung cacing
- Hasil sampingan pengolahan ikan, yaitu tepung ikan
- Hasil sampingan pengolahan susu seperti lemak susu dan bubuk susu skim.
Untuk pakan ternak konsentrat yang berasal dari hewan ditandai dengan protein kualitas
tinggi yang jumlahnya relatif banyak, serta kandungan mineral yang cukup tinggi juga.
Mengandung protein lebih dari 47%, mineral Ca lebih dari 1%, P lebih dari 1,5%, dan serat
kasar kurang dari 2,5%.
Dari tumbuhan:

- Hasil panen pertanian seperti kedelai, kacang hijau, jagung, dan yang lainnya.
- Sisa industri pertanian seperti bungkil kelapa/ kelapa sawit, bungkil wijen, bungkil
kedelai, biji palm, biji karet, ampas tahu, dedak sekam padi, dan yang lainnya.
Pakan ternak konsentrat memiliki kandungan energi dan protein yang tinggi. Kelompok yang
memiliki kandungan terbanyak seperti jagung, biji – bijian, sorghum, yang SE dan TDN yang
tinggi, serat kasar yang rendah, kandungan protein kasar sedang, serta kandungan mineral yang
bervariasi.
Pakan ternak konsentrat yang berasal dari tumbuhan memiliki kandungan protein 47%, mineral
Ca kurang dari 1%, P kurang dari 1,5 %, dan serat kasar yang lebih dari 2,5%. pakan ayam
legund juga,
Agar dapat sesuai sasaran yang diinginkan, maka penggunaan pakan ternak konsentrat harus
memperhatikan 2 hal berikut ini:

11
- Pemberian pakan ternak konsentrat harus memperhatikan kebutuhan nutrisi hewan
ternak, jangan sampai pemberian pakan ternak konsentrat terlalu berlebihan karena
konsentrat hanyalah penguat atau pakan tambahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi
saja.
- Pemberian pakan ternak konsentrat harus sesuai dengan imbangan jumlah produksinya,
susu ataupun daging.
3. Pakan Fermentasi
Pakan fementasi adalah hasil dari proses amoniasi, atau sering juga disebut sebagai
peragian/ pemerana. Tujuan pembuatan pakan fermentasi adalah untuk memaksimalkan
pengawetan kandungan gizi pada pakan hijauan ataupun bahan pakan lainnya agar dapat
disimpan dalam waktu yang lama dan tanpa mengurangi jumlah nutrisinya.
Kebutuhan gizi dan nutrisi yang tercukupi, maka banyak efek positif yang didapatkan.
Kualitas hewan ternak yang semakin baik yang sudah pasti akan berdampak pada nilai jual
hewan ternak. Dengan menggunakan metode fermentasi, maka penyediaan pakan ternak
akan lebih efisien. Adapun ciri – ciri dari pakan fermentasi yang sudah jadi, seperti ada
peningkatan suhu, ada perubahan warna, dan menjadi lebih lapuk atau empuk. Untuk tahu
lebih lengkap tentang pakan ternak fermentasi, bagaimana cara membuat pakan ternak
fermentasi sendiri, dan bagaimana pula cara tepat memberikannya pada hewan ternak
Anda, bisa kunjungi artikel Fermentasi Pakan Ternak.
4. Mineral
Mineral atau zat – zat garam sangat dibutuhkan untuk hewat ternak perah. Zat anorganik
seperti : Kalsium, Kalium, Zat besi, Fosfat, Natrium, Magnesium, dan yang lainnya adalah
macam – macam zat yang dibutuhkan oleh tubuh hewan ternak. Tambahan mineral
memang dibutuhkan sebagai tambahan pada beberapa pakan ternak, tetapi tidak semua,
karena sebagian besar mineral tersebut dapat diperoleh dari bahan – bahan makanan ternak
yang diberikan. Maka dari itu sangat penting untuk mengetahui kandungan dari pakan
ternak yang diberikan, apakah sudah mencukupi kebutuhan mineral hewan ternak atau
tidak.
5. Vitamin
Vitamin sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan, dan menjaga fungsi alami
dari sistem tubuh hewan ternak. Ada dua 2 kelompok vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
hewan ternak, yaitu vitamin yang larut dalam air diantaranya vitamin B kompleks, B6,
B12, C, biotin, kholin, inondol, niacin. Dan vitamin yang larut dalam lemak seperti
vitamin, A, D, E, dan K. Memang vitamin hanya sedikit yang dibutuhkan, tetapi hal ini

12
sama sekali tidak boleh diabaikan karena tidak semua bahan pakan ternak mengandung
vitamin yang lengkap, mengingat resiko dari hewan ternak yang jika kekurangan vitamin
maka dapat mengakibatkan tubuh hewan ternak lemah, sakit – sakitan, dan bahkan
kematian.

6. Pakan Tambahan
Adalah pakan yang digunakan hanya sebagai tambahan dan bukanlah untuk konsumsi
pokok bagi hewan ternak. Pakan tambahan yang dimaksudkan adalah produk yang tidak
bernutrisi, namun berguna untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit, ataupun
menyembuhkan hewan ternak. Diantaranya, antibiotik, anti toksin, obat cacing, hormon,
dan yang lainnya.
Pada pemberian antibiotik sendiri, dimaksudkan untuk memodifikasi keseimbangan bakteri
yang berada dalam saluran pencernaan hewan ternak. Keseimbangan antara bakteri yang
menguntungkan dan bakteri yang merugikan akan mencegah terjadinya penurunan
produksi ternak.
d. Pembuatan Silase Tebon Jagung
Pembangunan dibidang peternakan khususnya ternak ruminansia tidak lepas dari penyediaan
pakan hijauan secara berkelanjutan (kontinyu) guna menunjang produktivitas ternak yang
tinggi. Dalam manajemen budidaya ternak, pakan merupakan kebutuhan tertinggi yaitu kurang
lebih 60-70 % dari seluruh biaya produksi. Mengingat tingginya biaya komponen tersebut
maka perlu adanya perhatian dalam penyediaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Porsi
hijauan pakan dalam ransum ruminansia mencapai 40-80% dari total bahan kering ransum atau
sekitar 1,5-3% dari bobot hidup ternak.
Hijauan pakan dapat berupa, rumput, legume, segam, perdu, maupun rumba. Hijauan pakan
adalah bagian tanaman yang dapat dimakan ternak (edible) selain biji-bijian, yang dapat
menyediakan makanan bagi ternak atau yang dipanen untuk pakan. Pentingnya hijauan pakan
bagi ternak dikarenakan hijauan pakan merupakan menu utama untuk pakan ruminansia,
banyak yang beranggapan bahwa menu utama bagi ruminansia adalah konsentrat, padahal
pemikiran seperti itu adalah suatu kesalahan, konsentrat hanyalah pakan tambahan untuk
ruminansia.

