Anda di halaman 1dari 12

1.

    Korupsi di Indonesia

a.    Pengertian Korupsi

Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Jika membicarakan
tenatng korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena korupsi menyangkut
segi-segi moral, sifat keadaan yang busuk, jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik,
sera penempatan kelurga atau golongan kedalam kedinasan di bawah kekusaan jabatnnya.
Dengan demikian, secara harfiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi
memiliki arti yang sangat luas.

1. Korupsi, penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan sebagainya) untuk
kepentingan pribadi atau orang lain.

2. Korupsi : busuk; rusak; suka memakai barang atau uang yang dipercayaakan kepadanya; dapat
disogok (melalui kekusaan untuk kepentingan pribadi).

b.    Ciri-ciri Korupsi

(a) suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan, (b) penipuan terhadap badan pemerintah, (c)
dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus, (d) dilakukan dengan
rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang berkuasa atau bawahannya
menganggapnya tidak perlu, (e) melibatkan lebih dari satu orang atau pihak, (f) adanya
kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain, (g) terpusatnya kegiatan
(korupsi) pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka yang dapat
mempengaruhinya, (h) adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk
pengesahan hukum, dan (i) menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang
melakukan korupsi.

c.    Permasalahan korupsi yang ada di Indonesia

Masalah korupsi tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat, terutama media massa
lokal dan nasional. Maraknya korupsi di Indonesia seakan sulit untuk diberantas dan telah
menjadi budaya. Pada dasarnya, korupsi adalah suatu pelanggaran hukum yang kini telah
menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan data Transparency International Indonesia, kasus korupsi
di Indonesia belum teratasi dengan baik. Indonesia menempati peringkat ke-100 dari 183 negara
pada tahun 2011 dalam Indeks Persepsi Korupsi.

Di era demokrasi, korupsi akan mempersulit pencapaian good governance dan pembangunan
ekonomi. Terlebih lagi akhir-akhir ini terjadi perebutan kewenangan antara KPK dan Polri.
Sebagai institusi yang sama-sama menangani korupsi, seharusnya KPK dan Polri bisa bekerja
sama dalam memberantas korupsi. Tumpang tindih kewenangan seharusnya tidak terjadi jika
dapat dikoordinasikan secara baik.
Penyebab terjadinya korupsipun bermacam-macam, antara lain masalah ekonomi, yaitu
rendahnya penghasilan yang diperoleh jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup dan gaya
hidup yang konsumtif, budaya memberi tips (uang pelicin), budaya malu yang rendah, sanksi
hukum lemah yang tidak mampu menimbulkan efek jera, penerapan hukum yang tidak konsisten
dari institusi penegak hukum, dan kurangnya pengawasan hukum.

Dalam upaya pemberantasan korupsi, diperlukan kerja sama semua pihak maupun semua elemen
masyarakat, tidak hanya institusi terkait saja. Beberapa institusi yang diberi kewenangan untuk
memberantas korupsi, antara lain KPK, Kepolisian, Indonesia Corruption Watch (ICW),
Kejaksaan. Adanya KPK merupakan salah satu langkah berani pemerintah dalam usaha
pemberantasan korupsi di Indonesia.

Dalam menangani kasus korupsi, yang harus disoroti adalah oknum pelaku dan hukum. Kasus
korupsi dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga membawa
dampak buruk pada nama instansi hingga pada pemerintah dan negara. Hukum bertujuan untuk
mengatur, dan tiap badan di pemerintahan telah memiliki kewenangan hukum sesuai dengan
perundangan yang ada. Namun, banyak terjadi tumpang tindih kewenangan yang diakibatkan
oleh banyaknya campur tangan politik buruk yang dibawa oleh oknum perorangan maupun
instansi.

Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional maka mau tidak mau korupsi harus diberantas,
baik dengan cara preventif maupun represif. Penanganan kasus korupsi harus mampu
memberikan efek jera agar tidak terulang kembali. Tidak hanya demikian, sebagai warga
Indonesia kita wajib memiliki budaya malu yang tinggi agar segala tindakan yang merugikan
negara seperti korupsi dapat diminimalisir.

