Anda di halaman 1dari 16

LABORATORIUM FARMAKOLOGI-BIOFARMASETIKA

PRAKTIKUM METODOLOGI FARMAKOLOGI

JURUSAN FARMASI

PERCOBAAN VII

“ANTELMINTIK”

Kelompok I (Satu)

Kelas D

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Antelmintik atau obat yang digunakan untuk memberantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan
obat cacing efektif terhadap satu macam cacing saja, sehingga diperlukan
diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Antelmintik
yaitu obat yang bertujuan untuk membasmi atau membunuh cacing
(Siregar, 2018).

Obat antelmintik yang tersedia untuk mengobati infeksi cacing, bertindak


dalam berbagai mekanisme beberapa obat yang ada seperti albendazole,
mebendazole, dan piperazone citrato yang menganggu fisiologis
neuromuskular pada obat. Nematosa yang kemudian menyebabkan
relaksasi dan menekan ke porsif terhadap desukontraksi
asetilkolinesterase. Obat cacingan (antelmintik) sintesis sebagai drug of
choice ascariasis menimbulkan efek samping pada pemakaiannya. Gejala
seperti mual, muntah, dan diare sering ditemukan pada penggunaan
piyrantel pamoat. Mebendazole memiliki efek samping agrettaric
migrasian antelmintik sintetik secara umum bersifat obat keras. Penderita
dengan kelainan hati dan ginjal tidak boleh mengonsumsinya karena
dimetabolisme di organ tersebut (Hutagol, 2018)

Aplikasi dalam bidnag farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui


obat antelmintik yang paling efektif yang ditinjau dari kerja farmakologi
yang ditimbulkan oleh obat obatan tersebut, dan juga dapat memilih obat
golongan antelmintik yang cocok.
I.2 Tujuan percobaan
1. Mengetahui kerja farmakologi obat anti-diare.
2. Mengetahui cara mengevaluasi efek obat antidiare.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Antelmintik atau obat yang digunakan untuk memberantas atau


mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan
obat cacing efektif terhadap satu macam cacing saja, sehingga diperlukan
diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Antelmintik
yaitu obat yang bertujuan untuk membasmi atau membunuh cacing
(Siregar, 2018).

Obat antelmintik yang tersedia untuk mengobati infeksi cacing, bertindak


dalam berbagai mekanisme beberapa obat yang ada seperti albendazole,
mebendazole, dan piperazone citrato yang menganggu fisiologis
neuromuskular pada obat. Nematosa yang kemudian menyebabkan
relaksasi dan menekan ke porsif terhadap desukontraksi asetilkolinesterase
(Potbioz, 2017).

Obat cacingan (antelmintik) sintesis sebagai drug of choice ascariasis


menimbulkan efek samping pada pemakaiannya. Gejala seperti mual,
muntah, dan diare sering ditemukan pada penggunaan piyrantel pamoat.
Mebendazole memiliki efek samping agrettaric migrasian antelmintik
sintetik secara umum bersifat obat keras. Penderita dengan kelainan hati
dan ginjal tidak boleh mengonsumsinya karena dimetabolisme di organ
tersebut (Hutagol, 2018)
II.2 Spesifikasi obat

Klasifikasi cacing tanah (Terrstus)

Kingdom : Animalia

Filum : Annesda

Kelas : Oligochota

Ordo : Hadioxtasida

Subordo : Hapotorida

Famili : Lumbriciae

Genus : Lubrious

Spesies : Terrestus
II.3 Uraian bahan

1. Nacl Fosiologis (FI III 1979)


Nama resmi : NATRII CHLORIDUM INFUMSII BILLIUM
Nama lain : NaCl fisiologis
RM/BM : NaCl/50,44
Rumus struktur : Na-Cl
Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna, berasa agak asin.
Kelarutan : -
Khasiat : Zar tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau dosis ganda.