13
Hijauan pakan juga merupakan sumber serat, pro vit A, mineral dan klorofil bagi ruminansia.
Kandungan nutrisi inilah yang dibutuhkan bagi ternak ruminansia yang ada di dalam hijauan
pakan, selain itu dari segi biaya juga lebih murah jika dibandingkan dengan konsentrat yang
harus impor. Hijauan pakan lebih mudah didapatkan di negara kita sendiri karena negara kita
adalah negara agraris, negara yang mudah untuk memproduksi jenis hijauan yang
beranekaragam. Hal ini dapat meminimalisir kebutuhan biaya untuk pakan ruminasia.

14
Hal ini dapat menjadi potensi bisnis untuk menyediakan hijauan pakan ternak, karena untuk
konsumsi hijauan 1 ekor sapi membutuhkan hijauan pakan sebanyak 20 - 30 kg/hari.
Sehingga untuk sebuah peternakan dengan jumlah ternak 100 ekor membutuhkan hijauan
pakan sebanyak 2 - 3 ton/hari, jika harga rumput Rp 200 - 300/kg maka bisnis penyediaan
hijauan pakan ternak akan menghasilkan omset sebesar Rp 600.000 - 900.000/peternak/hari.
Produksi rumput gajah per panen selama 30 hari setiap hektarnya akan menghasilkan 30 - 50
ton, apabila harga rumput Rp 200 - 300/kg, maka akan menghasilkan omset Rp 6.000.000 -
9.000.000/bulan/hektar. Nilai ini cukup menguntungkan dengan perputaran waktu yang
relatif cepat serta resiko gagal panen yang rendah.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan eksplorasi sumber
bahan pakan baru sebagai pakan alternatif yang relatif murah, mudah didapat dengan
kandungan nutrisi yang baik. Tujuan utama penambahan mikroorganisme ke dalam pakan
untuk 1) mengawetkan pakan atau yang lebih dikenal dengan proses silase, 2) meningkatkan
kualitas pakan yang rendah nilai gizinya, serta 3) memperbaiki kondisi rumen ternak. Pada
paper ini akan dibahas tentang pengawetan hijauan dengan menggunakan silase.
SILASE
Pengawetan hijauan merupakan bagian dari sistem produksi ternak, yang bertujuan agar
pemberian hijauan sebagai pakan ternak dapat berlangsung secara merata sepanjang tahun.
Pengawetan tersebut akan berdampak pada keadaan fisik serta komposisi kimia hijauan
tersebut antara lain dengan kehilangan sebagian dari zat makanan (gizi tanaman/nutrien) yang
nantinya akan berdampak pada nilai nutrisi. Kualitas dan nilai nutrisi silase dipengaruhi
sejumlah faktor seperti spesies tanaman, fase pertumbuhan dan kandungan bahan kering saat
panen, mikroorganisme yang terlibat dalam proses dan penggunaan bahan tambahan
(additive).

15
Silase dibuat jika produksi hijauan dalam jumlah yang banyak atau pada fase pertumbuhan
hijauan dengan kandungan zat makanan optimum. Silase berasal dari hijauan makanan ternak
ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar (dengan kandungan air 60-70
%) melalui proses fermentasi dalam silo.
Silo merupakan tempat pembuatan silase, sedangkan ensilage adalah proses pembuatan
silase. Silo dapat dibuat di atas tanah yang bahannya berasal dari: tanah, beton, baja, anyaman
bambu, tong plastik, drum bekas, plastik dan lain sebagainya. Fermentasi silase dimulai saat
oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah
larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan pH silase.
Manfaat Pembuatan Silase:
 Persediaan makanan ternak pada musim kemarau.

 Menampung kelebihan HMT pada musim hujan dan memanfaatkan secara optimal.

 Mendayagunakan hasil ikutan dari limbah pertanian dan perkebunan.

Keunggulan Produk Silase:


1. Nilai gizi silase setara dengan hijauan segar bahkan dapat lebih tinggi.

2. Disukai oleh ternak.

3. Tersedia sepanjang tahun baik musim hujan maupun kemarau

Keunggulan Produk Silase:


1. Nilai gizi silase setara dengan hijauan segar bahkan dapat lebih tinggi.

2. Disukai oleh ternak.

3. Tersedia sepanjang tahun baik musim hujan maupun kemarau


Alat dan Bahan Pembuatan Silase:
a. Alat
 Sabit
 Choper
 Ember
 Alat pengaduk
 Tirai
 Silo

16
b. Bahan
 Hijauan 100kg
 Trichoderma 4% dari air 120gr
 Air 3% dari hijauan : 3 lt
 Molases/ tetes tebu 3% dari air : 0,09 lt
 Dedak 3% dari hijauan : 3kg
Proses Pembuatan Silase:
 Persiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
 Cari rumput odot yg siap dipotong kemudian potong dengan sabit
 Setelah itu masukkan rumput odot ke dalam mesin choper
 Bentangkan tirai di bawah kemudian taruh rumput odot di atasnya untuk penjemuran
dengan paparan sinar matahari langsung untuk mengurangi kadar air dalam rumput
odot tersebut.
 Campurkan tetes dengan air dengan diberi sedikit demi sedikit trichoderma agar
campuran lebih merata dan jangan lupa untuk diaduk secara terus menerus selama 15
menit.
 Taburkan dedak diatas rumput yang telah kering secara merata
 Dan taburkan campuran tetes air di atas rumput secara merata dan jangan lupa diaduk
terus menerus agar trichoderma juga tercampur dan tidak mengendap di dasar ember
 Setelah itu aduk rumput odot yang telah diberi tetes dan dedak secara merata
 Masukkan rumput odot ke dalam silo dan usahakan tidak ada oksigen sama sekali di
dalam silo agar silase berkualitas baik bagi ternak dan jangan lupa di tutup rapat.
 Tunggu sampai 7 hari maka silo bisa dikonsumsi oleh ternak, jika silo tertutu rapat
maka bisa sampai tahan 12 tahun dan jika terbuka maka tahan sampai 2 minggu.

17
III. UNGGAS PPKH (BURAS)

Ayam buras atau ayam kampung merupakan potensi di daerah yang selalu ada dan hampir
dimiliki oleh setiap rumah tangga serta mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan
jenis unggas lain. Keunggulan tersebut antara lain:
1). Mudah dipelihara dan sudah sering dilakukan oleh masyarakat di pedesaan,
2). cepat beradaptasi dengan lingkungan dan umumnya tahan terhadap penyakit tertentu,
3). daging dan telur ayam buras lebih disukai masyarakat, karena dagingnya kenyal dan tidak
berlemak seperti ayam ras, selain itu daging ayam buras mengandung 19 protein dan asam
amino yang tinggi. Sehingga peluang pasar masih terbuka lebar dan harganya tetap stabil,
4). dapat dilaksanakan dengan modal kecil-kecilan dan penggunaan lahan terbatas serta dapat
diusahakan secara bertahap,
5). memiliki variasi keunggulan tertentu sesuai dengan daerah asalnya.