Negara kita adalah negara hukum. Semua warga negara Indonesia memiliki derajat dan
perlakuan yang sama di mata hukum. Maka dalam penindakan hukum bagi pelaku korupsi
haruslah tidak boleh pilih kasih, baik bagi pejabat ataupun masyarakat kecil. Diperlukan sikap
jeli pemerintah dan masyarakat sebagai aktor inti penggerak demokrasi di Indonesia, terutama
dalam memilih para pejabat yang akan menjadi wakil rakyat. Tidak hanya itu, semua elemen
masyarakat juga berhak mengawasi dan melaporkan kepada institusi terkait jika terindikasi
adanya tindak pidana korupsi.

d.    Dampak korupsi

Berkaitan dengan dampak yang diakibatkan dari tindak pidana korupsi, setidaknya terdapat dua
konsekuensi. Konsekuensi negatif dari korupsi sistemik terhadap proses demokratisasi dan
pembangunan yang berkelanjutan adalah :

a. Korupsi mendelegetimasikan proses demokrasi dengan mengurangi kepercayaan publik


terhadap proses politik melalui politik uang;
b. Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik, membuat tiadanya
akuntabilitas publik, dan menafikan the rule of law. Hukum dan birokrasi hanya melayani
kepada kekuasaan dan pemilik modal;

c. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman yang berdasarkan kinerja karena hubungan
patron-client dan nepotisme;

d. Korupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum bermutu rendah dan
tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga menganggu pembangunan yang
berkelanjutan;

e. Korupsi mengakibatkan sistem ekonomi karena produk yang tidak kompetitif dan
penumpukan beban hutang luar negeri.

Korupsi yang sistematik dapat menyebabkan :

a. Biaya ekonomi tinggi oleh penyimpangan intensif;

b. Biaya politik oleh penjarahan atau pengangsiran terhadap suatu lembaga publik, dan;

c. Biaya sosial oleh pembagian kesejahteraan dan pembagian kekuasaan yang tidak

e.    Solusi terbaik memberantas korupsi

1.    Mengerahkan seluruh stakeholder dalam merumuskan visi, misi, tujuan dan indicator
terhadap makna Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

2.    Mengerahkan dan mengidentifikasi strategi yang akan mendukung terhadap pemberantasan
KKN sebagai payung hukum menyangkut Stick, Carrot, Perbaikan Gaji Pegawai, Sanksi Efek
Jera, Pemberhentian Jabatan yang diduga secara nyata melakukan tindak korupsi dsb.

3.    Melaksanakan dan menerapkan seluruh kebijakan yang telah dibuat dengan melaksanakan
penegakkan hukum tanpa pilih bulu terhadap setiap pelanggaran KKN dengan aturan hukum
yang telah ditentukan dan tegas.

4.    Melaksanakan Evaluasi , Pengendalian dan Pengawasan dengan memberikan atau membuat
mekanisme yang dapat memberikan kesempatan kepada kepada Masyarakat, dan pengawasan
fungsional lebih independent.

https://aldyreliandi.wordpress.com/2013/06/27/artikel-tentang-korupsi-di-indonesia-serta-cara-
penanganannya/
Penjelasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa pentingnya peran masyarakat dalam
memberantas korupsi. Masyarakat yang akan dibahas dalam artikel ini adalah masyarakat
intelektual atau kaum terpelajar terutama mahasiswa. Mengapa harus mahasiswa? Karena
mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling idealis dan memiliki semangat yang sangat
tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup signifikan
dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi lain mahasiswa
juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak mereka yang selama ini
kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan
kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda yang
mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia. Presiden pertama Indonesia, Soekarno
sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa.
Selain itu peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno mengalami
keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian mahasiswa tampil dengan
memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya,
ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang kemudian
melahirkan reformasi.6)

Begitulah perjuangan mahasiswa dalam memperjuangkan idealismenya yaitu untuk memperoleh


cita-cita dalam menciptakan keadilan dan kesejahteraan di masyarakat. Maka tentunya
mahasiswa dituntut utuk benar-benar konsisten atau memegang teguh idelisme mereka. Memang
tidak dipungkiri sekarang ini banyak mahasiswa yang sudah luntur idealismenya karena terbuai
dengan budaya konsumtif dan hedonisme. Hal tersebuut ternyata membuat mereka semakin
berfikir dan bertindak apatis terhadap fenomena yang ada di sekitar mereka dan kecenderungan
memikirkan diri mereka sendiri. Padahal perjuangan mahasiswa tidak berhenti begitu saja ada
hal lainnya yang menanti untuk diperjuangankan oleh mereka, yaitu dalam melawan dan
memberantas korupsi.

Faktanya fenomena korupsi selalu tidak berhenti menggrogoti negeri kita, korupsi merupakan
kejahatan yang bukan hanya merugikan negara tetapi juga masyarakat. Artinya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat sudah mulai terancam. Maka saatnya mahasiswa sadar dan bertindak.
Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah:

a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.


Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu menanamkan kepada
diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan tindakan korupsi walaupun itu hanya
tindakan sederhana, misalnya terlambat datang ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika
tidak masuk atau memberikan uang suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-
macam tindakan lainnya. Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola
pikir dan dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi sebuah
karakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus memperhatikan
kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan peluang kepada pihak-pihak
yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi. Misalnya ketika penerimaan mahasiswa
baru mengenai biaya yang diestimasikan dari pihak kampus kepada calon mahasiswa maka perlu
bagi mahasiswa untuk mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas
dan hal lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal
universitas.

Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak pengontrol
kebijakan internal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus adalah
mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan agar lebih
mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus yang
berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau komunitas tersebut
diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau seminar mengenai bahaya korupsi.
Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan
internal kampus.

Sebagai gambaran, SACW yang baru saja dibentuk pada kabinet KM (semacam BEM) ITB
2006/2007 lalu sudah membuat embrio gerakannya. Tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
anggota SACW dari UIN Padang sudah mulai mengembangkan sayap. Begitu pula mereka yang
berada di UnHalu Sulawesi sudah melakukan investigasi terhadap rektorat mereka yang ternyata
memang terjerat kasus korupsi.7)

b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.


Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai bahaya
melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan mengancam dan merugikan kehidupan
masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti
(berperan aktif) dalam memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka.
Selain itu, masyarakat dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang
relevan. Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan dengan
mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah saja melainakan seluruh
lapisan masyarakat.

c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.


Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen pengontrol dalam
pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat
dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk
menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang
terbaik.

KESIMPULAN

Korupsi adalah tindakan yang harus diberantas segera karena mengancam keadilan dan
kesejahteraan masyarakat. Sehingga perlu peran serta semua lapisan masyarakat. Mahasiswa
adalah salah satu bagian masyarakat yang mempunyai pengaruh signifikan dalam memperngarhi
kebijakan pemerintah dan menggerakkan lapisan masyarakat yang lain. Sehingga pemberantasan
korupsi bisa lebih efektif. Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa adalah menciptakan
lingkungan bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang
bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. Maka
mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya upaya mereka berjalan
semaksimal mungkin.

https://munajathati.wordpress.com/2012/05/19/peran-dan-upaya-mahasiswa-dalam-memberantas-
korupsi/

Bolos Kuliah dan Titip Absen

Cabut kuliah atau bolos merupakan suatu aktivitas yang lumrah dikalangan mahasiswa. Banyak
hal yang bisa menjadi penyebab seorang mahasiswa untuk tidak mengikuti kegiatan perkuliahan.
Bagi para aktivis alasan utama untuk bolos kuliah tentunya karena hal-hal yang berkaitan dengan
masalah organisasi, entah itu rapat atau harus turun aksi ke jalan. Adalagi alasan mahasiswa
bolos yang merupakan satu hal yang lumrah karena bukan kehendak dari mahasiswa yang
bersangkutan, yaitu sakit atau terkena musibah. Selain itu, rasa bosan terhadap salah satu mata
kuliah dan cara penjelasan dosen yang kurang menarik pun menjadi alasan ampuh yang kadang
dilontarkan oleh mahasiswa untuk membolos dengan dalih adanya kesempatan tidak mengikuti
kuliah, serta alasan mampu menguasai mata kuliah tersebut tanpa harus mengikuti. Demikianlah
beberapa alasan mahasiswa tuk bolos kuliah.

Bagi mereka yang pernah bolos kuliah dengan udzur yang tidak jelas mungkin tidak sadar
bahwasanya apa yang mereka lakukan adalah bibit timbulnya Korupsi yang dapat mereka
lakukan dikemudian hari. Lalu mengapa demikian? Bolos kuliah tanpa udzur yang jelas
merupakan salah satu indikasi adanya sifat malas dalam diri seseorang. Sifat malas ini dapat
timbul apabila dosen yang mengajar seringkali tidak masuk, bangun kesiangan, hingga jarak
tempuh dari rumah ke kampus tidak dapat diprediksi karna jalanan yang sering macet.