2. Aquadest (FI III 1979;96)


Nama resmi : AQUADESTILLATA
Nama lain : Aquadest
RM/BM : H2O/18,02
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, tidak


berbau.
Kelarutan : -
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Sebagai pelarut
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Alkohol (FI III 1979;65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol
RM/BM : C2H5OH/46,8
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,


dan mudah bergerak, bau khas, mudah terbakar,
dengan memberikan nyala biru.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam kloroform p, air dan eter
p.
Khasiat : Zat tambahan
Kegunaan : Antiseptikum
penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
II.4 Spesifikasi obat
1. Pyrantel Pamoat (Medscape, 2009)
Indikasi : Cacingan akibat infeksi cacing gelang, tambang,
gelang.
Dosis : 11 mg/kg P.O 3 × sehari, tidak lebih dari 1 g/dosis.
Farmakodinamik : Absorbsi: sedikit
Metabolisme : sebagian pada hati
Ekskresi : feses
Puncak plasma : 1-3 jam
Mekanisme kerja : Insomnia, sakit kepala, neurrea, mual, muntah,
kram perut.
Kelas terapi : Antihelmintik yang bekerja secara langsung.
2. Mebendazole (MIMS, 2019)
Indikasi : Infeksi cacing tambang.
Dosis : Rheurhitis tawaran 100 mg selama 3 × sehari atau
: 500 mg sebagai dosis tunggal enterobiosis 100 mg
sebagai dosis tunggal mungkin mengulangi setelan
Mekanisme kerja 2-3 minggu jika perlu (P.O).
: Mengahambat pembentukan mikrotubulus cacing
Kelas terapi selektif dan irreversible biok penyerapan glukosa
: dan nutrisi lainnya dalam cacing rentan
mengakibatkan perpisahan endogen kalau glikogen
dalam cacing tersebut.
Farmakokinetik : Absorbsi : batuk diserap di saluran GI
Puncak plasma : 1,5-7,25 jam
Metabolisme : dihati
Ekskresi : urin
Golongan obat : Antelmintik
Efek samping : Kram perut, mual, diare, hepatis.
:
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 alat dan bahan
III.1.1 Alat
1. Cawan petri
2. Gelas ukur
3. Gelas kimia
4. Batang pengaduk
5. Lumpang dan alu

III.1.2 Bahan
1. Alkohol
2. Handscoon
3. Masker
4. Aquadest
5. NaCl fisiologis

III.1.3 Sampel
1. Pyrantel Pamoat
2. Mebendazole

III.1.4 Hewan uji


1. Cacing tanah (Terrestus)
III.2 Cara kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diambil 10 cacing dan dibagi 2 kelompok.
3. Dimasukkan kedalam NaCl fisiologis.
4. Dimasukkan kedalam cawan porselin yang berisi combantrin
250 mg untuk cacing kelompok 1 dan untuk kelompok 2
dimasukkan kedalam cawan porselin yang berisi mebendazole
500 mg.
5. Diamati dan catat onsetnya.

III.3 Skema kerja

Alat dan bahan

Combantrin 250 mg Mebendazole 500 mg

Amati dan catat onsetnya


IV. Hasil dan pembahasan

IV.1 Tabel pengamatan

No Mebendazole Combantrin
1 3,41 menit
160,3 menit
2 2,56 menit
-
3 1,45 menit
-
4 1,45 menit
-
5 2,36 menit
-

Rata-rata 2,24 menit

IV.2 Kurva
IV.3 Pembahasan

Antekmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas
cacingan atau mnegurangi cacingan yang ada di dalam lumen usus atau
didalam jaringan tubuh. Antelmintik adalah obat yang bertujuan untuk
membasmi atau membunuh cacing (Handy, 2016).

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kerja farmakologi obat
antelmintik dan dapat mengevaluasi efek obat antelmintik.

Prinsip kerja dari percobaan ini yaitu diambil 10 ekor cacing, kemudian
dibagi menjadi 2 kelompok. Setiap kelompok untuk 5 cacing. Dicuci
terlebih dahulu cacing denganNaCl fisiologis. Kemudian dimasukkan
kedalam cawan porselin yang berisi mebendazole 500 mg dan pyrante
pamoat 250 mg yang telah dilarutkan. Lalu amati dan catat onsetnya.