Dalam berusaha ternak ayam buras masih banyak kendala usaha yang ditemukan seperti
tingkat kematian yang tinggi hal ini disebabkan latar belakang pemeliharaannya adalah
sekedar sebagai usaha sampingan dengan tujuan untuk diambil daging dan telurnya sebagai
penambahgizi keluara serta dijual pada saat membutuhkan uang. Dengan kata lain usaha ini
hanya merupakan pelengkap, tanpa didorong oleh manfaat lain dari hasil ternak ayam
tersebut. Cara pemeliharaan yang dilakukan pada umunya tradisional, biasanya ayam-ayam
dibiarkan berkeliaran (diumbar) di kebun atau di pekarangan untuk mencari makan karena
peternak jarang memberi pakan pada ayam-ayamnya.
Mengingat keberadaan dan pemilikan ayam buras yang sudah umum dikalangan masyarakat
di pedesaan makan usaha meningkatkan peran ayam buras dan upaya peningkatan
produktivitas serta pengambangan sistem produksi dapat ditempuh dengan cara seleksi bibit
dan perbaikan sistem pemeliharaan yang meliputi sistem perkandangan, mutu pakan dan
penjagaan kesehatan ternak.

SISTEM PEMELIHARAAN AYAM BURAS


Sistem budidaya ayam buras yang berkembang saat ini dapat dibedakan menjadi 3 sistem
pemeliharaan yaitu :

1. Sistem Pemeliharaan Ayam Buras Secara Tradisional


Sistem pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar petani pedesaan. Ayam
buras dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, petanikurang memperhatikan aspek teknis
dan perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana pakan ayam
buras tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa hasil pertanian.
Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangankan didekat dapur, dan
ada yang hanya bertenger di dahan pohon-pohon pada malam hari.

Pada pemeliharaan secara tradisional tingkat kematian ayam dapat mencapai 56 %


terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu, produksi telur rendah (47 butir per
induk per tahun)

2. Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif


Sistem pemeliharaan secara intensif adalah pemeliharaan ayam buras dengan penyediaan
kandang dan pemisahan anak ayam yang baru menetas dari induknya dengan skala usaha

18
rata-rata 9 ekor induk per tani. Selama pemisahan ini, anak ayam perlu diberi pakan yang
baik (komersial atau buatan sendiri). Biasanya pakan tambahan diberikan sebelum ayam
dilepas di pekarangan atau di kebun untuk mencari pakan sendiri.

Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam dapat mencapai 34 %
terutama pada ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur mencapai 59 butir per
ekor per tahun

3. Sistem Pemeliharaan Secar Intensif


Pemeliharaan secara intensif ini artinya ayam buras yang diperlihara petani
dikurung/dikandangkan sepanjang hari, dengan skala usaha rata-rata 18 ekor induk ayam
per petani. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda dengan sistem pemeliharaan secara
semi intensif, namun bedanya pakan diberikan secara penuh yaitu 100 gram per ekor per
hari. Pada cara ini petani harus secara terus menerus menangani usahanya. Pada sistem
pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan kesempatan mengerami
telurnya. Telur dieramkan oleh ayam-ayam yang khusus dipelihara sebagai penetas telur
atau ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas.

Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam mencapai 27 %
terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 103
butir per ekor per tahun.

PEMELIHARAAN AYAM BURAS

1. Pemilihan Bibit
Bibit ayam buras yang baik sangat menentukan percepatan perkembang biakan dan
keuntungan bagi peternak dalam usaha tani ayam buras. Cara memilih ayam buras calon
induk atau calon pejantan adalah sebagai berikut.

Calon Induk Calon Pejantan


1. Umur = 6 sapai 12 bulan 1. Umur = 8 sampai 24 bulan
2. Berat badan = kurang lebih 0,8 Kg 2. Berat badan kurang lebih 1 sampai 1,2 Kg
3. Sehat, tidak cacat, mata bersinar dan
3. Sehat, tidak cacat, mata bersinar dan hidup
hidup
4. Daerah dubur lembut 4. Tubuh besar, kokoh dan kuat
5. Jarak antara tulang duduk 2 jari 5. Bentuk kepala lurus dan pipih
6. Jarak antara tulang duduk dan tulang 6. Bentuk ekor melengkung dan terjuntai
dada 3 jari kebawah
7. Terdapat taji dengan bentuk runcing/bulat
7. Kedua sayap lebar dan simetris
seperti agung
8. Jengger dan pial berwarna merah
8. Kaki dan kukuh bersih, sisi-sisiknya teratur.
segar
9. Tidak mempunyai sifat kanibal 9. Tidak mempunyai sifat kanibal

2. Kandang
Fungsi kandang bagi ternak ayam terutama untuk melindungi dari hujan, terpaan angin,

19
panas dan gangguan binatang buas. Selain itu berfungsi sebagai tempat tidur dan yang
utama adalah sebagai tempat berkembang biak.

Ukuran kandang ayam buras biasanya 2m x 3m untuk menampung 40 ekor anak ayam
sampai umur 2-3 bulan atau dapat untuk menampung 30 ekor ayam dewasa.
Syarat kandang yang baik, yaitu :

1. Cukup mendapat sinar matahari


2. Cukup mendapat angin atau udara segar
3. Jauh dari kediaman rumah sendiri
4. Bersih
5. Sesuai kebutuhan (umur dan keadaannya)
6. Kepadatan yang sesuai
7. Kandang kokoh dan kuat serta atap tidak bocor

Kepadatan Kandang :

8. Anak ayam beserta induk : 1- 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2


induk.
9. Ayam dara 1 m2 untuk 14 - 16 ekor.
10. Ayam masa bertelur, 1 - 2 m2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor
3. Pakan
Pada sistem pemeliharaan secara tradisional ayam buras akan berusaha mencukupi
kebutuhan gizinya dari berbagai sumber bahan pakan yang tersedia dilingkungannya.
Pada sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif peternak memberikan pakan
tambahan pada ayam burasnya sedangkan pada sistem pemeliharaan secara intensif pakan
sepenuhnya disediakan peternak.

PENDAHULUAN
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil
telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap
dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah
dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang
banyak,
karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang
banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging
dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur.
Selain itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam
petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan cukup lama
hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini. Dalam setiap kali
persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan (“terus dimurnikan”). Inilah
yang kemudian dikenal dengan ayam petelur unggul.
Menginjak awal tahun 1900-an, ayam liar itu tetap pada tempatnya akrab dengan pola
kehidupan masyarakat dipedesaan. Memasuki periode 1940-an, orang mulai mengenal ayam
lain selain ayam liar itu. Dari sini, orang mulai membedakan antara ayam orang Belanda

20
(Bangsa Belanda saat itu menjajah Indonesia) dengan ayam liar di Indonesia. Ayam liar ini
kemudian dinamakan ayam lokal yang kemudian disebut ayam kampung karena keberadaan
ayam itu memang di pedesaan. Sementara ayam orang Belanda disebut dengan ayam luar
negeri yang kemudian lebih akrab dengan sebutan ayam negeri (kala itu masih merupakan
ayam negeri galur murni). Ayam semacam ini masih bisa dijumpai di tahun 1950-an yang
dipelihara oleh beberapa orang penggemar ayam. Hingga akhir periode 1980-an, orang
Indonesia tidak banyak mengenal klasifikasi ayam. Ketika itu, sifat ayam dianggap seperti
ayam kampung saja, bila telurnya enak dimakan maka dagingnya juga enak dimakan.
Namun, pendapat itu ternyata tidak benar, ayam negeri/ayam ras ini ternyata bertelur banyak
tetapi tidak enak dagingnya.
Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini adalah ayam ras
petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis masa produktifnya. Antipati
orang terhadap daging ayam ras cukup lama hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika
itu mulai merebak peternakan ayam broiler yang memang khusus untuk daging, sementara
ayam petelur dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat
mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan pedaging
yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan daging ayam ras dengan telur
dan daging ayam kampung. Sementara itu telur ayam ras cokelat mulai diatas angin,
sedangkan telur ayam kampung mulai terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional
saja. Persaingan inilah menandakan maraknya peternakan ayam petelur.

