Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN PERAPOTEKAN

“PERPAJAKAN”

DISUSUN

OLEH :

KELOMPOK I

1. RAFIKA LATAE G 701 17 009


2. RATU BALQIS G 701 17 084
3. FEBRIANTI UTAMI G 701 17 039
4. HAMRA SAKARIA G 701 17 155
5. TIRZA BAGINDA G 701 17 161
6. AN NISA UL MURSYIDAH G 701 17 052
7. ANDI TENDRI ABENG G 701 17 001
8. DEVI ALIFTAH G 701 17 155
9. NADILA FARADILLA BAYAN G 701 17 1228
10. MUHAMMAD YOGA AULIA G 701 17 071
11. MUH. RISKI ANUGERAH G 701 17

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
”Perpajakan”. Makalah ini kami jadikan sebagai bahan penyajian materi untuk diskusi.

Selama dalam proses penyelesaian makalah ini, kami selaku penyusun banyak
memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak/ibu Dosen Pengajar Manajemen perapotekan;


2. Teman-teman mahasiswa/i jurusan farmasi.

Kami selaku penyusun makalah ini sadar akan kesalahan yang mungkin akan timbul
akibat kekhillafan kami, karena kami sadar bahwa kami selaku manusia biasa tidak luput
dari kesalahan. Kami berharap besar agar makalah ini dapat berguna bagi orang banyak
dikemudian hari, Aamiin.

Palu, Februari 2020


Penyusun

Kelompok I
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................

KATAPENGANTAR ....................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Istilah Pajak

2. Hak dan kewajiban wajib Pajak

3. Jenis-jenis pajak

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................

3.2 Saran .........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Istilah dalam Perpajakan

Berikut dibawah ini beberapa istilah-istilah dalam perpajakan.

1. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.
2. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk
badan lainnya.
3. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar Daerah Pabean.
4. Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud pada angka 3 yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak
yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil yang memilih untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak>
5. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya.
6. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim
atau jangka waktu lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan paling
lama 3 (tiga) bulan takwim.
7. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun takwim kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.
8. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
9. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa
Pajak, dalam Tahun Pajak atau dalam Bagian Tahun Pajak menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
10. Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan
objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
11. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
12. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.
13. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas negara melalui
Kantor Pos dan atau bank badan usaha milik Negara atau bank badan usaha milik
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
14. Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan atau Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Nihil.
15. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih
harus dibayar.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
17. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLN) adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau
sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
20. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
21. Kredit pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan
dari pajak yang terutang.
22. Kredit pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak
karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah
dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan
yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
23. Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang
tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah
data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
25. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
26. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau
jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi pada setiap Tahun Pajak berakhir.
27. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian
tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
28. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta
menemukan tersangkanya.
29. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan
tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat dalam surat ketetapan
pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan
atau Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, atau Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.
30. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga
yang diajukan oleh Wajib Pajak.
31. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.
32. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP) adalah
surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak untuk Wajib Pajak tertentu."
33. Kantor Penerima Pembayaran adalah Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik
Negara atau Bank Badan Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan sebagai penerima pembayaran atau setoran pajak
secara on-line.
34. Reversal/penyesuaian data penerimaan adalah proses penambahan, pengurangan,
dan perubahan data pembayaran setoran pajak yang dilakukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak dengan Kantor Penerima Pembayaran pada saat pelaksanaan
rekonsiliasi dan klarifikasi agar data yang bersangkutan sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya.
35. Daftar Nominatif Penerimaan yang selanjutnya disebut DNP adalah rincian
penerimaan negara yang ditandatangani oleh dan menjadi tanggung jawab pejabat
Kantor Penerima Pembayaran dan disahkan oleh pejabat Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara (KPKN).
36. Rekaman Data DNP yang selanjutnya disebut RDD adalah data daftar penerimaan
setoran pajak yang tersimpan dalam media digital (disket, CD ROM, atau media
penyimpan data lainnya) yang isinya harus sama dengan DNPnya .
37. SSP Standar adalah surat yang oleh Wajib Pajak/Penyetor digunakan atau
berfungsi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke
Kantor Penerima Pembayaran dan digunakan sebagai bukti/tanda pembayaran
dengan bentuk, ukuran dan isi yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
38. SSP Khusus adalah bukti/tanda pembayaran atau penyetoran pajak terutang ke
Kantor Penerima Pembayaran yang dicetak oleh Kantor Penerima Pembayaran
dengan menggunakan mesin transaksi dan atau alat lainnya, dan mempunyai
fungsi yang sama dengan SSP Standar dalam administrasi perpajakan.
39. Nomor Transaksi Pembayaran Pajak yang selanjutnya disebut NTPP adalah
nomor bukti/tanda pembayaran/penyetoran pajak yang diterakan pada SSP yang
digunakan dalam sistem pembayaran pajak secara on-line, yang dihasilkan oleh
suatu mesin penomoran dengan formula rahasia yang dimiliki Direktorat Jenderal
Pajak.
40. Nomor Transaksi Bank yang selanjutnya disebut NTB adalah nomor bukti/tanda
transaksi penyetoran pajak yang diterbitkan oleh Bank yang dicantumkan pada
SSP khusus dengan menggunakan suatu sistem penomoran yang dimiliki oleh
Bank sebagai Kantor Penerima Pembayaran setoran pajak on-line.
41. Nomor Transaksi Pos yang selanjutnya disebut NTP adalah nomor bukti/tanda
transaksi penyetoran pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pos yang dicantumkan
pada SSP khusus dengan menggunakan suatu sistem penomoran yang dimiliki
oleh Kantor Pos sebagai Kantor Penerima Pembayaran setoran pajak on-line.
42. Bukti Setor adalah bukti/tanda pembayaran atas penyetoran pajak terutang yang
dikeluarkan oleh Kantor Penerima Pembayaran dan ditandatangani oleh petugas
yang berwenang menerima pembayaran/penyetoran pajak serta dibubuhi stempel
Kantor Penerima Pembayaran.
43. e-SPT adalah Aplikasi pengiriman SPT secara elektronik
44. e-Registration adalah Pendaftaran Wajib Pajak secara elektronik
45. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
46. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai
tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan
kewajibannya.
II.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
a. Wajib Pajak
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar
pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak
dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Berikut pengelompokkan wajib
pajak.

Kelompok Kategori Keterangan


Orang Pribadi (Induk) Wajib Pajak belum menikah, dan
suami sebagai kepala keluarga
Wajib
Hidup Berpisah (HB) wanita kawin yang dikenai pajak
Pajak orang
secara terpisah karena hidup berpisah
pribadi
berdasarkan putusan hakim
Pisah Harta (PH) suami-istri yang dikenai pajak
secara terpisah karena menghendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian
pemisahan harta dan penghasilan
secara tertulis
Memilih Terpisah (MT) wanita kawin, selain kategori Hidup
Berpisah dan Pisah Harta, yang
dikenai pajak secara terpisah karena
memilih melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakan
terpisah dari suaminya
Warisan Belum Terbagi sebagai satu kesatuan merupakan
(WBT) subjek pajak pengganti,
menggantikan mereka yang berhak,
yaitu ahli waris
Badan sekumpulan orang dan/atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang
Wajib
melakukan usaha maupun yang tidak
Pajak badan
melakukan usaha
Joint Operation bentuk kerja sama operasi yang
melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak atas
nama bentuk kerja sama operasi
Kantor Perwakilan Wajib Pajak perwakilan dagang
Perusahaan Asing asing atau kantor perwakilan
perusahaan asing (representative
office/liaison office) di Indonesia
yang bukan Bentuk Usaha Tetap
(BUT)
Bendahara bendahara pemerintah yang
membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dan
diwajibkan melakukan pemotongan
atau pemungutan pajak
Penyelenggara Kegiatan pihak selain empat Wajib Pajak
badan sebelumnya yang melakukan
pembayaran imbalan dengan nama
dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatan
b. Hak Wajib Pajak
a. Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak
Dalam hal pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata
lebih kecil dari jumlah kredit pajak, atau degan kata lain
pembayaran pajak akan dipootong atau dipungut lebiih besar dari
yang seharusnya terutang. Maka wajib pajak mempunyai hak untuk
mendapatkan kembali kelebihan tersebut. Pengembalian kelebhan
pembayaran pajak tersebut dapat diberikan selama 12 bulan sejak
surat permohonan diterima secara lengkap.
Untuk wajib pajak yang patuh, pengembalian pembayaran
pajak dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPH dan 1
bulan untuk PPN sejak permohonan diterima. Perlu diketahui
pengembalian ini dilakukan tanpa pembayaran.
Wajib pajak dapat melakukan permohonan pembayaran
pajak melalui 2 cara yaitu ;
 Melalui surat pemberitahuan (SPT)
 Dengan mengirimkan surat permohonan yang diajukan
kepada kantor pelayanan pajak.