Namun, bolos kuliah ini cenderung mengindikasikan bahwa seseorang itu malas. Rasa malas
inilah yang dapat membawanya kepada Korupsi. Belum lagi ditambah dengan ‘’Budaya Titip
Absen’’ bagi mahasiswa yang bolos. Satu hal sederhana yang bisa menghilangkan nilai kejujuran
dalam kehidupan kita. Dalam KBBI, Korupsi berarti penyalahgunaan sesuatu yang bukan haknya
untuk kepentingan pribadi. Berdasarkan definisi KBBI, mahasiswa yang bolos kuliah sampai
titip absen sudah bisa digolongkan sebagai koruptor.
Nyontek Saat Ujian

Secara sederhana pengertian korupsi adalah mengambil sesuatu apa yang bukan kepunyaannya
untuk kepentingannya pribadi. Pengertian korupsi yang sederhana itu akan mudah kita jumpai di
setiap kampus pada saat Kuis/UTS/UAS tiba. Tidak sedikit mahasiswa menyontek atau dengan
membuat catatan kecil untuk menjawab soal ujian. Alasan kuat mengapa para kaum intelektual
itu menyontek tidak lain karena kurang atau malas belajar. Meskipun ia penuh kesibukan atau
kerja sambil kuliah. Jadilah ia tidak mampu menjawab soal ujian. Memang betul ada beberapa
soal yang sangat sulit dijawab, tetapi bukan berarti soal ujian itu sulit semuanya.

Mahasiswa yang jujur pasti akan menjawab soal semampunya, ia tidak mau mencontek
meskipun nilainya lebih rendah dari temannya yang lain.Lagi pula, nilai mahasiwa tidak mutlak
ditentukan dari hasil ujian pad saat itu. Ada penilaian lain seperi karakter, kehadiran, praktikum,
tugas, presentasi, dsb.

Plagiat Tugas

Plagiatisme atau tindakan menjiplak karya orang lain seakan telah menjadi budaya di masyarakat
Indonesia. Baik itu di kalangan akademik maupun di kalangan non-akademik, kegiatan ini
tumbuh dengan subur. Kita dapat melihat, khususnya pada kalangan akademik. Mulai dari
pelajar SMP, SMA, sampai mahasiswa, kegiatan ini seakan menjadi jalur alternatif bagi kita
untuk menyelesaikan sebuah tugas dengan cepat.
Tanpa disadari kita saat ini lebih suka mengandalkan internet untuk menyelesaikan tugas mereka
daripada bersusah payah mencari buku dan membacanya. Dari internet kita lebih mudah
mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dan bahkan dengan tinggal meng-copy-paste
karya milik orang lain, tugas dapat dengan cepat terselesaikan. Tanpa mencantumkan sumber
tulisan yang sudah kita catut.

Tidak Mau Bekerjasama dalam Kelompok

Bukan rahasia lagi apabila disetiap tugas yang dibuat secara berkelompok, maka akan ada
beberapa orang yang tidak mau berpartisipasi dalam mengerjakan tugas tersebut dan hanya ingin
menerima hasilnya saja. ‘’Eh gw sibuk nih, agenda padet banget, nanti tugas kelompoknya gw
yang ngeprint, fotocopy ama jilid aja deh ya…’’ Nah tanpa disadari hal-hal sepele seperti itulah
yang dapat terjerumus dalam benih-benih jerat korupsi.
Hal ini karenanya orang seperti itu selalu ingin mengandalkan orang lain, tidak mau ikut bekerja
keras bersama teman-temannya dalam menyelesaikan tugas dan mendapatkan nilai. Apabila hal
ini menjadi sebuah kebiasaan baginya, maka dikemudian hari dia akan mencari jalan pintas
untuk mendapatkan keuntungan, tanpa mau berusaha dan bekerja keras.

Mark Up Uang Buku Dari Ortu

Setiap awal semesternya sudah bisa dipastikan kita akan kembali lagi merepotkan kedua orang
tua kita untuk meminta uang tuk beli buku-buku perkuliahan semester baru yang sudah
ditetapkan dosen. Maka tidak sedikit yang akhirnya menganggarkan harga buku yang begitu
mahal kepada kedua orang tuanya. Namun realitanya akhirnya mereka memilih membeli buku
dengan harga miring atau KW di Pasar Senen dan uang sisanya dipakai untuk kesenangan
pribadi seperti makan-makan, dll.
Jumlahnya memang masih puluhan hingga ratusan ribu saja. Namun coba deh klo kita hitung
dari awal hingga akhir kuliah, sudah berapa nominal uang yang kita sudah pakai untuk
kepentingan pribadi dari yang tidak seharusnya. Nominal ratusan ribu tersebut bisa bisa menjadi
benih untuk kita korupsi ratusan juta hingga milyaran di kemudian hari nanti.