SISTEM PEMELIHARAAN

A. Sanitasi dan Tindakan Preventif


B. Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil
saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis
sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup.
C. Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4
minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).

Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan
cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk
mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama
daripada dengan vaksin inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus
yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu
membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan
pada ayam yang diduga sakit. 

Macam-macam vaksin:

1. Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh Kuryna


2. Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh Kuryna (vaksin inaktif)
3. Vaksin NCD HB-1/Pestos.
4. Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.

21
5. Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek.

Persyaratan dalam vaksinasi adalah:

1. Ayam yang divaksinasi harus sehat.


2. Dosis dan kemasan vaksin harus tepat.
3. Sterilisasi alat-alat.

KANDANG

PEMELIHARAAN KANDANG

Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu
dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian
yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang
bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

7. HAMA DAN PENYAKIT

1. Penyakit karena Bakteri

A. Berak putih (pullorum)

Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. 

Penyebab: Salmonella pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika

B. Foel typhoid

Sasaran yang disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. 

Penyebab: Salmonella gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna


hijau kekuningan.

Pengendalian: dengan antibiotika/preparat sulfa.

C. Parathyphoid

Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. 

Penyebab: bakteri dari genus Salmonella.

Pengendalian: dengan preparat sulfa/obat sejenisnya.

D. Kolera

Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang
ayam menyerang kalkun dan burung merpati.

Penyebab: pasteurella multocida. 

22
Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan
membesar. 

Pengendalian: dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin).

E.Pilek ayam (Coryza)

Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam.

Penyebab: makhluk intermediet antara bakteri dan virus. 

Gejala: ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.

Pengendalian: dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.

F.CRD

CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam
dan ayam remaja.

Pengendalian: dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin).

G.Infeksi synovitis

Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. 

Penyebab: bakteri dari genus Mycoplasma. 

Pengendalian: dengan antibiotika.

PAKAN RANSUM

Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam
menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur.
Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih
banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu
banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit
ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini
dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran
daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit
ayamnya.

23
IV. UNGGAS BROILER(AGRINAK)

Kandang tertutup (Closed House) merupakan sistem kandang yang harus sanggup
mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap air, gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2, dan NH3
yang ada di dalam kandang. Hasil akhir dari bobot ayam pada pemeliharaan sistem kandang tertutup
(closed house) diharapkan dapat meningkatkan hasil panen dibandingkan pemeliharaan dengan sistem
kandang terbuka (open house). Keadaan suhu dan kelembaban pada kandang sistem closed house ini
tidak melewati ambang kritis yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ayam yang ideal.

Kelebihan dan keunggulan kandang closed house :


 Tingkat kepadatan kandang bisa 2-3 kali kandang open house. Jika kandang open house per
meter persegi hanya untuk 6-8 ekor maka kandang closed house bisa 14-18 ekor ayam per meter
perseginya.
 Stress lingkungan sangat minim pada kandang closed house.
 Temperatur efektif pada kandang closed house mudah diatur sesuai dengan kebutuhan hidup
ayam.
 Mudahnya mengontrol bio security pada kandang closed house dibandingkan open house.
 Keseragaman produksi atau pertumbuhan ayam lebih bagus.
 Pencahayaan pada kandang closed house lebih merata dibandingkan open house.
 Performance ayam sangat bagus sedangkan biaya per kg ayam hidup rendah.
 Perawatan kandang murah dan daya tahan kandang lebih lama.

24
V. RUMINANSIA BESAR

5.1 Sapi perah

Sapi susu atau sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakan secara khusus karena


kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Sapi susu adalah varietas dari
spesies Bos taurus.[1]

Dalam sejarahnya, sapi penghasil susu dan sapi pedaging tidak memiliki perbedaan


mencolok, dengan induk yang sama dapat digunakan untuk menghasilkan sapi yang
menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi jantan). Saat ini,
pengembang biakan sapi lebih terspesialisasi dengan seleksi buatan untuk mendapatkan sapi
varietas khusus yang mampu menghasilkan susu dalam jumlah besar.

Sapi susu menghasilkan sejumlah besar susu sepanjang hidupnya, yaitu berkisar 6800 sampai
17000 kg per masa laktasi. Sapi ras tertentu menghasilkan susu lebih dari yang lain. Rata-rata
susu yang dihasilkan di Amerika Serikat adalah 9164.4 kg per ekor per tahun, tidak termasuk
susu yang dikonsumsi anaknya.[15] Sedangkan di Israel mencapai 12240 kg berdasarkan data
tahun 2009.[16] Usaha peternakan sapi perah di daerah tropis memiliki hambatan lebih,
terutama pada tingginya temperatur dan kelembaban yang tidak disukai oleh sapi perah.
Di Cirebon, Jawa Barat, satu ekor sapi hanya menghasilkan maksimal sekitar 4500 liter susu
per ekor per masa laktasi. Turunan dari sapi yang dikembangbiakan di daerah tropis, meski
dari ras yang sama, menghasilkan susu yang lebih rendah dari induknya. [17] Temperatur udara
yang tinggi diketahui mengurangi penyerapan nutrisi pakan oleh sapi[18] sehingga berpotensi
mengurangi produksi susu.

Nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan sapi. Pemberian nutrisi yang tepat dapat
meningkatkan produksi dan performa reproduksi sapi.[21] Nutrisi yang dibutuhkan dapat
berbeda-beda tergantung pada usia dan tahap pertumbuhan sapi.

Hijauan, terutama rerumputan dan jerami merupakan jenis pakan yang paling banyak


digunakan. Serealia seperti barley banyak digunakan sebagai pakan tambahan di berbagai
negara beriklim sedang karena merupakan sumber protein, energi, dan serat yang baik.[22]

Pemberian minum & pakan

Untuk menghasilkan 1 kg susu diperlukan sekitar 4-5 kg air. Oleh karena itu, air minum
harus disediakan secara tidak terbatas. Biarkan sapi minum sebanyak-banyaknya. Usahakan
agar air minum dan tempatnya selalu bersih.