Apabila direktorat jendral pajak terlambat mengembalikan


kelebihan pembayaran pajak, maka wajib pajak berhak menerima
bunga 2% per-bulan maksimum 24 bulan.

b. Hak dalam hal wajib pajak dilakukan pemeriksaan


Direktorat jendral pajak dapat melakukan pemeriksaan
dengan tujuan menguji kepatuhan wajib pajak dan tujuan yang
ditetapkan oleh Direktorat jendral pajak.
Dalam hal pemeriksaan wajib pajak, berhak :
 Meminta surat perintah pemeriksaan
 Melihat tanda pengenal pemeriksa
 Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan
pemeriksaan
 Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan
SPT
 Untuk hadir dalam pembahasan akhir atau hasil
pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan

c. Hak untuk mengajukan Keberatan, Bnading dan Peninjauan Kembali


Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh direktorat
jendral pajak, maka akan diterbitkan suatu surat keterangan yang dapat
mengakibatkan pajak terutang, menjadi kurang bayar lebih banyak atau
nihil. Jika wajib pajak tidak sependapat, maka dapat mengajukan
keberatan atas surat ketetapan tersebut. Selanjutnya apabila belum puas
dengan keputusan keberatan tersebut, maka wajib pajak dapat mengajukan
banding. Langkah terakhir ynag dapat diambil oleh wajib pajak adalah
dalam sengketa pajak adalah peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

d. Hak-hak wajib pajak lainnya


 Hak kerahasiaan bagi wajib pajak
 Hak untuk pengangsuran atau penundaan pembayaran
 Hak untuk penundaan pelaporan SPT tahunan
 Hak untuk pengurangan PPh pasal 25
 Hak untuk pengurangan PBB (pajak bumi dan bangungan)
 Hak untuk pembebasan pajak
 Pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak
 Hak untuk mendapatkan pajak di tanggung pemerintah
 Hak untuk medapatkan insentif perpajakan.
3. Kewajiban wajib pajak
a. Kewajiban mendaftarkan diri

Sesuai dengan sistem self assesment, maka wajib pajak


mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan diri ke KPP atau KP2KP yang
wilayahnya meliputi tempat tinggal atau kedudukan wajib pajak untuk
diberikan Nomor pokok wajib pajak (NPWP). Bagi wajib pajak yang telah
memiliki NPWP wajib dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP)
oleh KPP atau KP2KP apabila telah memunuhi persyaratan. Bagi
pengusaha yang telah dikukuhkan sebgai PKP diwajibkan untuk
memungut PPN dari setiap pembeli atau pemakai jasanya.