SPJ Proker Bodong

Ternyata tanpa kita sadari, benih-benih korupsi juga sangat dimungkinkan terindikasi di dalam
organisasi kita loh. Salah satunya terkait dengan sistem pendanaan kegiatan opmawa/ormawa
sehari-hari. Sesuai sistem yang berlaku, setiap organisasi mahasiswa (opmawa/ormawa) yang
ingin menyelenggarakan kegiatan diwajibkan untuk membuat proposal pengajuan dana. Untuk
kemudian membuat surat pertanggungjawaban (SPJ) guna mencairkan dana. Sistem semacam ini
sebenarnya dianggap kurang tepat karena mendorong mahasiswa untuk berperilaku curang atau
korupsi.

Bagaimana tidak, dalam penyerahan SPJ tersebut, opmawa/ormawa harus menyertakan nota
pembelian dan kuitansi penggunaan dana kegiatan yang bahkan belum terselenggara. Terlebih
jika praktek di lapangannya adalah dengan manipulasi nota kosong, dan pembuatan stempel
palsu demi memberi kesan keabsahan pada kuitansi dalam SPJ ‘’bodong’’. Alih-alih untuk
‘’saving money’’ dalam setiap keuangan acara yang surplus, maka dengan segala cara sang
bendahara membuat laporan keuangan sedemikian rupa hingga akhirnya jumlah pengeluaran
acara tidak jauh berbeda dengan jumlah pemasukan atau bisa jadi sama. Tanpa kita sadari bahwa
benih-benih korupsi kita timbulkan dalam organisasi kita. Sungguh sebuah celaka yang luar
biasa apabila organisasi kita (red : BEM) sangat kencang berkoar untuk melawan segala isu
korupsi yang terjadi, namun kita tidak tersadarkan atau malah sengaja membiarkan budaya-
budaya korupsi tersebut mengalir begitu saja didalam organisasinya.

https://unjkita.com/benih-benih-korupsi-ala-mahasiswa/
 Korupsi waktu Korupsi ini artinya meninggalkan atau keluar dari waktu yang telah
ditetapkan. Biasanya meninggalkan waktu diluar jam kerja untuk kepentingan pribadi, atau bisa
juga pulang kerja sebelum waktunya pulang.
 Korupsi Tenaga Korupsi ini berarti tidak memberikan tenaga yang sesuai dengan imbalan
yang diperoleh. Misalnya sudah berjanji untuk menyelesaikan pekerjaan dengan nilai yang sudah
disepakati serta sudah menerima uang tersebut, tetapi setelah itu tidak mengerjakan dengan
sebaik-baiknya, tetapi malah mengulur-ulur waktu, malas bekerja sehingga sampai batas
waktunya pekerjaan tidak selesai dengan baik. Jadi mengerjakan kewajiban hanya sekedarnya
saja.
 Korupsi Kasih sayang/Cinta Kasih sayang tidak diberikan secara tulus dan ikhlas kepada
yang sudah semestinya. Sebagai orang tua tidak memberikan kasih sayang kepada anak, istri dan
kedua orang tua. Sebagai anak tidak memberikan kasih sayang kepada orang tua sebagaimana
mestinya. Malah kadang-kadang asyik dengan pekerjaannya, dengan teman-temannya, dengan
komputernya, dengan facebooknya, twitterntya atau dengan yang lainnya sehingga mengabaikan
kasih sayang yang seharusnya diberikan kepadanya. Lebih parah lagi kalau kasih sayang dan
cinta dibagi kepada yang tidak berhak menerimanya sesuai dengan ajaran agama.
 Korupsi Umur Korupsi ini adalah melakukan sesuatu yang dapat mengurangi umur atau
memperpendek umur.Walaupun umur adalah merupakan ketentuan Allah, SWT yang tidak
seorang pun dapat mengetahui kapan akan dipanggil. Namun, secara logika kalau melakukan
hal-hal yang ceroboh, berbahaya dan mengganggu keselamatan dan kesehatan, tentunya ini akan
menyebakan celaka dan mungkin bisa meninggal. Seperti halnya minum-minuman keras, judi,
narkotika, kebut-kebutan, membuat keonaran, tawuran, dan sebagainya. Itu merupakan aktivitas
yang dapat membuat celaka bahkan berakiabt fatal dan akhirnya meninggal. Bukankah itu
memperpendek umur jadinya.

https://www.kompasiana.com/prim/5500a2bca33311d372511aa5/sadarkah-kita-bahwa-korupsi-itu-
bukan-hanya-uang

Anda mungkin juga menyukai