25
Pemberian pakan sangat berperan besar memicu produktivitas susu. Sapi harus mendapatkan
pakan yang seimbang dalam arti semua unsur nutrisinya terpenuhi. Pakan yang baik harus
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Tipe pakan untuk sapi perah
bisa dibedakan kedalam:

Pakan hijauan. Pakan hijuan terdiri dari bahan berserat seperti rumput-rumputan, leguminosa,


jerami padi, daun kacang tanah, jerami jagung, dan pucuk tebu. Sapi perah membutuhkan
hijauan sebanyak 30-50 kg per ekor per hari, atau 10% dari bobot tubuhnya. Pakan hijauan
sebaiknya diberikan siang hari, biasanya setelah pemerahan.

Pakan konsentrat. Pakan konsentrat atau sering juga disebut penguat bisa berupa biji-bijian,
umbi-umbian, atau limbah olahan pertanian seperti ampas tahu atau bungkil kedelai.  Pakan
konsentrat dapat diberikan sebanyak 1-2% dari bobot sapi. Pemberiannya sebaiknya pagi hari
sebelum pemerahan atau sore hari.

Sapi perah betina sudah bisa beranak setelah 2,5 tahun. Setelah melahirkan anaknya, sapi bisa
diperah selama 10 bulan. Di masa-masa awal, sekitar satu minggu setelah melahirkan susu
yang dihasilkan berwarna kekuningan dan agak kental. Susu ini disebut kolostrum yang
banyak mengandung gizi. Kolostrum biasanya diberikan kepada bayi sapi.
Setelah itu sapi akan mengeluarkan susu dengan jumlah yang fluktuatif. Pertama-tama
volumenya agak sedikit semakin hari semakin banyak hingga akhirnya menurun kembali
hingg pada bulan ke-10. Selama masa laktasi berat badan sapi akan mengalami turun naik.

V.2 perkembangan sapi belgian blue

26
Balai Embrio Ternak (BET) UPT Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Kementerian Pertanian, yang terletak di lereng Gunung Salak desa Cipelang Kecamatan
Cijeruk Kabupaten Bogor merupakan pengembangan sapi Belgian Blue. Jenis sapi yang
didatangkan dari Negara Belgia tersebut merupakan instruksi dari Menteri Pertanian Andi
Amran Sulaiman sebagai upaya pemenuhan kebutuhan daging dan bibit sapi unggul nasional.
Kepala seksi Pelayanan Teknis  Pemeliharaan Ternak BET Cipelang, Yanyan
Setiawan, mengatakan, sejak dicanangkannya, Kementan menargetkan kelahiran 1.000 pedet
Belgian Blue pada  2019, baik melalui Inseminasi Buatan maupun transfer embrio.
Pengembangan sapi Belgian Blue masih bersifat tertutup di 11 UPT lingkup
Kementerian Pertanian, dengan beberapa kajian yang dilakukan oleh peneliti dan tim pakar
pendukung. Program ini dilaksanakan melalui kerja sama antara Ditjen PKH, Badan Litbang
Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Perguruan Tinggi
Pengembangbiakkan Belgian Blue dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya
adalah transfer embrio, dengan komposisi darah 100% Belgian Blue.
Metode ini menghasilkan jenis Belgian Blue murni. Sedangkan sapi hasil persilangan
dengan sapi eksotik/lokal dengan semen beku memiliki komposisi darah 50% Belgian Blue
atau disebut dengan sapi persilangan. Ini untuk menghasilkan sapi Belgian Blue dengan
komposisi darah 75%, lalu dilakukan kawin suntik lagi dengan semen beku Belgian Blue
untuk menghasilkan pedet komposisi darah Belgian Blue 87,5%, demikian seterusnya.
Kepala seksi Pelayanan Teknis Produksi dan Aplikasi, BET Cipelang
mengungkapkan sapi-sapi keturunan Belgian Blue yang telah mencapai dewasa mulai dicoba
memproduksi semen dan embrionya. Untuk pengembangannya ke seluruh Indonesia, bibit
Belgian Blue ini akan disebar ke masyarakat peternak setelah mendapat rekomendasi dari
komisi bibit. 
Sapi jantan hasil transfer embrio akan digunakan sebagai pejantan untuk diambil
semennya, sedangkan sapi betina akan digunakan sebagai sapi donor (pemberi embrio) untuk
diproduksi embrionya.

Apa itu sapi Belgian Blue ?

27
Sapi Belgian Blue adalah rumpun sapi potong kelompok Bos taurus yang berasal dari
negara Belgia. Keunggulan sapi Belgian Blue diantaranya mempunyai konformasi perototan
yang baik dan persentase karkas yang tinggi sekitar 20% lebih tinggi dari persentase karkas
sapi pada umumnya. Kandungan lemak pada sapi Belgian Blue yang relatif lebih rendah dan
memiliki efisiensi penggunaan pakan yang baik.Menurutnya, potensi produksi karkas yang
tinggi dan performance yang baik merupakan harapan bagi pemenuhan kebutuhan protein
bagi masyarakat Indonesia.
Belgian Blue memang bukan sapi biasa, pertambahan bobot badannya tinggi sekali,
per hari bisa mencapai 1-1,5 kg.  Dalam sejarahnya, sapi Belgian Blue merupakan
perkawinan antara sapi Shorthorn atau Durham dengan sapi lokal Belgia. Sapi hasil
persilangan ini memiliki warna kulit kebiruan sehingga disebut dengan Belgian Blue. 
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari terjadinya mutasi ini adalah, perototan yang
luar biasa, sehingga jumlah karkas juga meningkat dan kandungan lemak rendah. Dengan
dikembangkannya sapi Belgian blue ini, diharapkan dapat membantu upaya pemerintah
dalam meningkatkan produksi daging sapi di Indonesia. Keberadaan Belgian Blue digunakan
untuk disilangkan dengan sapi lokal untuk meningkatkan perototan sapi lokal.
Namun dibalik kelebihan sapi Belgian Blue pasti ada dampak yang harus diterima
oleh peternak yakni dalam upaya pemenuhan kebutuhan pakan untuk ternak.Yang kedua
yakni mahalnya bibit yang akan diperoleh peternak apabila nantinya sudah diperjualbelikan.
Sapi ini hanya makan pakan olahan seperti jerami dan konsentrat yang terbuat dari
biji-bijian dan kedelai, mereka justru tidak terlalu banyak makan rumput.Sedangkan
minuman harus selalu ada agar kebutuhan airnya tercukupi.
Pengembangan Seribu Belgian Blue
Sejauh ini, percobaan persilangan sapi Belgian Blue dengan sapi Aceh, Madura, dan
sapi Bali juga dilakukan dengan cara melakukan produksi embrio dari sapi-sapi tersebut
dengan menggunakan semen Belgian Blue. Hasilnya, produksi embrio dengan donor sapi
Bali dan semen Belgian Blue belum menunjukkan keberhasilan, sedangkan donor sapi Aceh
lebih responsif ketika dilakukan produksi embrio. 
Tahap Pengembangan di 2019
Saat ini sapi keturunan Belgian Blue yang telah mencapai dewasa mulai dicoba untuk
produksi semen dan produksi embrionya. Untuk pengembangannya ke seluruh Indonesia,
bibit Belgian Blue ini akan disebar ke masyarakat peternak setelah mendapat rekomendasi
dari komisi bibit.
Sapi jantan hasil transfer embrio akan digunakan sebagai pejantan untuk diambil
semennya, sedangkan sapi betina akan digunakan sebagai sapi donor (pemberi embrio) untuk
diproduksi embrionya.
Percobaan produksi embrio dengan semen beku Belgian Blue dilakukan pada sapi
donor Simmental, Limosin, Angus, Madura, Bali, PO dan Aceh.  Embrio dihasilkan sesuai
dengan SNI embrio, dan mengacu pada standar IETS (International Embryo Transfer
Society). Sementara untuk embrio dengan komposisi darah 75% ini akan dicoba transfer pada
sapi resipien (penerima embrio) untuk memastikan kelahiran anaknya.