b. Kewajiban Pembayaran pemotongan, pemungutan dan pelaporan pajak


Wajib pajak (orang pribadiatau badan) dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan harus sesuai dengan sistem self assesment yaitu,
melakukan sendiri penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak
terutang.
c. Kewajiban dalam hal diperiksa
Kewajiban wajib pajak saat diperiksa adalah :
 Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri pemeriksaan sesuai
dengan waktu yang ditentukan khusunya unutk jenis pemeriksaan
kantor.
 Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku catatan dokumen
yang menjadi dasarnya dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau
objek yang terutang pajak. Khusus untuk pemeriksaan lapangan.
Wajib pajak memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau
mengunduh data yag dikelola secara elektronik.
 Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan,
dan memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan
 Menyampaikan tanggapan secra tertulis atas surat pemberitahuan
hasil pemeriksaan
 Meminjamkan kertas kerja kepemilikkan yang dibuat oleh akuntan
publik khususnya untuk jenis peeriksaan kantor
 Memberikan keterangan lain.

d. Kewajiban memberi data

Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib


memberikan data dan informasi yang berkaitan dnegan perpajakankepada
direktorat jendral pajak yang ketentuannya diatur pada pasal 35A UU
nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan
sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 16 tahun 2009. Pemberian
informasi atau data tujuannya adalah untuk pengawasan kepatuhan
pelaksana kewajiban perpajakan sebagai konsequen penerapan istem self
assesmet.
II.3 Jenis-jenis Pajak

Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat atau
wajib pajak, yang dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek
pajak serta subjek pajak.

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat

Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak


langsung dan pajak langsung.

a) Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan


kepada wajib pajak bila melakukan peristiwa atau perbuatan tertentu.
Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat dipungut secara berkala, tetapi
hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang
menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan
atas barang mewah, di mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak
menjual barang mewah.

b) Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala


kepada wajib pajak berlandaskan surat ketetapan pajak yang dibuat kantor
pajak. Di dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah pajak yang harus
dibayar wajib pajak. Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang
terkena wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak yang lain.
Contohnya: Pajak Bumi dan Penghasilan (PBB) dan pajak penghasilan.

2. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut

Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis,


yaitu: pajak daerah dan pajak negara.

a) Pajak Daerah (Lokal)


Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah
dan terbatas hanya pada rakyat daerah itu sendiri, baik yang dipungut
Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingkat I. Contohnya: pajak hotel, pajak
hiburan, pajak restoran, dan masih banyak lainnya.

b) Pajak Negara (Pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat


melalui instansi terkait, seperti: Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai,
maupun kantor inspeksi pajak yang tersebar di seluruh Indonesia.
Contohnya: pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan, pajak bumi dan
bangunan, dan masih banyak lainnya.

3. Jenis Pajak Berdasarkan Objek Pajak dan Subjek Pajak

Berdasarkan objek dan subjeknya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak
objektif dan pajak subjektif.

a) Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan


objeknya. Contohnya: pajak impor, pajak kendaraan bermotor, bea
materai, bea masuk dan masih banyak lainnya.

b) Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan


subjeknya. Contohnya: pajak kekayaan dan pajak penghasilan.

Semua pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan


di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor
Pusat Direktorat Jenderal Pajak. Sedangkan pengadministrasian yang
berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di Kantor Dinas Pendapatan
Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah setempat.
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan


bahwa pajak adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan
sumber dana untuk pembangunan. Selain itu pajak berbeda dengan
retribusi dan sumbangan. Dalam penetapan besaran pajak harus sesuai
dengan pancasila. Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan asas yang
digunakan pun beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang
digunakan. Selain itu pemerintah telah memberikan batasan segala hal
yang berkaitan dengan pajak di dalam UU perpajakan nasional yang
merupakan modernisasi dari UU pajak jaman kolonial.

III.2 Saran

Sebaiknya penyusun lebih banyak menyajikan gambar sebagai


tambahan penjelasan melalui makalah ini. Agar lebih mudah di pahami
oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Menteri Kesehatan RI, (2017). PERMENKES Nomor 9 tentang


APOTEK.indonesia.

www.pajak.go.id (di acces pada 10 februari 2020)

Anda mungkin juga menyukai