Cara kerja dari percobaan ini yaitu, pertama disiapkan alat dan bahan, lalu
diambil 10 ekor cacing, kemudian dibagi untuk 2 kelompok yaitu setiap
kelompok 5 ekor cacing. Kemudian dibersihkan cacing dengan NaCl
fisiologis. Lalu dimasukkan kedalam cawan porselin yang berisi
mebendazole 500 mg dan pyrante pamoat 250 mg. Lalu diamati dan catat
onsetnya untuk mengatahui perbedaan onset yang diberikan oleh kedua obat
tersebut.

Patofisiologis atau cara penularan dari penyakit cacingan yaitu cacing dan
telur cacing dapat menembus kulit anak anak. Cacing yang menembus kulit
akan masuk ke aliran darah lalu menuju jantung kanan kemudian ke paru
paru proses transit cacing dari jantung ke paru paru inilah yang
mengakibatkan penderita mengalami batuk yang disertai dahak dan darah
yang didalamnya terdapat larva dari cacing yang dapat bertahan hidup pada
kondisi yang lembab (WHO, 2016).

Menurut (Nurrahma, 2016) ada 3 golongan obat untuk antelmintik yaitu


pertama golongan nematoda contoh obatnya (mebendazole, abendazole,
pyrante pamoat), yang kedua golongan trematoda contoh obatnya
(plazikuantel), dan ketiga golongan cestoda contoh obatnya (Nikosamid).

Hasil pengamatan dari percobaan ini yaitu onset pada pemberian


mebendazole 500 mg yaitu 1 jam 3 menit atau 10 menit dan onset
pemberian combantrin untuk cacing 1,2,3,4,dan 5 berturut turut adalah (3,41
menit), (2,56 menit), (1,45 menit), (1,45 menit), dan (2,36 menit). Hal ini
tidak sesuai dengan literatur ( Benina, 2018), selama ini obat yang
digunakan untuk memberantas cacingan adalah adalah pyrante pamoat,
mebendazole dan piperazim sitrat, dari ketiga obat itu mebendazole adalah
obat yang paling memberikan efek kelumpuhan pada cacing dengan dosis
500 mg untuk orang dewasa. Hal ini bisa saja disebabkan cacing yang
dipakai memiliki fisiologis yang baik. Sehingga mampu untuk
memperlambat efek dari obat mebendazole untuk melumpuhkan pergerakan
cacing tersebut.

Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat mengetahui


obat obatan antelmintik yang paling efektif dan dapat ditinjau dari kerja
farmakologi yang ditimbulkan oleh obat tersebut.
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa, onset


pada pemberian mebendazole 500 mg yaitu 1 jam 3 menit dan onset pada
pemberian obat combantrin 250 mg rata rata memiliki waktu 2,24 menit.
Hasilnya pemberian mebendazole kurang efektif untuk memberikan efek
kelumpuhan pada cacing dalam waktu yang singkat, dibandingkan dengan
obat 250 mg yang memiliki waktu onset rata ratanya lebih cepat dari
mebendazole 500 mg.

V.2 Saran

Sebaiknya sebelum untuk memulai praktikum, praktikan harus melengkapi


alat dan bahan yang akan digunakan. Sehingga praktikum dapat berjalan dengan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA

Anani, AP.,(2016). Diare pencegahan dan pengobatannya. Nuna Medika;


Yogyakarta.

Departemen kesehatan ripublik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia edisi ke


III. Departemen kesehatan RI; Jakarta.

Handy,F., (2016). Penyakit langganan anak. Pustaka Bunda; Yogyakarta.

MIMS. (2019). Diakses pada tanggal 06 mei 2019.

Purwaningdyah.(2015). Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan


pencegahan diare pada anak usia balita. Buletin Sariputra; Sulawesi Utara.

Anda mungkin juga menyukai