28
Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang, sudah bisa memproduksi sperma sapi jenis
Belgian Blue dan siap disebar ke masyarakat dalam waktu dekat. Pencapaian ini diklaim
sebagai keberhasilan sekaligus menunjukkan pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia
memberi hasil positif.
Saat ini pejantan Belgian Blue sudah siap diproduksi spermanya, untuk sapi murni
kita punya Gatot Kaca, kalau untuk silangan ada lima ekor sapi pejantan.
Saat ini pejantan murni sapi Belgian Blue yakni Gatot Kaca sudah dikirim ke Balai
Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari untuk disiapkan menjadi sapi Bulls atau pejantan
penghasil semen beku. Menurutnya, untuk pengembangbiakan sapi Belgian Blue di tingkat
masyarakat lebih disarankan menggunakan Inseminasi Buatan (IB) dengan mengawinkan
pejantan Belgian Blue dengan sapi lokal Indonesia.
Komisi Bibit maupun Dirjen Pembibitan merekomendasikan sperma Belgian Blue
sudah boleh diedarkan, maka tahun 2019 sudah bisa diproduksi. Sekadar informasi,
berdasarkan peta jalan pengembangan sapi Belgian Blue di Indonesia, ditargetkan di 2021
akhir sudah siap produksi semen beku dan di 2022 sudah disebar ke masyarakat. Untuk bisa
disebar, perlu menunggu rekomendasi dari Komisi Bibit dan Dirjen Peternakan sebagai
otoritas yang berwenang memberikan izin. Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak,
Kementerian Pertanian.

29
VI. LIMBAH

Pupuk kandng / kompos kotoran sapi


Pupuk kandang itu secara teori adalah semua hasil buangan dari binatang peliharaan
yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, dan biologi tanah.
Kalau misalnya kita memelihara sapi, atau hewan ternak yang lain, alas kandangnya diberi
jerami, maka jerami ini akan kesulitan untuk dipisahkan dari kotoran sapi. Jerami ini disebut
pula sebagai pupuk kandang. Tidak seperti jaman dulu, sekarang pupuk kandang mulai
banyak yang mencari. Seperti di daerah asal saya, pada saat mulai musim kemarau ada
beberapa orang yang keliling desa untuk mengambil pupuk kandang ini. Ini biasanya
digratiskan oleh peternak terkait, karena sama-sama saling menguntungkan.
Secara Umum, kandungan unsur hara dalam pupuk kandang lebih rendah daripada
pupuk kimia atau anorganik.Selain itu unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ini
tidak mudah tersedia bagi tanaman. Artinya, tanaman tidak bisa secara langsung
memanfaatkaannya.Hal ini berbeda dengan pupuk organik cair misalnya. Unsur haranya yang
tersedia dalam bentuk cair, membuatnya lebih mudah untuk diserap oleh tanaman. Saya
sudah membuat artikel tentang pupuk organik cair ini. Kalau mau membacanya silahkan buka
linknya di bawah ini.

Cara Membuat Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Sapi


Pupuk kandang tidak bisa langsung bereaksi disebabkan karena bentuk N, P serta unsur lain
terdapat dalam bentuk senyawa kompleks organo protein atau senyawa asam humat atau
lignin yang sulit terurai.Selain itu, pupuk kandang juga mengandung biji-bijian, gulma,
bakteri saprolitik, pembawa penyakit, dan parasit mikroorganisme yang mungkin dapat
membahayakan hewan atau manusia. Kenapa kita harus menghindari pupuk anorganik Pupuk
anorganik/kimia selama ini memang memberikan manfaat yang cukup besar kepada para
petani. Produknya yang praktis, cepat dan efektif dapat memudahkan petani dalam
meningkatkan hasil produksi pertaniannya.
Peran teknologi yang semakin canggih memang mendukung dan bertujuan untuk itu.Pupuk,
pestisida, herbisida, dan lain-lain banyak produknya yang tersedia di pasaran.
Namun, kekhawatiran akan efek jangka panjang dari penggunaan pupuk dan obat-obatan
kimia mulai dirasakan.
Penggunaan pupuk kimia, pestisida, herbisida dan obat-obatan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan, apabila digunakan secara terus menerus dapat mengakibatkan pecemaran
lingkungan.
Selain itu efek jangka panjangnya bisa menurunkan fungsi dan kualitas lingkungan.
Untuk itu, penggunaan pupuk organik dan pertanian organik diharapkan dapat digunakan
secara luas supaya lingkungan tidak tercemar dan kualitas tanah tidak mengalami penurunan
fungsinya.
Standard SNI untuk pupuk kompos
Pada paragraf di atas telah saya sebutkan bahwa pupuk kandang memiliki kekurangan-
kekurangan dibandingkan dengan pupuk kimia/anorganik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah pengoptimalan supaya pupuk kandang bisa
bersaing dengan pupuk anorganik.
Cara pembuatan pupuk kandang cukup mudah dan biayanya juga tidak banyak, hanya perlu
meluangkan waktu, tenaga serta keyakinan.
Menurut Standard Nasional Indonesia, kandungan unsur hara yang ada pada pupuk organik
harusnya adalah sebagai berikut:

30
Standar di atas akan kita gunakan sebagai acuan, apakah pupuk kompos dari kotoran sapi
yang kita buat ini sudah bagus apa belum. Kandungan unsur hara kotoran sapi Dari beberapa
jurnal penelitian, kandungan unsur hara dari kotoran sapi sedikit berbeda – beda.
Kemungkinan ini karena jenis pakan yang dikonsumsinya.
Sapi yang pakannya konsentrat dan jerami, kemungkinan kandungan unsur hara kotorannya
akan sedikit berbeda dengan sapi yang pakannya dominan rumput.
Dari sebuah sumber penelitian, kandungan unsur hara dari kotoran sapi (dari berat kering)
adalah sebagai berikut.[1]

Sedangkan pada sumber yang lain, jumlah nitrogen, fosfor dan kalium serta kandungan air
pada kotoran sapi masing – masing adalah 0,4 %, 0,2 % dan 0,1% serta 85%.[2]
Masih ada yang lain. Kalau sumber yang satu ini menyebutkan kalau kandungan unsur hara
dari kotoran sapi adalah sebagai berikut.
Jumlah nitrogen antara 0,4 – 1 %, fosfor antara 0,2 – 0,5 %, kalium antara 0,1 – 1,5 % dan
kandungan air 85 – 92 %.[3]

31
C/N rasio dari kotoran sapi ini tergolong rendah. Oleh karena itu pembuatan kompos dari
kotoran sapi akan lebih baik hasilnya kalau ditambah bahan lain. Misalnya, jerami padi.
Cara membuat pupuk kandang kotoran sapi dengan em4. Cara membuatnya cukup mudah.
Bahannya adalah kotoran sapi dan ada bahan tambahan lain. Bahan tambahannya adalah
jerami padi. Tidak masalah kan, kalau harus saya tambahi jerami padi? Karena menurut
penelitian hasil dari kompos bisa lebih baik. Selain itu, jerami padi bukan bahan sulit untuk
didapatkan bukan? Dimana – mana bisa ditemui bahan yang satu ini. Bahkan gratis.
Kemudian starter untuk fermentasi yang digunakan adalah EM4. Sebelum digunakan untuk
fermentasi kompos, EM4 nya diaktifkan terlebih dahulu.
Cara mengaktifkannya sering saya uraikan pada artikel saya terdahulu. Silahkan dibaca kalau
mau lihat. Ini link artikelnya.

Cara membuat pupuk organik cair dari kotoran sapi.


Cara membuat pupuk kompos dari kotoran kambing dengan EM4.
Langkah – langkah pembuatannya adalah sebagai berikut:

1 . Perbandingan antara kotoran sapi dan jerami padi adalah 60:40. Ini perbandingan yang
tidak baku. Mau dibuat 50:50 atau 40:60 juga boleh.

Jadi, kalau kotoran sapinya sebanyak 60 kg, maka jerami padinya 40 kg. Jadi totalnya 100 kg.

Sedangkan EM4 nya untuk jumlah bahan kompos tersebut adalah sebanyak 100 ml. Jangan
lupa diaktifkan dulu.

2 . Ini hanya saran saja, jerami padi sebaiknya di cacah terlebih dahulu. Ini akan lebih
memaksimalkan proses pengomposan.

Tapi biasanya, jerami ini sudah bercampur aduk dengan kotoran sapinya, dan sulit untuk
dipisahkan.

Kalau memang tidak memungkinkan, tidak usah dicacah juga tidak masalah.

3 . Selanjutnya antara kotoran sapi dan jerami dicampur sampai cukup merata. Setelah itu
disiram dengan EM4 yang sudah aktif sampai rata juga.

Tipsnya adalah sedikit – demi sedikit bahan kompos dihamparkan tipis – tipis. Kemudian
permukaannya disemprot dengan EM4 sampai merata.

Selanjutnya diatasnya ditambahi bahan kompos lagi dan disiram dengan em4 lagi.

Begitu seterusnya sampai bahan kompos habis.

4 . Setelah semua bahan habis, kompos ditutup dengan rapat selama minimal 4 minggu.
Setiap 3 hari, dilakukan pembalikan kompos untuk aerasi.

Selesai. Kalau dipegang tumpukannya rasanya sudah tidak panas, maka kompos dari kotoran
sapi sudah jadi.

Kualitas dan kandungan hara kompos kotoran sapi


Hasil uji kualitas dari membuat kompos dari kotoran sapi di atas adalah sebagai berikut.

32
Kalau menurut saya sih hasilnya sudah lumayan.

Sekarang tinggal diaplikasikan dan membuat pupuk kompos dari kotoran sapi di sekitar kita
sendiri.

Selanjutnya adalah untuk bisa sepadan dengan pupuk an organik, kira – kira berapa ton
pupuk kompos yang harus kita buat.

Untuk pembahasan tersebut rencana akan saya tulis dalam artikel tersendiri.

Jadi, untuk artikel ini saya kira cukup sampai disini.

Silahkan bereksperimen sendiri, semoga berhasil. Jangan lupa untuk mengshare


keberhasilannya pada orang lain.

Meningkatkan kandungan nitrogen pada kompos


Tidak ada yang namanya super bakteri. Satu jenis bakteri saja hasilnya tidak akan sebagus
bakteri yang jumlahnya berbagai macam.

EM4 sendiri setidaknya mengandung tiga jenis bakteri. Yaitu lactobacillus, Saccaromices dan
pseudomonas. Komposisi ini termasuk probiotik terbaik dan terlaris dipasaran saat ini.

Tapi ada kelemahan dari komposisi tersebut. Yaitu tidak adanya bakteri nirtobacter dan
nitrosomonas. Memang keduanya tidak bisa disatukan dalam satu botol, karena yang satu
bersifat aerob dan satunya bersifat anaerob (em4).
Dalam proses pengomposan kedua jenis bakteri tersebut seharusnya ada. Supaya penguraian
amoniak menjadi lebih cepat.

Kombinasi antara nitrobacter, nitrosomonas dan EM4 akan menghasilkan kompos dengan
kualitas yang sangat baik.

EM4 lebih efektif dalam mengurai bahan – bahan organik. Kotoran sapi banyak mengandung
bahan organik karena pakan sapi banyak mengandung serat kasar. Berbeda dengan pakan
ikan yang minim serat kasar.

Nitrobacter dan nitrosomonas, lebih jago dalam mengurai amoniak yang dilepaskan dari hasil
N organik oleh EM4. Sehingga kombinasi ini bisa membuat proses pengomposan lebih efetif
dan kualitas pupuk kompos menjadi lebih baik.

33
Perbandingan antara kompos sapi EM4 dan Nitrobacter ini pernah diteliti. Hasilnya adalah
seperti pada gambar di bawah ini.[4]

Dari data di atas bisa terlihat, bahwa em4 lebih efektif dalam mengurai bahan organik.
Terlihat nilai C organiknya lebih rendah. Sedangkan Nitrobacter lebih dominan dalam
mengurai amoniak untuk menghasilkan nitrogen.

Oleh karena itu, nitrobacter dan nitrosomonas ini lebih sesuai jika diaplikasikan untuk
menghilangkan bau pada kandang sapi, kambing atau ayam.
Sistem kerjanya yang aerob, sangat didukung dengan letak kotoran sapi atau kambing yang
bersentuhan langsung dengan udara bebas.

Dengan posisi kotoran sapi bersentuhan langsung dengan udara bebas, bakteri akan mendapat
oksigen yang cukup untuk bisa bekerja dengan baik.

34
VII. RUMINANSIA KECIL
Sanitasi kandang ternak kambing
Faktor kesehatan ternak sangat menentukan keberhasilan kita di dalam suatu usaha
peternakan kambing. Oleh karena itu menjaga kesehatan ternak harus menjadi salah satu
prioritas utama di samping kualitas makanan ternak dan tata laksana yang memadai. Sanitasi
kandang ternak kambing merupakan usaha dalam rangka membebaskan kandang dari bibit-
bibit penyakit maupun parasit lainnya dengan mengunakan obat-obatan pengendali seperti
disinfectan pada dosis yang dianjurkan. Tindakan ini harus dilakukan secara rutin pada
kandang yang akan ditempati oleh ternak. Jika ternak mengalami sakit dikandang, maka
harus dipilih jenis disinfectan pada dosis yang lebih tinggi agar penyakit yang sama tidak
menyerang pada penyakit yang lain. Sanitasi dapat menjamin ternak lebih sehat, sebab
lingkungan yang kotor dapat memancing bibit penyakit. Sanitasi terhadap kandang harus
dilakukan secara menyeluruh, yakni terhadap lingkungan sekitar dan terhadap peralatan yang
berhubungan dengan ternak. Lingkungan yang kotor dan tidak terurus merupakan media yang
baik bagi berbagai jenis serangga penyebar penyakit. Kutu dan caplak penghisap darah dapat
bersarang dicelah-celah kandang sehingga merupakan sasaran utama dalam melakukan
sanitasi.  Usahakan kandang selalu di bersihkan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Semakin bersih kandang maka kenyamanan kambing juga akan semakin tinggi. Disisi lain,
kalau kandang kambing bersih, maka kandang dan kambing juga akan nyaman untuk dilihat,
tidak kotor dan tidak kumuh. Ingat, untuk membikin kambing nyaman pasti kita akan
memperoleh hasil nyata. minimal kambing tidak gampang sakit. Beberapa hal yang harus
dilakukan dalam sanitasi kandang ternak kambing :
1. KANDANG BEBAS DARI GENANGAN AIR Genangan air merupakan tempat yang
bagus untuk berkembang biak nyamuk dan dapat membantu penyebaran penyakit.
Serangan nyamuk dalam populasi yang banyak dapat menganggu ternak dalam
beristirahat. Jika genangan air membasahi kotoran kambing yang jarang dibersihkan,
maka gangguan ini akan semakin parah, seperti gangguan pernafasan yang disebabkan
oleh gas amonia. Dan bau yang timbul dari kotoran seperti itu mengundang kedatangan
lalat dan menyediakan tempat yang baik untuk tempat berkembang biak lalat. Gangguan
lalat dalam jangka panjang akan memberikan pengaruh yang lebih merugikan dibanding
dengan serangan nyamuk. Sehingga usaha pencegahan, pemberantasan sarang nyamuk
dan sarana yang dapat memungkinkan lalat berkembang biak dapat menjadi prioritas
utama. Agar supaya kotoran kambing dan air kencingnya tidak mengumpul, maka
kandang seharusnya dibersihkan minimal 2 kali sehari. untk menghindari genangan air
diperlukan juga desain kandang khusus, sehingga peternak atau anak kandang dapat
dengan mudah membersihkan kandang.
2. SINAR MATAHARI Sinar matahari pagi mengandung ultraviolet yang berperan sebagai
energi dan mencegah gangguan rakhitis, terutama pada ternak yang selalu dikandangkan
secara terus menerus. Sinar ultraviolet secara alami akan membunuh kuman-kuman
penyakit setiap saat. Jadi sinar matahari dapat berperan sebagai pengendali yang sangat
efektif. Masuknya sinar matahari ke dalam kandang akan membuat kandang menjadi
lebih kering, tidak lembab dan selalu berudara segar. Kalau tempat memungkinkan,
usahakan di dalam pembuatan kandang menghadap ke timur, tetapi andaikata tempatnya

35
tidak memungkinkan maka cukup memberi kaca tembus pandang saja pada bagian atap,
sehingga pada waktu siang hari, kandang dapat memperoleh sinar matahari secara
maksimal.      
3. PENGATURAN VENTILASI Konstruksi kandang haruslah memungkinkan terjadinya
pertukaran udara secara sempurna. Ventilasi yang buruk akan merugikan kesehatan
ternak, karena gas-gas kotor dari faces maupun hasil pernafasan tidak dengan cepat
terbuang keluar kandang. Hal ini akan menganggu kesehatan ternak dan memungkinkan
penggunaan makanan yang dikonsumsi ternak tidak efisien. Jika hembusan angun terlalu
kencang di lokasi kandang, di anjurkan agar di sekitar kandang di tanami pohon-ponanan
yang dapat melindungi kandang dari hembusan angin keras dan langsung. Usahakan juga
tanaman yang ditanam disekitar kandang sifat batangnya kuat, jangan mudah patah. Misal
pohon nangka atau pohon mahoni. Selain dapat mengurangi hembusan angin, daun dan
buah nangka dapat dimanfaatkan sebagai makan ternak.

Pada peternakan ruminansia  dengan system kandang panggung  ada beberapa poin
kebersihan yang harus dilakukan:

1. Kebersihan Tempat Pakan dan Minum

Tempat pakan dan minum merupakan area yang paling gampang memasukkan parasite
dan penyakit yang turut serta masuk dalam tubuh ternak melalui saluran pencernaan.
Tempat pakan disarankan dibersihkan setiap hari yaitu sebelum ternak diberikan pakan.
Rutinitas ini terjaga maka peluang bibit penyakit yang masuk ke saluran cerna dapat
diminimalkan.

2. Kebersihan Lantai Kayu

Kebersihan lantai kayu atau istilah jawa “galaran” yaitu bagian lantai kandang yang
langsung bersinggunggan dengan ternak. Selain menyapu setiap hari pada lantai
kandang ini perlu diperhatikan lobang/celah antar kayu. Pada ternak kambing domba,
kotoran biasanya tertahan pada celah ini dan akhirnya akan menutupnya. Kondisi ini
akan menyebabkan kotoran tidak bisa jatuh ke lantai bawah. Apabila bersimbiosa
dengan kelembaban biasanya akan muncul mikroorganisme parasite yang hidup pada
celah yang tertutup tersebut.

3. Kebersihan Lantai dan jalan area

Kebersihan jalan diantara bagian kandang juga perlu mendapat perhatian. Bagian ini
cukup mempengaruhi kesehatan, contoh pada kandang kambing dengan system head to
head; seringkali pakan jatuh kelantai dan jalan. Apabila lantai tidak bersih dan pakan
yang tercecer tersebut diberikan lagi ke ternak, maka peluang untuk terkena penyakit

36
akibat kontaminan menjadi lebih besar. Area lantai penampung kotoran mutlak secara
berkala harus dibersihkan. Bagian ini dominan menyumbang sumber penyakit apabila
diabaikan. Tingkat kelembaban dan amoniak dari kotoran yang lama mengendap secara
langsung akan menganggu  kesehatan ternak.

4. Kebersihan area penampung kotoran

Area penampungan kotoran dibuat agak jauh dari kandang karena bau amonia yang
timbul dari kotoran juga dapat memicu pertumbuhan penyakit.

37

Anda mungkin juga menyukai